PEMBAHASAN
1. Pengertian implementasi
Strategi merupakan hal yang penting dalam bisnis. Namun, proses pengembangan strategi
merupakan hal yang lebih penting. Pengembangan strategi bergantung pada tipe strategi, metode
implementasi, ukuran atau skala perusahaan, dan pendekatan yang digunakan.
Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan
untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan proses
dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan
program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan
setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari
manajemen strategi. Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi
mata uang (Taufiq, 2011).
Proses manajemen strategi belum dapat dikatakan selesai ketika perusahaan memutuskan
strategi apa yang akan ditempuh. Perusahaan masih harus menterjemahkan rumusan strategi
tersebut ke dalam tindakan strategis. Kita harus selalu ingat bahwa sebaik apapun rumusan
strategi, hanya akan menjadi retorika belaka jika tidak dapat diimplementasikan dengan baik.
Oleh karena itu, agar perusahaan dapat mencapai tujuan secara optimal, maka selain harus
mampu merumuskan strategi, perusahaan juga harus mampu mengimplementasikan strategi
tersebut secara efektif. Jika salah satu “langkah” tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik,
maka tidak mustahil perusahaan akan memetik kegagalan. Bahkan, rumusan strategi yang
sempurna sekalipun hanya akan memberikan kontribusiyang minim bagi pencapaian tujuan
perusahaan jika tidak mampu diimplementasikan dengan baik.
Berdasarkan gambar di atas, ada berbagai kemungkinan yang terjadi antara formulasi
strategi dengan implementasi strategi, yaitu :
1. Succes : Merupakan hasil yang paling diidamkan-idamkan oleh setiap perusahaan. Situasi ini
dapat terjadi jika formulasi strategi perusahaan disusun dengan baik begitu juga dalam
implementasinya.
2. Trouble : Merupakan situasi di mana perusahaan menyusun formulasi strateginya dengan baik
namun implementasinya buruk.
4. Failure : kondisi ini sangat tidak dinginkan oleh perusahaan. Hal ini terjadi karena strategi
perusahaan tidak diformulasikan dengan baik, demikian juga dalam implementasinya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat
antara formulasi strategi dengan implementasi strategi. Meskipun berhubungan, secara
fundamental antara formulasi strategi dengan implementasi strategi terdapat perbedaan. (David,
2012) membedakan antara formulasi strategi dan implementasi strategi sebagai berikut.
Tabel Perbedaan antara formulasi strategi dan implementasi strategi
(David, 2012)
Dalam penggunaan konsep dan alat perumusan strategi, sebenarnya tidak ada perbedaan
secara signifikan antara organisasi kecil, besar, organisasi yang orientasi laba maupun nirlaba.
Namun demikian, dalam implementasi strategi, ada perbedaan secara signifikan yang didasarkan
atas tipe dan ukuran organisasi. Implementasi strategi membutuhkan tindakan-tindakan seperti:
perubahan struktur organisasi, alokasi sumberdaya, program kompensasi, merubah strategi
harga, budaya perusahaan, membuat sistem informasi manajemen yang lebih baik, dan
sebagainya.
Seperti dikutip Hunger (1995) terhadap hasil survei terhadap 93 perusahaan yang masuk
daftar Fortune 500 menunjukkan bahwa setengah dari perusahaan-perusahaan tersebut menemui
10 macam problem ketika mengimplementasikan sebuah strategi perubahan. Berikut adalah
kesepuluh problem tersebut yang disusun berdasarkan tingkat frekuensi kejadian.
8. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer departemen kurang memadai
10. Pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki perusahaan kurang memadai
4. Menganalisa Perubahan
Ketika membicarakan perubahan, ada jargon yang selalu didengungkan, yaitu:”Di dunia
ini tidak ada sesuatu yang pasti kecuali perubahan itu sendiri”. Ada banyak aspek yang memicu
perubahan, baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Dalam hal ini,
perusahaan harus menganalisis perubahan yang akan terjadi seandainya formulasi strategi yang
telah disepakati bersama diimplementasikan. Melalui analisis ini perusahaan memperhitungkan
secara rinci seberapa besar perusahaan akan berubah, apakah secara sangat sederhana dimana
tidak ada perubahan strategi yang signifikan, sampai kepada perubahan yang kompleks, misalnya
merubah misi perusahaan. Perubahan strategi dapat diklasifikasikan dalam 5 level perubahan, di
mana semakin besar perubahan maka akan semakin kompleks usaha untuk mengimplementasi.
Adapun 5 level perubahan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Continuation : Pola ini terjadi karena perusahaan mengulang strategi yang sama dengan
strategi yang digunakan pada periode sebelumnya. Karena strategi ini pernah dilakukan
sebelumnya, maka tidak banyak membutuhkan kemampuan atau aktivitas yang baru. Bahkan,
melalui pengalaman sebelumnya akan mampu membuat perusahaan beroperasi lebih efisien.
2. Routine Change : Perubahan ini dilakukan perusahaan untuk meningkatkan “daya tarik
pasarnya” (market appeal) agar konsumen lebih terpikat. Dalam strategi ini, biasanya
perusahaan melakukan perubahan appeal (daya tarik) dari iklannya, kemasan, harga, metode
distribusi, dan sebagainya. Jadi, dalam hal ini, perubahan yang dilakukan bukanlah perubahan
yang signifikan, sebab perusahaan masih menekuni industri yang sama dan format
organisasinyapun tidak berubah.
