Anda di halaman 1dari 30

COST VOLUME PROFIT (CVP) ANALYSIS

OLEH :

1. Muhammad Firyanul Rizky 1708561006


2. Ni Putu Ratna Dewi Damayanti 1806511056
3. Putu Oktavia Kusumadewi 1806511118
4. Putu Adnyani Putri 1807521001
5. Alie Fia Ayu Kusuma Ranti 1811521016

PROGRAM MERDEKA BELAJAR


TAHUN AJARAN 2020/2021
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA : ALAT PERENCANAAN MANAJERIAL
Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis—CVP analysis) merupakan suatu
alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan karena analisis biaya
volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga.
Semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis CVP dapat menjadi
suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi
yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.
Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus
dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan dampak
kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analisis CVP memungkinkan para manajer untuk
melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya
terhadap laba.
A. Titik Impas Dalam Unit
Ketertarikan untuk mengetahui pendapatan, beban, dan laba berprilaku ketika volume
berubah adalah sesuatu yang lazim untuk memulai dengan menentukan titik impas perusahaan
dalam jumlah unit yang terjual. Titik impas  (break-even point) adalah titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol (zero profit). Untuk
menentukan titik impas dalam unit (pendapatan sama dengan total biaya), maka perlu difokuskan
pada laba operasi. Dalam hal ini, yang dilakukan pertama kali adalah menentukan titik impas,
kemudian melihat bagaimana pendekatan yang telah digunakan itu dapat dikembangkan untuk
menentukan jumlah unit yang harus dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan.
Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis Cost Volume Profit
Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-biaya
perusahaan dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai
persamaan berikut.

Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variabel – Beban tetap

Dalam persamaan ini, istilah laba operasi digunakan untuk menunjukkan penghasilan atau
laba sebelum pajak penghasilan (taxes). Laba operasi (operating income) hanya mencakup
pendapatan dan beban dari operasional normal perusahaan. Sedangkan, laba bersih (net income)
adalah laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Setelah menghitung jumlah unit yang terjual,
maka dapat dikembangkanlah persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjulan
dan beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik, pendapatan
penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya
variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan demikian,
persamaan laba operasi menjadi :

Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) – (Biaya Variabel per unit x Jumlah unit
terjual ) – Total biaya tetap

Berikut ini merupakan contoh mencari titik impas dalam unit. Anggaplah Whittier Company
memproduksi mesin pemotong rumput. Untuk tahun mendatang, pengontrol telat Menyusun
proyeksi laporan laba rugi berikut.

Penjualan (1.000 unit @ $400)                          $400.000


Dikurangi: Beban variabel                                 325.000
Margin kontribusi                                             $  75.000
Dikurangi: Beban tetap                                        45.000
Laba operasi                                        $  30.000

Hal ini menunjukan bahwa harga per unit mesin pemotong rumput di Whittier Company
adalah $400 dan biaya variabel per unit adalah $325 ($325.000/1.000 unit). Biaya tetap adalah
$45.000. jadi, persamaan laba operasi pada titik impas adalah sebagai berikut.

0                      = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000


0                      = ($75 x Unit) - $45.000
$75 x Unit       = $45.000
Unit     = 600
Dengan demikian, Whittier Company  harus menjual 600 pemotong rumput untuk menutupi
semua beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk memeriksa jawaban ini adalah
dengan memformulasikan suatu laporan laba rugi berdasarkan 600 unit yang terjual.
Penjualan (600 unit@ $400)                           $240.000
Dikurangi: beban variabel                                 195.000
Margin kontribusi                                            $  45.000
Dikurangi: Beban tetap                                       45.000
Laba operasi                                       $            0

Jelaslah, penjualan 600 unit menghasilkan laba nol.


Sebuah keunggulan penting dari pendekatan laba operasi adalah bahwa seluruh persamaan
cost volume profit (CVP) berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut perhitungan
biaya variabel. Sehingga setiap persoalan cost volume profit dapat diselesaikan dengan
menggunakan pendekatan ini.
Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas
Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas dalam unit yaitu dengan
menggunakan margin kontribusi. Margin kontribusi  (contribution margin) adalah pendapatan
penjualan dikurangi total biaya variabel. Pada titik impas, margin kontribusi sama dengan beban
tetap. Jika margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per unit pada
persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit, maka akan mendapatkan persamaan dasar
impas berikut.

Jumlah unit = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit

Dengan menggunakan contoh dari Whittier Company dapat diketahui bahwa margin
kontirbusi per unit bisa dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama adalah
dengan membagi total margin kontribusi dengan unit yang terjual ($75.000/1000) hasilnya $75.
Cara kedua adalah penjualan dikurangi biaya variabel per unit ($400 - $325) hasilnya $75. Untuk
menghitung jumlah unit impas Whittier Company, dapat menggunakan persamaan dasar sebagai
berikut.
Jumlah unit     = $45.000/($400-$325)
= $45.000/$75
= 600
Penjualan Dalam Unit Yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba
Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar perusahaan ingin
memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis Cost Volume Profit menyediakan
suatu cara menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu.
Target laba di sini adalah laba operasi di atas nol (titik impasnya), yang dapat dinyatakan dengan
jumlah dolar (misalnya $20.000) atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan (contohnya,
15 persen dari pendapatan). Untuk mencari target laba, pendekatan yang dapat dilakukan adalah
dengan pendekatan laba operasi dan pendekatan margin kontribusi.
Target Laba dalam Jumlah Dolar. Anggaplah bahwa Whittier Company ingin memperoleh
laba operasi sebesar $60.000. Berapakah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk
mencapai hasil ini? Jika menggunakan laporan laba rugi maka hasilnya adalah sebagai berikut.

$60.000           = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000


$105.000         = $75 x Unit
Unit                 = 1.400        

Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target laba sebesar
$60.000 pada biaya tetap dan langsung menemukan jumlah unit :

Unit                 = ($45.000 + $60.000)/($400 - $325)


Unit                 = $105.000/$75
Unit                 = 1.400

Artinya Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba
operasi sebesar $60.000. Laporan laba rugi berikut membuktikan hasil berikut.

