Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320565078

Pengelolaan Risiko Kecelakaan Lalu Lintas: Cakupan, Indikator, Strategi dan


Teknik

Conference Paper · September 2017

CITATION READS

1 1,263

3 authors:

Don Gaspar Noesaku da Costa Siti Malkhamah


Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Universitas Gadjah Mada
21 PUBLICATIONS   9 CITATIONS    24 PUBLICATIONS   85 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Latif Budi Suparma


Universitas Gadjah Mada
26 PUBLICATIONS   156 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Recycle materials View project

Flood water damage resistance of Asphalt Concrete mixtures View project

All content following this page was uploaded by Don Gaspar Noesaku da Costa on 03 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Simposium II – UNIID 2017
e-ISBN: 978-979-587-734-9

PENGELOLAAN RISIKO KECELAKAAN LALU LINTAS:


CAKUPAN, INDIKATOR, STRATEGI DAN TEKNIK
Don Gaspar Noesaku da Costa1, Siti Malkhamah2a, and Latif Budi Suparma2b
1
Mahasiswa S3, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2
55281, Yogyakarta
Corresponding email: dnoesaku@gmail.com
2
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2 55281,
Yogyakarta
a
E-mail: malkhamah@ugm.ac.id
b
E-mail: lbsuparma@ugm.ac.id

Abstrak. Penjabaran agenda kegiatan Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan
Indonesia 2011-2035 mengindikasikan adanya upaya pengelolaan risiko kecelakaan lalu lintas
secara terpadu. Sayangnya, proses dan hasil pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan, yang
adalah salah satu agenda unggulan RUNK cenderung bersifat parsial dan subyektif karena tidak
tersedianya kriteria obyektif indikator risiko maupun belum optimalnya kinerja kelembagaan
penyelenggaraannya. Studi ini dimaksudkan untuk merekomendasikan strategi dan teknik
pengelolaan risiko kecelakaan yang lebih terukur melalui penyediaan berbagai indikator risiko
kecelakaan beserta teknik penilaiannya. Data dan informasi tentang indikator risiko maupun
cara pengelolaan risiko eksisting dikumpulkan lalu dihitung berdasarkan ketersediaan data
sekunder dan ditampilkan dalam bentuk matriks indikator maupun nilai risiko. Hasil studi ini
menunjukkan bahwa kuantifikasi risiko dan soluasi pengelolaannya secara obyektif hanya dapat
dilakukan apabila tersedia indikator risiko yang terukur. Safety factor dan impact speed
merupakan indikator peluang dan konsekuensi yang dapat digunakan untuk menentukan nilai
risiko kecelakaan. Indikator dan nilai risiko yang ditampilkan dalam paper ini bersifat acuan
alternatif. Strategi dan teknik intervensi perilaku pengguna jalan, kecepatan, kinerja
infrastruktur jalan, sistem kendali gerak kendaraan dan kelembagaan pengelolaan risiko agar
diterapkan secara terpadu dan berkelanjutan. Agar berdampak kumulatif, cakupan pengelolaan
risiko hendaknya melingkupi aspek konservasi; pendayagunaan, pengendalian daya rusak dan
pemberdayaan sistem keselamatan; hingga perbaikan sistem informasi keselamatan.

Kata kunci : cakupan pengelolaan risiko, impact speed, indikator risiko, nilai peluang dan
konsekuensi, safety factor

I. PENDAHULUAN yang berkeselamatan (safer road user) dan penanganan


korban pasca kecelakaan yang berkeselamatan (safer
Decade of Action (DoA) for Road Safety 2011-2020 post crash management). Selain itu, agar sejalan
yang diluncurkan oleh Majelis Umum Perserikatan dengan program DoA maka 10 tahun pertama masa
Bangsa-Bangsa (PBB) mengindikasikan bahwa pola implementasi RUNK ditetapkan sebagai Dekade Aksi
pengelolaan risiko kecelakaan lalu lintas perlu Keselamatan Jalan (DAKJ) Republik Indonesia 2011-
diperbaiki secara berkelanjutan baik di tingkat nasional, 2020.
regional maupun global. Di tingkat nasional, Rencana Filosofi yang digunakan dalam DoA maupun
Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan 2011- RUNK adalah zero fatality, yaitu miminimalkan jumlah
2035 merupakan penjabaran dari upaya strategis korban meninggal dunia (Anon 2011). Filosofi ini
pencapaian target visi dan misi pengelolaaan risiko sesuai dengan model pendekatan pengelolaan risiko
kecelakaan. Baik DoA maupun RUNK disusun berbasis safe system approach/SSA (Underwood and
berdasarkan 5 pilar keselamatan yaitu manajemen Waterson 2013).
keselamatan jalan (road safety management), jalan Dalam arahan penjabaran RUNK, strategi
yang berkeselamatan (safer road), kendaraan yang pengelolaan risiko kecelakaan difokuskan pada aspek
berkeselamatan (safer vehicle), perilaku pengguna jalan efisiensi melalui pencanangan kegiatan-kegiatan yang

