Anda di halaman 1dari 2

Sulfonilurea

Sejarah sulfonilurea dimulai pada tahun 1937 dengan pengamatan aktivitas


hipoglikemik (penurunan glukosa darah) dari senyawa sulfur atau belerang
sintetis. Lima tahun kemudian, Marcel Janbon dan timnya menemukan bahwa
ketika pasien demam tifoid diberi suatu antimikroba sulfa, para pasien mengalami
penurunan glukosa darah. Akhirnya penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa
senyawa turunan tersebut mampu merangsang pelepasan hormon insulin dari
sel beta pankreas.

Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin sehingga efektif hanya
jika masih ada aktivitas sel beta pankreas; pada pemberian jangka lama sulfonilurea
juga memiliki kerja di luar pankreas. Semua golongan sulfonilurea dapat
menyebabkan hipoglikemia, tetapi hal ini tidak biasa terjadi dan biasanya
menandakan kelebihan dosis. Hipoglikemia akibat sulfonilurea dapat menetap
berjam-jam dan pasien harus dirawat di rumah sakit.

Sulfonilurea digunakan untuk pasien yang tidak kelebihan berat badan, atau yang
tidak dapat menggunakan metformin. Pemilihan sulfonilurea diantara obat yang ada
ditentukan berdasarkan efek samping dan lama kerja, usia pasien serta fungsi ginjal.
Sulfonilurea kerja lama klorpropamid dan glibenklamid lebih sering menimbulkan
hipoglikemia; oleh karena itu untuk pasien lansia obat tersebut sebaiknya dihindari
dan sebagai alternatif digunakan sulfonilurea kerja singkat, seperti gliklazid atau
tolbutamid. Klorpropamid juga mempunyai efek samping lebih banyak daripada
sulfonilurea lain (lihat keterangan di bawah) sehingga penggunaannya tidak lagi
dianjurkan.

Jika kombinasi antara diet ketat dan terapi sulfonilurea gagal, pilihan lain meliputi:

 Kombinasi dengan metformin (bagian 6.1.2.2) (laporan peningkatan risiko


bahaya penggunaan kombinasi ini belum diketahui pasti);
 Kombinasi dengan akarbosa (bagian 6.1.2.3), mungkin memberikan manfaat
sedikit, tetapi flatulensi dapat menjadi masalah;
 Kombinasi dengan pioglitazon, lihat bagian 6.1.2.3;
 Kombinasi dengan insulin isophane pada waktu tidur malam (bagian 6.1.1), tetapi
dapat terjadi peningkatan berat badan dan hipoglikemia.
Terapi insulin sebaiknya diberikan secara sementara selama sakit
yang intercurrent (misalnya infark miokard, koma, infeksi dan trauma). Sulfonilurea
tidak boleh diberikan pada pagi hari pembedahan, untuk itu diperlukan insulin karena
dapat terjadi hiperglikemia pada keadaan ini.
Peringatan: Sulfonilurea dapat meningkatan berat badan dan diresepkan hanya jika
kontrol buruk dan gejala tidak hilang walaupun sudah melakukan upaya diet yang
memadai. Metformin (bagian 6.1.2.2) dipertimbangkan sebagai obat pilihan untuk
pasien kelebihan berat badan. Hati-hati digunakan pada pasien lansia dan pada
pasien dengan gangguan fungsi hati (lampiran 2) dan ginjal ringan hingga sedang
(lampiran 3) karena bahaya hipoglikemia. Tolbutamid kerja singkat dapat digunakan
pada pasien dengan gangguan ginjal, begitu juga glikuidon dan gliklazid yang
dimetabolisme di hati, tetapi diperlukan monitoring kadar glukosa darah, diperlukan
dosis terkecil yang menghasilkan kontrol glukosa darah yang cukup.
Kontraindikasi: Sulfonilurea sedapat mungkin dihindari pada gangguan fungsi hati
(lampiran 2); gagal ginjal (lampiran 3) dan pada porfiria. Sulfonilurea sebainya tidak
digunakan pada ibu menyusui dan selama kehamilan sebaiknya diganti dengan
terapi insulin (lihat juga lampiran 4). Sulfonilurea dikontraindikasikan jika terjadi
ketoasidosis.
Efek samping: umumnya ringan dan jarang, diantaranya gangguan gastrointestinal
seperti mual, muntah, diare dan konstipasi. Klorpropamid memiliki efek samping
lebih banyak karena durasi kerjanya yang lama dan risiko hipoglikemia sehingga
tidak lagi digunakan. Juga dapat menyebabkan muka kemerahan setelah minum
alkohol; efek ini tidak terjadi pada sulfonilurea lain. Klorpropamid juga dapat
meningkatkan sekresi hormon antidiuretik dan sangat jarang menyebabkan
hiponatremia (hiponatremia juga dilaporkan pada glimepirid dan glipizid).
Sulfonilurea dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, yang mungkin menyebabkan
jaundice kolestatik, hepatitis dan kegagalan fungsi hati meski jarang. Dapat terjadi
reaksi hipersensitifitas, biasanya pada minggu ke 6-8 terapi, reaksi yang terjadi
berupa alergi kulit yang jarang berkembang menjadi eritema multiforme dan
dermatitis eksfoliatif, demam dan jaundice; jarang dilaporkan fotosensitivitas dengan
klorpropamid dan glipizid. Gangguan darah juga jarang yaitu leukopenia,
trombositopenia, agranulositosis, pansitopenia, anemia hemolitik, dan anemia
aplastik.

Anda mungkin juga menyukai