Pokok Bahasan
Good Corporate Governance
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Pasca Sarjana Tatap Muka Kode MK Dosen
Magister Akuntansi 55005 Dr. Achm
12
----------------------------------------------------
Walaupun belum ada kesamaan mengenai istilah baku, namun belakangan ini
muncul pandangan baru tentang pengelolaan perusahaan yang menggunakan
beberapa stilah yang berbeda tetapi mempunyai makna yang sama, yaitu perusahaan
tercerahkan atau perusahaan dengan modal sepiritual. Istilah perusahaan tercerahkan
diperkenalkan oleh Hansen dan allen dalam bukunya yang terkenal berjudul craking the
mililionaire code, sedangkan istilah spiritual capital diperkenalkan oleh zahor dan
marshall dalam bukunya bast sallernya yang berjudul spiritual capital.
2015
Good Corporate Governance Pusat Bahan Ajar dan
2 Learning
Dr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id
Pemangku kepentingan adalah semua pihak yang mempengaruhi keberadaan
perusahaan dan atau dipengaruhi oleh tindakan perusahaan. Pemangku kepentingan
dapat digolongkan menjadi dua yang pertama adalah kepentingan pasar dan
kepentingan non-pasar. Sedangkan sonny keraf menggunakan istilah kelompok primer
dan kelompok sekunder, kelompok primer adalah mereka yang mengadakan transaksi
dan berinteraksi langsung dengan perusahaan, yang termasuk dalam kelompok ini
adalah: pelanggan, pemasok, pemodal, pemberi pinjaman, serta karyawan perusahaan.
Kelompok sekunder adalah pemangku kepentingan yang tidak termasuk dalam
kelompok primer tersebut, mereka ini tidak terlalu banyak berinteraksiatau
bertransaksi dengan perusahaan, tetapi kepentingan dan kekuatan, kelompok ini dapat
saja mempengaruhi keberadaan perusahaan, yang termasuk dalam kelompok ini adalah
pemerintah, majalah,, para aktifvitas lingkungan hidup, masyarakat, akademisi dan
sebagainya.untuk lebih jelasnya hubungan perusahaan dengan para pemangku
kepentigan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2
Kelompok
Sekunder
Pemodal
Karyawan
Aktivis
Lingkungan Media Massa
Berdasarkan pendekatan sistem, perusahaan adalah bagian atau unsur dari system
yang lebih besar. Sebagai suatu system terbuka, perusahaan saling berinteraksi dengan
2015
Good Corporate Governance Pusat Bahan Ajar dan
3 Learning
Dr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id
semua pihak terkait sehingga keberadaan perusahaan bersifat saling mepengaruhi
dengan semua pemangku kepentingan ini, maka para eksekutif perusahaan mulai
menyadari pentingnya megambil proses pengambilan keputusan berdasarkan
pendekatan dan analis pemangku kepentingan. Hal penting yang perlu
dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan
pemangku kepentinga, antara lain:
1. Pemangku kepentingan adalah pihak yang menerima manfaat paling besar dari
keputusan itu; atau
2. Kalau ada pihak yang dirugikan, dampak kerugiannya hanya menimpa
sesedikitmungkin pemangku kepentingan; atau
3. Keputuan yang diambil tidak membentur kepentingan dan kekuasaan kelompok
pemangku kepentingan yang dominan.
Teori Agensi
Teori agensi ini telah dikembangkan oleh Michael Johnson, seorang professor dari
Harvard, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai ‘agents’ bagi para
pemegang saham yang akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya
sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang
saham. Teori ini muncul karena adanya hubungan antara pemegang saham dan agen.
2015
Good Corporate Governance Pusat Bahan Ajar dan
6 Learning
Dr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id
Dalam perkembangan selanjutnya, teori agensi ini mendapat respons lebih luas karena
dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran mengenai
corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori agensi dimana
pengelolaan perusahaan harus diawaasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa
pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut Agency Cost, yang
menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidak patuhan.
Agency cost ini mencangkup biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham. Biaya
yang dikeluarkan manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk
biaya audit yang independen dan pengendalian internal serta biaya yang disebabkan
karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham dan berbagai manfaat untuk
tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
Meskipun demikian, potensi untuk munculnya agency problem tetap ada dikarenakan
adanya pemisah antara kepengurusan daan kepemilikan perusahaan, khususnya
diperusahaan-perusahaan public.
Mulai populernya tata kelola perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan
sebutan good corporate governance (GCG) tidak dapat dilepaskan dari maraknya
skandal perusahaan,yang menimpa perusahaan perusahaan besar baik yang ada di
Indonesia maupun yang ada di Amerka Serikat.
