Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas izin, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan baik. Makalah dengan judul “Implementasi Akuntansi Islam pada

Asuransi Syariah” ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas

tambahan mata kuliah Pelaporan Keuangan Syariah.

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu, penulis menghaturkan permohonan maaf apabila

terdapat kesalahan dalam makalah ini. Penulis pun berharap pembaca

makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya agar di kemudian hari

penulis bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang

bantuannya dalam penyusunan makalah ini, terkhususnya kepa Bapak Sendi

Gusnandar Arnan, S.E.,M.M., Ak., C.A. selaku dosen pengampu mata kuliah

Pelaporan Keuangan Syariah yang memberi kesempatan kepada penulis untuk

menyusun makalah ini sebagai tugas tambahan.

Bandung, 11 januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah: .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Asuransi Menurut Syariah ....................................................... 3
2.2 Landasan Hukum Asuransi Syariah ............................................................ 5
2.3 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah ................................................................ 7
2.5 Tujuan Akuntansi Asuransi Keuangan Syariah ........................................ 9
2.6 Sistem-Sistem Asuransi ............................................................................... 10
2.7 Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga) .......................... 11
2.8 Sistem Pengelolaan Dana Asuransi Syariah ............................................ 13
2.9 Sumber Biaya Operasional .......................................................................... 16
2.10 Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi
Konvensional ................................................................................................. 20
2.11 Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah ........................ 25
BAB III PENUTUP ...........................................................Error! Bookmark not defined.
3.1 Simpulan ......................................................................................................... 27
3.2 Saran ................................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................iii
LAMPIRAN .....................................................................................................................iv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah

musibah atau sebuah masalah yang mana masalah tersebut akan

menimbulkan sebuah kerugian atau risiko. Nah dalam hal ini ada yang

namanya asuransi, yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi hal

tersebut. Sebagai orang muslim disini kami akan membahas mengenai

akuntansi transaksi Asuransi yag Syariah tentunya. Sehingga dengan adanya

pembahasan ini maka kita akan tahu dan paham mengenai akuntansi Asuransi.

Akuntansi Asuransi yang akan kami bahas disini adalah yang digunakan di

lembaga keuangan syariah. Dalam akuntasi asuransi syariah ada beberapa

prinsip yang ada didalamnya yang harus diterpakan meliputi : saling

bertanggung jawab, saling bekerjasama, saling melindungi. Dan akuntnasi

asuransi syariah dan konvensional mempunyai perbedaan. Dan dengan ini

kami akan mempersembahkan sebuah makalah yang akan memaparkan hal-

hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah:

Berdasarkan Latar belakang diatas adapaun Rumusan Masalah:

1. Apa Pengertian Asuransi Syariah?

2. Bagaimana Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah?

3. Apa Manfaat dan Tujuan Sistem Asuransi Syariah?

1
4. Bagaiman Sistem-Sistem Asuransi Syariah?

5. Bagaimanan Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga)

6. Bagaimana Sistem Pengelolaan dana asuransi syariah ?

7. Apa Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi

Konvensional ?

8. Bagaimana Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui konsep-konsep akuntansi asuransi syariah.

2. Untuk mengetahui perbedaan akuntansi asuransi syariah dan asuransi

konvensional

3. Untuk mengetahui implementasi akuntansi islam pada asuransi

syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Menurut Syariah

Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut

mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min.

At-ta’min memiliki arti member perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan

bebas dari rasa takut. Men-ta’min-kan sesuatu, artinya adalah seseorang

membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya

mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk

mendapatkan ganti terhadap harta yang hilang, dikatakan ‘seseorang

mempertanggungkan atau mengasurasnsikan hidupnya, rumahnya atau

mobilnya’.

Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar, yaitu al-

kifayah ‘kecukupan’ dan al-amnu ‘keamanan’. Sebagaimana firma Allah swt,

“Dialaha Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan’’, sehingga

sebagaian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk

keamanan. Mereka menyebutnya dengan al-amnu al-qidza i aman konsumnsi.

Dari prinsip tersebut, Islam mengarahkan kepada umatnya untuk mencari

rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa mendatang maupun untuk

3
keluarganya sebagai nasihat Raul kepada Sa’ad bin Abi Waqqash agar

mensedekahkan sepertiga hartanya saja. Selebihnya ditinggalkan untuk

keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat. Asuransi

merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat lima aspek yaitu aspek

ekonomi, hokum, social, bisnis, dan aspek matematika.

Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui

investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola

pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)

yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang

tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm

(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

Menurut Husain Hamid Hisan, mengatakan bahwa asuransi adalah sikap

ta’awun yang telah diatur dengan system yang sangat rapih, antara sejumlah

besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiawa. Jika

sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling

menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian

(derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian

(derma) tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami

oleh peserta yang tertimpa musibah.