Palembang, 19-20 September 2017 195


Prosiding Simposium II – UNIID 2017
e-ISBN: 978-979-587-734-9

bersifat preventif, semisal Inspeksi Keselamatan Jalan hambatan penyeberangan jalan (kendaraan maupun
(IKJ) dan Manajemen Kecepatan. Selain itu, karena pejalan kaki ataupun hewan), obyek statis di jalan
pengelolaan risiko kecelakaan bersifat lintas sektoral, (jatuhan material konstruksi, tumpahan minyak/oli,
maka secara kelembagaan, setiap Pemerintah Daerah genangan air, kerusakan permukaan perkerasan jalan,
dituntut untuk membentuk Forum Lalu Lintas dan dan lainnya), bangunan pelengkap jalan (median yang
Angkutan Jalan (Forum LLAJ). Forum ini merupakan tidak dilengkapi dengan marka atau lampu pemberi
wadah utama implementasi berbagai strategi, program isyarat) dan lain sebagainya. Adapun situasi berbahaya
dan kegiatan RUNK. dapat terjadi dalam bentuk perilaku speeding, zig-zag,
Sayangnya, hingga tahun ke-7 pelaksanaan DAKJ berhenti dan/atau membelok secara tiba-tiba, jatuhan
tersebut, pembentukan Forum LLAJ belum terlaksana material, gangguan jarak pandang (akibat aktivitas
di semua wilayah provinsi (apalagi di tingkat samping jalan (side frictions)), tabrakan beruntun dan
kabupaten/kota). Selain itu, walaupun terdapat lain sebagainya. Dapat dipahami bahwa peluang
pelaksanaan IKJ di sejumlah daerah, semisal di kecelakaan dan dampak dari kehadiran obyek dan/atau
Yogyakarta, namun formatnya masih bersifat uji coba situasi berbahaya tersebut sangat bervariasi, sehingga
karena pedoman teknis pelaksanaannya belum tersedia besaran nilainya juga bervariasi, tergantung jenis
(da Costa, Malkhamah, and Suparma 2016c). Oleh indikator yang digunakan dan satuan pengukurannya
karena itu, progress capaian target DAKJ_RUNK, yaitu serta karakteristik obyek dan/atau situasi berisiko yang
menurunkan tingkat fatalitas dan keparahan hingga ditinjau.
50%, menjadi keprihatinan dan issue nasional. Sejumlah penelitian terdahulu telah menggunakan
Kekhawatiran ini cukup beralasan karena hasil indikator risiko berbasis kemampuan perlambatan
penelitian terdahulu melaporkan bahwa tingkat fatalitas kendaraan (deceleration rate) (DaCoTA 2013; Smith,
pengendara sepeda motor di sejumlah Negara Uni- Garet, and Cicchino 2013), waktu tersisa sebelum
Eropa yang pola pengelolaan risikonya sebenarnya tabrakan (time to collision), faktor keselamatan (safety
sudah jauh lebih maju saja bersifat konstan (Joshi et al. factor/SF) [yaitu rasio antara jarak pandang henti/JPH
2010), apalagi di Indonesia (da Costa 2012), yang tersedia dengan JPH minimum (da Costa, Malkhamah,
kemampuan pengelolaan risikonya masih sangat and Suparma 2016a) atau rasio jarak pandang (sight
minim. distance) terhadap jarak pengereman (braking distance)
Ketidaksesuaian antara target dan realisasi (Smith et al. 2013)], maupun kecepatan kendaraan
DAKJ_RUNK diperkirakan terjadi akibat ketiadaan sesaat sebelum tabrakan (impact speed) (WHO 2008).
Forum LLAJ dan/atau pedoman teknis implementasi Walaupun demikian, selain impact speed, indikator
program/kegiatan keselamatan. Lemahnya sistem risiko lainnya belum dilengkapi dengan besaran
kelembagaan penyelenggaraan pengelolaan berbagai nilainya sehingga tidak dapat digunakan dalam proses
program dan/atau kegiatan RUNK (lack of institutional penilaian tingkat risiko kecelakaan dan menyulitkan
arrangement performance) memang merupakan upaya pengelolaannya.
masalah laten di berbagai Negara-negara sedang Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada
berkembang (DaCoTA 2013). Selain itu, walaupun upaya penyediaan berbagai indikator risiko kecelakaan
dalam Pilar I RUNK juga dicanangkan tentang strategi lalu lintas lengkap dengan besaran nilainya, sehingga
pendanaan program dan/atau kegiatan keselamatan, dapat dijadikan rujukan dalam proses penentuan
namun realisasi alokasi pendanaannya masih sangat strategi dan teknik pengelolaan risiko kecelakaan lalu
minim (Joewono, Vandebona, and Susilo 2014). lintas.
Lagipula, tingginya tingkat subyektifitas output IKJ, Selain itu, untuk terhindar dari tabrakan setiap
akibat ketiadaan indikator penilaian risiko yang pengemudi membutuhkan kecukupan waktu dan ruang
terukur, juga disinyalir sebagai penyebab untuk bereaksi dan mengerem/menghindari obyek
kurang/tiadanya penganggaran kegiatan dimaksud. dan/atau situasi berbahaya dengan selamat; yang oleh
Untuk menjembatani kebutuhan tersebut, AASHTO (2011) dinyatakan dalam format jarak reaksi
diperlukan penyediaan indikator dan teknik penilaian (reaction distance) dan jarak pengereman (braking
risiko kecelakaan dari aspek jalan, arus lalu lintas, distance), dan dikenal sebagai jarak pandang henti
perilaku pengguna dan lingkungan jalan. Tiap indikator (JPH). Konsekuensinya, dalam studi ini, proses
risiko kecelakaan tersebut harus jelas definisi dan identifikasi dan penentuan obyek maupun situasi
terminologinya (clear), terukur (measureable), efisien berbahaya didasarkan pada hubungan antara berbagai
dan efektif (implementative), sehingga tujuan variabel yang memengaruhi JPH minimum, yaitu
peruntukan pemanfaatannya dapat dievaluasi dan/atau pilihan kecepatan (speed choice), waktu reaksi
dikembangkan. (reaction time), perlambatan kendaraan akibat tahanan
Dalam hal ini, karena risiko kecelakaan merupakan mesin (engine braking decleration rate), perlambatan
fungsi dari peluang kecelakaan (accident probability) akibat pengereman (braking deceleration rate) dan
dan konsekuensi yang dapat ditimbulkannya (possible kecepatan kendaraan sesaat sebelum pengereman
consequence) (McCuen et al., 2011), maka indikator (approaching speed); dengan karakteristik fisik jalan
risiko tersebut harus terdiri dari tidak saja indikator (road geometry and gradient) dan fasilitas
peluang namun juga konsekuensi. Peluang kecelakaan pelengkapnya (road marking and signs), arus lalu lintas
muncul apabila terdapat obyek dan/atau situasi (traffic volume and composition, average speed, traffic
berbahaya di jalan. Obyek berbahaya dapat berupa density/distance headway), perilaku pengguna jalan