2015
Good Corporate Governance Pusat Bahan Ajar dan
7 Learning
Dr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id
perusahaan raksasa ini bahkan mampu mempengaruhi dan mengarahkan berbagai
kebijakan yang diambil oleh para pemimpin politik suatu Negara untuk kepentingan
suatu kelompok perusahaan mereka dengan kekuatan uangnya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh joel bahkan 2002, perusahaan korporasi saat ini telah
berkembang dan sesuatu yang relative tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia
pengamat dominan kekuatan dan kali pengarus perusahaan ini sedemikian besarnya
sehingga telah menjelma menjadi monster raksasa yang mendikte hampir seluruh
hidup kita mulai dari apa yang di kalim akan apa yang kita lihat apa yang kita pakai, apa
yang kita hasilkan dan apa ang kita kerjakan itulah sebabnya seringkali terjadieh,
pemerintah suatu Negara yang seharusnya yang menjadi kekuatan terakhir sebagai
pengawas penegak hukum pengendali perusahaan-perusahaan tidak berdaya
menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang
berpengaruh tersebut.
Salah satu contoh akibat dari praktik bisnis yang tidak etis adalah krisis ekonomi yang
menimpa Indonesia dan beberapa negara asia lainnya.
Beberapa perusahaan besar di Indonesia ada yang bermasalah dan bahkan tidak
mampulasi meneruskan kegiatan usahanya akibat menjalankan proyek tata kelola
perusahaan yang buruk contonya antara lain bank bank pemerintah yang telah di
liqiodasi/di marger , kredit dilakukan dengan jumlah besar pada beberapa kelompok
besar tanpa melakukan suatu kajian yang cermat dan objektif.
Kasus manipulasi dan kebangkrutan perusahaan tidak saja terjadi di indonesa tetapi
juga terjadi di Negara superpower yaitu Amerika Serikat, bahkan yang menimpa AS
terjadi secara bergelombang dalam kurun waktu yang relative singkat, sama seperti di
Indonesi, kasus yang teradi di AS juga disebebkan oleh lemahnya tata kelola
perusahaan
Walaupun pengertian GCG dewasa ini sudah sangat popular namun sampai saat ini
belum ada devinisi baku yang dapat disepakati oleh semua pihak istilah “corporate
2015
Good Corporate Governance Pusat Bahan Ajar dan
8 Learning
Dr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id
governance’ pertama kali diperkenalkan oleh cadburry Committee.), inggris di tahun
1922 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporannya yang kemudan dikanal
sebagai Cadbury report. (sukrisno agus, 2006) istilah ini sekarang menjadi sangat
popular dan telah diberi banak definisi oleh berbagai pihak. Dibawah ini diberikan
beberapa definisi dari beberapa sumber yang dapat dijadikan acuan.
2015
Good Corporate Governance Pusat Bahan Ajar dan
9 Learning
Dr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id
5. Zwahyudi prakarsa GCG adalah mekanisme administrative yang mengatur
semua hubungan-hubungan antar managemen perushaan, komisaris, direksi
dan pemegang saham dan kelompok kelompok kepentingan yang lain
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa GCG dapat diberi
pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas. Definisi yang disampaikan oleh OECD
dapat mewakili pengertian dalam arti sempit sedangkan definisi yang diberikan oleh
Cadbury commite, sukrisno agus, dan wahyudi prakarsa dapat mewakili pengertian GCG
dalam arti luas, dapat dilihat dalam gambar berikut:
2015
Good Corporate Governance Pusat Bahan Ajar dan
10 Learning
Dr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2
Corporate Governance dalam prespektif
Pemerinta GCG
Kredit dalam
h/ ur arti luas
Regulator
BoD
Manaje
Manage Manage Manage Manage men
korporas
r r r r
i
Tabel 1.
Konsep GCG
Prinsip prinsip yang dikemukakan oleh NCG hampir sama dengan yang diungkapkan
oleh menteri Negara BUMN. Penjelasan singkat atas masing masing prinsip yang telah
dikemukakan dapat diberikan sebagai berikut:
Salah satu akar krisis ekonomi.di Indonesia dan kerisis pasar modal AS adalah buruknya
kinerja perusahaan-perusahaan besar yang sebagian besar merupakan perusahaan
public yang telah terdaftar di bursa. Buruknya kinerja ini disebabkan oleh berbagai
praktik kecurangan yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan perusahaan
tersebut. Praktik praktik manipulasi ini sangat merugikan para insvestor sehingga para
investor tidak percaya lagi pada institusi pasar modal dan institusi pengawas pasar
modal tersebut. Akibat kepanikan dan kehilangan kepercayaan para investor tersebut
melakukan penarikan modal besar besaran secara beruntun dari bursa sehingga
menimbulkan tekanan berat pada indeks harga saham dibursa. Penerapan konsep GCG
merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan para investor dan institusi
terkait dipasar modal sebagai mana telah dikemukakan sebelumnya, tujuan penerapan
GCG adalah untk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah atau memperkecil
peluang praktik manipulasi dan kesalahan signifikan dalam pengelolaan kegiatan
organisasi. Tjager dkk. Mengatakan bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa
penerapan GCG itu bermafaat, yaitu:
Indra satya dan ivan yustiavandana mengatakan bahwa tujuan dan manfaat penerapan
GCG adalah:
1. Komisaris Independen
2. Direktur Independen
3. Komite Audit
4. Sekretaris Perusahaan
Istilah independen sering diartikan sebagai merdeka, bebas, tidak memihak, tidak
dalam tekanan pihak tertentu, netral, objectif, punya integritas,dan tidak dalam posisi
konflik kepentingan. Namun dalam kaitannya dengan konsep komisaris atau direktur
independen, perlu dicermati terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan independen.
