Anda di halaman 1dari 8

Paper Kelompok 1

Corporate Governance EMA 469A (B1)

Pengertian, Konsep, dan Prinsip-Prinsip Good Corporate

Governance (GCG)

Oleh :

Ni Putu Widariati (1801541020)

Ni Made Arista Dwi Purwani (1801541004)

Badaruz Zaman (1807521062)

Dosen Pengampu : Ni Made Dwi Ratnadi

Jimbaran

2020/2021
1. Pengertian Good Corporate Governance GCG
Perkembangan konsep good corporate governace sesungguhnya telah dimulai jauh
sebelum isu Corporate Governance menjadi kosakata paling hangat di kalangan eksekutif bisnis.
Banyak terdapat definisi yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang Corporate
Governance, yang diberikan baik oleh perorangan maupun institusi . Governance yang
terjemahannya adalah pengaturan yang dalam konteks Good Corporate Governance ada yang
menyebut tata pamong. Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan
dan nilai-nilai etika. Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus
dikaji pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya.
Governance mulai disinggung pertama kalinya oleh Berle dan Means pada tahun 1932
ketika membuat sebuah buku yang menganalisis terpisahnya kepemilikan saham dan control.
Pemisahan tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan antara pemegang saham
dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang tersebar .
a. Cadburry committee mendefinisikan Corporate Governance sebagai:
Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan
dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan
oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban
kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur,
manajer, pemegang saham dan sebagainya.
b. (OECD) mendefinisikan Corporate Governance sebagai:
Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham,
dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga
mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.
Corporate Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen
untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus
memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaanmenggunakan
sumber daya dengan lebih efisien.
c. Center for European Policy Study (CEPS)
CEPS memformulasikan GCG adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak
(right), proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen
perusahaan. Dengan catatan bahwa hak di sini adalah hak dari seluruh stakeholder dan bukan
hanya terbatas kepada satu stakeholder saja. Noensi, seorang pakar GCG dari Indo Consult,
medefinisikan GCG adalah menjalankan dan mengembangkan perusahaan dengan bersih,
patuh pada hukum yang berlaku dan peduli terhadap lingkungan yang dilandasi nilai-nilai
sosial budaya yang tinggi.
d. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar.
Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang
melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang
kondusif (KNKG dalam Diah Kusuma Wardani, 2008: 7). Oleh karena itu, diterapkannya
Good Corporate Governance (GCG) bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat
penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.

2. Teori-teori yang mendasari GCG


a. Stewardship Theory
Teori stewardship menggambarkan situasi dimana manajemen tidaklah
termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil
utama mereka untuk kepentingan organisasi. Teori tersebut mengasumsikan
adanya hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi.
Kesuksesan organisasi menggambarkan maksimalisasi utilitas kelompok
principals dan manajemen. Maksimalisasi utilitas kelompok ini pada akhirnya
akan memaksimumkan kepentingan individu yang ada dalam kelompok
organisasi.
Pada sektor swasta para penganut teori stewardship berpendapat bahwa
apabila manajer-manajer pada tingkat yang lebih tinggi sebagai contoh CEO yang
bertindak sebagai steward akan mempunyai sikap pro-organisasional pada saat
struktur manajemen perusahaan memberikan otoritas dan keleluasaan yang tinggi
(Donaldson dan Davis, 1989, 1991).
Teori stewardship dapat diterapkan pada penelitian akuntansi organisasi sektor
publik seperti organisasi pemerintahan (Morgan, 1996; Van Slyke, 2006 dan
Thorton, 2009) dan non profit lainnya (Vargas, 2004; Caers Ralf, 2006 dan
Wilson, 2010) yang sejak awal perkembangannya, akuntansi organisasi sektor
publik telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi hubungan
antara stewards dengan principals.
b. Agency Theory
Teori keagenan atau teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan
kerja antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen.

Teori keagenan atau teori agensi muncul ketika pemegang saham mempekerjakan
pihak lain. Untuk mengelola perusahaannya. Teori agensi melakukan pemisahan
terhadap pemegang saham (prinsipal) dengan manajemen (agen)
c. Entity Theory
Entity Theory
Teori ini didasarkan pada persamaan ∑A = ∑L + SE, Assets = Ekuitas (liabilities
+ Stockholders Equity). Konsep ini memandang bahwa bunga yang dibayarkan
kepada kreditor merupakan pendistribusian laba dan bukan beban. Sementara itu
pajak penghasilan merupakan beban dan bukan pendistribusian laba.

Dalam konsep ini laba bersih perusahaan tidak langsung merupakan laba bersih
bagi pemegang saham, karena yang dianggap sebagai pemilik adalah pemegang
saham dan kreditor. Pendapatan dan beban tidak langsung merupakan kenaikan
dan perununan dari modal pemegang saham
d. Stakeholder Theory
Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Ramizes dalam bukunya Cultivating Peace, mengidentifikasi berbagai pendapat
mengenai stakeholder. Friedman mendefinisikan stakeholder sebagai:
“any group or individual who can affect or is affected by the achievment of the
organization’s objectives.” Terjemahan bebasnya adalah sebagai kelompok atau
individu yang dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian
tujuan tertentu.

Biset secara singkat mendefinisikan stakeholders adalah orang dengan suatu


kepentingan atau perhatian pada permasalahan tertentu. Sedangkan Grimble and
Wellard melihat stakeholders dari segi posisi penting dan pengaruh yang mereka
miliki. Dari definisi tersebut, maka stakeholders merupakan keterikatan yang
didasari oleh kepentingan tertentu. Dengan demikian, jika berbicara mengenai
stakeholders theory berarti membahas halhal yang berkaitan dengan kepentingan
berbagai pihak.
e. Political Theory

3. Prinsip-prinsip CG berdasarkan OECD


Prinsip-Prinsip Tata Kelola Menurut OECDTerdapat enam prinsipCorporate
Governancedalam prinsip-prinsip OECD, yaitu:
• Prinsip I : Menjamin kerangka dasar Corporate Governance yang efektif
Secara umum prinsip I menyatakan bahwa “Corporate Governance harus
dapatmendorong terciptanya pasar yang transparan dan efisien, sejalan dengan
perundangan danperaturan yang berlaku, dan dapat dengan jelas memisahkan
fungsi dan tanggung jawabotoritas-otoritas yang memiliki pengaturan,
pengawasan dan penegakan hukum”.
• Prinsip II: Hak-hak pemegang sahan dan peran kunci kepemilikan saham
Prinsip ini menyatakan bahwa kerangka tata kelola harus melindungi
danmemfasilitasi pelaksanaan hak-hak pemegang saham. Hal ini terutama
mengingat pemegangsaham suatu perusahaan public memiliki hak khusus seperti
saham tersebut dapat dibeli,dijual ataupun ditransfer tanpa halangan. Pemegang
saham tersebut juga berhak ataskeuntungan perusahaan sebesar porsi
kepemilikannya. Selain itu pemegang sahammempunyai hak untuk memperoleh
informasi yang relevan dan mempunyai hak unutkmempengaruhi jalannya
perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
• Prinsip III: Perlakuan yang Adil terhadap Pemegang Saham
Prinsip ini menekankan perlunya kesetaraan perlakuan kepada seluruh
pemegangsaham termasuk pemegang saham minoritas (non-pengendali) dan
pemegang saham asing.Prinsip ini menekankan pentingnya kepercayaan investor
di pasar modal.Prinsip ketiga diperlukan untuk mengatasi konflik keagenan antara
pemegang sahampengendali dan pemegang saham non-pengendali sehingga
kemungkinan ekspropriasikekayaan pemegang saham pengendali dapat dihindari.
• Prinsip IV: Peranan pemangku kepentingan dalamCorporate GovernanceSecara
umum, prinsip ini menyatakan bahwa:“kerangka Corporate Governancemengakui
hak pemangku kepentingan yang dicakup dalam perundang-undangan
atauperjanjian (mutual agreements) dan mendukung kerja sama aktif antara
perusahaan danpemangku kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan,
lapangan pekerjaan, danpertumbuhan yang berkesinambungan (sustainibilitas)
dari kondisi keuangan perusahaanyang dapat diandalkan”.
• Prinsip V: Keterbukaan dan TransparansiPada prinsip ke-5 ditegaskan bahwa
kerangka kerjaCorporate Governance harus memastikan bahwa keterbukaan
informasi yang tepat waktu dan akurat dilakukan atas semua hal yang material
berkaitan dengan perusahaan, termasuk di dalamnya keadaan keuangan,kinerja,
kepemilikan dan tata kelola perusahaan.Prinsip ini diperlakukan untuk mengurang
informasi asimetri yang merupakan pemicudari adanya konflik kepentingan antara
principal dan agen. Dengan lebih banyakpengungkapan ke public, maka
pemegang saham public dan pemangku kepentingan akandapat lebih mudah
memonitor dan menilai kinerja perusahaan. Pemegang saham pengendalidan
manajemen akan lebih sulit mengekspropriasi pemegang saham public dan
pemangkukepentingan karena tindakan mereka akan lebih mudah terdeteksi.
• PRINSIP VI: Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi
Sistem yang dianut oleh UUPT adalah two tier boards, dimana terdapat direksi
yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dan mewakili
perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan, serta dewan komisaris yang
bertugas mengawasi dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan
tugasnya. Prinsip tanggung jawab dewan komisaris maupun direksi secara umum
tercermin dalam ketentuan UUPT yang menyatakan bahwa direksi dan komisaris
diangkat dan diberhentikan oleh pemegang saham melalui suatu rapat umum
pemegang saham. Dalam Pasal 56 UUPT selanjutnya disebutkan bahwa sekali
dalam setahun direksi wajib menyampaikan pertanggungjawabannya kepada
pemegang saham melalui laporan tahunan yang diajukan dalam rapat umum
pemegang saham tahunan.