3. Limited Change : Perubahan ini dilakukan karena perusahaan menawarkan produk baru
pada pasar yang baru. Dalam hal ini, kendati perusahaan masih beroperasi dalam industri yang
sama, namun akibat perubahan produk baru tersebut maka format organisasipun ikut mengalami
perubahan.
4. Radical Change : Dalam hal ini perusahaan melakukan suatu strategi cukup “mendasar”
sehingga perusahaan memandang perlu dilakukannya reorganisasi secara besar-besaran. Jenis
perubahan ini biasanya dilakukan ketika perusahaan melakukan merger atau akuisisi namun
masih dalam industri yang sama. Proses akuisisi dan merger dapat menjadi lebih kompleks jika
perusahaan bermaksud mengintergrasikan kedua perusahaan secara utuh.
Dalam suatu organisasi ada beberapa bentuk yang terdapat dalam organisasi tersebut diantaranya
adalah :
Struktur organisasi sederhana ini hanya memiliki dua tingkatan, yaitu pemilik dan
pekerja. Perusahaan kecil dengan satu produk atau beberapa produk lain yang saling
berhubungan, biasanya menggunakan struktur organisasi ini. Perusahaan-perusahaan yang
menggunakan struktur organisasi sederhana ini biasanya dikelola oleh pemiliknya sendiri yang
sekaligus menangani pekerjaan lain yang berhubungan dengan sebuah produk. Artinya, dalam
struktur sederhana ini, pemilik perusahaan cenderung mengambil semua keputusan penting
secara sendiri, dan terlibat langsung dalam setiap tahap kegiatan perusahaan.
c. Tidak mahal
e) Identifikasi karyawan dengan kelompok spesialis dapat membuat perubahan menjadi sulit
Sebagaimana struktur organisasi yang lain, struktur organisasi divisional ini juga
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan struktur organisasi
divisional antara lain:
f) Beban rutin CEO berkurang sehingga mempunyai waktu untuk keputusan strategis
Ketika struktur organisasi divisional menjadi sulit diterapkan karena CEO mempunyai
terlalu banyak divisi yang harus diurus, maka salah satu solusinya adalah perusahaan mengubah
struktur organisasinya dalam bentuk strategic business unit (SBU) ataustrategic groups. Struktur
SBU ini mengelompokkan sejumlah divisi berdasarkan pada beberapa aspek seperti lini produk
atau pasar. Adapun kelebihan struktur SBU antara lain:
b) Memperbaiki koordinasi
d) Relatif sulit karena terdapat kepentingan ganda sehingga memerlukan koordinasi kuat
Karena budaya perusahaan mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku seluruh pegawai,
maka budaya perusahaan juga berpengaruh besar dalam mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam mengubah arah strateginya. Perubahan dalam misi, sasaran, strategi atau kebijakan suatu
perusahaan, kemungkinan akan gagal jika dalam perusahaan tersebut ada pihak yang melakukan
oposisi secara kuat terhadap budaya yang dianut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jika
implementasi suatu strategi akan mengakibatkan suatu perubahan, dan langkah-langkah untuk
melakukan perubahan tersebut dalam praktiknya tidak sesuai dengan budaya perusahaan
tersebut, maka ada kemungkinan akan timbul penolakan atau hambatan-hambatan. Sedangkan
jika langkah-langkah yang diambil sesuai dengan budaya perusahaan tersebut, maka proses
implementasi strategi akan lebih mudah dilakukan.
1. Apakah strategi yang dirumuskan sesuai dengan budaya perusahaan saat ini?
2. Jika strategi baru tidak sesuai dengan budaya perusahaan saat ini, dapatkah budaya
tersebut dimodifikasi dengan mudah sehingga lebih cocok dengan strategi yang baru?
Jika jawabannya adalah “ya”, jalankan strategi baru tersebut dengan hati-hati dengan
memperkenalkan serangkaian kegiatan perubahan budaya, misalnya modifikasi kecil terhadap
struktur, kegiatan pelatihan dan pengembangan SDM, mempekerjakan manajer-manajer baru
yang lebih cocok dengan strategi baru.
3. Jika budaya perusahaan tidak dapat berubah dengan mudah dalam menyesuaikan dengan
strategi baru, apakah pihak perusahaan bersedia dan mampu membuat perubahan organisasional
yang besar dan menerima kemungkinan penundaan dalam mengimplementasi strategi baru dan
menerima kemungkinan meningkatnya biaya?
Jika jawabannya adalah “ya”, pihak manajemen harus mampu mengubah budaya saat ini dengan
menetapkan sebuah unit struktural baru untuk mengimplementasikan strategi baru.
4. Jika pihak perusahaan tidak bersedia membuat perubahan organisasional yang besar yang
menuntut dilakukannya perubahan dalam mengelola budaya perusahaan, apakah seluruh SDM
dalam perusahaan tersebut masih mempunyai komitmen untuk mengimplementasikan strategi
tersebut?
Jika jawabannya adalah “ya”, carilah partner kerja dalam usaha patungan atau
mengkontrakkan strategi tersebut untuk mengimplementasikannya. Jika jawabannya adalah
“tidak”, rumuskanlah strategi lainnya.