OLEH:
KELOMPOK 3
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
PEMBAHASAN
Pada saat ini organisasi lebih cenderung menggunakan sistem terbuka, karena dengan
sistem ini sebuah organisasi akan lebih efektif dalam beradaptasi dengan setiap perubahan.
Bentuk interaksi lingkungan internal dan eksternal pada sistem terbuka dapat dilihat dalam
bagan dibawah ini.
Untuk mampu menjalankan fungsi dan interaksi organisasi dengan baik, maka sangat
dibutuhkan keterampilan seorang manajer atau pemimpin yang baik pula. Ada tiga keahlian
yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu:
1) Technical skill, meliputi kemampuan untuk memahami bab administrasi, prosedur, teknis,
dan sebagainya.
2) Conceptual skill, meliputi kemampuan untuk mengelola organisasi serta berkoordinasi
dengan mitra dan anggota bidang lainya.
3) Human skill, meliputi kemampuan untuk bekerjasama dan memberi motivasi bagi seluruh
elemen organisasi.
Manajer merupakan individu yang bertanggung jawab secara langsung untuk
memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan bersama para anggota dari organisasi.
Manajer memiliki tiga peran, yaitu:
1) Peranan hubungan antar perorangan, yaitu sebagai peranan simbolik (figure head),
pemimpin (leader), dan penghubung (liaison).
2) Peranan informasional, yaitu sebagai monitor, disseminator, dan juru bicara.
3) Decisional roles, yaitu sebagai pihak yg melakukan perundingan, entrepreneur, pihak yg
menyelesaikan masalah/kekacauan, dan pihak yg mengalokasi sumber daya.
Apabila peran tersebut dapat dijalani dengan baik oleh manajer dengan ditambah
kemampuan untuk menyesuaikan perubahan dalam lingkungan, maka ketahanan dan eksistensi
sebuah organisasi akan semakin besar. Karena pada dasarnya tak ada satupun makhluk atau
organisasi yang mampu bertahan tanpa menjaga hubungan timbal balik secara baik dengan
lingkungan dan organisasi diluar lingkungan internal organisasi itu sendiri. Dan kegagalan
berbagai organisasi adalah karena ketakutan dalam memahami setiap perubahan demi
perubahan yang terjadi dalam lingkungan.
2. Control versus Ownership Right
Dalam hal pengelolaan perusahaan, dibedakan antara kontrol dan kepemilikan. Kontrol
dapat diklasifikasikan menjadi kontrol yang lemah dan kontrol yang kuat, sedangkan
kepemilikan diklasifikasikan menjadi kepemilikan yang tersebar dan kepemilikan yang
terkonsentrasi.
a. Kepemilikan yang Tersebar
Kepemilikan yang tersebar memiliki dua keuntungan utama. Yang pertama adalah
peningkatan likuiditas saham. Semakin banyak investor yang memegang saham,
terdapat kemungkinan besar akan adanya pasar yang aktif. Likuiditas saham yang lebih
tinggi pada akhirnya menghasilkan biaya modal yang lebih rendah yang bermanfaat bagi
perusahaan secara keseluruhan dan meningkatkan nilai pasarnya. Biaya modal yang
lebih rendah menyiratkan bahwa tingkat hurdle rate yang harus dicapai akan lebih
rendah sehingga peluang investasi perusahaan menjadi lebih besar. Keunggulan kedua
dari kepemilikan yang tersebar adalah perusahaan rentan terhadap pengambilalihan
paksa (hostile takeover) yang mencari manajemen berkinerja buruk, sehingga
manajemen perusahaan akan terpacu untuk meningkatkan kinerja perusahaan untuk
menghindari penurunan harga saham perusahaan mereka dan pengambilan paksa
perusahaan. Namun terdapat kelemahan pada kepemilikan yang tersebar ini, yaitu
munculnya free rider problem. Akibat kepemilikan saham yang tersebar, terkadang
tidak ada pemegang saham yang benar-benar memonitor manajemen perusahaan secara
langsung. Jika salah satu dari mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu, uang
dan upaya untuk memonitor perusahaan, manfaatnya akan dibagikan kepada semua
pemegang saham sedangkan biaya hanya akan ditanggung oleh pemegang saham
pemantau.
b. Kepemilikan yang Terkonsentrasi
Kepemilikan yang terkonsentrasi memiliki keuntungan besar karena akan ada pemegang
saham dengan kontrol (atau kekuasaan) yang cukup dan insentif (atau kepemilikan)
yang memadai untuk memantau dan memastikan manajemen menjalankan perusahaan
untuk kepentingan pemegang saham. Namun, akibat pemegang saham tersebut memiliki
kekuasaan yang cukup atas manajemen untuk mempengaruhi pengambilan keputusan,
mereka berpotensi untuk menyalahgunakan kekuasaan ini dengan memaksa manajemen
untuk membuat keputusan untuk kepentingannya sendiri, tetapi merugikan pemegang
saham lainnya.