4
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesi (DSN-MUI) dalam

fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberikan definisi

tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah (Ta’min, Tafakul, Tadhamun)

adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang

atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’ yang

memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui

akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Dari definisi di tersebut tampak

bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang

disebut dengan ta’awun. Yaitu prinsip hidup saling melindungi dan saling

tolong menolong atas dasar ukhuwal Islamiyah antara sesame anggota

perserta Asuransi Syariah dalam menghadapi malapetaka (risiko).

2.2 Landasan Hukum Asuransi Syariah

Hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka artinya Allah SWT

dalam Al-Quran hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja.

Selebihnya adalah terbuka bagi mujahit untuk mengembangkan melalui

pemikirannya selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadist . Al-

Qur’an maupun hadist tidak menyebutkan secara nyata apa dan bagaimana

berasuransi. Namun bukan berarti bahwa asuransi hukumnya adalah haram

karena ternyata dalam hokum Islam memuat substansi perasuransian secara

Islami. Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling

bekerjasama, saling tolong menolong, dan saling melindungi penderitaan satu

sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syaria’h, karena

prinsip-prinsip dasar syariat mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat

5
kerataan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan

bencana mereka sebagaimana firman Allah Taala dalam Al-Quran surah al-

Maidah ayat 2 yang artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam

mengerjakan kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya

Allah amat berat siksa-Nya.”

Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa

melakukan persiapan untuk menghadapi hari esok. Allah berfirman dalam

surat al Hasyr ayat 18: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat

untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan [al Hasyr: 18] . Ayat ini dikaitkan

oleh sebagian umat Islam dengan aktivitas menabung atau berasuransi.

Menabung adalah upaya mengumpulkan dana untuk kepentingan mendesak

atau kepentingan yang lebih besar di masa depan, sedangkan asuransi adalah

upaya berjaga-jaga jika suatu musibah datang menimpa, di mana hal ini

membutuhkan perencanaan dan kecermatan.

Dari segi hokum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih

mendasarkan legalitasnya pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi syariah di

Indonesia karena tidak mengatur mengenai keberadaan asuransi berdasarkan

prinsip syariah. Dengan kata lain, UU No. 2 Tahun 1992, tidak dapat dijadikan

6
landasan hokum yang kuat bagi asuransi syariah. Adapun peraturan

perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan

asuransi syariah yaitu :

a) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003

tentang perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi.

b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003

tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan

Reasuransi.

c) Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000

tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi dengan system Syariah.

2.3 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah

Prinsip utama dalam asuransi syaraiah adalah ta’awanu ‘ala al birr wa

al-taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan

al-ta’min (rasa aman). Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa

asuransi syariah atau asuransi tafakul ditegakan atas tiga prinsip utama, yaitu

a. Saling bekerja sama atau Bantu-membantu.

Seorang muslim bagian dari sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,

seorang muslim dituntut mampu merasakan dan memikirkan saudaranya

7
yang akan menimbulkan sikap saling membutuhkan dalam menyelesaikan

masalah.

“Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan)kebaikan dan taqwa. Dan

jangan tolong,menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS.Al

Maidah[5];2)

b. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain.

Hubungan sesama muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota badan

terganggu atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan. Maka

saling membantu dan tolong-menolong menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat.

“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-

wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu

menghardiknya”’.(Adh.Duiha [93]9-10)

c. Sesama muslim saling bertanggungjawab

Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama

muslim. Sebagaimana dalam firman Allah swt surat Ali Imran93) ayat 103.

“Dan peganglah kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-

berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepamu ketika dahulu (masa Jahilliyah)

bermusuh-musuhan, maka, Allah merpersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu

karena nikmat Allah orang-orang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi

jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikian Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.

2.4 Manfaat Asuransi

8
Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi

manfaat bagi para peserta asuransi antara lain sebagai berikut:

1) Rasa aman dan perlindungan.

2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.

3) Berfungsi sebagai tabungan.

4) Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para

peserta sebagai bentuk saling tolong menolong dan membantu diantara

mereka.

5) Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan

melakukan investasi sesuai dengan syariah atas suatu bidang usaha tertentu.

2.5 Tujuan Akuntansi Asuransi Keuangan Syariah

Akuntansi keuangan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring

dengan tingkat kebutuhan perusahaan untuk menetapkan hak dan kewajiban

keuangan, hasil operasi dan untuk memberikan imformasi mengenai posisi

keuangan pada waktu tertentu.

Suatu transaksi dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila telah

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

 Transaksin tidak mengandung unsur kezaliman

 Transaksi tidak mengandung unsur riba

 Transaksi tidak mengandung unsur judi

 Transaksi tidak mengandung unsur penipuan

 Transaksi tidak mengandung material yang diharamkan

 Transaksi tkidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain

9
Adapun tujuan dari Akuntansi Keuangan Syariah baik pada asuransi syariah

maupun pada lembaga keuangan syariah lainnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait termasuk hak dengan kewajiban

yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain,

sesuai dengan prinsip syariah yang berdasarkan pada konsep kejujuran,

keadilan, kebajikan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islam.

b. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan

untuk mengambil keputusan.

c. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi

dan kegiatan usaha.