Palembang, 19-20 September 2017 196


Prosiding Simposium II – UNIID 2017
e-ISBN: 978-979-587-734-9

lainnya (motive, attitude, behavior) dan lingkungan studi terdahulu. Data-data tersebut khususnya berkaitan
jalan (side friction, vegetation, road side features). dengan karakteristik infrastruktur jalan dan fasilitas
pelengkapnya, perilaku pengguna jalan, kendaraan
II. DESAIN PENELITIAN (METODE) maupun lingkungan jalan dan kelembagaan
pengelolaan risiko kecelakaan. Deskripsi indikator
Pengumpulan data tentang jenis obyek maupun peluang kecelakaan dan konsekuensi yang dapat
karakteristik situasi berisiko di jalan dilakukan melalui ditimbulkannya maupun cara penilaiannya berikut ini
telaah studi kepustakaan (hasil literature review). merupakan hasil kompilasi berbagai variabel pengaruh
Sehubungan dengan hal tersebut, penelusuran potensi kecelakaan dari sejumlah penelitian terdahulu.
kehadiran obyek dan/atau situasi berbahaya dan
konsekuensi yang dapat ditimbulkannya tersebut A. Indikator Peluang Kecelakaan
dibedakan tidak saja berdasarkan lokasi kejadiannya
melainkan juga berdasarkan komponen pembentuknya. Indikator peluang kecelakaan dinyatakan dalam
Selain itu, secara hakiki, cakupan data yang format faktor keselamatan (safety factor), yaitu rasio
dikumpulkan tidak saja meliputi aspek konservasi antara nilai lapangan tiap variabel tinjauan dengan nilai
(yaitu jenis-jenis upaya perlindungan atau pencegahan atau kriteria standarnya.
munculnya obyek dan/atau situasi berisiko), namun Dari aspek infrastuktur jalan dan fasilitas
juga aspek pendayagunaan kelembagaan pelengkapnya, variabel yang memengaruhi risiko
penyelenggaraan sistem keselamatan, pengendalian kecelakaan antara lain kondisi kekesatan permukaan
daya rusak sistem keselamatan terbangun dan termasuk perkerasan jalan (Druchner et al., 2011; Andreas
pula aspek pemberdayaan sumberdaya keselamatan Ueckermann et al., 2015). Secara kumulatif, peluang
serta penguatan sistem informasi keselamatan. tersebut juga dapat diakibatkan oleh kurangnya jarak
Selanjutnya, penentuan nilai peluang kecelakaan pandang di tiap bagian jalan, maupun tundaan
didasarkan pada deviasi/rasio/selisih antara parameter geometrik (akibat pengaruh tonjolan median terhadap
berikut: 1) dimensi dan bentuk infrastruktur dengan radius putar kendaraan) dan/atau tundaan lalu lintas
kriteria desainnya; 2) ketersediaan fasilitas pelengkap akibat konflik bersilangan di area simpang (da Costa et
jalan dengan kriteria (kebutuhan) penyediaannya (dari al. 2016a).
aspek jenis, jumlah dan lokasi); 3) pilihan kecepatan Semakin kesat permukaan perkerasan, semakin
dengan batas kecepatan maksimum yang diijinkan; 4) pendek jarak pengereman sehingga peluang tabrakan
JPH tersedia dengan JPH minimum; 5) pilihan jarak menjadi semakin kecil (Hidayatiningrum dan Suparma,
antar kendaraan dengan jarak aman antar kendaraan; 6) 2011). Penentuan nilai peluang kecelakaan akibat
persepsi pengemudi tentang kemampuan kondisi permukaan jalan didasarkan pada perbedaan
pengeremannya dengan kemampuan pengereman antara nilai kekesatan jalan di lapangan dengan standar
aktualnya; dan berbagai format komparatif lainnya nilai minimum untuk tiap kelas dan fungsi jalan
yang dikenal sebagai faktor keselamatan (safety dimaksud.
factor/SF). Adapun nilai peluang akibat gangguan jarak
Nilai peluang maupun konsekuensi kecelakaan pandang dinyatakan sebagai rasio antara JPH lapangan
dinyatakan dalam skala Likert (1 jika sangat kecil dan 5 terhadap JPH minimumnya. Misalnya, JPH lapangan
jika sangat besar). Semakin kecil perbedaan antara untuk kasus penyeberangan di area persimpangan tak
variabel risiko dengan kriteria desain, kriteria bersinyal adalah rerata pilihan celah penyeberangan
penyediaan maupun standar pelayanannya, semakin kritis kendaraan masuk-keluar simpang.
kecil pula peluang kecelakaannya. Sebaliknya, apabila Selain itu, nilai peluang kecelakaan akibat tundaan
perbedaan antara variabel risiko dengan kriteria desain, lalu lintas dan geometrik jalan didasarkan pada rasio
kriteria penyediaan maupun indikator kinerjanya tundaan lapangan terhadap tundaan ijinnya; yaitu
semakin besar, maka nilai konsekuensinya juga misalnya 30 detik/smp untuk persimpangan tak
semakin tinggi. bersinyal. Tundaan yang terlalu lama memicu pilihan
Karena perbedaan/selisih/deviasi tersebut celah penyeberangan kritis yang pendek sehingga
merupakan refleksi kehadiran persoalan keselamatan, semakin kecil celah penyeberangan kritisnya, semakin
maka selisih nilai SF ataupun hasil observasi terhadap tinggi peluang tabrakan dalam pola crossing.
kondisi batas optimumnya (1,0) dinyatakan sebagai Di lain pihak, peluang kecelakaan juga dapat
upaya yang diperlukan untuk terhindar dari kecelakaan dinyatakan sebagai akibat tidak terdapatnya kesesuaian
dan/atau tabrakan, dan disebut sebagai ambang batas antara jenis, jumlah dan lokasi fasilitas pelengkap jalan
keselamatan (margin of safety/MS). dengan kriteria penyediaannya. Dalam hal ini dapat
berupa ketersediaan rambu dan marka pembatas
III. HASIL DAN PEMBAHASAN kecepatan, maupun kesesuaian jumlah, lokasi
penampatan maupun dimensinya.
Output studi ini bersifat indikatif karena analisis Dari aspek perilaku pengendara, karena hasil
penilaian maupun penentuan strategi pengelolaan risiko penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perilaku
kecelakaan (peluang kejadian dan konsekuensi yang speeding, yaitu pilihan kecepatan yang lebih tinggi dari
dapat ditimbulkannya) dilakukan hanya berdasarkan batas kecepatan maksimum yang diijinkan (exceed the
ketersediaan data-data (input) yang diperoleh dari hasil regulated speed limit) maupun mengendarai kendaraan

Palembang, 19-20 September 2017 197


Prosiding Simposium II – UNIID 2017
e-ISBN: 978-979-587-734-9

di atas batas kecepatan idealnya (riding in penelitian terdahulu yang melaporkan adanya
inappropriate speed), merupakan penyebab kecelakaan penurunan kecepatan pengendara sepeda motor sebesar
yang paling utama (DaCoTA 2013; Joshi et al. 2010; sekitar 8 km/jam saat melintasi area persimpangan tak
Schroeder, Kostyniuk, and Mack 2013), maka peluang bersinyal (da Costa et al. 2016a) merupakan indikasi
kecelakaan dinyatakan sebagai rasio antara spot speed positif adanya kesadaran pengendara untuk
terhadap regulated speed limit sehingga semakin besar menurunkan peluang sekaligus konsekuensi
selisihnya (linear positif), semakin besar pula peluang kecelakaan. Penurunan kecepatan tersebut diperkirakan
kecelakaannya. berdampak signifikan terhadap penurunan kecepatan
Dengan demikian, karena penurunan kecepatan kendaraan sesaat sebelum pengereman (approaching
sebesar 5 km/jam terbukti mampu mereduksi peluang speed) maupun sebelum tabrakan (impact speed) dan
kecelakaan fatal hingga 20% (WHO 2008), maka hasil JPH minimumnya. Oleh karena itu, apabila