4. Prinsip-Prinsip CG di Indonesia (KNKG)


Menurut KNKG (2006) Di dalam Good Corporate Governance ada lima prinsip yang
harus diterapkan oleh perusahaan, yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran atau kesetaraan. Kelima prinsip tersebut diperlukan untuk
membantu perusahaan agar tercapai tujuannya kelima prinsip tersebut didefinisikan
sebagai berikut:
a. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan
bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang diisyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang
penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan
pemangku kepentingan lainnya.
b. Akuntabilitas (Accountability) Terkait dengan prinsip akuntabilitas, perusahaan
harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibilitas (Responsibility) Untuk prinsip responsibilitas atau prinsip
tanggung jawab, perusahaan harus mematuhi peraturan perundangundangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat menjalankan perusahaan dalam jangka panjang serta mendapat pengakuan
sebagai good corporate citizen.
d. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus bisa memperhatikan kepentingan pemegang saham mayoritas
maupun minoritas dan pemangku kepentingan laiinya berdasarkan asas kewajaran
dan kesetaraan.

5. Konsep Penting GCG


Penerapan tata kelola yang baik (GCG) pada harus berpedoman pada Permen No Per-
01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 dengan tetap memperhatikan ketentuan dan norma
yang berlaku, serta anggaran dasar:
1. Manual Direksi dan Dewan Komisaris :
Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh
semua anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali,
dan semua karyawan.
2. Manual Manajemen Risiko :
Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
GCG dan tindakan korektif yang diperlukan.
3. Sistem Pengendalian Intern :
Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan setelah ketimpangan
dan tindakan korektif yang diperlukan teridentifikasi.
4. Sistem Pengawasan Intern :
Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa memiliki dari
semua pihak di dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG
dalam kegiatan sehari-hari.
5. Mekanisme Pelaporan atas Dugaan Penyimpangan :
Melakukan penilaian independent untuk memastikan penerapan GCG secara
berkesinambungan.
6. Tata Kelola Teknologi Informasi.
7. Pedoman Perilaku Etika.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan GCG
Syarat keberhasilan penerapan GCG memiliki dua faktor yang memegang peranan
sebagai berikut :
1. Faktor Internal Faktor internal
Adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari dalam
perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:
a) Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b) Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai GCG.
c)Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
standar GCG.
d)Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e)Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak
dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat
memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Faktor Eksternal Faktor eksternal


Adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi
keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:
a) Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya
supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b) Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang
diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government
menuju Good Government Governance yang sebenarnya.
c) Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat
menjadi standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata
lain,semacam benchmark (acuan).
d) Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di
masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif
berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG
secara sukarela.
e) Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi
GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di
lingkungan publik di mana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas
pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan
lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam
implementasi GCG.

Di luar dua faktor di atas, aspek lain yang paling strategis dalam mendukung penerapan
GCG secara efektif sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas, dan integritas
berbagai pihak yang menggerakkan organ perusahaan. Jika berbagai prinsip dan aspek
penting GCG dilanggar suatu perusahaan maka sudah dapat dipastikan perusahaan
tersebut tidak akan

Anda mungkin juga menyukai