2.6 Sistem-Sistem Asuransi

Menurut Syahatah (2006: 4) Sistem asuransi yang paling banyak

berkembang dan beredar dewasa ini antara lain sebagai berikut:

1) Perusahaan jasa asuransi niaga

Asuransi niaga terkait erat dengan bahaya-bahaya atau risiko-risiko yang

muncul akibat menjalankan aktivitas perdagangan, terutama angkutan barang

dan sejenisnya dari satu tempat ke tempat lain, meliputi: Asuransi laut,

asuransi darat, Asuransi udara.

2) Sistem asuransi jiwa

Asuransi ini berkaitan dengan marabahaya dan risiko yang dapat menimpa

seseorang, seperti luka-luka akibat kecelakaan, sakit, meninggal, atau pension.

Dan diantara model asuransi jiwa yang paling penting adalah sebagai berikut:

 Asuransi hidup

10
 Asuransi Kecelakaan

 Asuransi Sosial

 Asuransi Sakit

3) Sistem asuransi dari marabahaya yang menimpa harta benda

Model asuransi ini yang paling populer antara lain sebagai berikut.

 Asuransi dari kebakaran, pencurian, dan pengrusakan/ pemusnahan.

 Jaminan asuransi dari tanggung jawab sipil, pekerjaan, dan kecelakaan kerja.

 Jaminan asuransi dari kemacetan pembayaran.

4) Sistem asuransi investasi

Asuransi ini berlandaskan pada sistem pemberian sejumlah dana untuk

investasi bersama sejumlah orang atau perusahaaan, kemudian sebagian

modal dan labanya diberikan kepada pihak yang mengalami kerugian,

sementara sisanya dikembalikan pada mereka ketika telah mencapai jangka

waktu tertentu. Dengan demikian, ini menggabungkan antara sistem investasi

dan asuransi.

2.7 Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga)

Asuransi syari‟ah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung

jawab, bantu-membantu dan melindungi para peserta sendiri. Perusahaan

asuransi takaful diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk

mengelola premi para peserta, mengembangkan dengan jalan halal,

memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta

perjanjian Muhammad dalam Hilaliyah (2008:41).

11
Takaful keluarga sendiri adalah bentuk takaful yang memberikan

perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri

peserta takaful dalam musibah kematian yang akan menerima santunan

sesuai perjanjian adalah keluarga/ahli warisnya, atau orang yang ditunjuk,

dalam hal tidak ada ahli waris. Dalam musibah kecelakaan yang tidak

mengakibatkan kematian, santunan akan diterima oleh peserta yang

mengalami musibah. Menurut Muhammad dalam Hilaliyah (2008:42), Jenis

takaful keluarga meliputi:

1. Produk takaful individu dengan unsur tabungan, meliputi:

a. Takaful berencana/dana investasi

b. Takaful dana haji

c. Takaful pendidikan/dana siswa

d. Takaful dana jabatan

e. Takaful hasanah

2. Produk takaful individu tanpa unsur tabungan, meliputi:

a. Takaful kesehatan individu

b. Takaful kecelakaan diri individu

c. Takaful Al-Khairat individu

3. Produk takaful kumpulan

a. Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan

b. Takaful Majelis ta‟lim

c. Takaful Al-Khairat

d. Takaful Al-Khairat+Tabungan Haji (Takaful Iuran Haji)

12
e. Takaful Pembiayaan

f. Takaful Kecelakaan Siswa

g. Takaful Wisata dan Perjalanan

h. Takaful Medicare

i. Takaful perjalanan haji dan umrah

2.8 Sistem Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

Informasi tentang pengelolaan dana asuransi syariah ini juga diberikan

oleh perusahaan asuransi pertama yang memperkenalkan asuransi syariah

sebagai sejarah terbentuknya asuransi syariah di dunia. Dalam hal

keuntungan yang di dapat oleh perusahaan asuransi atas pengembangan dana

asuransi syariah dari setiap nasabah asuransi syariah ini di bagi secara merata

dan seimbang. Ini sesuai dengan prinsip asuransi syariah “mudharabah” atau

biasa disebuat dengan prinsip bagi hasil. Dan besarnya pembagian hasil dari

keuntungan tersebut, ini tergantung pada kesepakatan antara peserta

asuransi syariah di mana nasabah asuransi syariah ini menjadi pemilik

modal dengan perusahaan asuransi yang berfungsi sebagai media untuk

mengembangakan dan menjalankan modal tersebut pada saat akad perjanjian

dilaksanakan. Dalam pengelolaan dana asuransi syariah dari para nasabah,

perusahaan asuransi dalam hal ini asuransi syariah mempunyai mekanisme

atau cara kerja yang terbagi menjadi 2 cara dalam mengelola dana asuransi

syariah, adalah sebagai berikut :