Tabel 1. Matriks indikator dan nilai peluang kecelakaan

Scove Peluang
Uraian/Indikator Kriteria Penilaian
1 2 3 4 5
Pengaruh Karakteristik Jalan dan Fasilitas Pelengkapnya
Kekesatan Permukaan Berdasarkan nilai SRV
Perkerasan Jalan (Skid standar untuk tiap kelas dan 85 75 65 55 45
Resistance) fungsi jalan
Rambu dan marka Kontekstualitas jenis, Ada rambu, Ada rambu, Ada rambu, Ada rambu, Tidak ada
jalan ketepatan lokasi penempatan lokasi lokasi kurang terhalang terhalang rambu
rambu dan kondisi rambu sesuai, sesuai, kondisi obyek obyek statis,
kondisi baik buruk dinamis, kondisi
kondisi baik kabur/rusak
Pengaruh Karakteristik Arus Lalu Lintas dan Pengguna Jalan
Speed choice Berlaku untuk max urban
≤ 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 ˃ 60
(km/jam) speed limit 60 km/jam
Braking capability Minimum braking
(m/detik2) deceleration rate (m/detik2); 4,5 ˂ x ˂ 3,4 ˂ x ˂
≥ 7,72 6,0 ˂ x ˂ 7,72 ≤ 3,4
level and dry road conditions; 6,0 4,5
running speed 60 km/jam
Kecepatan Jarak crossing= 0,278 Vcross
25 km/jam 20 km/jam 15 km/jam 10 km/jam 5 km/jam
Penyebrangan x TTC
% Peningkatan Tiap peningkatan 10% arus
volume lalu lintas meningkatkan peluang ≤5 5 ˂ x ˂ 10 10 ˂ x ˂ 15 15 ˂ x ˂ 20 ˃ 20
kecelakaan 12,5%
Pengaruh Kumulatif Karakteristik Jalan, Lalu Lintas dan Perilaku Pengguna
SF = JPH tersedia / 1 2 v
2 SF ≤ 1,0 0,99 ˂ SF ˂ 0,82 ˂ SF ˂ 0,65 ˂ SF ˂ SF ≥ 0,56
JPH  (Vo  t  a1t ) 
JPH min 2 a
2 0,81 0,64 0,55
SF di jalan bergradien V
2 SF ≤ 1,0
JPH 
Tergantung nilai JPH lapangan, namun dapat dipahami
254 a G
9,81 bahwa apabila nilai factor keselamatan (rasio JPH tersedia
SF di jalur menyiap di SF ≤ 1,0 terhadap JPH min) semakin kecil, maka peluang kejadian
m
jalan 2/2 UD M  0,278t (V  m 
1
) ) kecelakaannya semakin besar
1 2

Superelevasi (%) 6 5 4 3 ≤2
v2
f  8 7 6 5 ≤4
127R
e 
0,01 10 9 8 7 ≤6
Pengaruh Karakteristik Lingkungan Jalan
Pengaruh Karakteristik Lingkungan Jalan : tidak ada data/informasi yang memadai, namun jika kelas hambatan samping jalan (Side
friction) di tiap bagian jalan yang berkategor rawan keccelakaan tersedia, maka score peluang dapat ditentukan (side friction very low
– very high = 1-5) Komponen side friction yang memberi nilai peluang tertinggi diberi prioritas pengelolaan pertama (pengalokasian
daba pengelolaan dilakukan secara hirarkis
Pengaruh Karakteristik Kelembagaan
Pengaruh Karakteristik Kelembagaan Penyelenggra Sistem Keselamatan : tergantung ketersediaan Forum LLAJ dan pegangan
implementasi program IKJ. Jika terdapat pedoman dan kegiatan IKJ maka diasumsikan faktor penyebab, pemicu maupun penjelas
muncul/terjadinya situasi berisiko dapat dikelola secara proporsional.

Palembang, 19-20 September 2017 198


Prosiding Simposium II – UNIID 2017
e-ISBN: 978-979-587-734-9

kemampuan pengereman seseorang semakin tinggi, kendaraan saat terjadi benturan (impact speed)
maka semakin kecil peluang keterlibatannya dalam sehingga impact speed selalu digunakan sebagai
kecelakaan fatal (impact speed dan JPH minimum yang indicator konsekuensi. Dari kurva hubungan antara
dihasilkannya rendah). impact speed dan peluang fatalitas (WHO 2008)
Selain itu, karena kemampuan pengereman diketahui bahwa bila impact speed lebih besar dari 50
pengendara pemula juga terbukti dapat ditingkatkan km/jam, maka peluang fatalitas korban kecelakaan
sekitar 2,09 m/detik², melalui pelatihan cara adalah sekitar 80%, dan apabila impact speed lebih
pengereman dalam durasi latihan yang relatif singkat kecil dari 30 km/jam maka diperkirakan bahwa korban
yaitu 6 jam (Winkelbauer dan Vavryn 2015), maka kecelakaan hanya menderita luka-luka.
rasio kemampuan pengereman minimum terhadap Dengan mengacu pada model jarak pengereman
kemampuan pengereman maksimumnya dapat yang direkomendasikan oleh AASHTO (2011),
dijadikan indikator peluang kecelakaan. besarnya impact speed di sepanjang lajur pengereman
Semakin tinggi kemampuan pengereman seseorang, dapat dihitung secara obyektif, tergantung kemampuan
semakin pendek jarak pengereman dan/atau JPH pengereman pengendara. Semakin tinggi kemampuan
minimumnya sehingga semakin besar kemungkinan pengereman seseorang, semakin besar peluangnya
baginya untuk terhindar dari fatal accident, baik saat terhindar dari tabrakan dan/atau kecelakaan fatal.
terjadi crossing conflict maupun rear end conflict. Hal itu sangat mengindikasikan bahwa kemampuan
Dalam studi ini, juga dilakukan identifikasi peluang pengereman memegang peranan penting dalam
dan upaya pengelolaannya akibat kehadiran faktor pengelolaan risiko kecelakaan. Itulah mengapa
pemicu kecelakaan yaitu persepsi pengendara karena penelitian terdahulu melaporkan bahwa sejumlah besar
dari penelitian awal diketahui bahwa, hampir setiap pengendara merasa yakin bahwa kemampuan
hari 56% pengendara sepeda motor melakukan pengeremannya membantunya menghindari tabrakan
speeding karena merasa yakin bahwa kemampuan atau kecelakaan (da Costa et al. 2016b). Walaupun
pengeremannya dapat menghindarkannya dari tabrakan persepsi tersebut perlu diklarifikasi, namun dapat
(da Costa, Malkhamah, dan Suparma 2016b). Persepsi diduga bahwa persepsi pengendara tentang kemampuan
tersebut tentu saja perlu divalidasi melalui serangkaian pengereman merupakan faktor pemicu perilaku
tahapan uji coba, sehingga baik kemampuan speeding. Persepsi yang keliru dapat meningkatkan
pengereman maupun JPH minimum hasil uji coba nilai konsekuensi kecelakaan. Sayangnya, hingga kini
tersebut dapat dibandingkan terhadap persepsinya. Dari penentuan batas kecepatan maksimum di jalan maupun
perbandingan tersebut dapat ditentukan minimum mekanisme dan kriteria perijinan mengemudi belum
margin of safety yang diinginkan dan/atau diterima. mengakomodir pengaruh kemampuan pengereman
Hingga kini memang belum terdapat tata cara tersebut.
penentuan atau penilaian besar-kecilnya peluang Di lain pihak, penggunaan model passive safety
kecelakaan, sehingga pemberian nilai (score) peluang melalui penggunaan perlengkapan pelindung semisal
hendaknya dilakukan berdasarkan safety factor maupun helmet, seat belt dan air bag juga dapat dijadikan
selisih nilai rerata tiap variabel tinjauan. Rentang indikator konsekuensi karena terbukti mampu
penilaian untuk berbagai situasi berisiko agar dibuat mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan fatal
berdasarkan standar deviasi maupun kriteria desain (WHO 2008). Indikator dan estimasi nilai konsekuensi
dan/atau penyediaannya, sebagaimana terlihat dalam yang dapat ditimbulkan oleh tiap parameter tersebut
Tabel 1. adalah sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.