Indra surya dan Ivan yustiavandana (2006) mengungkapkan ada dua pengertian
independen terkait dengan konsep komisaris dan direktur independen tersebut.
Pertama, komisaris dan direktur independen adalah seorang yang ditunjuk untuk
mewakili pemegang saham independen (pemegang saham minoritas). Sebagai mana
diatur dalam Undang-Undang Perseroan, anggota Dreksi dan Komisaris diangkat dan
diberhentikan oleh RUPS, sedangkan keputusan yang diambil dalam RUPS didasarkan
atas perbandingan jumlah suara para pemegng saham. Hak suara dalam RUPS tidak
didasarkan atas satu orang satu suara, tetapi didasarkan atas jumlah saham yang
dimikinya. Sebagai konsekuensinya, keputusan penetapan dan pemberhentian anggota
komisaris dan direksi akan selalu berasal dari kepentingan pemegang saham mayoritas.
Oleh karena itu, para anggota Direksi dan Komisaris tersebut tentunya akan selalu
berpihak kepada kepentingan pemegang saham mayoritas dan seringkali mengabaikan
dan merugikan kepentingan para pemegang saham minoritas atau kepentingan pihak
lain di luar kepentingan pemegang saham mayoritas.
Kedua, komisaris dan direktur independen adalah pihak yang ditunjuk tidak dalam
kapasitas mewakili pihak manapun dan semata-mata ditunjuk berdasarkan latar
belakang pengethuan, pengalaman dan keahlian professional yang dimilikinya untuk
sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan. Jadi, pengertiannya
disini lebih luas dibandingan pengertian pertama. Komisaris dan direktur independen
diangkat semata-mata karena pertimbangan ‘profesionalisme’ demi kepentingan
perusahaan. Yang dimaksud dengan kepentingan perusahaan di sini adalah kepentingan
bagi seluruh pemangku kepentingan, bukan hanya pemegang saham mayoritas atau
pemegang saham minoritas.
Selain kedua pengertian tersebut, sebenarnya masih ada pengertian ketiga yang bisa
dipakai dalam kode etik akuntan public, yang dalam konteks ini sering dikenal dengan
istilah independent in fact dan independent in appearance. Independent in fact
menekankan sikap mental dalam mengambil keputusan dan tindakan yang semata-
mata didasarkan atas pertimbangan profesionalisme dari dalam diri yang bersangkutan
tanpa campur tangan, pengaruh, atau tekanan dari pihak luar. Sementara itu,
independent in appearance dilihat dari sudut pandang pihak luar yang mengharapkan
calon yang bersangkutan secara fisik tidak mempunyai hubungan darah dengan
perusahaan dan/atau dengan para pemangku kepentingan lainnya yang dapat
menimbulkan keraguan bagi pihak luar tentang kenetralan yang bersangkutan.
Komite Audit
Salah satu komite tambahan yang kini banyak muncul untuk membantu fungsi dewan
komisaris adalah komite audit. Munculnya komite audit ini barangkali disebabkan oleh
kecenderungan makin meningkatnya berbagai skandal penyelewengan dan kelalaian
yang dilakukan oleh para direktur dan komisaris perusahaan besar baik yang terjadi di
AS maupun ndonesia yang menandakan kurang memadainya fungsi pengawasan.
Sebagaimana dinyatakan oleh Hasnati (dalam Indra Surya dan Ivan Yustiavandana,
2006) tugas, tanggung jawab, dan wewenang Komite Audit adalah membantu Dewan
Komisaris, antara lain:
Sekretaris Perusahaan
Tugas, tanggung jawab, dan kedudukan pejabat sekretaris perusahaan sebagai bagian
dari pelaksanaan GCG berbeda sekali dengan tugas, kedudukan dan tanggung jawab
seorang sekretaris eksekutif yang selama ini sangat dikenal. Sekretaris eksekutif
biasanya direkrut sebagai staf khusus untuk keperluan pera eksekutif puncak suatu
perusahaan, seperti : direksi, komisaris, atau ekekutif puncak lainnya. Fungsi utama
sekretaris eksekutif lebih banyak untuk membantu pejabat eksekutif yang
bersangkutan, antara lain: menyangkut pengaturan jadwal kegiatan, jadwal rapat,
dokumentasi surat masuk dan surat keluar, penerima telepon, pengurusan tiket, dan
dokumen perjalanan, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang sekretaris eksekutif
hanya bertanggung jawab kepada pejabat eksekutif yang bersangkutan karena hanya
menjalankan tugas-tugas yang diperintahkan oleh pejabat eksekutif yang bersangkutan.
