Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2019/2020
A. IMPLEMENTASI STRATEGI
1. Definisi Implementasi
Implementasi adalah pekerjaan yang dilakukan setelah merumuskan strategi.
Implementasi strategi berarti mobilisasi karyawan dan manajer untuk mengubah
strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Sering dianggap sebagai tahap yang
paling sulit dalam manajemen strategis, karena implementasi strategi memerlukan
disiplin pribadi, komitmen dan pengorbanan. Keberhasilan implementasi strategi
tergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang lebih
menekankan seni ketimbang pengetahuan. Strategi yang dirumuskan tetapi tidak
diimplementasikan sama sekali tidak ada gunanya. Jadi Implementasi Strategi
adalah sebuah pengembangan dalam bentuk tindakan pengelolaan bermacan- macam
sumber daya organisasi dan proses dimana manajemen mewujudkan strateginya
dalam bentuk program, prosedur dan anggaran.
Hitt, Ireland, dan Hoskisson (2000) menekankan bahwa serangkaian
tindakan strategis yang disebut formulasi strategi dan implementasi strategi harus
disatukan dengan hati-hati jika perusahaan ingin mencapai daya saing strategis dan
menghasilkan pendapatan di atas rata-rata. Kesuksesan persaingan terjadi ketika
perusahaan menggunakan perangkat dan tindakan implementasi secara konsisten
dengan strategi-strategi level-bisnis, level-perusahaan, akuisisi, internasional, dan
kerjasama yang sebelumnya dipilih. Perumusan strategi dan implementasi strategi
harus sesuai dengan tujuan strategis dan misi strategis. Tujuan strategis dan misi
strategis disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari analisis lingkungan
eksternal dan lingkungan internal. Perusahaan mempelajari lingkungan eksternal dan
internal agar dapat mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman pasarnya dan
menentukan bagaimana menggunakan kompetensi-kompetensi intinya dalam usaha
mendapatkan hasil strategisnya yang diinginkan.
a) Program
Tujuan dari program adalah untuk membuat tindakan-
berorientasi pada strategi. Misalnya, Ajax Continental telah
memilih integrasi vertical ke hilir sebagai strategi
terbaiknya untuk pertumbuhan. Ajax Continental membeli
toko eceran (retail outlet) perusahaan yang lain (Jones
Surplus) daripada membangun sendiri. Untuk
mengintegrasikan toko-toko baru tersebut ke dalam
perusahaan, berbagai program baru telah dikembangkan,
diantara adalah sebagai berikut :
1. Program restrukturisasi untuk mengalihkan toko-
toko Jones Surplus ke dalam rantai komando
pemasaran Ajax Continental agar para manajer
toko melapor kepada para manajer wilayah,
manajer wilayah melapor kepada manajer barang
dagangan, dan manajer barang dagangan melapor
kepada wakil presiden yang mengepalai pemasaran.
2. Program periklanan (Jones Surplus kini merupakan
bagian dari Ajax Continental, “Harga lebih murah,
pilihan lebih banyak”).
3. Program pelatihan untuk para manajer toko yang
baru disewa dan untuk pelatihan ini tetap dipilih
kerjasama dengan para manajer Jones Surplus.
4. Program untuk mengembangkan prosedur pelaporan
akan mengintegrasikan toko-toko Jones Surplus
dalam system akuntansi Ajax Continental.
5. Program modernisasi toko-toko Jones Surplus dan
mempersiapkan untuk pembukaan mereka secara
resmi.
b) Anggaran
Proses Anggaran dimulai setelah program dikembangkan.
Perencanaan sebuah anggaran merupakan pengecekan akhir
yang nyata dari sebuah korporasi terhadap kelayakan strtegi
yang dipilihnya. Dengan memperkirakan biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengimpelemntasikan sebuah program,
hal tersebut dapat menjadi sebuah petunjuk dalam strategi
yang ideal.
c) Prosedur
Setelah anggaran diprogram, divisional dan perusahaan
disetujui, maka prosedur operasi standara harus
dikembangkan. Dalam hal ini mereka merinci secara khusus
berbagai aktivitas yang harus dilaksanakan untuk
menyempurnakan program korporasi. Disamping itu
prosedur harus diperbahurui untuk mewakili beberapa
perubahaan teknologi seperti yang ada dalam strategi.
2. Mencapai Sinergi
Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam implementasi strategi
adalah memperoleh sinergi diantara berbagai fungsi dan unit bisnis
yang ada. Igor Ansoff menyatakan bahwa terdapat 4 jenis sinergi
yang seringkali mempengaruhi keberhasilan implementasi strategi:
a. Sinergi Pemasaran
Sinergi pemasaran dapat tercipta melalui kerjasama antara
saluran distribusi, wiraniaga, dana tau dengan gedung
penyimpanan. Misalnya: sinergi melalui periklanan dan
promosi bersama dapat memeberikan keuntungan yang berlipat
ganda yang diperolah dengan biaya yang relative lebih kecil.
b. Sinergi Operasional
Sinergi operasional dapat diperolah melalui kerja sama
penggunaan tenaga kerja dan fasilitas, dan kebutuhan
operasional dengan jumlah yang besar.
c. Sinergi Investasi
Sinergi investasi dapat tercipta melalui penggunaan bersama
fasilitas produksi dalam pabrik, pembelian persediaan bahan
baku, penggunaan bersama peralatan dan mesin-mesin
pengolahan.
d. Sinergi Manajemen
Sinergi manajemen diperoleh melalui pelaksanaan manajemen
yang kompeten untuk menambah unit bisnis baru atau produk
baru, sehingga dapat untuk meningkatkan kinerja.
Sinergi-sinergi tersebut tidak akan diperoleh begitu saja, dalam
mencapai sinergi-sinergi tersebut perlu adanya usaha untuk
mengembangkan budaya organisasi yang mendukung, serta program
pengembangan reorganisasi dalam memadukan keseluruhan operasi
perusahan atau organisasi yang ada.
c. Tanggungjawab sumber daya manusia dalam implementasi akan
melaksanakan berbagai aspek yang diperlukan
1. Penataan Staf ( Staffing)
Implementasi strategi seringkali membutuhkan berbagai
prioritas baru dalam pengelolaan sumberdaya manusia.
Beberapa perubahan tertentu mungkin berimplikasi pada
dibutuhkannya orang-orang baru dengan kompetensi baru,
memperhentikan orang-orang yang kompetensinya tidak
sesuai atau tidak memenuhi standar, melatih kembali
karyawan yang ada dan sebagainya. Dalam pembahasan
struktur organisasi kita mengenal “jargon” structure follow
strategy, maka dalam penataan staf ini juga demikian,
dalam arti penataan staf mengikuti strategi. Artinya, dalam
merekrut manajer pun perusahaan harus menyesuaikan
dengan strategi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
figur manager ataupun CEO yang tepat untuk sebuah
perusahaan adalah bergantung pada arah strategis yang
diinginkan oleh perusahaan atau unit bisnis tersebut.
Sebagai contoh, perusahaan yang mengambil strategi
konsentrasi dengan penekanan pada integrasi vertikal
ataupun horisontal, mungkin membutuhkan eksekutif
puncak yang agresif dengan pengalaman luas pada industri
tertentu. Sedangkan untuk strategi diversifikasi adalah
sebaliknya, di mana untuk strategi ini dibutuhkan CEO
dengan kemampuan analitis yang tajam, mempunyai
pengetahuan yang luas tentang berbagai industri lainnya
dan mampu mengelola beerbagai lini produk yang berbeda.
2. Pengarahan ( Directing)
Implementasi juga terkait dengan pengarahan staf untuk
menggunakan kompetensinya pada tingkat yang paling
optimal untuk mencapai sasaran perusahaan. Tanpa adanya
pengarahan, staf cenderung melakukan pekerjaan sesuai
cara pandang mereka. Mereka mungkin melakukan
pekerjaan berdasarkan pengalaman masa lalu atau
menekankan pekerjaan pada hal-hal yang paling mereka
senangi – tanpa memperhatikan apakah yang mereka
kerjakan sudah sesuai dengan arah strategis yang baru.
Pengarahan dapat berbentuk kepemimpinan dari pihak
manajemen, mengkomunikasikan norma perilaku dari
budaya perusahaan, atau membangun kesepakatan diantara
para pegawai sendiri dalam kelompok kelompok kerja yang
otonom. Untuk mengarahkan strategi bari dengan efektif,
manajemen puncak harus mendelegasikan wewenang dan
tanggungjawabnya dengan tepat kepada para manajer
operasionalnya. Meraka harus mampu mendorong pegawai
untuk berperilaku sesuai dengan cara-cara yang diinginkan
oleh perusahaan dan mengkoordinasikan tindakan untuk
menghasilkan kinerja yang optimal.
B. IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN
Tahap implementasi strategi memerlukan pertimbangan dalam penyusunan
struktur organisasi, karena keselarasan struktur dengan strategi merupakan satu hal
yang penting untuk tercapainya implementasi strategi. Implementasi strategi biasanya
berkaitan erat dengan perubahan, oleh karena itu tidaklah mengherankan masalah
kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dan perlu dicermati secara teliti
dalam implementasi strategi. Gaya kepemimpinanlah yang akan berpengaruh
terhadap cara-cara berkomunikasi serta proses pengambilan keputusan di dalam
perusahaan di mana semua itu nantinya akan bermuara pada terbentuknya budaya
perusahaan. Terdapat berbagai teori tentang gaya kepemimpinan. Namun secara
umum teori-teori tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar,
yaitu:
a. Gaya kepemimpinan yang berkesan administrator. Gaya kepemimpinan tipe
ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan. Sikapnya konservatif
serta kelihatan sekali takut dalam mengambil risiko dan mereka cenderung
mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu kepada analisis
perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi
Continuation, Routine change, serta Limited change.
b. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical). Dalam gaya kepemimpinan tipe ini,
biasanya pembuatan keputusan didasarkan pada proses analisis, terutama
analisis logika pada setiap informasi yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi
pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi
jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta
kuantitatif.
c. Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih
agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian
personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe
asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul
dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul
kesimpulan yang memuaskan.
d. Gaya kepemimpinan entepreneur. Gaya kepemimpinan ini sangat menaruh
perhatian kepada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang mengutamakan pada
kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini biasannya selalu
mencari pesaing dan menargetkan standar yang tinggi.
Untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi
perusahaan tentunya membutuhkan seorang pemimpin yang dapat melaksanakan
tugas atau fungsi manajemen. Manajemen adalah suatu faktor kemanusiaan, mengikat
suatu kelompok bersama dan memberi motivasi untuk tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan organisasi sebelumnya. Dua permasalahan utama yang terkait dengan
kepemimpinan dalam manajemen strategic adalah : 1) Kemampuan apa yang harus
dimiliki oleh pemimpin strategic dalam hal ini adalah CEO (chief excecutive officer)
dan 2) Siapa yang pantas menjadi pemimpin atau penunjukkan manajer-manajer
kunci.
Peran CEO
Dalam konteks manajemen strategik, kepemimpinan merupakan elemen kunci
dari implementasi strategi. Oleh karena itu, pada bagian ini akan diuraikan secara
khusus tentang kepemimpinan strategis dalam perusahaan. Kepemimpinan Strategis
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan mengantisipasi, memiliki visi,
mempertahankan fleksibilitas, dan memberi kuasa kepada orang-orang lain untuk
menciptakan perubahan strategis yang perlu. Kepemimpinan strategis menuntut
kemampuan mengakomodasi dan mengintegrasikan kondisi-kondisi eksternal maupun
internal dan kemampuan untuk mengelola ambiquitas dan terlibat dalam pemrosesan
informasi yang kompleks. Melalui kepemimpinan strategis yang efektif, organisasi
diharapkan mampu memanfaatkan proses manajemen strategis dengan sukses.
Pemimpin-pemimpin strategis yang efektif juga harus mampu mengambil
keputusan berani, tetapi pragmatis, yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal
perusahaan. Ketika mengambil keputusan berat, pemimpin strategis yang efektif
meminta masukan dari rekan-rekan dan karyawannya tentang bobot keputusan
mereka melalui komunikasi timbal balik. Sementara itu, tanggung jawab utama
implementasi strategi yang efektif terletak pada pemimpin puncak sebuah organisasi,
yaitu CEO.
Dalam perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar global, banyak
pemimpin strategis berusaha memperjuangkan inovasi. Gaya manajemen CEO dapat
mempengaruhi tingkat kinerja dari perusahaannya. Selain itu, manajer tingkat
menengah harus membangun koalisi efektif di antara rekan-rekan dan bawahan
mereka dan dengan manajer tingkat lebih atas untuk mendapatkan dukungan. Untuk
mencapai tingkat inovasi yang diharapkan, maka perusahaan harus memiliki tim
manajemen puncak yang berpendidikan tinggi dan dengan keahlian fungsional yang
lebih beragam.
1. Kelebihan:
a. Tenaga dari dalam telah mengenal karyawan dan kondisi yang ada.
b. Kualitas pribadi manajer dari dalam lebih dipahami oleh rekan-rekannya.
c. Memiliki hubungan yang mengakar dengan rekan bawahan, pemasok,
pembeli, dan sebagainya.
d. Menunjukkan manajemen memperhatikan karir anggota karyawannya.
2. Kekurangan:
a. Kurang adaptif terhadap perubahan strategi yang besar karena
pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai mereka.
b. Kurang memiliki kemampuan secara kredibel mengemban tugas
pembaharuan.
c. Komitmen yang dibuat para manajer pada masa lalu menghambat
penggunaan gaya manajerial baru yang dituntut oleh pelaksanaan suatu
strategi baru.