B. Indikator Konsekuensi Kecelakaan C. Margin of Safety


Konsekuensi terburuk dari suatu kecelakaan adalah Apabila tingkat risiko kecelakaan sudah dapat
meninggal dunia (fatal). Sudah menjadi pemahaman ditentukan berdasarkan ketersediaan indikator dan nilai
umum bahwa fatalitas dipengaruhi oleh kecepatan peluang maupun konsekuensi tersebut, maka tahapan

Tabel 2 Matriks Indikator dan Nilai Konsekuensi Kecelakaan

Uraian/ Score Konsekuensi


Kriteria Penilain
Indikator 1 2 3 4 5
Pengaruh Komulatif Karakteristik Jalan, Lalu Lintas dan Perilaku Pengguna
Impact speed V2 = 2Sb
>50 km/
(km/jam) Untuk Kemamp. Rem 6.57 <30 km/jam 30 km/jam 40 km/jam 50 km / jam
jam
m/det2; jarak rem 16 m
Helm Penggunaan helm Kesadaran Pengguna Helm dan sabuk pengaman secara benar (active
Seat bealt Penggunaan seat belt measuure) akan meurunkan potensi tingkat keparahan dan/ atau fatalitas.

Palembang, 19-20 September 2017 199


Prosiding Simposium II – UNIID 2017
e-ISBN: 978-979-587-734-9

selanjutnya adalah menentukan strategi dan/atau teknik (Davoodi et al. 2012), dan kemampuan pengereman
pengelolaan risiko berdasarkan besaran nilai peluang maksimum 7,72 m/detik² (Winkelbauer and Vavryn
maupun konsekuensi tiap situasi berisiko. Semakin 2015). Adapun indikator konsekuensinya adalah impact
besar nilai peluang dan/atau konsekuensinya, semakin speed.
tinggi prioritas pengelolaannya. Dalam hal ini, agar Dari hasil perhitungan diketahui bahwa JPH
pengelolaan risiko lebih obyektif maka besarnya upaya minimumnya adalah 24,6 m sehingga safety factor-nya
dan/atau sumber daya yang diperlukan untuk adalah 0,81 (margin of safety 0,19). Oleh karena itu,
menghilangkan dan/atau meminimalkan risiko harus agar terhindar dari tabrakan, setiap pengendara
didasarkan pada nilai margin of safety. berkemampuan pengereman rerata 7,72 m/detik² harus
Konsep margin of safety secara implisit muncul meningkatkan kemampuan pengeremannya sebesar 19
pada saat AASHTO (2011) merekomendasikan % atau sekitar 1,5 m/detik². Upaya tersebut sangat
penggunaan waktu reaksi minimum sebesar 1 detik mungkin dilakukan karena hasil penelitian terdahulu
untuk penentuan JPH minimum pada jalan berkondisi melaporkan bahwa rerata kemampuan pengereman
khusus. Dalam keadaan normal, waktu reaksi tersebut pengendara pemula dapat ditingkatkan sekitar 2,09
adalah 2,5 detik. Dengan demikian, karena JPH m/detik² (Winkelbauer and Vavryn 2015). Dalam
merupakan fungsi dari jarak reaksi dan jarak keadaan emergensi peningkatan daya pengereman
pengereman maka, analoginya, kemampuan (hard braking) diperkirakan melampaui 1,5 m/detik²
pengereman juga dapat dijadikan dasar penilaian risiko sehingga nilai peluang kecelakaan dikategorikan kecil
berbasis JPH minimum karena hasil penelitian (score peluang 2).
terdahulu menunjukkan bahwa perbedaan kemampuan Selain itu, impact speed pada jarak pengereman 20
pengereman cukup besar yaitu 3,4 m/detik² AASHTO m (JPH lapangan) adalah sekitar 15 km/jam sehingga
(2011), atau 6 m/detik² (Malkhamah et al. 2005) nilai konsekuensinya sangat kecil (score konsekuensi
bahkan 7,72 m.detik² (Winkelbauer and Vavryn 2015). 1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat
Untuk memahami situasi berisiko akibat perbedaan risiko pengendara berkemampuan pengereman sekitar
kemampuan reaksi dan perlambatan tersebut, 7,72 m/detik², di area persimpangan tak bersinyal,
digunakan kasus analisis risiko kecelakaan pengendara adalah tergolong kecil (nilai risiko 2).
sepeda motor di area persimpangan tak bersinyal. Dari contoh kasus tersebut terindikasi bahwa
Dalam hal ini, indikator peluang kecelakaan yang pengelolaan risiko kecelakaan secara obyektif hanya
digunakan adalah rasio JPH tersedia terhadap JPH dapat dilakukan dengan mudah apabila tersedia
minimum. JPH tersedia dinyatakan sebagai dari nilai indikator dan nilai risiko dari tiap situasi berisiko.
rerata celah penyeberangan kritis kendaraan masuk- Obyektifitas tersebut diharapkan dapat meminimalkan
kelaur jalan minor, yaitu 20 m (da Costa et al. 2016a); subyektifitas proses dan output kegiatan pengelolaan
sedangkan JPH minimum dihitung berdasarkan rerata risiko kecelakaan sekaligus memungkinkan
pilihan kecepatan kendaraan saat melintasi area ditentukannya strategi dan teknik pengelolaan yang
persimpangan 60 km/jam, asumsi perlambatan akibat lebih sesuai dengan kondisi risiko di lapangan.
tahanan mesin 1,73 m/detik² dan penurunan kecepatan
saat memasuki area persimpangan 8 km/jam (da Costa D. Strategi dan Teknik Pengelolaan Risiko
et al. 2016a), waktu reaksi minimum 0,68 detik Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan rekapitulasi indikator risiko tersebut di Perhubungan) dan mekanisme perolehan SIM (porsi
atas, cakupan pengelolaan risiko dapat diklasifikasikan Kepolisisan Republik Indonesia). Caranya adalah
dalam 5 kelompok kegiatan yaitu konservasi, dengan mengakomodir pengaruh kemampuan
pendayagunaan sistem keselamatan, pengendalian daya pengereman pengendara dan menjadikannya sebagai
rusak sistem keselamatan eksisting, pemberdayaan syarat wajib (kemampuan praktik) bagi calon pemilik
sistem keselamatan, serta kualitas sistem informasi SIM (baik SIM baru maupun perpanjangannya). Opsi
keselamatan. Cakupan indikator risiko yang terangkum ini dapat diterapkan karena perbaikan kemampuan
dalam Tabel 1 dan 2 hanya merupakan sebagian kecil pengereman terbukti dapat ditingkatkan (Winkelbauer
gambaran permasalahan risiko kecelakaan di jalan. and Vavryn 2015).
Walaupun demikian, informasi tersebut setidaknya 2. Strategi dan/atau teknik pendayagunaan sistem
sudah dapat digunakan sebagai dasar penentuan tingkat keselamatan.
risiko maupun strategi dan teknik pengendaliannya, Karena kordinasi kelembagaan merupakan kendala
termasuk dari aspek kelembagaan penyelenggaraannya implementasi kebijakan RUNK maka strategi
sebagaimana tertera dalam deskripsi berikut ini: pengendaliannya didasarkan pada upaya monitoring
1. Strategi dan/atau teknik konservasi. dan pemeliharaan kinerja infrastruktur (porsi
Strategi perlindungan dan/atau pencegahan Departemen Pekerjaan Umum) maupun perbaikan
terjadinya berbagai situasi berisiko, khususnya akibat sistem dan kinerja kelembagaan penyelenggara
perilaku speeding. Karena speeding dipicu oleh time keselamatan jalan (intra dan antar departemen/Forum
saving dan sensational seeking (Chen and Chen 2011; LLAJ). Untuk itu tidak saja diperlukan ketersediaan
da Costa et al. 2016b) maka pengendaliannya dilakukan indikator dan sistem penilaian tingkat risiko kecelakaan
perbaikan pedoman dan/atau peraturan tentang tata cara yang bersifat terukur, efisien dan efektif, namun juga
penentuan batas kecepatan (porsi Departemen sistem pendukung implementasinya. Untuk kasus