a. Sistem pengelolaan dana yang mengandung unsur tabungan

13
Menjadi nasabah asuransi, baik produk asuransi konvensional maupun

asuransi syariah yang berbasiskan Islam sebagai landasan hukum

semua nasabah asuransi harus memberikan atau membayar iuran yang

jumlah telah ditentukan kepada perusahaan asuransi secara rutin. Atau dalam

dunia asuransi, iuran tersebut disebut dengan premi asuransi. Tetapi khusus

untuk asuransi syariah ini, besar premi asuransi yang akan dibayarkan itu

sesuai dengan kemampuan para masing-masing nasabah asuransi dan sesuai

dengan kesepakatan pada saat akad perjanjian dilakukan.

Untuk pembayaran iuran atau premi asuransi syariah, para nasabah bisa

memilih cara pembayarannya baik dengan transfer atau bayar langsung. Dan

waktu pembayaran premi asuransi ini juga bisa di pilih langsung oleh setiap

nasabah asuransi, bisa dengan melakukan pembayaran setiap bulan, 3 bulan

sekali, per 6 bulan, bahkan sampai 1 tahun sekali pembayarannya. Untuk

setiap dana premi asuransi syariah yang dikeluarkan oleh tiap nasabah

asuransi syariah yang berhubungan dengan tabungan, ini akan langsung

dipisahkan oleh perusahaan asuransi ke dalam dua rekening yang berbeda.

Rekening Tabungan, yaitu kumpulan premi dana asuransi syariah dari

setiap peserta asuransi syariah yang merupakan milik peserta sekaligus

sebagai simpanan. Dana premi asuransi tersebut secara otomatis menjadi hak

dari nasabah asuransi syariah dan akan dikembalikan bila :

 Perjanjian asuransi syariah ini telah berakhir

 Nasabah asuransi syariah tersebut mengundurkan diri

14
 Nasabah asuransi syariah tersebut meninggal dunia. Dan dana asuransi

syariah tersebut diberikan kepada ahli waris atau keluarganya.

b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan.

Khusus untuk produk asuransi syariah, premi asuransi syariah akan

harus dibayarkan oleh setiap nasabah asuransi syariah ini akan dipisahkan

langsung oleh perusahaan asuransi. Pemisahan dana asuransi syariah

tersebut, salah satunya untuk sumbangan yang digunakan untuk membantu

sesama nasabah asuransi syariah dan juga untuk sesama umat muslim.

Rekening Tabarru, yaitu kumpulan dana premi asuransi yang diberikan

oleh setiap nasabah asuransi syariah sebagai iuran atau sumbangan untuk

kebaikan dengan tujuannya untuk saling tolong-menolong dan saling

membantu sesama umat muslim dan nasabah asuransi syariah. Untuk dana

yang berupa premi asuransi syariah tersebut akan dibayarkan apabila :

 Nasabah asuransi syariah tersebut meninggal dunia. Dan dana asuransi

syariah tersebut diberikan kepada ahli waris atau keluarganya.

 Perjanjian asuransi syariah telah berakhir. Untuk dana premi asuransi

syariah ini akan di berikan jika ada surplus dana yang diterima oleh

perusahaan asuransi.

Semua sistem dan cara pengelolaan dana asuransi syariah yang telah

dihimpun dan dikelola oleh perusahaan asuransi ini akan diinvestasikan

sesuai dengan syariat Islam demi untuk mendapatkan keuntungan. Nah, setiap

keuntungan yang didapat dari hasil investasi tersebut, akan dibagikan secara

15
merata dengan jumlah yang adil antara nasabah asuransi syariah dengan

perusahaan asuransi. Pembagian keuntungan dari investasi ini, tentunya

setelah dikurangi beban asuransi, yaitu klaim dan premi asuransi. Pembagian

keuntungan ini juga akan dilakukan dengan mengedepankan atau

menggunakan prinsip Al-Mudharabah dan sesuai dengan perjanjian atau pada

saat akad asuransi syariah dilakukan.

2.9 Sumber Biaya Operasional

Dalam operasionalnya asuransi syariah yang berbentuk bisnis seperti

Perseroan Terbatas (PT), sumber biaya operasional menjadi sangat

menentukan dalam perkembangan dan percepatan pertumbuhan industri.