Penjualan (1400 unit@$400)                           $560.000


Dikurangi: Beban Variabel                                455.000
Margin kontribusi                                              $105.000
Dikurangi: Beban tetap                                         45.000
      Laba operasi                                         $  60.000
Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas. Seperti
yang baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput, atau 800
lebih banyak dari volume impas 600 unit, untuk menghasilkan laba sebesar $60.000. Margin
kontribusi per mesin pemotong rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800 unit mesin
pemotong rumput diatas impas akan menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x 800). Hasil ini
menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit untuk setiap unit diatas impas adalah sama persis
dengan laba per unit. Karena titik impas telah dihitung, maka jumlah mesin pemotong rumput
yang akan dijual untuk menghasilkan laba operasi $60.000 dapat dihitung dengan membagi
margin kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan hasilnya dengan volume
impas.
Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap laba
perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat dinilai dengan
mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh, jika
1.500 mesin pemotong rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang akan
diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak 100 mesin
pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75. Dengan demikian, laba akan
meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).
Target Laba dalam Persentase dari Pendapatan Penjualan. Anggaplah bahwa Whittier
Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk
menghasilkan laba yang sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan. Pendapatan
penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas. Dengan menggunakan laporan laba rugi
(yang lebih sederhana dalam kasus ini), maka  diperoleh:

0,15 ($400) (Unit)       = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000


$60 x Unit                    = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$60 x Unit                    = ($75 x Unit) - $45.000
$15 x Unit                    = $45.000
Unit = 3.000
Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilkan laba yang sama
dengan 15 persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin pemotong rumput, total
pendapatan adalah $1,2 juta ($400 x 3.000). Disini laba dapat dihitung tanpa harus menyusun
laporan laba rugi yang formal. Ingat, bahwa diatas impas margin kontribusi per unit adalah laba
per unit. Volume impas adalah 600 mesin pemotong rumput. Jika 3.000 mesin pemotong rumput
terjual, maka ada 2.400 (3.000 – 600) mesin pemotong rumput diatas titik impas yang telah
terjual. Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2400), yang merupakan 15 persen dari
penjualan ($180.000/$1.200.000).
Target Laba Setelah Pajak. Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak
berperan. Ini disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika
perusahaan ingin mengetahui berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih
tertentu, maka diperlukan beberapa pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba bersih
adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan bahwa angka target laba dinyatakan dalam
kerangka sebelum pajak. Dengan demikian, ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih,
harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi.
Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung dengan
mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

Laba bersih           = Laba operasi – Pajak penghasilan


= Laba operasi – (Tarif pajak x Laba operasi)
= Laba operasi (1 – Tarif pajak)
Atau
Laba operasi         = Laba bersih/(1- Tarif Pajak)

Misalkan Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan tarif
pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba
sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut.

$48.750           = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)


$48.750           = 0,65 (Laba operasi)
$75.000           = Laba operasi

Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Whittier Company harus
menghasilkan $75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $48.750 setelah pajak
penghasilan. Dengan pengonversian ini, maka dapat dihitung jumlah unit yang harus dijual.

Unit     = ($45.000 + $75.000)/$75


Unit     = $120.000/$75
Unit     = 1.600

Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak 1.600 mesin
pemotong rumput.

Penjualan (1.600 @$400)                                            $640.000


Dikurangi: Beban Variabel                                            520.000
Margin kontribusi                                                       $120.000
Dikurangi: Beban tetap                                                    45.000
Laba operasi                                                               $  75.000
Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%)             26.250
      Laba bersih                                                       $  48.750

B. Titik Impas Dalam Dolar Penjualan


Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka
menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang
terjual. Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan
penjualan hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Sebagai contoh,
titik impas Whittier Company dihitung pada 600 mesin pemotong rumput. Karena harga jual per
unit mesin pemotong rumput adalah $400, maka volume impas dalam pendapatan penjualan
adalah $240.000 ($400 x 600).
Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat secara mudah dikonversi
menjadi satu jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi jawaban tersebut bisa
dihitung secara lebih langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan
penjualan. Dalam kasus ini, variabel yang penting adalah dolar penjualan, sehingga pendapatan
maupun biaya variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit. Karena pendapatan penjualan
selalu dinyatakan dalam dolar, maka pengukuran variabel tidak menjadi masalah. Selanjutnya
akan dibahas secara lebih mendalam mengenai biaya variabel dan melihat bagaimana biaya
tersebut dapat dinyatakan dalam ukuran dolar penjualan.
Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel didefenisikan sebagai
suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang terjual. Dapat
diilustrasikan mengenai pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variabel dan margin
kontribusi sebagai berikut:
Harga adalah $10 dan biaya variabel adalah $6. Tentu saja, sisanya adalah margin kontribusi
sebesar $4 ($10 - $6). Jika yang dijual adalah 10 unit, maka total biaya variabel adalah $60 ($6 x
10 unit). Atau, karena setiap unit yang dijual menghasilkan pendapatan sebesar $10 dan
membutuhkan biaya variabel $6, maka kita dapat mengatakan bahwa 60 persen dari setiap dolar
pendapatan yang dihasilkan diakibatkan oleh biaya variabel ($6/$10). Jadi, dengan memfokuskan
pada pendapatan penjualan, kita dapat memperkirakan total biaya variabel sebesar $60 untuk
pendapatan $100 (0,60 x $100).
Rasio Biaya Variabel (variable cost ratio) sebesar 60 % pada contoh ini merupakan bagian
dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variabel. Rasio biaya
variabel dapat dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu saja,
persentase dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variable tertutupi merupakan rasio
margin kontribusi. Rasio Margin Kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari
setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.
Berikut ini merupakan laporan Laba Rugi dari Whittier dalam Dolar dan Persentase
Penjualan:

                                                                  Dolar               Persentase Penjualan


Penjualan                                                  $400.000                     100,00%
Dikurangi: Biaya Variabel                           325.000                     81,25
Margin Kontribusi                                        $75.000                     18,75%
Dikurangi: Biaya tetap                                  45.000
Laba Operasi                                          $30.000        

Rasio Biaya Variabel adalah 81,25% ($325.000/$400.000). Rasio  margin kontribusi adalah
18,75% ($75.000/$400.000 atau berasal dari 100%-81,25%). Biaya tetap adalah $45.000.
Berdasar informasi tersebut, berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Whittier
ntuk mencapai titik impas?

Laba Operasi   =   Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap


0                       =   (Penjualan – (Rasio Biaya Variabel x Penjualan)) – Biaya tetap
0                       =   Penjualan (1 – Rasio Biaya Variabel) – Biaya Tetap
0                       =   Penjualan (1 – 0,8125) – 45.000
Penjualan (0,1875) = 45.000
Penjualan         =   $240.000

Jadi Whittier harus menghasilan penjualan sejumlah $240.000 untuk mencapai impas.
Dengan pendekatan rumus unit impas yang dikembangkan, dapat diperoleh nilai penjualan impas
dengan rumus:
Unit Impas       =   Biaya tetap/(Harga-Biaya Variabel per Unit)

Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri akan sama dengan
pendapatan penjualan saat impas.

Unit Impas x Harga =    Harga x [Biaya tetap/(Harga-Biaya Variabel per Unit)]
Penjualan Impas =    Biaya tetap x [Harga/ (Harga-Biaya Variabel per Unit)]
Penjualan Impas =    Biaya tetap x (Harga/Margin Kontribusi)
Penjualan Impas =    Biaya tetap/Rasio Margin Kontribusi

Dengan menggunakan data Whittier Company, dolar penjualan impas adalah ($ 45.000/0,1875)
atau $ 240.000. Hasilnya sama dengan di atas meskipun menggunakan pendekatan yang sedikit
berbeda.
Target Laba dan Pendapatan Penjualan
Pertimbangkan pertanyaan berikut. Berapakah pendapatan penjualan yang harus
dihasilkan Whittier untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.000? (Pertanyaan ini
mirip dengan pertanyaan sebelumnya dalam hal unit, tetapi pertanyaannya sekarang adalah
langsung dalam hal pendapatan penjualan). Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tambahkanlah
target laba operasi sebesar $60.000 pada biaya tetap $45.000 dan bagilah dengan rasio margin
kontribusi.
Penjualan = ($45.000 + $60.000)/0,1875
= $105.000/0,1875
= $560.000
Whittier hams mcnghasilkan pcndapatan $560.000 untuk mencapai target laba sebesar
$60.000. Karena impas adalah $240.000, penjualan tambahan sebesar $320.000 ($560.000-
$240.000) di atas impas harus dihasilkan. Perhatikan perkalian antara rasio margin kontribusi
dengan pendapatan di atas impas menghasilkan laba sebesar $60.000 (0,1875 x $320.000). Di
atas impas, rasio margin kontribusi merupakan rasio laba. Oleh karena itu, rasio tersebut
menggambarkan bagian dari setiap dolar penjualan yang dapat diperuntukkan bagi laba. Pada
contoh ini, setiap dolar penjualan yang diterima di atas impas akan meningkatkan laba sebesar
$0,1875.
Secara umum, dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan pendapatan penjualan. Untuk
memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan Oleh perubahan pendapatan, kalikan
rasio'matgin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan. Sebagai contoh, jika pendapatan
penjualan adalah $540.000 (bukan $560.000), bagaimana pengaruhnya terhadap laba yang
diharapkan? Penurunan pendapatan penjualan sebesar $20.000 akan mengakibatkan penurunan
laba sebesar $3.750 (0,1875 x $20.000).

Membandingkan Kedua Pendekatan


Untuk pengaturan produk tunggal, pcngubahan titik impas dalam unit menjadi impas
dalam pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit dengan unit
yang terjual. Lalu, mengapa kita menggunakan rumus terpisah untuk pendekatan pendapatan
penjualan? Dalam hal ini, ada dua alasan. Pertama, rumus pendapatan penjualan memungkinkan
kita untuk mencari pendapatan secara langsung jika hal tersebut yang dikehendaki. Kedua,
pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk digunakan dalam pengaturan
multiproduk, seperti yang akan dibahas pada bagian berikut.

C. Analisis Multiproduk
Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal.
Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa.
Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multiproduk,
pengoperasiannya tidak berbeda jauh. Mari kita lihat bagaimana mengadaptasi rumus-rumus
yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal ke dalam pengaturan multiproduk dengan
mengembangkan contoh Whittier Company.
Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin pemotong
rumput: mesin pemotong rumput manual dengan harga jual $400 dan mesin pemotong rumput
Otomatis dengan harga jual $800. Departemen Pemasaran yakin bahwa 1.200 mesin pemomng
rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput Otomatis dapat dijual selama tahun depan.
Pengawas perusahaan telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut berdasarkan ramalan
penjualan.
Mesin Mesin Total
Manual Otomatis
Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000
Dikurangi : Beban Variabel 390.000 480.000 870.000
Margin kontribusi $90.000 $160.000 $250.000
Dikurangi : Beban tetap langsung 30.000 40.000 70.000
Margin produk $60.000 $120.000 $180.000
Dikurangi : Beban tetap umum 26.250
Laba operasi $153.750

Perhatikan bahwa pengawas telah memisahkan beban tetap langsung dari beban tetap
umum. Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke
setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada, Beban tetap umum adalah biaya
tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk
dieliminasi.
Titik Impas dalam Unit
Pemilik Whittier agak khawatir dengan penambahan lini produk baru dan ingin
mengetahui banyaknya setiap model yang harus terjual untuk mencapai impas. Jika Anda diberi
tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ini, bagaimana tanggapan Anda?
Salah satu tanggapan adalah menggunakan persamaan yang telah kita kembangkan
sebelumnya di mana biaya tetap dibagi dengan margin kontribusi. Namun, persamaan ini
menimbulkan beberapa masalah. Persamaan ini dikembangkan untuk analisis produk tunggal.
Untuk dua produk, terdapat dua margin kontribusi per unit. Mesin pemotong rumput manual
memiliki margin kontribusi per unit sebesar $75 ($400-$325) dan mesin pemotong rumput
otomatis memiliki margin kontribusi sebesar $200($800- $600).
Salah satu pemecahan adalah menerapkan analisis secara terpisah ke setiap lini produk.
Dengan cara itu, titik impas individu akan diperoleh jika laba didefinisikan sebagai margin
produk. Berikut impas untuk mesin pemotong rumput manual.
Unit impas mesin manual = Biaya tetap/(Harga Biaya variabel per unit)
= $30.000/$75
= 400 unit
Berikut impas untuk mesin pemotong rumput otomatis.
Unit impas mesin otomatis = Biaya tetap/(Harga Biaya variabel per unit)
= $40.000/$200
= 200 unit
Jadi, 400 mesin pemotong rumput manual dan 200 mesin pemotong rumput otomatis
harus dijual untuk mencapai margin produk impas. Namun, margin produk impas hanya menutup
biaya tetap langsung. Sementara itu, biaya tetap umum masih belum tertutupi. Penjualan kedua
mesin pemotong rumput dalam jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian sebesar biaya tetap
umum. Titik impas perusahaan belum ada yang diidentifikasi secara keseluruhan.
Bagaimanapun, biaya tetap umum masih harus diperhitungkan dalam analisis.
*Biaya variabel per unit diturunkan dari laporan laba rugi. Untuk mesiu pemotong rumput
otomatis. Total biaya variabel adalah $480.000 berdasarkan penjualan sebanyak 800 unit. Hal itu
menghasilkan biaya variabel per unit sebesar $600 ($480.000/800). Penghitungan serupa
menghasilkan biaya variabel per unit untuk mesin pemotong rumput manual.
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik impas
dapat mengatasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini adalah alokasi biaya tetap
umum bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas yang tampak secara langsung.
Kemungkinan pemecahan lainnya adalah mengonversikan masalah multiproduk menjadi
masalah produk tunggal. Jika hal ini dapat dilakukan, maka seluruh metodologi CVP produk
tunggal dapat diterapkan secara langsung. Kunci dari konversi ini adalah mengidentifikasi
bauran penjualan yang diharapkan dalam unit dari produk-produk yang dipasarkan. Bauran
penjualan (sales mix) adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual perusahaan.

Penentuan Bauran Penjualan


Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang terjual atau bagian dari pendapatan.
Contohnya, jika Whittier berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800
mesin pemotong rumput otomatis, maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200:800. Bauran
penjualan biasanya diturunkan sampai bilangan bulat terkecil. Jadi, bauran relatif 1.200:800
dapat diturunkan hingga 12:8 dan selanjutnya menjadi 3:2. Dengan kata lain, untuk setiap tiga
mesin pemotong rumput manual yang terjual, ada dua mesin pemotong rumput otomatis yang
terjual.
Alternatif lainnya, bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total
pendapatan yang dikontribusikan oleh setiap produk. Pada kasus di atas, pendapatan mesin
pemotong rumput manual adalah $480.000 ($400 x 1.200) dan pendapatan dari mesin pemotong
rumput otomatis adalah $640.000 ($800 x 800). Mesin pemotong rumput manual mencakup
42,86 persen dari total pendapatan dan mesin pemotong rumput otomatis mencakup 57,14 persen
sisanya. Hal mungkin terlihat seperti perbedaan kedua bauran penjualan. Bauran penjualan
dalam unit adalah 3:2, yaitu dari setiap lima mesin yang terjual, 60 persen adalah mesin
pemotong rumput manual dan 40 persen mesin pemotong rumput otomatis. Namun, bauran
penjualan berdasarkan pendapatan adalah 42,86 persen untuk mesin pemotong rumput manual.
Apa perbedaannya? Bauran penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan dalam
unit dan memberikannya bobot menurut harganya. Jadi, meskipun proporsi yang mendasari
mesin yang terjual tetap 3:2, mesin pemotong rumput manual yang harganya lebih rendah diberi
bobot lebih ringan saat harga dimasukkan dalam penghitungan. Untuk analisis CVP, kita harus
menggunakan bauran penjualan yang dinyatakan dalam unit.
Sejumlah bauran penjualan yang berbeda dapat digunakan untuk menetapkan volume
impas. Contohnya, bauran penjualan sebesar 2:1 akan menetapkan titik impas pada 550 mesin
pemotong rumput manual dan 275 mesin pemotong rumput otomatis. Total margin kontribusi
yang dihasilkan oleh bauran ini adalah $96.250 [($75 x 550) + ($200 x 275)]. Jika 350 mesin
pemotong rumput manual dan 350 mesin pemotong rumput otomatis terjual (untuk bauran
penjualan 1:1), maka total margin kontribusi juga $96.250 (($75 x 350) + ($200 x 350)). Karena
total biayzi tetap adalah $96,250, kedua bauran penjualan merupakan titik impas. Untunglah,
setiap bauran penjualan tidak perlu dipertimbangkan. Apakah Whittier benar-benar
mengharapkan bauran penjualan sebesar 2:1 atau 1:1? Untuk setiap dua mesinpemotong rumput
manual yang terjual, apakah Whittier berharap menjual satu mesin pemotong rumput otomatis?
Untuk setiap mesin pematong rumput manual yang terjual, mampukah Whittier menjual satu
mesin pemotong rumput otomatis?
Menurut studi pemasaran yang dilakukan Whittier, bauran penjualan sebesar 3:2 dapat
diharapkan. Inilah rasio yang harus digunakan; sementara, rasio lainnya dapat diabaikan. Bauran
penjualan yang diharapkan terjadi dan seharusnya digunakan pada analisis CVP.

Bauran Penjualan dan Analisis CVP


Penentuan bauran penjualan tertentu memungkinkan kita untuk mengonversi masalah
multiproduk ke dalam format CVP produk tunggal. Karena Whittier berharap menjual tiga mesin
pemotong rumput manual atas setiap dua mesin pemotong rumput otomatis, Whittier bisa
mendefinisikan produk tunggal yang dijualnya sebagai suatu paket yang berisi tiga mesin
pemotong rumput manual dan dua mesin pemotong rumput otomatis. Dengan menetapkan
produk tersebut sebagai suatu paket, masalah multiproduk dikonversi menjadi masalah produk
tunggal. Untuk menggunakan pendekatan titik impas dalam unit, harga jual per paket dan biaya
variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut, diperlukan
bauran penjualan, harga setiap produk, dan setiap biaya variabel. Menurut data produk individu
yang disajikan dalam proyeksi laporan laba rugi, nilai paket dapat dihitung sebagai berikut:
Produk Harga Biaya Margin Bauran Margin
Variabel Kontribusi Penjualan Kontribusi
Per Unit Per Unit Per Unit
Paket
Mesin manual $400 $325 $75 3 $225
Mesin otomatis 800 600 200 2 400
Total paket $625

*Angka ini diperoleh dengan mengalikan jumlah unit dalam paket (3) dengan margin kontribusi
per unit ($75).
*Angka ini diperoleh dengan mengalikan jumlah unit dalam paket (2) dengan margin kontribusi
per unit ($200).
Berdasarkan margin kontribusi per paket di atas, persamaan dasar impas dapat digunakan
untuk menentukan jumlah paket yang perlu dijual untuk mencapai impas. Dari proyeksi laporan
Ia ba rugi Whittier, kita mengetahui total biaya tetap perusahaan adalah $96,250. Berikut titik
impasnya.
Paket impas = Biaya tetap/Margin kontribusi per paket
= $96.250/$625
= 154 paket
Mesin Mesin Total
Manual Otomatis
Penjualan $184.800 $246.400 $431.200
Dikurangi : Beban Variabel 150.150 184.800 334.950
Margin kontribusi $34.650 $61.600 $96.250
Dikurangi : Beban tetap langsung 30.000 40.000 70.000
Margin segmen $4.650 $21.600 $26.250
Dikurangi : Beban tetap umum $26.250
Laba operasi $0

Tampilan 11-1 Laporan Laba Rugi : Solusi Impas


Whittier harus menjual 462 mesin pemotong rumput manual (3 × 154) dan 308 mesin
pemotong rumput otomatis (2 x 154) untuk mencapai impas. Laporan laba rugi yang memeriksa
kebenaran solusi ini disajikan pada Tampilan 11-1.
Untuk bauran penjualan tertentu, analisis CVP dapat digunakan seolah-olah perusahaan
menjual produk tunggal. Namun, berbagai tindakan yang mengubah harga setiap produk dapat
memengaruhi bauran penjualan karena pelanggan mungkin membeli produk tersebut relatif lebih
banyak atau lebih sedikit. Perlu diingat bahwa sebuah bauran penjualan yang baru akan
memengaruhi unit dari setiap produk yang perlu dijual untuk mencapai target laba yang
diinginkan. Jika bauran penjualan untuk periode mendatang tidak pasti, maka beberapa bauran
yang berbeda mungkin perlu dipertimbangkan. Dengan cara ini, manajer dapat memperoleh
tambahan pengetahuan mengenai berbagai hasil yang mungkin dicapai perusahaan.
Kompleksitas pendekatan titik impas dalam unit meningkat secara dramatis ketika jumlah
produk bertambah. Bayangkan penggunaan analisis ini pada perusahaan yang memproduksi
ratusan produk. Observasi ini tampaknya berlebihan dibandingkan keadaan sebenarnya. Dengan
mudah, komputer dapat menangani suatu masalah yang melibatkan banyak data. Lagi pula,
banyak perusahaan menyederhanakan masalah itu dengan menganalisis kelompok produk
daripada produk individu. Cara lain untuk menangani meningkatnya kompleksitas tersebut
adalah beralih dari pendekatan unit yang terjual ke pendekatan pendapatan penjualan.
Pendekatan ini mampu menyelesaikan analisis CVP multiproduk hanya dengan menggunakan
data ikhtisar yang terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan. Syarat-syarat yang diperlukan
untuk penghitungan jauh lebih sederhana.

Pendekatan Dolar Penjualan


Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, contoh yang sama akan
digunakan. Akan tetapi, satu-satunya informasi yang diperlukan adalah proyeksi laporan laba
rugi Whittier Company secara keseluruhan
Penjualan $1.120.000
Dikurangi : Biaya variabel 870.000
Margin kontribusi $250.000
Dikurangi : Biaya tetap 96.250
Laba operasi $153.750

Perhatikan bahwa laporan laba rugi di atas sesuai dengan kolom total laporan laba rugi
yang lebih terperinci yang diperiksa sebelumnya. Proyeksi laporan laba rugi bersandar pada
asumsi bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput dtomatis
akan terjual (bauran penjualan sebesar 3:2). Titik impas dalam pendapatan penjualan juga
bersandar pada bauran penjualan yang diharapkan. (Sama seperti pendekatan unit yang terjual,
bauran penjualan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda).
Dengan laporan laba rugi tersebut, pertanyaan umum mengenai CVP dapat diajukan.
Misalnya, berapa pendapatan penjualan yang harus _dihasilkan untuk mencapai impas? Untuk
menjawab pertanyaan ini, kita bagi total biaya tetap $96.250 dengan rasio margin kontribusi
0,2232 ($250.000/$1.120.000).
Penjualan impas = Biaya tetap/Rasio margin kontribusi
= $96.250/0,2232
= $431.228
Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi bauran
penjualan, tetapi mengabaikan persyaratan penghitungan margin kontribusi per paket. Tidak ada
pengetiahuan terhadap data produk individual yang diperlukan. Upaya penghitungannya mirip
dengan yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal. Selain itu, jawabannya masih
dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Tidak seperti titik impas dalam unit, jawaban atas
pertanyaan CVP yang menggunakan dolar penjualan tetap dinyatakan dalam ukuran ikhtisar
tunggal. Namun, pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan informasi yang berkaitan
dengan kinerja tiap-tiap produk.

D. Representasi Grafis dari Hubungan CVP


Untuk memahami hubungan CVP secara lebih mendalam, dapat dilakukan melalui
penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat
perbedaan antara biaya variabel dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka
memahami dampak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titik impas dengan cepat. Dua
grafik dasar yang penting, grahk laba volume dan grafik biaya-uolume-laba, akan disajikan
sebagai berikut.

*Karena kesalahan pembulatan pada rasio margin kontribusi, volume penjualan ditetapkan
sedikit lebih tinggi. Jawaban yang tepat adalah $431.200 [diperoleh dan perkalian harga ;ual per
paket dengan Iumlah paket yang diperlukan untuk mencapai impas: ($2.800 x 154)].
Grafik Laba Volume
Grafik laba volume (profit-volume graph) menggambarkan hubungan antara laba dan
volume panjang secara visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari pemasaran laba operasi
(Laba operasi = (Harga x Unit) – (Biaya variabel per Unit x Unit) – Biaya tetap). Dalam grafik
ini, laba operasi merupakan variabel terikat dan unit meruapakn variabel bebas. Nilai variabel
bebas biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variabel terikat pada sumbu vartikal.
Contoh : Anggaplah Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal dengan data
biaya dan harga berikut :
Total biaya tetap $100
Biaya variabel per unit 5
Harga jual per unit 10
Dengan menggunakan data tersebut, laba operasi data dinyatakan sebagai berikut :

Laba Operasi = ($10 x Uni) – ($5 x Unit) - $100


= ($5 x Unit) - $100
Grafik hubungan ini dibuat dengan meletakan unit di sepanjang sumbu horizontal dan
laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertikal. Dua titik diperlukan untuk menggambarkan
suatu pemasaran linear. Meskipun dua titik mana pun dapat digunakan, kedua titik yang sering
dipilih adalah titik-titik yang menggambarkan volume penjualan nol dan laba nol. Jika unit yang
terjual adalah nol, maka Tyson mengalami kerugian operasional sebeser $100 (atau laba-$100).
Dengan kata lain, jika tidak ada penjualan yang dilakukan, maka persuhaan merugi sebesar total
biaya tetap. Jika laba operasi adalah nol, maka unit yang terjual sama dengan 20. Dengan
demikian, titik yang menggambarkan laba nol (impas) adalah (20, $0). Kedua titik yagn
ditunjukkan pada tampilan 11-12 itu membatasi grafik laba yang diperlihatkan di sini.
Grafik pada tampilan 11-2 dapat digunakan untuk menilai laba (rugi) Tyson pada setiap
tingkat aktivitas penjualan. Sebagai contoh, laba yagn berkaitan dengan pejualan 40 unit dapat
dibaca melalui grafik dengan (1) membuat garis vertikal dari sumbu horizontal ke garis laba dan
(2) membuat garis horizontal dari gari laba ke sumbu vaertikal. Seperti diilustrasikan pada
tampilan 11-2, laba dari penjualan 40 unit adalah $100. Grafik laba volume muda
diinterpertasikan, tetapi gagal mengungkapkan bagaimana biaya berubah ketika volume penjulan
berubah. Terdapat sebuah pendekatan altaernatif dalam membuat grafik yang dapat menyediakan
perincian ini.
Grafik Biaya Volume Laba
Grafik biaya volume laba (cost volume profit graph) menggambarkan hubungan antara
biaya, volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik
dengan dua garis terpisah : garis total pendapatan dan garis total biaya. Tiap-tiap garis ini
disajikan dengan dua persamaan berikut.
Pendapatan = Harga x Unit
Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit) + Biaya tetap
Dengan menggunakan cotoh Tyson Company, persamaan pendapatan dan biayanya adalah
sebagi berikut :
Pendapatan = $10 x Unit
Total biaya = ($5 x Unit) + $100
Untuk menggambarkan keduanya persamaan tersebut dalam grafik yang sama, sumbu
vertikal diukur dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual. Dua buah titik itu
diperkulan untuk mengambarkan setiap persamaan. Dengan menggunakan koordinator x seperti
pada grafik laba volume. Untuk persamaan pendapatan, menetapkan jumlah unit sebesar 0
menghasilkan pendapatan $0, menerapkan jumlah unit sama dengan 20 menghasilkan pedapatan
$200. Dengan demikian, kedua titik untuk persamaan pendapatan adlah (0, $0) dan (20, $200).
Untuk persamaan biaya, unit yang terjual sebanyak 0 dan unit yang terjula sebanyak 20
menghasilkan titik –titik (0, $100) dan (20, $200). Grafik setiap persamaan tampak pada
tampilan 11-3.
Perhatikan bahwa gari total pendapatan dimulai pada titik nol dan meningkat dengan
kemiringan yang sama dengan harga jual per unit (kemiringan sebesar 10). Garis total biaya
memotong sumbu vertikal pada sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap dan
meningkatkan dengan kemiringan yang sama dengan biya variabel per unit (kemiringan sebesar
5). Jika garis total pendapatan berada di bawah garis total biaya, maka akan muncul daerah rugi.
Demikian juga, jika garis total pendapatan berada di atas garis total biaya, maka akan mucul
daerah laba. Titik tempat garis total pendapatan dan total biaya berpotongan adalah titik impas.
Untuk mencapai impas, Tyson Company harus menjual 20 unit sehingga memperoleh total
pendapatan sebesar $200.
Perbandingan informasi yang disedikan dari grafik CVP dengan informasi yang tersedia
dari grafik laba volume. Untuk melakukannya, pertimbangkan penjualan sebesar 40 unit. Ingat
kembali bahwa grafik laba volume mengungkapkan perjualan sebesar 40 unit. Ingat kembli
bahwa grafik laba volume menggungkapkan penjualan 40 unit menghasilkan laba $100.
Perhatikan kembali tampilan 11-3. Grafik CVP juga memperlihatkan laba sebesar $100, tetapi
grafik itu memberikan lebih banyak informasi. Grafik CVP mengungkapkan total pendapatan
sebesar $400 dan total biaya $300 berhubungan dengan penjualan 40 unit. Selanjutnya, total
biaya dapat dibagi menjadi biaya tetap sebesar $100 dan biaya variabel sebesar $200. Grafik
CVP menyediakan infomasi tentang pendapatan dan biaya yang tidak disediakan oleh grafik
laba volume. Berbeda dengna grafik laba volume, beberapa penghitungan dibutuhkan untuk
menentukan laba yang berhubungan dengan volume penjualan tertentu. Meskipun demikian,
karena mengandung informasi yang lebih banyak, para manajer kemungkinan besar mendapati
bahwa grafik CVP merupakan suatu alat yang lebih berguna.
Asumsi – Asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba
Grafik laba volume dan biaya volume laba yang baru diilustrasikan mengandlkan beberapa
asumsi penting, berikut beberapa dari asumsi tersebut yaitu :
1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linear.
2. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit dapat
diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang yang relevan.
3. Analisis mengasumsikan apa yang diproduksi dapat dijual.
4. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui.
5. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.

Fungsi Linear, Asumsi pertama, yaitu fungis biaya dan pendapatan linear, memerlukan
pertimbangan tambahan. Fungsi-fungsi pendapatan dan total biaya yang mendasari identifikasi
dalam ilmu ekonomi. Pada tampilan 11-4, panel A menggamabrkan funsi pendapatan dan biaya
berbentuk kurva linear. Terlihat bahwa saat kuantitas yang dijual meningkat, pendapatan juga
meningkat. Namun, kemudian, peningkatannya mulai tidak setajam bila dibandingkan
sebelumnya. Hal itu dijelaskan dengan mudah oleh kebutuhan untuk menurunkan harga ketika
unit yang terjual lebih banyak. Fungsi total biaya lebih rumit, yaitu pada awalnya naik tajam,
kemudian agak mendatar (sejalan dengan terjadinya peningkatan tingkat pengambilan),
selanjutnya kembali naik secara tajam (sejalan dengan terjadinya pernurunan tingkat
pengembalian).
Rentang yang Relevan. analisis CVP merupakan alat pengambilan keputusan jangka pendek.
Analisis ini berorientasi jangka pendek karena sebagian biaya adalah tetap. Hal yang perlu
dilakukan yaitu menentukan rentang operasi berjalan atau rentang yagn relevan (relevant range)
yang menggambarkan hubungan biaya dan pendapatan linear yang berlaku. Pada tampilan 11-4,
Panel B mengilustrasikan rentang yang relevan dari 5.000 hingga 15.000 unit. Hubungan biaya
dan pendapatan secara garis besar adalh linear dalam rentang ini. hal iitu memungkinkan kita
untuk menggunakan persamaan CVP linear. Jika rentang yang relevan berubah, maka biaya tetap
dan variabel tentu akan berbeda. Harga yagn berbeda pun harus digunakan.
Asumsi kedua ini berkaitan dengan penetapan rentang yang relevan. Setelah rentang yang
relvean diidentifikasi, selanjutnya biaya dan hubungan harga diasumsikan supaya diketahui dan
konstan.
Panel-A Hubungan CVP Kurva Linear

Panel-B Rentang yang Relevan dan Hubungan CVP Linear

Produksi sama dengan Penjualan, Asumsi ketiga adalah apa yang diproduksi dapat dijual.
Tidak ada perubahan persediaan selama periode tersebut. persediaan tidak berdampak terhadap
analisis impas merupakan hal yang dapat dimengerti. Analisis impas adalah teknik pengambilan
keputusan jangka pedek sehingga kita dapat menutups biaya pada periode waktu tertentu.
Persediaan mengandung biaya-biaya dari periode sebelumnya dan tidak dipertimbangkan.
Bauran Penjualan yang Konstan, dalam analisis produk tunggal, bauran penjualannya tentu
saja konstan- 100 persen dari penjualan adalah satu produk. Analisi impas multiporduk
mensyaratkan suatu bauran penjualan yang konstan. Namun, tidak mungkin memprediksi bauran
penjualannya dengan pasti. Delam praktiknya kedala ini biasanya ditangani dengan analisi
sensitivitas. Dengan menggunakan kemampuan analisis spreadsheet, sensitivitas variabel pada
berbagai bauran penjualan dapat dinilai secara cepat.
Harga dan Biaya diketahui dengan Pasti, Perusahaan jarang mengetahui harga, biaya variabel,
dan biaya tetap secara pasti. Suatu perubahan pada satu variabel biasanya memegaruhi nilai
variabel lainnya. Kerap terdapat suatu distribusi probabilitas untuk diatasi. Selalin itu terdapat
cara-cara formal untuk pengaturan ketidakpastian secara eksplisit ke dalam model CVP.
Pembahasan masalah-masalah tersebut akan diperkenalkan pada bagian berikutnya.

E. Perubahan dalam Variabel CVP


Suatu perushaaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, maka harus memperhatikan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variabel, dan biaya tetap. Perusahaan juga
harus memperhatikan pengaruh risiko dan ketidakpastian. Pembatasan pengaruh dari perubahan
harga, margin kontribusi per unit dan biaya terhadap titik impas akan dilakukan. Dan juga akan
membahas cara-cara yang dapat ditempuh para manajer untuk menangani risiko dan
ketidakpastian dalam kerangka CVP.
Misalkan, baru-baru ini Whittier Company melakukan sebuah studi pasar tentang mesin
pemotong rumput manual yang mengungkapkan tiga alternatif berbeda.
1. Alternatif 1 : jika pengeluaran iklan meningkat $8.000, penjualan akan naik dari 1.600
unit menjadi 1.725unit.
2. Alternatif 2 : penurunan harga dari $400 menjadi $375 per mesin pemotong rumput
menual akan meningkat penjualannya dari 1.600 unit menjadi 1.900 unit.
3. Alternatif 3 : menurunkan harga menjadi $375 dan meningkatkan perngeluaran iklan
sebesar $8.000 akan meningkatkan penjualan dari 1.600 unit menjadi 2.600 unit.
Dari ketiga alternatif yang identifikasi oleh studi pemasaran tersebut, alternatif yang
menjanjikan keuntungan paling besar adalah alternatif ketiga. Alternatif 3 meningkatkan total lab
sebesar $2.000 Alternatif 1 meningkatkan laba hanya sebesar $1.375, sedangkan alternatif 2
justru menurunkan laba sebesar $25.000.
Samua contoh di atas didasarkan pada pendekatan unit yang terjual. Namun, menerapkan
pendekatan pendapatan penjualan dengan mudah. Hasilnya akan tetap sama.
Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian
Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti. Namun,
hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari pengambilan keputusan
bisnis dan bagimanapun hal itu harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda dengan
ketidakpastian. Distribusi probabilitas veriabel pada risiko dapat diketahui, sedangkan distribusi
probabilitas variabel pada ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan permbahasana kita
kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian.
Margin Pengaman
Margin pengaman atau margin of safety adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual
atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang meleihi volume impas
(Hasil penjualan – volume impas). Margin pengaman yang didapatkan dapat dipandang sebagai
ukuran kasar dari risiko. Apabila margin pengaman perusahaan adalah besar atas penjualan
tertentu yang diharapkan di tahun depan, maka risiko menderita kerugian jika penjualan menurun
lebih kecil daripada perusahaan yang margin pengamannya kecil. Untuk meningkatkan margin
pengaman dan mengurangi risiko merugi, manajer dapat meningkatkan penjualan atau
mengurangi biaya.
Pengungkit Operasi
Penguungkit digunakan untuk melipat gandakan kekuatan, dalam hal ekonomi
pengungkit operasi merujuk pada biaya tetap dan variable. Pengungkit operasi adalah
penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika
aktivitas penjualan berubah. Biaya tetap dapat digunakan sebagai pengungkit untuk
meningkatkan laba. Namun, perusahaan dengan pengungkit operasi yang tinggi akan mengalami
pengurangan laba yang besar jika penjualan menurun. Semakin besar tingkat pengungkit opersi,
maka semakin banyak perubahan dalam aktivitas penjualan yang akan mempengaruhi laba.
Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi / laba
Jika biaya tetap digunakan untuk mengurangi biaya variable sedemikian rupa sehingga
margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat pengungkit operasinya naik, hal
ini menandakan adanya peningkatan rasio.

Merujuk pada perhitungan di atas, tingkat pengungkit operasi otomatis adalah 4,0

Tingkat pengungkit operasi untuk system otomatis adalah 4,0 ($500.000 / $125.000). Sedangkan
untuk manual adalah 2,0 ($200.000 / $100.000). Sistem otomatis akan menghasilkan persentase
kenaikan laba yang lebih bear karena memiliki tingkat pengungkit operasi yang lebih tinggi.

Analisis Sensitivitas dan CVP


Analisis sensitivitas adalah teknik ‘bagaimana jika’ yang menguji dampak dari perubahan
asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban. Hal yang harus diperhatikan adalah
bagaimana akuntan memasukan data, akuntan harus memahami distribusi biaya dan harga di
perusahaan, serta dampak dari perubahaan kondisi ekonomi terhadap variable-variabel yang lain.

F. Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas


Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori: biaya yang berubah sejalan dnegan volume penjualan (biaya
variable) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Pada system perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas, biaya dibagi dalam kategori berdasarkan unit dan nonunit. Sistem penghitungan biaya
berdasarkan aktivitas mengakui beberapa biaya yang berubah bergantung pada jumlah unit yang
diproduksi sedangkan beberapa biaya lain tidak. Namun, meskipun system perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas mengakui biaya berdasarkan nonunit tetap berkenaan dengan perubahan
volume produksi, system perhitungan biaya berdasarkan aktivitas juga memperlihatkan banyak
biaya berdasarkan nonunit berubah berkenaan dengan penggerak aktivitas lainnya. Analisis CVP
sangat bermanfaat karena telah memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku
biaya. Namun, analisis CVP dalam kerangka berdasarkan aktivitas harus dimodifikasi dengan
hitungan sebagai berikut:

Total biaya = Biaya tetap + (biaya variable per unit x jumlah unit) + (Biaya pengaturan x
jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x jumlah jam rekayasa).

Laba operasi adalah total pendapatan dikurangi total biaya. Hal tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut:

Laba operasi = Total pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variable per unit x jumlah unit)
+ (Biaya pengaturan x jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x jumlah jam rekayasa)].

Pada impas, laba operasi adalah nol dan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas
adalah sebagai berikut:

Unit impas = [(Biaya tetap + (Biaya pengaturan x jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa
x jumlah jam rekayasa] / (Harga – biaya variable per unit)

Contoh Pembandingan Analisis Konvensional dan ABC


Kita dapat asumsikan suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual untuk
menghasilkan laba sebelum pajak sebesar 20.000.
Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah unit yang harus terjual untuk menghasilkan laba
sebelum pajak sebesar 20.000. Dihitung sebagai berikut:

Jumlah unit = (Target laba + Biaya tetap) / Harga – Biaya variable per unit)
= (20.000 + 100.000) / (20 - 10)
= 120.000 / 10 + 12.000 unit

Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus terjual untuk menghasilkan laba
operasi sebesar 20.000. Dihitung sebagai berikut:

Jumlah unit = [Target laba + Biaya tetap ABC + (Biaya pengaturan x jumlah pengaturan) +
(Biaya rekayasa x jumlah jam rekayasa)] / (Harga – biaya variable per unit)

Jumlah unit = [20.000 + 50.000 + (1.000 x 20) + (30 x 1.000)] / (20 – 10)
= 12.000 unit

Implikasi Strategis: Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC


Misalkan, setelah analisis CVP konvensional dilakukan, Departemen Pemasaran
menyatakan penjualan 12.000 unit mustahil dicapai. Unit yang bisa terjual mungkin hanya
10.000. Kemudian, presiden direktur perusahaan memrintahkan para insinyur perancang produk
mencari suatu cara mengurangi biaya pembuatan produk. Para insinyur juga diminta
mempertahankan persamaan biaya konvensional, yaitu biaya tetap sebesar 100.000 dan biaya
variable per unit 10. Biaya variable per unit sebsar 10 terdiri atas: tenaga kerja langsung 4, bahan
baku langsung 5, dan overhead variable 1. Untuk memnuhi permintaan mengurangi titik impas,
Departemen Teknik memproduksi suatu rancangan baru yang membutuhkan tenaga kerja lebih
sedikit. Rancangan tersebut tidak akan mempengaruhi bahan baku atau overhead variable.
Dengan demikian, biaya variable yang baru adalah 8 per unit dan titik impas sebagai berikut:
Jumlah unit = Biaya tetap / (Harga – biaya variable per unit)
= 100.000 / (20 – 8)
= 8.333 unit

Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sebagai berikut:

Karena senang dengan hasil tersebut, presiden direktur menyetujui rancangan baru tersebut. Satu
tahun kemudian, presiden direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang diharapkan tidak
terjadi. Sebaliknya, perusahaan merugi. MEngapa? Jawabannya diberikan oleh pendekatan ABC
pada analisis CVP. Hubungannya adalah sebagai berikut:

Total Biaya: $50.000 + ($10 x unit) + ($1.000 x pengaturan) + (30 x jam rekayasa)

Misalkan, rencangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit sehingga
meningkatkan biaya per pengaturan dari 1.000 menadi 1.600. Karena peningkatan kandungan
teknis, rancangan baru itu juga membutuhkan dukungan teknik tambahan sebesar 40 persen (dari
1.000 jam menjadi 1.400 jam). Berikut persamaan biaya yang baru, termasuk pengurangan biaya
variable tingkat unit.

Total biaya: $50.000 + ($8 x unit) + ($1.600 x pengaturan) + ($30 x jam rekayasa)

Titik impas dengan laba operasional nol dan menggunakan persamaan ABC dihitung
sebagai (anggaplah 20 pengaturan masih dilakukan).
Jumlah unit = [$50.000 + ($1.600 x 20) + ($30 x 1.400)/($20 - $8)
= $124.000/$12
= 10.333 unit
Laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sebagai berikut (ingat kembali bahwa jumlah maksimal
yang dapat terjual adalah 10.000 unit).

Penjualan ($20 x 10.000) $200.000


Dikurangi : Beban variable berdasarkan unit ($8 x 10.000) 80.000
Margin kontribusi $ 120.000
Dikurangi : Beban variable berdasarkan nonunit :
Pengaturan ($1.600 x 20) $ 32.000
Dukungan Teknik ($30 x 1.400) 42.000 74.000
Margin yang dapat ditelusuri $ 46.000
Dikurangi : Beban tetap 50.000
(Rugi) operasional $ (4.000)

Analisis CVP dan JIT


Jika suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya variable per unit yang dijual berkurang
dan biaya tetap bertambah. Sebagai contoh, sekarang tenaga kerja langsung dianggap sebagai
tetap dan bukan variable. Di lain pihak, bahan baku langsung masih dianggap sebagai biaya
variable berdasarkan unit. Penekanan pada mutu total dan pembelian jangka Panjang sebenarnya
mengasumsikan biaya bahan baku langsung benar-benar proporsional dengan unit yang
diproduksi menjadi semakin terbukti (karena limbah, sisa bahan, dan diskon kuantitas
dieliminasi). Biaya variable berdasarkan unit lainnya seperti listrik dan komisi penjualan juga
berlaku. Selain itu, variable tingkat batch menjadi hilang (pada system JIT, batch-nya adalah
satu unit). Dengan demikian, persamaan biaya pada JIT dapat dinyatakan sebagai berikut.

Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variable per unit x Jumlah unit) + (Biaya rekayasa x
Jumlah jam rekayasa).

Karena aplikasi JIT merupakan kasus khusus dari persamaan ABC, tidak ada contoh yang akan
diberikan.

Anda mungkin juga menyukai