Palembang, 19-20 September 2017 200


Prosiding Simposium II – UNIID 2017
e-ISBN: 978-979-587-734-9

Tabel 3. Rekapitulasi cakupan, indicator, dan strategi pengolahan resiko


No Cakupan / Obyek Indikator Risiko Strategi/ Teknik
A KOSERVASI (PERLINDUNGAN, PENCEGAHAN MUNCULNYA SITUASI BERISIKO)
1 Permukaan jalan SF berbasis skid resistance Monev kondisi jalan dan kebutuhan
overlay, terutama di area dengan risiko
konflik tinggi
2 Rambu, marka SF berbasis ketersediaan dan Monev ketersediaan dan kebutuhan
kesesuaian tata letak perbaikan
3 Inappropriate Speed SF berbasis spot speed & Pemasangan rambu speed limit,
regulated speed limit pengukuran speed choice, penindakan
speeding behavior
4 Jarak Pandang Jarak berbasis JPH lapangan Pengukuran jph lapangan di tiap titik
dan JPH minimum rawan konflik
SF berbasis side friction Pengendalian dan penindakan parkir on-
lapangan dan teoritis street monev & pemasangan fasilitas
penyebrangan
6 Fasilitas Keselamatan Penggunaan helm dan seat Sosialisasi & penindakan
(protective clothing belt
B PENDAYAGUNAAN KELEMBANGAAN PENYELENGGARA
1 Pengendalian speeding SF berbasis pilihan kecepatan Perbaikan pedoman penentuan batas
behaviour dan kemampuan pengereman kecepatan
2 Pengaturan aspek kelayakan SF berbasis kemampuan Perbaiakan mekanisme perolehan sim
mengemudi pengereman
3 Koordinasi Pengelolaan risiko Ketersediaan rencana dan Pembentukan forum LLAJ
sumber daya aksi tindak
terpadu
4 Implementasi Program/ Ketersediaan pedoman Penyediaan pedoman IKJ
Kegiatan RUNK pengeloaan risiko yang Perbaiakan pedoman penentuan batas
dilengkapi kriteria dan kecepatan
indicator risiko yang terukur Perbaikan mekanisme perolehan SIM
C PENGENDALIAN DAYA RUSAK SISTEM KESELAMATAN
1 kinerja infrastuktur dan Ketersediaan dan kesesuaian Monev dan penindakan
fasilitas keselamatan desain maupun tata letak
2 pelanggaran dan / atau Berkurangnya perilaku Sosialisasi disiplin lalin, penindakan
penegakan aturan berlaku speeding tanpa penindakan tegas bagi pelanggar aturan
lintas Training cara pengereman yang baik dan
benar
3 persepsi tentang risiko SF berbasis persepsi dan Kriteria perolehan SIM diperketat
speeding kemampuan pengereman
aktual
D PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA KESELAMATAN
1 Kinerja sistem keselamatan Terukur, obyektif dan Perbaikan dan/ atau penyediaan indikator
evaluatif peluang dan konsekuensi yang terukur
2 Kinerja infrastruktur dan Ketersediaan fungsi Perbaikan dan/atau penyediaan kriteria
fasilitas keselamatan desain dan penyediaan infrastuktur
3 Kualitas layanan perjalanan Terpenuinya fungsi mobilitas Penyediaan fasilitas (rambu) pengatur
dan keselamatan berbasis batas kecepatan yang memenuhi
minimum margin of safetty minimum margin of safety
4 Sistem pendukung Dimilikinya kemampuan Penguatan mekanisme perolehan SIM
keselamatan pengereman standar untuk pencegahan perilaku berisiko
5 Pedoman pengeloaan Ketersediaan tools dan Fasilitas studi pengembangan dan/atau
kecepatan dan perolehan SIM mekanisme perbaikan perbaikan pedoman penentuan speed
kemampuan pengereman limit dan mekanisme perolehan SIM
6 Targetan RUNK Terselenggaranya berbagai Percepatan capaian target melalui
kegiatan pengeloaan risiko perbaikan sistem pendanaan dan
koordinasi lintas sektoral
E PENGUATAN SISTEM INFORMASI KESELAMATAM
1 Sosialisasi dan edukasi Ketersediaan modul dan Fasilitas kegiatan edukasi/ sosialisasi
keselamatan lalu lintas terselenggaranya kegiatan dampak negatif pelanggarannya sebagai
sosialisasi keselamatan lalu dasar penindakan perilaku speeding
lintas
2 Kinerja layanan fasilitas Ketersediaan rambu, marka Monev danperbaiakn kinerja fasilitas
pelengkap jalan dan sistem penerangan jalan pelengkap jalan

pengelolaan perilaku speeding, sistem pendukung yang maksimum dan perolehan SIM.
diperlukan adalah pengembangan dan/atau perbaikan 3. Strategi dan/atau teknik pengendalian daya rusak
peraturan dan pedoman yang mengatur kriteria desain sistem keselamatan eksisting.
dan penyediaan infrastruktur, termasuk pedoman IKJ Ketiadaan informasi pergerakan akibat hilang atau
maupun pedoman penetapan batas kecepatan rusaknya rambu/marka, salah pemanfaatan fasilitas

