Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN MATERI KULIAH

Topic: Kelompok 1:
STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN I Komang Wiramas Prayoga, 1907521048
Ni Ketut Meicintia Dewi, 1907521154
Ketut Rai Wulandari, 1907521240
Ni Made Eny Primawardani, 1907521248

Introduction (Pendahuluan)
` Struktur kepemilikan merupakan salah satu mekanisme inti dari corporate governance (CG).
Berle dan Means (1932) membahas konflik kepentingan antara pengontrol dan manajer dan
menyimpulkan bahwa dengan meningkatnya difusi kepemilikan, kewenangan pemegang saham untuk
mengendalikan manajemen diminimalkan. Selain itu, Demsetz dan Lehn (1985) menyatakan bahwa
kepemilikan selalu endogen ditentukan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan sebagai manfaat ini
semua pemilik. Harus ada kurangnya hubungan sistematis antara struktur kepemilikan dan kinerja
sebagai adanya hubungan tersebut akan mencerminkan potensi peningkatan kinerja yang berasal dari
reshuffle struktur kepemilikan.
Mind Map (Peta Konsep)

Organisasi Struktur
dan Kepemilikan
Lingkungan di Asia

Struktur
Control vs Kepemilikan
Ownership di Indonesia
Right

I. Organisasi dan Lingkungan


Lingkungan itu sendiri bersifat fluktuatif artinya tidak selalu stagnan pada keadaan tertentu.
Lingkungan selalu mengalami perubahan dengan seiring berputarnya roda waktu. Sehingga, organisasi
yang bisa bertahan hidup adalah organisasi yang bisa menyesuaikan diridengan perubahan lingkungan.
Sebaliknya, organisi akan mati atau hancur apabila tidak peka menyikapi perubahan dan perkembangan
yang terjadi dalam lingkungan. Karena lingkungan sangat berperan penting sebagai kekuatan-kekuatan
yang mempengaruhi organisasi, baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan organisasi
dikelompokan kedalam tiga jenis, yaitu:
1) Lingkungan internal organisasi, merupakan kekuatan yang ada di dalam organisasi itu sendiri dan
dapat dikontrol secara langsung oleh manajemen. Lingkungan ini berpengaruh langsung pada
kinerja organisasi. Komponen dalam lingkungan ini meliputi pemimpin, komisaris, manajer,
pengurus dan anggota.
2) Lingkungan eksternal langsung, merupakan kekuatan-kekuatan ataupun lembaga yang berada
diluar lingkungan organisasi. Lingkungan ini secara langsung berpengaruh pada kinerja organisasi
dan manajemen. Dimana lingkungan direct ini dihuni oleh beberapa elemen seperti kompetitor,
partnership, klien, sampai pemerintah.
3) Lingkungan eksternal tidak langsung, merupakan lingkungan yang berpengaruh tetapi secara
tidak langsung terhadap kinerja organisasi. Dan hampir semua organisasi sangat dipengaruhi
lingkungan indirect ini. Lingkungan tidak langsung dihuni komponen seperti kondisi ekonomi,
politik, sosial, budaya, demografi, dan teknologi.

Hubungan organisasi dengan lingkungan akan menghasilkan organisasi sebagai sebuah sistem. Pada
dasarnya dalam sistem organisasi dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Organisasi Sistem Tertutup. Organisasi dengan sistem tertutup akan cenderung mengambil peran
yang menjauh dari lingkungan luar. Dengan sistem tertutup artinya ia membatasi diri dari
interaksi dengan lingkungan luar organisasi. Sistem ini sangat tidak sehat jika masih diterapkan
dalam konteks kekinian, karena keputusan yang dihasilkan adalah dari atasan yang biasanya kaku
dan cenderung merugikan bagi bawahan.
2) Organisasi Sistem Terbuka. Kebalikan dari organisasi tertutup, organisasi dengan sistem terbuka
adalah organisasi yang memiliki tingkat interaksi yang tinggi terhadap dunia atau lingkungan
diluar organisasi. Sistem terbuka membuat organisasi lebih aktif dan dinamis dalam menyikapi
setiap perubahan yang selalu terjadi. Sistem ini lebih mengedepankan keuntungan bersama
antara lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