Lain halnya dengan asuransi syariah yang berbentuk sosial, mutual atau

koperasi, disini peran pemerintah harus dominan terutama dalam

memberikan subsidi ditahap awal berdirinya asuransi tersebut. Asuransi

syariah yang bersifat sosial tentu tidak terlampau mengutamakan aspek bisnis

atau perolehan profit. Tetapi lebih mengutamakan aspek manfaat sebesar-

besarnya bagi anggotanya sebagaimana fungsi utama asuransi syariah, yaitu

wataawanu alal birri wattaqwa’ saling menolong dalam kebajikan dan taqwa‟.

a. Bagi Hasil Surplus Underwriting

Menurut Sula (2004:180) bagi hasil surplus underwriting adalah bagi

hasil yang diperoleh dari surplus underwriting, yang dibagi secara

proporsional antara peserta (shohibul mal) dan pengelola (mudhorib) dengan

nisbah yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan, untuk produk-produk

non saving dalam asuransi jiwa, surplus underwriting juga merupakan sumber

16
biaya operasional. Surplus underwriting diperoleh dari kumpulan dana peserta

yang diinvestasikan, lalu dikurangi biaya-biaya atau beban asuransi seperti

reasuransi dan klaim. Kemudian surplus tersebut dibagi hasil antara peserta

dan perusahaan. Bagian perusahaan inilah yang diambil sebagai biaya

operasional sebelum menjadi profit perusahaan.

Menurut Richard Bailey dalam Sula (183:2004), Tujuan underwriting

membuat taksiran risiko dan penetapan calon tertanggung kedalam

kelompok-kelompok risiko, sasaran underwriting perusahaan adalah

menyetujui dan menerbitkan polis yang:

1. Adil Bagi Nasabah (Equitable to The Client) :

Salah satu prinsip dasar asuransi ialah bahwa masing-masing tertanggung

membayar premi yang proporsional terhadap risiko yang ditaksir

perusahaan terhadap tertanggung tersebut. Dengan diterimanya aplikasi

asuransi jiwa, perusahaan harus menetapkan tingkat risiko dan harus

membebani premi secara adil atas risiko tersebut.

2. Dapat Dijual oleh Agen (deliverable by the agent) :

Pembeli membuat keputusan terakhir apakah polis asuransi tertentu

dapat diterima. Jika pembeli memutuskan tidak membeli polis jika agen

berusaha menjual polis tersebut, dikatakan bahwa polis tidak dapat dijual

(undeliverable) atau tidak dibeli (not taken). Satu di antara alasan-alasan

sebuah polis tidak dibeli ialah karena keputusan underwriting yang tidak

menguntungkan dengan hasil pembebanan premi antisipasi yang lebih

tinggi. Misalnya, jika underwriter telah memutuskan beban premi lebih

17
tinggi dari premi normal untuk satu penutupan atau membatasi uang

pertanggungan atau jenis benefit tambahan atau rider yang dikehendaki,

maka calon tertanggung mungkin menolak polis.

Adapun syarat diterimanya suatu polis adalah:

 Polis harus menyediakan benefit yang memenuhi kebutuhan pembeli.

 Premi yang ditetapkan oleh polis harus dalam batas kemampuan

keuangan pembeli.

 Premi yang dibebankan untuk asuransi harus bersaing dengan pasar.

3. Menguntungkan Perusahaan (profitable to the company)

Underwriter harus membuat keputusan yang menguntungkan perusahaan.

Semua perusahaan asuransi, apakah itu perseroan terbatas, asuransi jiwa

bersama, atau fraternal, meminta underwriting yang sehat untuk

meyakinkan hasil keuangan yang menguntungkan. Perseroan terbatas

membayar deviden kepada pemegang saham. Dan dalam beberpa kasus,

asuradur (penanggung) perusahaan mutual maupun fraternal membayar

deviden kepada pemegang polis (peserta).

b. Bagi Hasi Investasi

Menurut Sula (2004:180) bagi hasil investasi adalah bagi hasil yang

diperoleh secara proporsional berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah

ditentukan, baik dari hasil investasi dan rekening tabungan peserta maupun

dari dana rekening tabarru’. Setelah dana peserta dibayarkan, dan terkumpul

dalam total dana peserta, kemudian diinvestasikan. Profit yang diperoleh dari

18
investasi kemudian dilakukan bagi hasil antara peserta dan pengelola atau

perusahaan asuransi.

c. Dana Pemegang Saham

Dana pemegang saham adalah dana yang disiapkan oleh para

pemegang saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal

berdirinya perusahaan maupun penambahan dana setelah perusahaan

berjalan, beserta hasil investasi atas dana tersebut atau dengan kata lain,

akumulasi laba ditambah modal yang disetor oleh pemegang saham.

d. Loading (Kontribusi Biaya)

Menurut Sula (2004:181) loading adalah kontribusi biaya yang

dibebankan kepada peserta, yang biasanya pada asuransi konvensional

diambil dari premi tahun pertama dan kedua. Pada beberapa asuransi syariah

di Indonesia, loading dikenakan sebesar kurang lebih 25 persen dari premi

tahun pertama atas sepengetahuan peserta dan terutama diperuntukkan

untuk biaya komisi agen. Adapun jumlah kontribusi yang diambil berpulang

kepada kebijakan perusahaan masing-masing dengan mempertimbangkan

aspek keadilan dan aspek market.