Palembang, 19-20 September 2017 201


Prosiding Simposium II – UNIID 2017
e-ISBN: 978-979-587-734-9

maupun tidak adanya upaya penindakan pelanggaran dapat ditimbulkannya. Oleh karena itu kegiatan
rambu pembatas kecepatan merupakan monitoring dan evaluasi maupun perbaikan kinerja
sejumlahfenomena yang dapat merusak tatanan layanan fasilitas pelengkap jalan harus dilakukan secara
keselamatan berlalu lintas. Oleh karena itu, strategi regular.
pengendaliannya difokuskan pada evaluasi ketersediaan Tabel 3 menunjukkan bahwa strategi engelolaan
dan kinerja fasilitas keselamatan terbangun serta risiko kecelakaan bersifat saling terkait dan multi
peningkatan kedisiplinan pengguna jalan dan institusi. Oleh karena itu, penguatan aspek
penegakan aturan berlalu lintas (pemberian sanksi) suprastruktur (regulasi, pedoman, dan kelembagaan
yang menimbulkan efek jera. Hal tersebut perlu penyelenggaraan serta sistem pendanaannya)
didukung oleh tersedianya pedoman pengaturan batas merupakan kunci keberhasilan pengelolaan risiko
kecepatan dan perbaikan mekanisme perolehan SIM. kecelakaan lalu lintas. Hal tersebut perlu didukung oleh
Opsi strategis tersebut direkomendasikan karena 1) perbaikan perilaku dan persepsi pengguna jalan
persepsi pengendara tentang manfaat dan kerugian tentang peluang kecelakaan dan konsekuensinya 2)
speeding diperkirakan merupakan variabel pemicu kemampuan penyediaan dan pengelolaan infrastruktur
toleransi pengendara terhadap risiko (Chen and Chen jalan maupun fasiltas pelengkapnya secara proporsional
2011; Wong, Chung, and Huang 2010). dan berkelanjutan. Proporsionalitas obyek pengelolaan
Persepsi yang keliru tentang kinerja individu harus didasarkan pada tingkat risiko yang ditimbulkan
(keyakinan berlebihan akan kemampuan pengereman) oleh tiap komponen sistem keselamatan tersebut, yang
dapat diperbaiki melalui sosialisasi, edukasi dan penentuannya agar didasarkan pada ukuran-ukuran
training sehingga penyempurnaan mekanisme perijinan indikator peluang dan konsekuensi yang bersifat
perolehan SIM, yaitu dengan penambahan pengetahuan kuantitatif sehingga tujuan peruntukan pemanfaatannya
dan latihan cara pengereman yang baik dan benar dapat dievaluasi dan/atau dikembangkan secara
merupakan suatu kebutuhan mendesak. obyektif, kontekstual dan berkelanjutan.
Konsekuensinya, hanya pengendara yang lolos ujian Selain itu, indikator dan nilai peluang maupun
kognitif dan berkemampuan pengereman terstandar konsekuensi yang ditampilkan dalam paper ini bersifat
(moderate) yang berhak mendapatkan SIM. alternative, sejauh memiliki kemiripan karakteristik
4. Strategi dan/atau teknik pemberdayaan sistem risiko. Walaupun demikian, disarankan agar 1)
keselamatan. penentuan indikator risiko dilakukan berdasarkan nilai
Pemberdayaan upaya pencegahan (pre-event), safety factor 2) penentuan strategi dan teknik
penanggulangan (event) dan pemulihan kinerja sistem pengendalian risiko didasarkan pada nilai margin of
keselamatan (post-event) dilakukan melalui penyediaan safety. Dengan demikian, indikator dan nilai risiko
kriteria penyediaan fasilitas pengendali risiko, yang ditawarkan sudah dapat digunakan sebagai dasar
pembinaan dan pengaturan perilaku (pemanfaatan pengelolaan risiko, termasuk pelaksanaan IKJ, di
berbagai fasilitas pengendali) serta alat dan mekanisme Indonesia.
penindakan perilaku berisiko. Untuk itu diperlukan
upaya pemetaan situasi berisiko di jalan dan rencana IV. KESIMPULAN
aksi tindak pengelolaannya secara berkelanjutan
melalui dukungan pendanaan yang memadai. Kesimpulan yang dapat dibuat berdasarkan hasil
Selain itu, pemberdayaan juga dilakukan pada aspek analisis dan pembahasan tersebut di atas adalah:
penegakan hukum. Apabila proses edukasi dan/atau 1. Cakupan pengelolaan risiko agar difokuskan pada
sosialisasi dampak negative perilaku speeding dan seluruh komponen sistem keselamatan melalui
penyediaan fasilitas pengendali kecepatan (rambu dan upaya konservasi; pendayagunaan, pengendalian
marka) serta mekanisme perolehan SIM sudah daya rusak dan pemberdayaan sistem keselamatan;
memadai, maka pelanggaran batas kecepatan serta perbaikan sistem informasi keselamatan.
maksimum dapat ditindak tegas secara berwibawa. 2. Safety factor dan impact speed merupakan indikator
Oleh karenanya, penentuan batas kecepatan harus peluang dan konsekuensi terukur yang
memenuhi tuntutan minimum margin of safety. Dalam direkomendasikan sebagai dasar perbaikan pola
kasus speeding behavior, pelanggaran rambu batas pengelolaan risiko kecelakaan lalu lintas.
kecepatan maksimum secara sengaja (intentional risk 3. Strategi dan teknik intervensi perilaku pengguna
taking behavior), sudah sepatutnya dikategorikan jalan, teknis (kecepatan, kinerja infrastruktur jalan,
sebagai tindakan kejahatan (crime) dan ditindak tegas sistem kendali gerak kendaraan) dan kelembagaan
karena berpotensi menghilangkan nyawa manusia. pengelolaan risiko secara hirarkis agar diterapkan
5. Strategi dan/atau teknik peningkatan kualitas sistem secara terpadu dan berkelanjutan. Efektifitasnya
informasi keselamatan. tergantung pada ketersediaan dan kesesuaian
Fasilitasi kegiatan pendidikan dan pelatihan indikator dan nilai peluang maupun konsekuensi
keselamatan yang berkelanjutan dan terstruktur kecelakaan.
(dimasukkan dalam satu kesatuan sistem pencegahan,
pendayagunaan, pengendalian daya rusak, UCAPAN TERIMA KASIH
pemberdayaan dan informasi yang menyeluruh dan Terima kasih kepada Kementiran Riset, Teknologi dan
kontekstual) dapat meningkatkan kesadaran tentang Perguruan Tinggi atas bantuan dana penelitian melalui skema
peluang kecelakaan dan prakiraan konsekuensi yang

Palembang, 19-20 September 2017 202


Prosiding Simposium II – UNIID 2017
e-ISBN: 978-979-587-734-9

Hibah Tim Pascasarjana Tahun 2017, dan kepada Yayasan Asphaltverband e. V.