A. Kombinasi Kontrol dan Kepemilikan
Berdasarkan jenis kontrol dan kepemilikan tersebut, terdapat empat kombinasi kontrol
dan kepemilikan yang dapat digunakan oleh perusahaan, antara lain:
perusahaan yang mereka investasikan tersebut. Jenis lain dari proxy voting adalah hak
suara yang dimiliki oleh pemegang saham, tetapi dilaksanakan oleh manajemen
perusahaan. Contohnya pada perusahaan AS Medco Health Solutions Inc. dimana
manajemennya meminta proxy voting dari pemegang sahamnya yang ingin mereka
gunakan sendiri. Adapun yang disebut dengan proxy contest, di mana satu atau beberapa
pemegang saham kecil mencari dukungan dari pemegang saham yang lain untuk
menggunakan proxy votes mereka agar mendapatkan persetujuan atas mosi yang mereka
ajukan pada pertemuan.
c. Voting Koalisi
Koalisi pemungutan suara terdiri dari beberapa pemegang saham yang bergabung
dan setuju untuk memberikan suara (voting) yang sama. Voting koalisi biasanya
ditempuh untuk mengontrol perusahaan apabila saham yang dimiliki kecil. Contohnya
adalah kesepakatan pemungutan suara antara bank Jerman Deutsche Bank, bank Italia
Mediobanca dan perusahaan jaminan Italia Assicurazioni Generali. Sedangkan masing-
masing memegang dengan adil saham kecil di Fiat, bersama-sama melalui perjanjian
pemungutan suara, berhasil meningkatkan suara mereka menjadi total 8,4%.
d. Saham Kelas Ganda (Dual-Class Share)
Perusahaan dengan saham kelas ganda memiliki dua kelas saham yang beredar:
kelas dengan hak suara atau saham biasa (common stock) dan kelas dua tanpa hak suara
atau saham preferen (preferred stock). Meskipun saham preferen tidak mendapat hak
suara, namun saham preferen ini mendapatkan dividen yang dijamin atau tetap. Jika laba
bersih perusahaan cukup untuk menutupi dividen yang dijamin, maka pemegang saham
preferen terlebih dahulu menerima dividen yang dijaminkan. Jika setelah pembagian
dividen yang dijamin, perusahaan masih memiliki sisa laba bersih baru kemudian
membagikan dividen kepada pemegang saham biasa. Apabila perusahaan tidak mampu
membayar dividen tetap, maka akan dipindahkan ke tahun selanjutnya (namun tidak
dapat melebihi 3 tahun) dan atas tidak dibayarkannya dividen yang dijamin tersebut,
saham preferen menerima hak suara sementara sampai tunggakan telah dibayar.
Pemegang saham preferensi juga memiliki akses preferensial ke aset perusahaan jika
perusahaan berada dalam kesulitan keuangan atau dalam likuidasi.
e. Pemberian Hak Suara Tambahan
Metode ini biasanya digunakan pada beberapa perusahaan Prancis, dimana
perusahaan dapat memberikan hak suara tambahan kepada pemegang saham jangka
panjang melalui klausul dalam anggaran dasar. Klausul seperti itu biasanya dilakukan
pada saat penawaran umum perdana dan sering dilakukan retrospektif, yaitu berlaku
untuk kepentingan yang ada di perusahaan. Contohnya adalah atribusi hak suara ganda
untuk pemegang saham yang memegang saham mereka setidaknya selama tiga tahun di
konglomerat mewah Prancis LVMH SA.
C. Konsekuensi Kepemilikan yang Tersebar dan Kontrol yang Kuat
Ada dua jenis manfaat kontrol, yaitu manfaat keamanan dan manfaat pengendalian
pribadi.
a. Manfaat Keamanan
Manfaat keamanan terkait dengan peningkatan nilai perusahaan karena pemantauan
manajemen yang dilakukan oleh pemegang saham besar. Mengingat keberadaan
pemegang saham yang besar, manajemen cenderung tidak mengambil alih pemegang
saham dengan berbuat sesuai kepentingan mereka sendiri daripada memaksimalkan
nilai perusahaan.
b. Manfaat Pribadi
Manfaat pribadi dari kontrol seringkali mengorbankan pemegang saham minoritas.
Manfaat ini didapat oleh pemegang saham mayoritas yang hanya menguntungkan
mereka. Manfaat pribadi ini termasuk transaksi pihak terkait, yaitu tunneling dan
transfer penetapan harga, serta nepotisme dan perselisihan. Keuntungan pribadi dari
kontrol biasanya tidak dapat dialihkan, yaitu khusus untuk pemegang saham
pengendali yang sedang menjabat.
3. Struktur Kepemilikan di Asia
Struktur kepemilikan merupakan sebuah batasan antara pemilik perusahaan dengan
manajer perusahaan untuk mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham.
Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi diimplementasikan secara umum di ekonomi Asia,
sementara struktur yang tersebar tidak banyak diimplementasikan. Perusahaan di Asia lebih
bersifat kekeluargaan sehingga kelompok-kelompok usaha besar yang berkembang selalu
dikendalikan oleh anggota keluarga dari hubungan darah atau hubungan perkawinan. Kontrol para
pemilik perusahaan dilakukan melalui struktur piramida dan kepemilikan silang di antara beberapa
perusahaan, sehingga pemisahan antara kontrol dan manajerial juga jarang terjadi. Konflik
kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas biasanya menjadi
masalah di kawasan ini.
Dalam kasus di berbagai negara di kawasan Asia, seperti Cina, Malaysia, Korea, dan
Singapura, kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Dalam kasus keluarga,
pemisahan antara kontrol dan kepemilikan sebenarnya tidak terjadi karena biasanya para
pengelola perusahaan adalah anggota keluarga dari pemilik perusahaan. Hal tersebut sangat
terasa dalam sistem Keiretsu di Jepang, Chaebol di Korea, dan Konglomerasi di Indonesia.
2. Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara (control right) yang melebihi kepemilikan
(cash flow right) karena sistem kepemilikan yang bersifat piramidal, atau karena mereka
menempatkan para manajer dari anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang
dikontrolnya.
Berikut merupakan penjelasan singkat tentang struktur kepemilikan pada tingkat
perusahaan di Asia menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD):
1. Cina
Perusahaan yang terdaftar di Cina memiliki ciri kepemilikan yang terkonsentrasi.
Hanya sebagian kecil dari saham yang dimiliki oleh investor individu atau asing dengan rata-
rata kepemilikan masing-masing 2,38 persen dan 2,66 persen. Pemerintah dan perusahaan
yang memiliki porsi saham besar, seperti 31,27 persen dan 19,86 persen (OECD, 2017).
2. Korea
Korea Exchange memiliki 1.991 perusahaan yang terdaftar dimana kepemilikannya
sebagian besar terkonsentrasi dalam sejumlah kecil pemegang saham pengendali dan
perusahaan terkait. Kontrol perusahaan besar dilakukan oleh keluarga, dimana terdapat 38
grup perusahaan besar yang memiliki 1.364 perusahaan. Dari jumlah tersebut, 213 terdaftar
di pasar saham Korea dan 51,8 persen dari total saham dimiliki oleh pemegang saham kendali
(OECD, 2015).
3. Singapura
Kepemilikan terkonsentrasi sangat tinggi pada perusahaan di Singapura dimana terdiri
dari bisnis milik keluarga dan perusahaan milik negara yang mewakili pemegang saham
utama. Mayoritas perusahaan yang terdaftar merupakan block shareholder yang memiliki
total saham 15 persen atau lebih (WFE, 2016).
4. Malaysia
Struktur kepemilikan di Malaysia pada umumnya terkonsentrasi. Terdapat 10-12 grup
perusahaan besar yang mengendalikan berbagai perusahaan sementara investasi pemerintah
memegang sekitar 30 persen dari kapitalisasi pasar (World Bank, 2013). Keluarga memiliki
sekitar 44,7 persen dari saham di perusahaan Malaysia (WFE, 2016).
4. Struktur Kepemilikan di Indonesia
Tidak berbeda jauh dengan struktur kepemilikan di Asia, Indonesia yang juga merupakan
negara di benua Asia cenderung menggunakan struktur kepemilikan manajerial dengan karakter
kepemilikan terkonsentrasi. Tipikal perusahaan keluarga di Indonesia adalah kepemilikan keluarga
besar, sering kita jumpai grup perusahaan keluarga yang berada dalam bisnis yang bervariasi dan
jajaran eksekutif perusahaan seperti komisaris dan direksi dipegang oleh anggota keluarga
tersebut. Contohnya yaitu Grup Salim Indonesia yang memiliki PT Indofood Sukses Makmur Tbk
di bidang produsen makanan dan PT Indomarco Prismatama di bidang retail. Atau Grup Bakrie
yang memiliki PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk di bidang sumber daya, PT Bakrie Telecom
Tbk di bidang telekomunikasi, dan perusahaan di bidang lainnya. Namun masih ada perusahaan di
Indonesia yang memakai jenis struktur kepemilikan institusional. Misal PT Kereta Api Indonesia
dan PT Garuda Indonesia Airways yang dimiliki institusi pemerintah atau PT Hanjaya Mandala
Sampoerna yang kepemilikan mayoritas dimiliki oleh asing, yaitu Philip Morris International.
Di Indonesia, struktur kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Dalam kasus perusahaan
keluarga, pemisahan antara kontrol dan kepemilikan sebenarnya tidak terjadi karena biasanya
para pengelola perusahaan adalah anggota keluarga dari pemilik perusahaan.
2) Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara yang melebihi kepemilikan karena sistem
kepemilikan yang bersifat pyramidal, atau karena mereka menempatkan para manajer dari
anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang dikontrolnya.
3) Kepemilikan bank secara signifikan tidak begitu lazim. Terdapat hubungan antara struktur
kepemilikan dengan pemilihan Dewan Pengawas.
DAFTAR PUSTAKA