Jabatan sekretaris perusahaan menempati posisi yang sangat tinggi dan srategis karena
orang dalam jabatan ini berfungsi sebagai pejabat penghubung atau semacam public
relation/investor relation antara perusahaan dengan pihak luar perusahaan, khususnya
bagi perusahaan-perusahaan besar yang telah mendaftarkan sahamnya di bursa. Tugas
utama sekretaris perusahaan antara lain menyimpan dokumen perusahaan, daftar
pemegang saham, risalah rapat direksi dan RUPS, serta menyimpan dan menyediakan
informasi penting lainnya bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan. Namun
tugas sekretaris perusahaan tidak terbatas pada tugas-tugas tersebut saja.
MODEL GCG:
Model Good Corporate Governance Anglo Saxon: Suatu sistem model Corporate Governance
yang banyak diikuti oleh negara-negara berbahasa Inggris (English Speaking Countries) seperti
Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Kanada. Umumnya negara-negara ini banyak menganut
sistem Hukum Common Law. Pendekatan dalam model ini menekankan pada pemisahan
kepemilikan antara Pemilik (Principal) dengan Pemegang saham (ShareHolder). Orientasi dari
model ini adalah banyak mengarah pada peningkatan terhadap kesejahteraan pemegang
saham, dimana pemegang saham dianggap merupakan pemilik tidak langsung (Indirect
Owners), oleh karena itu aktivitas dan strategi apapun yang dijalankan oleh perusahaan
bermuara pada maximizing shareholder value. Konsentrasi kepemilikan yang rendah di negara-
negara Anglo Saxon menyebabkan para pemegang saham tidak memiliki kekuasaan yang
signifikan dalam tiap perusahaan, akibatnya kekuasaan manajemen seringkali lebih besar dalam
pengambilan keputusan.
Pada dasarnya struktur governance diatur oleh Undang-undang sebagai dasar legalitas
berdirinya sebuah entitas. Misalnya dalam model Anglo-Saxon, struktur governance akan terdiri
dari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), Board of Directors (representasi dari para
pemegang saham/pemilik), serta Executive managers (manajemen yang akan menjalankan
aktivitas). Model Anglo-Saxon ini disebut dengan Singleboard system yaitu struktur CG yang
tidak memisahkan keanggotaan dewan komisaris dan dewan direksi. Dalam sistem ini anggota
dewan komisaris juga merangkap anggota dewan direksi dan kedua dewan ini disebut sebagai
board of directors.
Model Good Corporate Governance Continental (Continental European): Suatu sistem model
Good Corporate Governance yang berlaku di negara-negara di benua Eropa seperti Jerman dan
Perancis yang mempunyai landasan pada filosofi yang berorientasi pada Stakeholder.
Stakeholder ini meliputi banyak pihak seperti pemegang saham, pelanggan, pemasok,
distributor, pemegang obligasi dan karyawan. Dalam model ini kepemilikan pemegang saham
sangat terkonsentrasi pada sejumlah kecil pemegang saham. Maka kepemilikan menjadi besar
sehingga voting right yang dimiliki juga besar. Hal ini berakibat pemegang saham bisa
menggunakan kepemilikannya untuk mengendalikan perusahaan sekaligus untuk mengambil
keputusan.
Sedangkan untuk model Continental Europe, struktur governance terdiri dari RUPS, Dewan
Komisaris, Dewan Direktur, dan Manajer Eksekutif (manajemen). Struktur semacam ini disebut
Twoboard system, yaitu struktur CG yang dengan tegas memisahkan keanggotaan dewan, yakni
antara keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan direksi sebagai eksekutif
perusahaan.
Dalam model two-board system, RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) merupakan struktur
tertinggi yang mengangkat dan memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para
pemegang saham untuk melakukan kontrol terhadap manajemen. Dewan komisaris
membawahi langsung dewan direksi dan mempunyai kewenangan untuk mengangkat dan
memberhentikan dewan direksi serta melakukan tugas pengawasan terhadap kegiatan direksi
dalam menjalankan perusahaan. Posisi dewan komisaris dalam model ini relatif kuat terhadap
direksi sehingga fungsi pengendalian/kontrol terhadap kegiatan manajemen dapat berjalan
dengan efektif.