Pendidikan Katolik Arnoldus Kupang atas bantuan biaya
studi lanjut 2016/2017. Hidayatiningrum L. F and Suparma L.B., 2011, Laboratory
Investigation of Skid Resistance For Steel Slag
Utilization as Cheap Seal, Jurnal Transportasi. 11 (1)
DAFTAR PUSTAKA April 2011, hlm. 75-78.

AASHTO, 2011, A Policy on Geometric Design of Highways Joewono, Tri Basuki, Upali Vandebona, and Yusak O.
and Streets, 2011 6th E. Washington DC: American Susilo., 2014, “Behavioural Causes and Categories of
Association of State Highway and Transportation Traffic Violations by Motorcyclists in Indonesian
Officials. Urban Roads.” Journal of transportation Safety &
Security (January 2015), hlm. 37–41.
Andreas Ueckermann, Dawei Wang, Markus Oeser, Bernhard
Steinauer, 2015, Calculation of Skid Resistance from Joshi, S. et al., 2010, Understanding Risk Taking Behaviour
Texture Measurements. Journal of Traffic and within the Context of PTW Riders, Paris, Retrieved
Transportation Engineering, 2 (1), hlm. 3-16. (www.2besafe.eu).

Anon., 2011, Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Lamble, Dave, Matti Laakso, and Heikki Summala., 1999,
Jalan 2011-2035, Jakarta. “Detection Thresholds in Car Following Situations
Chen, Ching Fu and Cheng Wen Chen., 2011, “Speeding for and Peripheral Vision: Implications for Positioning of
Fun? Exploring the Speeding Behavior of Riders of Visually Demanding in-Car Displays.” Ergonomics
Heavy Motorcycles Using the Theory of Planned 42(6), hlm. 807–15.
Behavior and Psychological Flow Theory.” Accident
Analysis and Prevention 43(3), hlm. 983–90. Malkhamah, Siti, M. Tight, and F. Montgomery., 2005, “The
Retrieved Development of An Automatic Method of Safety
(http://dx.doi.org/10.1016/j.aap.2010.11.025). Monitoring at Pelican Crossing.” Accident Analysis
and Prevention 37(5), hlm. 938–46. Retrieved
Da Costa, Don Gaspar Noesaku., 2012, “Accident Risk (http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0967070
Analysis of Motorcyclist.” Pp. 1–11 in 15th X05000909).
International Symposium of the Indonesian Inter
McCuen RH, Ezzell EZ, Wong MK., 2011, Fundamentals of
University Transport Studies Forum, Bekasi, Jakarta:
Civil Enggineering _ An Introduction to the ASCE
FSTPT.
Body of Knowledge. Taylor and Francis Group -
CRC Press. Boca Raton – USA
Da Costa, Don Gaspar Noesaku, Siti Malkhamah, and Latif
Budi Suparma. 2016a, “A Systematic Approach in
Nassar, Saad A., 1996, “Integrated Road Accident Risk
Developing An Accident Risk Reduction Scheme.”
Model (ARM).” University of Waterloo.
Pp. 13–18 in 6th International Annual Engineering
Seminar.ISBN 978-1-5090-0741-7, Yogyakarta,
Schroeder, Paul, Lidia Kostyniuk, and Mary Mack., 2013,
Indonesia.
2011 National Survey Of Speeding Attitudes and
Behaviors, Washington DC.
Da Costa, Don Gaspar Noesaku, Siti Malkhamah, and Latif
Budi Suparma., 2016b, “Motorcyclist Risk Taking
Smith, Terry, Steve Garet, and Jessica Cicchino., 2013, The
Behavior.” Pp. 1–10 in 19th International Symposium
Effect of Sight Distance Training on the Visual
of Indonesian Inter-University Transportation Studies
Scanning of Motorcycle Riders: A Preliminary Look.
Forum, Yogyakarta, Indonesia.
Washington DC. Retrieved
(http://www.nhtsa.gov/staticfiles/nti/pdf/811690.pdf).
Da Costa, Don Gaspar Noesaku, Siti Malkhamah, and Latif
Budi Suparma., 2016c, “The Development of Traffic
Underwood, Peter and Patrick Waterson., 2013, “Systemic
Accident Risk Managament Method.” Warta
Accident Analysis : Examining the Gap between
Penelitian Perhubungan 6:in press.
Research and Practice.” Accident Analysis and
Prevention 55:154–64. Retrieved
DaCoTA., 2013, Speed and Speed Management, Retrieved
(http://dx.doi.org/10.1016/j.aap.2013.02.041).
(www.dacota-project.eu).
WHO. 2008. Speed Management: A Road Safety Manual for
Davoodi, Seyed Rasoul, Hussain Hamid, Mahdieh
Decision-Makers and Practitioners. Geneva,
Pazhouhanfar, and Jeffrey W. Muttart., 2012,
Switzerland: Global Road Safety Partnership.
“Motorcyclist Perception Response Time in Stopping
Sight Distance Situations.” Safety Science 50(3), hlm.
Winkelbauer, Martin and K. Vavryn., 2015, Braking
371–77, Retrieved
Performance of Experienced and Novice Motorcycle
(http://dx.doi.org/10.1016/j.ssci.2011.09.004).
Riders - Results of a Field Study.
Druchner L, Els H., Habermann U., Nolle B., Rauschenbach
Wong, Jinn Tsai, Yi Shih Chung, and Shih Hsuan Huang.
V., Sadzulewsky S., Schellenberger M., Schgeiner H.,
2010. “Determinants behind Young Motorcyclists’
Schmidt H and Weiland N., 2011, Asphalt surface
Risky Riding Behavior.” Accident Analysis and
courses skid resistance, package of measures for
Prevention 42(1), hlm. 275–81.
design and work-execution. 2nd revised edition April
2006. English Translation 2011, Deutcher

Palembang, 19-20 September 2017 203

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai