Anda di halaman 1dari 13

CORPORATE GOVERNANCE : STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN

Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E.,M.Si.,Ak.CA.

OLEH:

KELOMPOK 3

A.A. Ayu Mas Radha Rani Dewi 1807521063

Ni Putu Vanissa Kameswari 1807521100

Nyoman Gede Tryadhi Putra S 1807521174

Luh Putu Aulia Surya Syahrani 1807521195

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
PEMBAHASAN

1. Organisasi dan Lingkungan


Berbagai penelitian terkait dengan interaksi antara organisasi dan lingkungannya telah
dilakukan sebelumnya. Robbins dan Coulter (1999) menyebutkan bahwa lingkungan merujuk
pada lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan yang berada diluar organisasi tersebut dan secara
potensial mempengaruhi kinerja organisasi itu. Dari penjabaran tersebut lingkungan organisasi
dikelompokan kedalam tiga jenis, yaitu:
1) Lingkungan internal organisasi, merupakan kekuatan yang ada di dalam organisasi itu
sendiri dan dapat dikontrol secara langsung oleh manajemen. Lingkungan ini berpengaruh
langsung pada kinerja organisasi. Komponen dalam lingkungan ini meliputi pemimpin,
komisaris, manajer, pengurus dan anggota.
2) Lingkungan eksternal langsung, merupakan kekuatan-kekuatan ataupun lembaga yang
berada diluar lingkungan organisasi. Lingkungan ini secara langsung berpengaruh pada
kinerja organisasi dan manajemen. Dimana lingkungan direct ini dihuni oleh beberapa
elemen seperti kompetitor, partnership, klien, sampai pemerintah.
3) Lingkungan eksternal tidak langsung, merupakan lingkungan yang berpengaruh tetapi secara
tidak langsung terhadap kinerja organisasi. Dan hampir semua organisasi sangat dipengaruhi
lingkungan indirect ini. Lingkungan tidak langsung dihuni komponen seperti kondisi
ekonomi, politik, sosial, budaya, demografi, dan teknologi.
Ketiga komponen lingkungan tersebut sangat berpengaruh satu sama lain dalam proses
kinerja organisasi. Keberhasilan sebuah organisasi dapat dilihat melalui dua hal. Pertama,
ketahanan dan kemampuan untuk menyesuaikan terhadap tuntutan perubahan lingkungan.
Kedua, penyesuaian terhadap tuntutan perubahan tersebut dengan siklus total input sampai output
sebagai fokus bagi seorang manajer. Hal yang dapat membantu kedua alternatif tersebut adalah
melalui pemantauan perubahan lingkungan dan kemampuan untuk bernegosiasi, berunding,
ataupun bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait.
Hubungan organisasi dengan lingkungan akan menghasilkan organisasi sebagai sebuah
sistem. Pada dasarnya dalam sistem organisasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Organisasi Sistem Tertutup
Organisasi dengan sistem tertutup akan cenderung mengambil peran yang menjauh dari
lingkungan luar. Dengan sistem tertutup artinya ia membatasi diri dari interaksi dengan
lingkungan luar organisasi. Sistem ini sangat tidak sehat jika masih diterapkan dalam
konteks kekinian, karena keputusan yang dihasilkan adalah dari atasan yang biasanya kaku
dan cenderung merugikan bagi bawahan.
2) Organisasi Sistem Terbuka
Kebalikan dari organisasi tertutup, organisasi dengan sistem terbuka adalah organisasi yang
memiliki tingkat interaksi yang tinggi terhadap dunia atau lingkungan diluar organisasi.
Sistem terbuka membuat organisasi lebih aktif dan dinamis dalam menyikapi setiap
perubahan yang selalu terjadi. Sistem ini lebih mengedepankan keuntungan bersama antara
lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Pada saat ini organisasi lebih cenderung menggunakan sistem terbuka, karena dengan
sistem ini sebuah organisasi akan lebih efektif dalam beradaptasi dengan setiap perubahan.
Bentuk interaksi lingkungan internal dan eksternal pada sistem terbuka dapat dilihat dalam
bagan dibawah ini.
Untuk mampu menjalankan fungsi dan interaksi organisasi dengan baik, maka sangat
dibutuhkan keterampilan seorang manajer atau pemimpin yang baik pula. Ada tiga keahlian
yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu:
1) Technical skill, meliputi kemampuan untuk memahami bab administrasi, prosedur, teknis,
dan sebagainya.
2) Conceptual skill, meliputi kemampuan untuk mengelola organisasi serta berkoordinasi
dengan mitra dan anggota bidang lainya.
3) Human skill, meliputi kemampuan untuk bekerjasama dan memberi motivasi bagi seluruh
elemen organisasi.
Manajer merupakan individu yang bertanggung jawab secara langsung untuk
memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan bersama para anggota dari organisasi.
Manajer memiliki tiga peran, yaitu:
1) Peranan hubungan antar perorangan, yaitu sebagai peranan simbolik (figure head),
pemimpin (leader), dan penghubung (liaison).
2) Peranan informasional, yaitu sebagai monitor, disseminator, dan juru bicara.
3) Decisional roles, yaitu sebagai pihak yg melakukan perundingan, entrepreneur, pihak yg
menyelesaikan masalah/kekacauan, dan pihak yg mengalokasi sumber daya.
Apabila peran tersebut dapat dijalani dengan baik oleh manajer dengan ditambah
kemampuan untuk menyesuaikan perubahan dalam lingkungan, maka ketahanan dan eksistensi
sebuah organisasi akan semakin besar. Karena pada dasarnya tak ada satupun makhluk atau
organisasi yang mampu bertahan tanpa menjaga hubungan timbal balik secara baik dengan
lingkungan dan organisasi diluar lingkungan internal organisasi itu sendiri. Dan kegagalan
berbagai organisasi adalah karena ketakutan dalam memahami setiap perubahan demi
perubahan yang terjadi dalam lingkungan.
2. Control versus Ownership Right
Dalam hal pengelolaan perusahaan, dibedakan antara kontrol dan kepemilikan. Kontrol
dapat diklasifikasikan menjadi kontrol yang lemah dan kontrol yang kuat, sedangkan
kepemilikan diklasifikasikan menjadi kepemilikan yang tersebar dan kepemilikan yang
terkonsentrasi.
a. Kepemilikan yang Tersebar
Kepemilikan yang tersebar memiliki dua keuntungan utama. Yang pertama adalah
peningkatan likuiditas saham. Semakin banyak investor yang memegang saham,
terdapat kemungkinan besar akan adanya pasar yang aktif. Likuiditas saham yang lebih
tinggi pada akhirnya menghasilkan biaya modal yang lebih rendah yang bermanfaat bagi
perusahaan secara keseluruhan dan meningkatkan nilai pasarnya. Biaya modal yang
lebih rendah menyiratkan bahwa tingkat hurdle rate yang harus dicapai akan lebih
rendah sehingga peluang investasi perusahaan menjadi lebih besar. Keunggulan kedua
dari kepemilikan yang tersebar adalah perusahaan rentan terhadap pengambilalihan
paksa (hostile takeover) yang mencari manajemen berkinerja buruk, sehingga
manajemen perusahaan akan terpacu untuk meningkatkan kinerja perusahaan untuk
menghindari penurunan harga saham perusahaan mereka dan pengambilan paksa
perusahaan. Namun terdapat kelemahan pada kepemilikan yang tersebar ini, yaitu
munculnya free rider problem. Akibat kepemilikan saham yang tersebar, terkadang
tidak ada pemegang saham yang benar-benar memonitor manajemen perusahaan secara
langsung. Jika salah satu dari mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu, uang
dan upaya untuk memonitor perusahaan, manfaatnya akan dibagikan kepada semua
pemegang saham sedangkan biaya hanya akan ditanggung oleh pemegang saham
pemantau.
b. Kepemilikan yang Terkonsentrasi
Kepemilikan yang terkonsentrasi memiliki keuntungan besar karena akan ada pemegang
saham dengan kontrol (atau kekuasaan) yang cukup dan insentif (atau kepemilikan)
yang memadai untuk memantau dan memastikan manajemen menjalankan perusahaan
untuk kepentingan pemegang saham. Namun, akibat pemegang saham tersebut memiliki
kekuasaan yang cukup atas manajemen untuk mempengaruhi pengambilan keputusan,
mereka berpotensi untuk menyalahgunakan kekuasaan ini dengan memaksa manajemen
untuk membuat keputusan untuk kepentingannya sendiri, tetapi merugikan pemegang
saham lainnya.
A. Kombinasi Kontrol dan Kepemilikan
Berdasarkan jenis kontrol dan kepemilikan tersebut, terdapat empat kombinasi kontrol
dan kepemilikan yang dapat digunakan oleh perusahaan, antara lain:

a. Kombinasi A: Kontrol Lemah dan Kepemilikan yang Tersebar


Kombinasi ini diterapkan di sebagian besar perusahaan Inggris dan AS. Kombinasi
ini memiliki kelebihan yaitu likuiditas saham yang meningkat. Kerugian utama dari
kombinasi ini adalah kemungkinan kurangnya pengawasan oleh pemegang saham yang
tersebar. Oleh karena itu, terdapat potensi konflik kepentingan yang ada di antara
manajemen dan pemegang saham (principal-agent problem)
Contoh perusahaan yang menggunakan kombinasi ini adalah The Coca Cola
Company, dimana pemegang saham terbesarnya, Berkshire Hathaway Inc., memiliki
saham 8.66% dan 10 pemegang saham terbesar lainnya memegang saham dengan total
kurang dari 30%.
b. Kombinasi B: Kontrol Kuat dan Kepemilikan yang Tersebar
Kombinasi ini menciptakan dua keuntungan utama. Pertama, ada pasar saham yang
aktif mengingat adanya penyebaran kepemilikan. Kedua, ada pemegang saham
pengendali dengan kekuatan yang cukup untuk mengawasi manajer. Namun kombinasi
ini juga meningkatkan risiko pemegang saham minoritas dikesampingkan demi
kepentingan pemegang saham mayoritas.
Kombinasi ini berlaku di sebagian besar perusahaan di luar Inggris dan AS.
Contohnya adalah perusahaan BBS AG dari Jerman, yang memiliki dua jenis saham
yang beredar: saham voting dimana masing-masing memiliki satu suara, dan saham non-
voting, yang memiliki hak istimewa seperti dividen yang dijamin, tetapi tidak memiliki
hak suara. Kedua jenis saham membuat 50% dari total modal ekuitas. Pendiri BBS,
Baumgartner, memiliki 62,5% saham voting. Namun, karena hak voting hanya membuat
50% dari total ekuitas, kepemilikannya hanya sebesar 31,25%. Karenanya, dia jelas
merupakan pemegang saham pengendali dengan saham yang melebihi mayoritas suara
tetapi dengan biaya hanya 31,25% dari kepemilikan perusahaannya.
c. Kombinasi C: Kontrol Lemah dan Kepemilikan yang Terkonsentrasi
Kombinasi ini merupakan kombinasi yang cukup langka. Keuntungan kombinasi
ini adalah pemegang saham minoritas dilindungi, karena tidak ada pemegang saham
tunggal yang cukup kuat untuk mendominasi pengambilan keputusan perusahaan.
Namun, ada juga kelemahannya seperti kurangnya pemantauan akibat kepemilikan yang
terkonsentrasi serta likuiditas dan biaya modal yang rendah.
Contoh dari perusahaan yang menggunakan kombinasi ini adalah perusahaan Swiss
Nestlé SA yang menerapkan batas pemungutan suara (voting cap). Perusahaan Nestlé
menetapkan batas suara 5%, dimana efek dari hak suara tersebut adalah membatasi
persentase suara maksimum yang dapat dipilih oleh pemegang saham tunggal pada
RUPS. Oleh karena itu, kepemilikan dapat terkonsentrasi tetapi kontrol dibatasi dan
dilemahkan.
d. Kombinasi D: Kontrol Kuat dan Kepemilikan yang Terkonsentrasi
Kombinasi ini memberikan pemantauan yang kuat dari pemegang saham terhadap
manajemen perusahaan, mengingat kepemilikan saham yang besar yang dimiliki oleh
pemegang saham pengendali. Namun, kelemahannya adalah kekurangan likuiditas dan
kesempatan yang kecil untuk pergantian kepemilikan perusahaan.
Salah satu contoh perusahaan yang memiliki kombinasi kepemilikan dan kontrol
ini adalah pabrikan mobil Jerman, AUDI AG. Pemegang saham utama AUDI adalah
Volkswagen AG yang memegang sekitar 99% suara sehingga menjadikan AUDI
sebagai anak perusahaan Volkswagen. Namun, 1% saham AUDI masih diperdagangkan
di bursa dan berada di tangan pemegang saham kecil.
B. Cara Mencapai Kepemilikan yang Tersebar dan Kontrol yang Kuat
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kombinasi-kombinasi
kepemilikan tersebar dengan kontrol yang kuat, yaitu:
a. Piramida Kepemilikan Piramida kepemilikan adalah kepemilikan secara tidak langsung
terhadap suatu perusahaan melalui perusahaan lain, baik melalui perusahaan kutipan
(quoted firm) maupun perusahaan tidak dikutip (unquoted firm). Contoh penerapan
piramida kepemilikan bisa dilihat pada gambar dibawah. Titik fokus pada contoh contoh
adalah perusahaan A di bagian bawah piramida. Perusahan ini merupakan perusahan
kutipan, dimana pemegang saham utama dari perusahaan A adalah perusahaan B yang
mungkin atau mungkin tidak dikutip. Perusahaan B memiliki kepemilikan mayoritas di
perusahaan A dan merupakan pemegang saham terbesar dan langsung di perusahaan A.
Namun pengendalian tidak terletak di perusahaan B. Pada gantinya, perusahaan B
memiliki pemegang saham pengendali, yaitu perusahaan C. Namun, perusahaan C tidak
memiliki pemegang saham mayoritas karena piramida diakhiri oleh perusahaan C. Oleh
karena itu, kendali atas perusahaan A terletak pada perusahaan C, dengan asumsi bahwa
terdapat transfer kontrol melintasi piramida, yaitu perusahaan C secara efektif memiliki
kendali atas perusahaan A melalui perantara perusahaan B, perusahaan C berhasil
memiliki kendali melebihi perusahaan A dengan hanya memegang 26,01% (51% dari
51%) sahamnya.
b. Proxy Votes
Proxy Votes adalah saham yang didepositkan oleh nasabah bank, lalu bank
bertindak atas nama nasabah yang memiliki saham tersebut. Bank akan memberikan
pelayanan berupa memberikan informasi mengenai RUPS atau Rapat Umum Pemegang
Saham. Bank diperbolehkan memiliki saham di perusahaan lain dan melalui
penggunaan proxy votes ini, mereka dapat meningkatkan derajat kendali mereka di

perusahaan yang mereka investasikan tersebut. Jenis lain dari proxy voting adalah hak
suara yang dimiliki oleh pemegang saham, tetapi dilaksanakan oleh manajemen
perusahaan. Contohnya pada perusahaan AS Medco Health Solutions Inc. dimana
manajemennya meminta proxy voting dari pemegang sahamnya yang ingin mereka
gunakan sendiri. Adapun yang disebut dengan proxy contest, di mana satu atau beberapa
pemegang saham kecil mencari dukungan dari pemegang saham yang lain untuk
menggunakan proxy votes mereka agar mendapatkan persetujuan atas mosi yang mereka
ajukan pada pertemuan.
c. Voting Koalisi
Koalisi pemungutan suara terdiri dari beberapa pemegang saham yang bergabung
dan setuju untuk memberikan suara (voting) yang sama. Voting koalisi biasanya
ditempuh untuk mengontrol perusahaan apabila saham yang dimiliki kecil. Contohnya
adalah kesepakatan pemungutan suara antara bank Jerman Deutsche Bank, bank Italia
Mediobanca dan perusahaan jaminan Italia Assicurazioni Generali. Sedangkan masing-
masing memegang dengan adil saham kecil di Fiat, bersama-sama melalui perjanjian
pemungutan suara, berhasil meningkatkan suara mereka menjadi total 8,4%.
d. Saham Kelas Ganda (Dual-Class Share)
Perusahaan dengan saham kelas ganda memiliki dua kelas saham yang beredar:
kelas dengan hak suara atau saham biasa (common stock) dan kelas dua tanpa hak suara
atau saham preferen (preferred stock). Meskipun saham preferen tidak mendapat hak
suara, namun saham preferen ini mendapatkan dividen yang dijamin atau tetap. Jika laba
bersih perusahaan cukup untuk menutupi dividen yang dijamin, maka pemegang saham
preferen terlebih dahulu menerima dividen yang dijaminkan. Jika setelah pembagian
dividen yang dijamin, perusahaan masih memiliki sisa laba bersih baru kemudian
membagikan dividen kepada pemegang saham biasa. Apabila perusahaan tidak mampu
membayar dividen tetap, maka akan dipindahkan ke tahun selanjutnya (namun tidak
dapat melebihi 3 tahun) dan atas tidak dibayarkannya dividen yang dijamin tersebut,
saham preferen menerima hak suara sementara sampai tunggakan telah dibayar.
Pemegang saham preferensi juga memiliki akses preferensial ke aset perusahaan jika
perusahaan berada dalam kesulitan keuangan atau dalam likuidasi.
e. Pemberian Hak Suara Tambahan
Metode ini biasanya digunakan pada beberapa perusahaan Prancis, dimana
perusahaan dapat memberikan hak suara tambahan kepada pemegang saham jangka
panjang melalui klausul dalam anggaran dasar. Klausul seperti itu biasanya dilakukan
pada saat penawaran umum perdana dan sering dilakukan retrospektif, yaitu berlaku
untuk kepentingan yang ada di perusahaan. Contohnya adalah atribusi hak suara ganda
untuk pemegang saham yang memegang saham mereka setidaknya selama tiga tahun di
konglomerat mewah Prancis LVMH SA.
C. Konsekuensi Kepemilikan yang Tersebar dan Kontrol yang Kuat
Ada dua jenis manfaat kontrol, yaitu manfaat keamanan dan manfaat pengendalian
pribadi.
a. Manfaat Keamanan
Manfaat keamanan terkait dengan peningkatan nilai perusahaan karena pemantauan
manajemen yang dilakukan oleh pemegang saham besar. Mengingat keberadaan
pemegang saham yang besar, manajemen cenderung tidak mengambil alih pemegang
saham dengan berbuat sesuai kepentingan mereka sendiri daripada memaksimalkan
nilai perusahaan.
b. Manfaat Pribadi
Manfaat pribadi dari kontrol seringkali mengorbankan pemegang saham minoritas.
Manfaat ini didapat oleh pemegang saham mayoritas yang hanya menguntungkan
mereka. Manfaat pribadi ini termasuk transaksi pihak terkait, yaitu tunneling dan
transfer penetapan harga, serta nepotisme dan perselisihan. Keuntungan pribadi dari
kontrol biasanya tidak dapat dialihkan, yaitu khusus untuk pemegang saham
pengendali yang sedang menjabat.
3. Struktur Kepemilikan di Asia
Struktur kepemilikan merupakan sebuah batasan antara pemilik perusahaan dengan
manajer perusahaan untuk mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham.
Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi diimplementasikan secara umum di ekonomi Asia,
sementara struktur yang tersebar tidak banyak diimplementasikan. Perusahaan di Asia lebih
bersifat kekeluargaan sehingga kelompok-kelompok usaha besar yang berkembang selalu
dikendalikan oleh anggota keluarga dari hubungan darah atau hubungan perkawinan. Kontrol para
pemilik perusahaan dilakukan melalui struktur piramida dan kepemilikan silang di antara beberapa
perusahaan, sehingga pemisahan antara kontrol dan manajerial juga jarang terjadi. Konflik
kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas biasanya menjadi
masalah di kawasan ini.
Dalam kasus di berbagai negara di kawasan Asia, seperti Cina, Malaysia, Korea, dan
Singapura, kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Dalam kasus keluarga,
pemisahan antara kontrol dan kepemilikan sebenarnya tidak terjadi karena biasanya para
pengelola perusahaan adalah anggota keluarga dari pemilik perusahaan. Hal tersebut sangat
terasa dalam sistem Keiretsu di Jepang, Chaebol di Korea, dan Konglomerasi di Indonesia.
2. Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara (control right) yang melebihi kepemilikan
(cash flow right) karena sistem kepemilikan yang bersifat piramidal, atau karena mereka
menempatkan para manajer dari anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang
dikontrolnya.
Berikut merupakan penjelasan singkat tentang struktur kepemilikan pada tingkat
perusahaan di Asia menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD):
1. Cina
Perusahaan yang terdaftar di Cina memiliki ciri kepemilikan yang terkonsentrasi.
Hanya sebagian kecil dari saham yang dimiliki oleh investor individu atau asing dengan rata-
rata kepemilikan masing-masing 2,38 persen dan 2,66 persen. Pemerintah dan perusahaan
yang memiliki porsi saham besar, seperti 31,27 persen dan 19,86 persen (OECD, 2017).
2. Korea
Korea Exchange memiliki 1.991 perusahaan yang terdaftar dimana kepemilikannya
sebagian besar terkonsentrasi dalam sejumlah kecil pemegang saham pengendali dan
perusahaan terkait. Kontrol perusahaan besar dilakukan oleh keluarga, dimana terdapat 38
grup perusahaan besar yang memiliki 1.364 perusahaan. Dari jumlah tersebut, 213 terdaftar
di pasar saham Korea dan 51,8 persen dari total saham dimiliki oleh pemegang saham kendali
(OECD, 2015).
3. Singapura
Kepemilikan terkonsentrasi sangat tinggi pada perusahaan di Singapura dimana terdiri
dari bisnis milik keluarga dan perusahaan milik negara yang mewakili pemegang saham
utama. Mayoritas perusahaan yang terdaftar merupakan block shareholder yang memiliki
total saham 15 persen atau lebih (WFE, 2016).
4. Malaysia
Struktur kepemilikan di Malaysia pada umumnya terkonsentrasi. Terdapat 10-12 grup
perusahaan besar yang mengendalikan berbagai perusahaan sementara investasi pemerintah
memegang sekitar 30 persen dari kapitalisasi pasar (World Bank, 2013). Keluarga memiliki
sekitar 44,7 persen dari saham di perusahaan Malaysia (WFE, 2016).
4. Struktur Kepemilikan di Indonesia
Tidak berbeda jauh dengan struktur kepemilikan di Asia, Indonesia yang juga merupakan
negara di benua Asia cenderung menggunakan struktur kepemilikan manajerial dengan karakter
kepemilikan terkonsentrasi. Tipikal perusahaan keluarga di Indonesia adalah kepemilikan keluarga
besar, sering kita jumpai grup perusahaan keluarga yang berada dalam bisnis yang bervariasi dan
jajaran eksekutif perusahaan seperti komisaris dan direksi dipegang oleh anggota keluarga
tersebut. Contohnya yaitu Grup Salim Indonesia yang memiliki PT Indofood Sukses Makmur Tbk
di bidang produsen makanan dan PT Indomarco Prismatama di bidang retail. Atau Grup Bakrie
yang memiliki PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk di bidang sumber daya, PT Bakrie Telecom
Tbk di bidang telekomunikasi, dan perusahaan di bidang lainnya. Namun masih ada perusahaan di
Indonesia yang memakai jenis struktur kepemilikan institusional. Misal PT Kereta Api Indonesia
dan PT Garuda Indonesia Airways yang dimiliki institusi pemerintah atau PT Hanjaya Mandala
Sampoerna yang kepemilikan mayoritas dimiliki oleh asing, yaitu Philip Morris International.
Di Indonesia, struktur kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Dalam kasus perusahaan
keluarga, pemisahan antara kontrol dan kepemilikan sebenarnya tidak terjadi karena biasanya
para pengelola perusahaan adalah anggota keluarga dari pemilik perusahaan.
2) Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara yang melebihi kepemilikan karena sistem
kepemilikan yang bersifat pyramidal, atau karena mereka menempatkan para manajer dari
anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang dikontrolnya.
3) Kepemilikan bank secara signifikan tidak begitu lazim. Terdapat hubungan antara struktur
kepemilikan dengan pemilihan Dewan Pengawas.
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, Haris Budiyono, 2004. Pengantar Manajemen. Malang : Graha Ilmu


Fahmi Irham, 2012. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: CV Alfabeta
Goergen, Marc. 2012. International Corporate Governance. England: Pearson Education
Limited.
OECD. Corporate Governance Frameworks in Asia. 2019. OED Publishing. Website:
https://www.oecd.org/corporate/OECD-Survey-Corporate-Governance-Frameworks-Asia.pdf
S. Claessens, Djankov S., dan Lang LHP, Who Controls East Asian Corporations and The
Implications for Legal Reform, Public Policy for The Private Sector, World Bank, Note No.
195, 1999.

Anda mungkin juga menyukai