Perusahaan asuransi syariah seperti Syarikat Takaful di Malaysia, dan

sebagian asuransi syariah di Indonesia seperti Asuransi Syariah Mubarokah

tidak membebankan loading kepada peserta dengan alasan bertentangan

dengan kaidah syara‟. Sementara sebagian yang lain seperti Takaful Keluarga,

MAA syariah dan asuransi syariah lainnya, Dewan Pengawas Syariah (DPS)

19
membolehkan loading (misalnya sebesar 3 persen) dari premi tahun pertama,

sepanjang dilakukan secara transparan dan sepengetahuan peserta takaful

diawal akad. Hal ini dianggap tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah

syara‟.

Menurut Sula (2004:181) pengertian biaya loading pada asuransi syariah

adalah kontribusi biaya yang diambil dari sebagian kecil kontribusi peserta

(premi) tahun pertama, misalnya 20%-30% dari premi tahun pertama. Biaya

tersebut terutama diperuntukkan untuk komisi agen dan biaya penagihan

(incasso).

2.10 Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi

Konvensional

Konsep akuntansi Islam dan akuntansi konvensional memiliki sifat dan

karakteristik yang berbeda. Sebab dasar-dasar akuntansi Islam adalah syariat

Islam yang diimplementasikan dikalangan masyarakat muslim, yang

prosesnya ditangani oleh para akuntan yang mengombinasikan kemampuan

dan kecakapan dengan kejujuran kerja. Berdasarkan pengertian, landasan

syar’i dan prinsip-prinsip akuntansi syariah serta keterangan-keterangan

diatas, dapat kita simpulkan sifat-sifat spesifik akuntansi syariah diantaranya

sebagai berikut. :

 Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Al-Qur’an dan

Sunnah nabawiyah serta fiqih para ulama

20
 Akuntansi Islam dilandasi oleh kaidah yang kuat, iman, serta pengakuan

bahwa Allah itu adalah Tuhan, Islam adalah agama, Muhammad adalah

Rasul, dan juga percaya pada hari akhir.

 Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik. Karenanya, seorang

akuntansi yang melaksanakan proses akuntansi harus mampu mempunyai

sifat amanah, jujur, netral, adil, dan professional.

 Dalam Islam, seorang akuntan dianggap bertanggung jawab di depan

masyarakat dan umat Islam tentang berapa jauh kesatuan ekonomi yang

dipengaruhi oleh hokum syariat Islam, terutama yang berkaitan dengan

muamalah.

 Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan yang bersifat kaidah dan

akhlak, akuntansi dalam Islam juga berkaitan dengan proses-proses

keuangan yang sah.

 Akuntansi dalam Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku

sebagai unsur dan juga berperan dalam kesatuan ekonomi.

Dalam system akuntansi syariah memiliki beberapa perbedaan system

akuntansi dengan akuntansi konvensional. Mohamed Arif bin Abdul Rashid,

CEO PT. Syarikat Takaful Indonesia, dalam Eccounting Concept In Takaful

Busines menjelaskan beberapa perbedaan tersebut sebagai berikut:

a) Cash Bases

Dalam praktik akuntansi konvensional, premi asuransi diakui sebagai

pendapatan, walaupun premi asuransi belum dibayarkan. Sedangkan dalam

21
praktik akuntansi takaful atau asuransi syariah, angsuran atau premi dan laba

dari investasi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika perusahaan telah

menerimanya secara tunai. Praktik akuntansi ini memiliki arti yang penting

yang berkaitan dengan system bisnis yang berperinsip pada mudharabah

dimana akad mengikat antara peserta dengan perusahaan dalam kesepakatan

bagi hasil.

b) Technical Reserve

Cadangan teknis merupakan bagian dari premi asuransi yang belum

dihasilkan atau dikenal sebagai cadangan premi yang belum dihasilkan. Dalam

system akuntansi takaful, cadangan teknik dihitung dengan menggunakan

metode 1/365. Premi akan diakui sebagai pendapatan serta ditentukan

menurut jumlah hari yang sebenarnya selama periode akuntansi dan masa

perjanjian/kontrak Tafakul. Premi yang tidak digunakan selama masa

perjanjian dianggap cadangan.

c) Beban Retakaful

Dalam praktik asuransi konvensional beban reasuransi selama masa

perjanjian, diakui sebagai asuransi awal yang dikover. Praktik akutansi ini

sesuai dengan standar yang diterima, yaitu perbandingan pendapatan dengan

beban yang terjadi pada periode berjalan. Dalam system akuntansi Takaful,

beban retakaful selama masa perjanjian diakui sebagai utang sampai angsuran

atau premi Takaful dibayar oleh peserta. Akan tetapi, beban retakaful ini akan

diakui sebagai pendapatan juika seluruh premi dibayar lebih awal oleh

peserta.

22
d) Surplus (Pada Asuransi Jiwa)

Dalam asuransi konvensional, surplus dari investasi ditrasfer ke pemegang

saham sebagai pendapatan. Tetapi, di Takaful keluarga (jiwa), perusahaan

tidak berhak mengakui surplus ini sebagai pendapatan. Pada Takaful keluarga

hanya laba dari dana investasi dibagikan antara peserta dan perusahaan

sesuai yang diperjanjikan (misalnya 70:30 atau 60:40). Setelah dikurangi

bagian keuntungan bagi perusahaan, sisa dari keuntungan ini merupakan

pendapatan bagi peserta Takaful yang dikreditan kerening peserta.

e) Surplus (Pada Asuransi Kerugian)

Laba dari Takaful Umum (kerugian) dibagikan berdasarkan rasio pembagian

keuntungan yang telah disepakati antara perusahaan dan peserta Takaful.

Keuntungan dibayarkan jika peserta tafakul masih terikat perjanjian atau

kontrak. Aspek teknis akuntansi, asuransi Tafakul menggambarkan nilai

tambah atau keuntungan yang diungkapkan secara adil dan transparan.

Sehingga, baik perusahaan maupun peserta asuransi tafakul tidak merasa

dirugikan. Keuntungan lain yang bersifat jangka panjang bahwa adanya nilai

kebersamaan, tolong-menolong, dan saling menaggung jika di antara peserta

terjadi klaim kerugian. Inilah sisi kemungkinan yang didapatkan dari asuransi

Takaful. Secara ringkas perbedaan antara akuntansi asuransi konvensial

dengan akuntansi asuransi syariah dapat dilihat pada tabel berikut:

23
No. Akuntansi Asuransi Konvensional Akuntansi Asuransi Syariah

1. Premi Asuransi diakui sebagai Premi Asuransi benar-benar diakui

pendapatan meskipun premi sebagai pendapatan jika diterima

asuransi belum dibayarkan secara tunai.

2. Beban retafakul selama perjanjian Beban retakaful diakui sebagai

diakui sebagai asuransi awal yang utang sampai angsuran atau premi

dikover. takaful dibayarkan. Dan beban

retakaful diakui sebagai

pendapatan jika dibayar lebih awal.

3. Dana asuransi yang terhimpun Dana asuransi tafakul yang

dikelola untuk kepentingan bisnis terhimpun dikelola dengan konsep

perusahaan dengan keuntungan mudharabah

yang dinikmati oleh perusahaan

dan pemegang saham.

4. Laba atau surplus investasi Laba investasi dari dana Takaful

ditrasfer ke pemegang saham. keluarga yang terhimpun dibagikan

kepada peserta takaful keluarga

dan perusahaan tidak berhak

mengakui surplus ini sebagai

pendapatan.

24
5. Keuntungan yang didapatkan oleh Ada pembagian

perusahaan asuransi merupakan keuntungan/berdasarkan rasio

laba perusahaan yang disepakati dalam perjanjian

2.11 Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah

a) Akuntansi syariah dengan akad mudharabah.

Dalam akad ini terdapat pemisahan pengelolaan dana antara dana

pemegang saham(DPS) dengan dana peserta asuransi (DPA). Perusahaan

bertindak sebagai pemegang amanah untuk mengelola kontribusi yang

diterima dari peserta yang digunakan apabila di antara para peserta terjadi

musibah. Di lain pihak ,peserta menyetujui Bahwa dana ynag disetor akan

dikelola secara professional oleh operator. Jika pada akhir periode, peserta

yang tidak mendapatkan musibah akan memperoleh bagi hasil. Dengan

demikian, dalam akad ini dana yang disetorkan partisipan merupakan milik

peserta, dan tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan pemegang saham.

Konsikuensinya, system akuntansi yang diterapkan harus dipisahkan antara

akuntansi Dana Pemegang Saham (DPS) dengan akuntansi Dana Peserta

Asuransi (DPA).

b) Akuntansi syariah dengan akad wakalah.

Dalam akad ini tidak terdapat pemisahan penegelolaan dana antara

pemegang saham dengan dana peserta asuransi. Perusahaan menerima dana

tabarru’ dari peserta dan berhak digunakan untuk seluruh kegiatan

perusahaan. Dana yang berasal dari pemegang saham dengan dana peserta

25
dicampurkan. Sehingga, konsekuensinya, akuntansi tidak harus dipisahkan

antara akuntansi dana pemegang saham dengan akuntansi dana peserta

asuransi.

BAB III

26
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan

sebagai berikut.

 Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan

untuk memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan

yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.

 Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta

menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang

akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami

oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas

pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau

kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.

 Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam

mengoprasikan kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-

membantu, Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan

satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur

yang mengandung gharar, maysir dan riba.

 Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi

kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS),

akad, Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan

keuntungan.

27
3.2 Saran

Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai

berikut.

 Asuransi syariah bisa menjadi salah satu alternative bagi masyarakat muslim

yang ingin membantu sesamanya

 Perlu diadakannya sosialisasi mengenai produk-produk dari asuransi syariah

ini kepada masyarakat agar masyarakat tidak tabu dengan informasi

mengenai produk-produk yang ditawarkan.

 Sebaiknya diadakan penyuluhan mengenai pentingnya asuransi syariah itu

sendiri guna menumbuhkembangkan minat masyarakat terutama masyarakat

yang muslim untuk menginvestasikan sebagian hartanya agar dapat menolong

sesame.

 Pemerintah sebaiknya mendukung dan membantu program-program yang

dilakukan oleh asuransi syariah, agar tujuan untuk memakmurkan

perekonomian Negara ini dapat tercapai dengan baik

28
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) No. 111

http://innazeyina.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-asuransi-

syariah.html

https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/06/22/tugas-makalah-akuntansi-

asuransi-syariah/

Skripsi Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Dana Dengan Sistem Mudharabah

Pada Asuransi Syariah (Studi Kasus Pada Pt. Asuransi Takaful Keluarga

Cab. Makassar). 2014 : Andi Sriwahyuni.

iii
LAMPIRAN

Laporan Keuangan Akuntansi Asuransi Syariah

1. Neraca

PT Asuransi Syariah “X”


Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20x1

Aset
Kas dan setara kas xxx
Piutang kontribusi xxx
Piutang reasuransi xxx
Piutang xxx
Murabahah xxx
Salam xxx
Istishna’ xxx
Investasi pada surat berharga xxx
Pembiayaan xxx
Mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Investasi pada entitas lain xxx
Properti investasi xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
Jumlah aset xxx

Kewajiban
Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak xxx
Utang klaim xxx
Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan xxx
Bagian peserta atas surplus underwriting dana
tabarru’ yang masih harus dibayar xxx
Utang reasuransi xxx
Utang dividen xxx
Utang pajak xxx
Jumlah kewajiban xxx

Dana Peserta
Dana syirkah temporer
Mudharabah xxx

iv
Dana tabarru’ xxx
Jumlah dana peserta xxx

Ekuitas
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo Laba xxx
Jumlah ekuitas xxx
Jumlah kewajiban, ekuitas peserta, dan ekuitas xxx

2. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’

PT Asuransi Syariah “X”


Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1

Pendapatan Asuransi
Kontribusi bruto xxx
Ujrah pengelola (xxx)
Bagian reasuransi (atas risiko) (xxx)
Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak (xxx)
Jumlah pendapatan asuransi xxx

Beban Asuransi
Pembayaran klaim xxx
Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain (xxx)
Klaim yang masih harus dibayar xxx
Klaim yang masih harus dibayar yang ditanggung
reasuransi dan pihak lain (xxx)
Penyisihan teknis
Beban pengelolaan asuransi xxx
Jumlah beban asuransi xxx
Surplus (Defisit) Neto Asuransi xxx

Pendapatan Investasi
Total pendapatan investasi xxx
Beban pengelolaan portofolio investasi xxx
Pendapatan investasi neto xxx

v
Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru’ xxx
Penyesuaian surplus (defisit) yang siap
Didistribusikan

Penambah
Kontribusi periode sebelumnya yang diterima
pada periode berjalan secara kas xxx
Klaim reasuransi periode sebelumnya yang
diterima pada periode berjalan secara kas xxx
Pengurang
Kontribusi periode berjalan yang belum diterima
secara kas ( xxx)
Klaim reasuransi periode berjalan yang belum
diterima secara kas (xxx)
Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru’
Siap Didistribusikan xxx

3. Laporan Laba Rugi

Asuransi Syariah “X”


Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1

Pendapatan
Pendapatan pengelolaan operasi asuransi
(ujrah) xxx
Pendapatan pengelolaan portofolio
investasi dana
peserta xxx
Pendapatan pembagian surplus
underwriting xxx
Pendapatan investasi xxx
Jumlah pendapatan xxx

Beban
Beban komisi xxx
Ujrah dibayar xxx
Beban umum dan administrasi xxx
Beban pemasaran xxx

vi
Beban pengembangan xxx
Jumlah beban xxx

Laba Usaha xxx


Pendapatan (beban) nonusaha neto xxx
Laba Sebelum Pajak xxx
Beban pajak xxx
Laba Neto xxx

4. Laporan Perubahan Dana Tabarru

Asuransi Syariah “X”


Laporan Perubahan Dana Tabarru
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1

Surplus underwriting dana tabarru’ (dasar akrual) xxx


Distribusi ke peserta (xxx)
Distribusi ke pengelola (xxx)
Surplus yang tersedia untuk dana tabarru’ xxx
Saldo awal xxx
Saldo akhir xxx

vii

Anda mungkin juga menyukai