II. Control versus Ownership Right


Dalam hal pengelolaan perusahaan, dibedakan antara kontrol dan kepemilikan. Kontrol dapat
diklasifikasikan menjadi kontrol yang lemah dan kontrol yang kuat, sedangkan kepemilikan
diklasifikasikan menjadi kepemilikan yang tersebar dan kepemilikan yang terkonsentrasi.
a. Kepemilikan yang Tersebar
Kepemilikan yang tersebar memiliki dua keuntungan utama. Yang pertama adalah peningkatan
likuiditas saham dan perusahaan rentan terhadap pengambilalihan paksa (hostile takeover) yang
mencari manajemen berkinerja buruk. Namun terdapat kelemahan pada kepemilikan yang
tersebar ini, yaitu munculnya free rider problem.
b. Kepemilikan yang Terkonsentrasi
Kepemilikan yang terkonsentrasi memiliki keuntungan besar karena akan ada pemegang saham
dengan kontrol (atau kekuasaan) yang cukup dan insentif (atau kepemilikan) yang memadai
untuk memantau dan memastikan manajemen menjalankan perusahaan untuk kepentingan
pemegang saham. Namun, akibat pemegang saham tersebut memiliki kekuasaan yang cukup atas
manajemen untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.
A. Kombinasi Kontrol dan Kepemilikan
Berdasarkan jenis kontrol dan kepemilikan tersebut, terdapat empat kombinasi kontrol dan
kepemilikan yang dapat digunakan oleh perusahaan, antara lain:
a. Kombinasi A : Kontrol Lemah dan Kepemilikan yang Tersebar
Kombinasi ini memiliki kelebihan yaitu likuiditas saham yang meningkat. Kerugian utama dari
kombinasi ini adalah kemungkinan kurangnya pengawasan oleh pemegang saham yang tersebar.
b. Kombinasi B : Kontrol Kuat dan Kepemilikan yang Tersebar
Kombinasi ini menciptakan dua keuntungan utama. Pertama, ada pasar saham yang aktif
mengingat adanya penyebaran kepemilikan. Kedua, ada pemegang saham pengendali dengan
kekuatan yang cukup untuk mengawasi manajer. Namun kombinasi ini juga meningkatkan risiko
pemegang saham minoritas dikesampingkan demi kepentingan pemegang saham mayoritas.
c. Kombinasi C : Kontrol Lemah dan Kepemilikan yang Terkonsentrasi
Kombinasi ini merupakan kombinasi yang cukup langka. Keuntungan kombinasi ini adalah
pemegang saham minoritas dilindungi. Namun, ada juga kelemahannya seperti kurangnya
pemantauan akibat kepemilikan yang terkonsentrasi serta likuiditas dan biaya modal yang
rendah.
d. Kombinasi D : Kontrol Kuat dan Kepemilikan yang Terkonsentrasi
Kombinasi ini memberikan pemantauan yang kuat dari pemegang saham terhadap manajemen
perusahaan. Namun, kelemahannya adalah kekurangan likuiditas dan kesempatan yang kecil
untuk pergantian kepemilikan perusahaan.

B. Cara Mencapai Kepemilikan yang Tersebar dan Kontrol yang Kuat


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kombinasi-kombinasi kepemilikan
tersebar dengan kontrol yang kuat, yaitu:
a. Piramida Kepemilikan, adalah kepemilikan secara tidak langsung terhadap suatu perusahaan
melalui perusahaan lain, baik melalui perusahaan kutipan (quoted firm) maupun perusahaan tidak
dikutip (unquoted firm).
b. Proxy Votes, adalah saham yang didepositkan oleh nasabah bank, lalu bank bertindak atas nama
nasabah yang memiliki saham tersebut.
c. Voting Koalisi, Koalisi pemungutan suara terdiri dari beberapa pemegang saham yang bergabung
dan setuju untuk memberikan suara (voting) yang sama. Voting koalisi biasanya ditempuh untuk
mengontrol perusahaan apabila saham yang dimiliki kecil.
d. Saham Kelas Ganda (Dual-Class Share), Perusahaan dengan saham kelas ganda memiliki dua kelas
saham yang beredar: kelas dengan hak suara atau saham biasa (common stock) dan kelas dua tanpa
hak suara atau saham preferen (preferred stock).
e. Pemberian Hak Suara Tambahan, Metode ini biasanya digunakan pada beberapa perusahaan
Prancis, dimana perusahaan dapat memberikan hak suara tambahan kepada pemegang saham
jangka panjang melalui klausul dalam anggaran dasar.
C. Konsekuensi Kepemilikan yang Tersebar dan Kontrol yang Kuat
Ada dua jenis manfaat kontrol, yaitu manfaat keamanan dan manfaat pengendalian pribadi.
a. Manfaat Keamanan, terkait dengan peningkatan nilai perusahaan karena pemantauan
manajemen yang dilakukan oleh pemegang saham besar. Mengingat keberadaan pemegang saham
yang besar, manajemen cenderung tidak mengambil alih pemegang saham dengan berbuat sesuai
kepentingan mereka sendiri daripada memaksimalkan nilai perusahaan.
b. Manfaat Pribadi, dimana Manfaat pribadi dari kontrol seringkali mengorbankan pemegang
saham minoritas. Manfaat ini didapat oleh pemegang saham mayoritas yang hanya
menguntungkan mereka. Manfaat pribadi ini termasuk transaksi pihak terkait, yaitu tunneling dan
transfer penetapan harga, serta nepotisme dan perselisihan.

III. Struktur Kepemilikan di Asia


Struktur kepemilikan merupakan sebuah batasan antara pemilik perusahaan dengan manajer
perusahaan untuk mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Struktur
kepemilikan yang terkonsentrasi diimplementasikan secara umum di ekonomi Asia, sementara
struktur yang tersebar tidak banyak diimplementasikan. Kontrol para pemilik perusahaan dilakukan
melalui struktur piramida dan kepemilikan silang di antara beberapa perusahaan, sehingga pemisahan
antara kontrol dan manajerial juga jarang terjadi. Konflik kepentingan antara pemegang saham
mayoritas dan pemegang saham minoritas biasanya menjadimasalah di kawasan ini.
Dalam kasus di berbagai negara di kawasan Asia, seperti Cina, Malaysia, Korea, dan Singapura,
kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu:
1. Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Hal tersebut sangat terasa
dalam sistem Keiretsu di Jepang, Chaebol di Korea, dan Konglomerasi di Indonesia.
2. Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara (control right) yang melebihi kepemilikan (cash
flow right) karena sistem kepemilikan yang bersifat piramidal, atau karena mereka menempatkan
para manajer dari anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang dikontrolnya.
Berikut merupakan penjelasan tentang struktur kepemilikan pada tingkat perusahaan di Asia
menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD):
1. Cina
Perusahaan yang terdaftar di Cina memiliki ciri kepemilikan yang terkonsentrasi. Hanya
sebagian kecil dari saham yang dimiliki oleh investor individu atau asing dengan rata- rata
kepemilikan masing-masing 2,38 persen dan 2,66 persen. Pemerintah dan perusahaan yang
memiliki porsi saham besar, seperti 31,27 persen dan 19,86 persen (OECD, 2017).
2. Korea
Korea Exchange memiliki 1.991 perusahaan yang terdaftar dimana kepemilikannya
sebagian besar terkonsentrasi dalam sejumlah kecil pemegang saham pengendali dan perusahaan
terkait. Kontrol perusahaan besar dilakukan oleh keluarga, dimana terdapat 38 grup perusahaan
besar yang memiliki 1.364 perusahaan. Dari jumlah tersebut, 213 terdaftar di pasar saham Korea
dan 51,8 persen dari total saham dimiliki oleh pemegang saham kendali(OECD, 2015).
3. Singapura
Kepemilikan terkonsentrasi sangat tinggi pada perusahaan di Singapura dimana terdiri dari
bisnis milik keluarga dan perusahaan milik negara yang mewakili pemegang saham utama.
Mayoritas perusahaan yang terdaftar merupakan block shareholder yang memiliki total saham 15
persen atau lebih (WFE, 2016).
4. Malaysia
Struktur kepemilikan di Malaysia pada umumnya terkonsentrasi. Terdapat 10-12 grup perusahaan besar
yang mengendalikan berbagai perusahaan sementara investasi pemerintah memegang sekitar 30 persen
dari kapitalisasi pasar (World Bank, 2013). Keluarga memiliki sekitar 44,7 persen dari saham di
perusahaan Malaysia (WFE, 2016).

IV. Struktur Kepemilikan Di Indonesia


Tidak berbeda jauh dengan struktur kepemilikan di Asia, Indonesia yang juga merupakan
negara di benua Asia cenderung menggunakan struktur kepemilikan institutional dengan karakter
kepemilikan terkonsentrasi. Persentase kepemilikan institusional yang relatif besar dan kepemilikan di
Indonesia yang cenderung terkonsentrasi, diharapkan institusi dan pemegang saham mayoritas dapat
mengawasi kinerja manajemen. Tipikal perusahaan keluarga di Indonesia adalah kepemilikan keluarga
besar, sering kita jumpai grup perusahaan keluarga yang berada dalam bisnis yang bervariasi dan jajaran
eksekutif perusahaan seperti komisaris dan direksi dipegang oleh anggota keluarga tersebut. Contohnya
yaitu Grup Salim Indonesia yang memiliki PT Indofood Sukses Makmur Tbk di bidang produsen
makanan dan PT Indomarco Prismatama di bidang retail. Atau Grup Bakrie yang memiliki PT Bakrie
Sumatera Plantations Tbk di bidang sumber daya, PT Bakrie Telecom Tbk di bidang telekomunikasi,
dan perusahaan di bidang lainnya. Namun masih ada perusahaan di Indonesia yang memakai jenis
struktur kepemilikan institusional. Misal PT Kereta Api Indonesia dan PT Garuda Indonesia Airways
yang dimiliki institusi pemerintah atau PT Hanjaya Mandala Sampoerna yang kepemilikan mayoritas
dimiliki oleh asing, yaitu Philip Morris International.
Di Indonesia, struktur kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Dalam kasus perusahaan
keluarga, pemisahan antara kontrol dan kepemilikan sebenarnya tidak terjadi karena biasanya para
pengelola perusahaan adalah anggota keluarga dari pemilik perusahaan.
2) Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara yang melebihi kepemilikan karena sistem
kepemilikan yang bersifat pyramidal, atau karena mereka menempatkan para manajer dari
anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang dikontrolnya.
3) Terdapat hubungan antara struktur kepemilikan dengan pemilihan Dewan Pengawas.
Kesimpulan
1.Lingkungan organisasi dikelompokan kedalam tiga jenis, yaitu:
Lingkungan internal organisasi, Lingkungan eksternal langsung, Lingkungan eksternal tidak
langsung. Hubungan organisasi dengan lingkungan akan menghasilkan organisasi sebagai
sebuah sistem. Pada dasarnya dalam sistem organisasi dibagi menjadi dua, yaitu : Organisasi
Sistem Tertutup dan Organisasi Sistem Terbuka.

2.Dalam hal pengelolaan perusahaan, dibedakan antara kontrol dan kepemilikan. Kontrol
dapat diklasifikasikan menjadi kontrol yang lemah dan kontrol yang kuat, sedangkan
kepemilikan diklasifikasikan menjadi kepemilikan yang tersebar dan kepemilikan yang
terkonsentrasi.

3.Dalam kasus di berbagai negara di kawasan Asia, seperti Cina, Malaysia, Korea, dan
Singapura, kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu:
1. Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara.
2. Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara (control right) yang melebihi kepemilikan
(cash flow right) karena sistem kepemilikan yang bersifat piramidal.

4.Indonesia yang juga merupakan negara di benua Asia cenderung menggunakan struktur
kepemilikan institutional dengan karakter kepemilikan terkonsentrasi. Persentase kepemilikan
institusional yang relatif besar dan kepemilikan di Indonesia yang cenderung terkonsentrasi,
diharapkan institusi dan pemegang saham mayoritas dapat mengawasi kinerja manajemen.

Referensi
Goergen, Marc. 2012. International Corporate Governance. England: Pearson EducationLimited
Amirullah, Haris Budiyono, 2004. Pengantar Manajemen. Malang : Graha Ilmu Fahmi
Irham, 2012. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: CV Alfabeta
OECD. Corporate Governance Frameworks in Asia. 2019. OED Publishing. Website:
https://www.oecd.org/corporate/OECD-Survey-Corporate-Governance-Frameworks-Asia.pdf

Anda mungkin juga menyukai