Anda di halaman 1dari 13

Diskusi 1

Forum ini akan membahas mengenai Pengertian administrasi, organisasi, dan


manajemen serta hubungannya satu sama lain.
Silakan diskusikan dan jelaskan secara komprehensif hubungan ketiga konsep
tersebut (administrasi, organisasi dan manajemen) dalam implementasinya!

Jawab:
Menurut Webster (Webster, 1974), dalam bahasa Inggris kata administrasi berasal dari kata
ad=to, dan ministro=minister yang berarti melayani atau menyelenggarakan.

Adapun definisi sederhana dari administrasi adalah suatu proses kegiatan penyelenggaraan
yang dilakukan oleh seorang administrator secara teratur dan diatur melalui perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan.

Organisasi menurut Malinowski (Malinowski, 1961) adalah didefinisikan sebagai suatu


kelompok orang yang bersatu dalam tugas-tugas atau tugas umum, terikat pada lingkungan
tertentu, menggunakan alat teknologi dan patuh pada peraturan. Dapat disimpulkan bahwa
organisasi adalah kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

Manajemen didefinisikan oleh Longenecker (J.G Longenecker (1997) sebagai suatu proses
kegiatan manajer dalam pengambilan keputusan, mengkoordinasikan usaha-usaha kelompok,
dan kepemimpinan. Sementara itu pendapat lain menurut Sisk (Henry L. Sisk, 1999),
manajemen didefinisikan sebagai koordinasi dari semua sumber (tenaga manusia, dana,
material, waktu metode kerja dan tempat) melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian agar dapat mencapai tujuan/sasaran yang diingini.

Dapat disimpulkan hubungan antara administrasi, organisasi, dan manajemen


berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas yaitu organisasi dan manajemen adalah sarana dari
administrasi. Hubungan tersebut dalam implementasinya dapat dijabarkan sebagai berikut:
Inti dari manajemen adalah kepemimpinan. Manajemen ada didalam setiap tingkat organisasi,
semua kegiatan dalam organisasi dikoordinasikan dan diarahkan menuju kepada tujuan yang
telah ditetapkan melalui manajemen. Adapun organisasi sendiri adalah merupakan wadah
atau tempat dilakukannya kegiatan-kegiatan administrasi.

Dalam implementasinya, organisasi akan berkembang dan menjadi besar seringnya terdiri
dari Kantor Pusat, Kantor Cabang, Kantor Perwakilan dan sub-sub bagian yang harus
dikelola dengan manajemen melalui manajer adalah wujud dari administrator yang berhasil
menyelenggarakan kegiatan administrasi.
Diskusi 3

Coba diskusikan dan deskripsikan dalam organisasi formal cara pendelegasian wewenang dan
menentukan rentang kendali.
Pergunakan konsep yang terdapat dalam modul yang digunakan untuk mengkaji kedua konsep
tersebut!

Jawab:

Pendelegasian wewenang adalah inti organisasi. Dimana organisasi formal belum dapat bergerak
apabila belum ada pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahannya. Proses pendelegasian
wewenang akan bergerak setingkat demi setingkat dari sumbernya, organisasi tingkat teratas sampai
kepada organisasi tingkat terendah. Adapun cara pendelegasian wewenang dibagi menjadi tiga jenis,
berikut penjelasannya:

1. Garis Lurus
Dalam hal ini pimpinan teratas mendelegasikan wewenang kepada para bawahannya secara
langsung dan kemudian setiap bawahan tersebut yang masih memipin bawahan lainnya akan
mendelegasikan kembali kepada para bawahannya secara langsung, dilakukan secara
bertingkat-tingkat dalam satu garis yang disebut garis komando.
2. Garis Fungsional
Dalam hal ini pimpinan teratas mendelegasikan wewenang melalui perantaranya yaitu para
ahli, misalnya ahli mesin, ahli keuangan, yang selanjutnya setiap ahli tersebut
mendelegasikan kembali wewenangnya kepada setiap unit organisasi dimanapun berada
sesuai dengan keahliannya. Sehingga, setiap unit bertanggung jawab kepada para ahli sesuai
dengan bidang keahliannya saja.
3. Organisasi Matriks
Organisasi matriks digunakan apabila suatu organisasi harus mengembangkan ide baru.
Konsep ini berhubungan dengan lalu lintas kewenangan yang berjalan secara vertikal dan
horizontal ke samping melalui unit-unit operasional.

Ada lima faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas rentang pengawasan/kendali menurut
The Liang Gie yang memetik pendapat dari Mary Chusing Nile, yaitu:

1. Hal-Hal yang Berhubungan dengan Rencana Organisasi


Faktor ini menyatakan bahwa rencana, tugas, serta tanggung jawab setiap anggota organisasi
harus jelas beserta batas-batasnya agar lebih banyak orang yang dapat diawasi.
2. Jalinan Hubungan di Antara Orang-Orang dan Pekerjaan yang Harus Dikendalikan
Faktor ini menyatakan bahwa kejelasan batas-batas tugas yang satu dengan yang lainnya
mempengaruhi kejelasan hubungan pekerjaan di dalam organisasi tersebut, hal ini berdampak
pada semakin banyaknya orang yang nberada dibawah pengawasan seorang atasan.
3. Kemampuan Orang dalam Organisasi yang Bersangkutan, Baik Atasan Maupun
Bawahan
Faktor ini menyatakan bahwa kemampuan seorang atasan dalam organisasi berpengaruh pada
besar dan kecilnya kapasitas mengendalikan bawahan.
4. Corak dan Ragam Pekerjaan
Faktor ini menyatakan bahwa banyaknya corak dan ragam pekerjaan mempengaruhi
kemampuan atasan dalam mengawasi orang-orang yang bekerja dibawahnya.
5. Kestabilan Organisasi dan Pejabat-pejabatnya
Faktor ini menyatakan bahwa jika suatu organisasi sudah berjalan dengan lancar dan stabil
kemungkinan besar tidak akan menemui banyak masalah dalam pelaksanaannya.
Diskusi 5
Jelaskan secara komprehensif pandangan modern, pasca modern, pendekatan sistem dan T-Form,
dan perbedaannya dengan teori klasik dan neo-klasik yang dibahas pada modul BMP 2 dan 4!
Bagaimana contohnya secara praktis di dalam organisasi?

Jawab:

Pandangan Modern dan Pasca Modern

Teori Modern organisasi dan manajemen berkembang sejak tahun lima puluhan. Teori Modern
menekankan pentingnya suatu sintesis antara Teori Klasik dan Teori Neoklasik dengan mendesain
suatu gambaran yang menyeluruh tentang organisasi yang di butuhkan dalam zaman modern ini.
Teori Modern berpandangan bahwa dalam organisasi yang dipentingkan adalah faktor internal
organisasi seperti struktur yang formal, dan faktor eksternal organisasi seperti lingkungan organisasi.

Selain itu, berdasarkan Teori Modern, organisasi dipandang sebagai suatu kebulatan atau keseluruhan
yang terdiri dari komponen-komponen organisasi yang saling berhubungan satu sama lain. Maka
dapat diartikan pula organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari lima bagian dasar yaitu, input,
proses, output, umpan balik, dan lingkungan. Teori Modern berfokus pada pengawasan, struktur
tujuan, proses operasional sistem, sibernatik, dan bidang-bidang yang berhubungan.

Teori modern memandang bahwa setiap organisasi berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut terlihat
dalam cara menyusun organisasi, mengambil keputusan, melaksanakan keputusan, dan
pengawasannya. Jadi suatu organisasi perlu menyelesaikan menguasai lingkungan-lingkungan dapat
membekali organisasi dengan sumber-sumber yang diperlukan organisasi dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidupnya seperti tenaga manusia, term, dana, angin, udara, bahan mentah, tanah, dan
sebagainya. Tetapi lingkungan juga dapat membatasi organisasi dalam melakukan geraknya seperti
banjir, erosi, dan sebagainya. Jadi lingkungan dapat mendorong organisasi menjadi maju dan
berkembang tetapi dapat membuat organisai kacau balau, hancur dan berantakan. Oleh sebab itu
faktor lingkungan sangat menentukan kehidupan organisasi, kegagalan organisasi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat berakibat fatal bagi organisasi tersebut.

Pendekatan Sistem Kontingensi, dan T. Form

Pendekatan sistem menganjurkan kita untuk memandang organisasi secara makro dan bersifat
generalisasi dalam arti dapat diperlakukan untuk semua organisasi secara umum. Tetapi pendekatan
kontingensi bersifat mikro dan cenderung memandang organisasi secara lebih konkrit, menekankan
pada karakteristik yang spesifik serta hubungan hubungan yang terjadi antara subsistemnya. Dengan
demikian pandangan kontingensi berpendapat bahwa tidak ada satu pendekatan pun yang paling baik
untuk melihat organisasi kecuali semua tergantung pada kecocokan antara pola organisasi, tugas,
orang dan situasi. Karena organisasi tidak mungkin sama dengan organisasi yang lain cara
pendekatannya karena tugas, individu maupun situasi masing-masing organisasi berbeda-beda. Setiap
organisasi harus dicocokkan tugasnya dengan motivasi individu yang mengerjakan tugas dan situasi.
pendekatan sistem maupun pendekatan kontingensi, keduanya bersifat terbuka terhadap
lingkungannya.

Adapun perbedaan dari teori klasik dan neoklasik adalah sebagai berikut:

Teori Klasik dikemukakan oleh Adam Smith mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi
sebenarnya bertumpu pada pertambahan penduduk. Sedangkan menurut David Ricardo, faktor
pertumbuhan penduduk yang semakin besar akan menyebabkan jumlah tenaga kerja yang berlimpah.
Hal ini berarti bahwa teori klasik beranggapan bahwa kepuasan pekerja hanya didasarkan pada
kebutuhan fisik dan ekonomi saja

Teori Neoklasik dikemukakan oleh Harrod Domar beranggapan bahwa modal harus dipakai secara
efektif karena pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut.
Sedangkan menurut Robert Solow pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang
bersumber dari manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi, dan hasil. Hal ini berarti bahwa teori
neoklasik beranggapan bahwa kepuasan pekerja tidak hanya sebatas kebutuhan fisik dan ekonomi,
tetapi juga masih mempertimbangkan kepuasan kerja, dan kebutuhan sosial lainnya.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, contoh praktis dari teori-teori tersebut dalam organisasi adalah
dengan adanya organisasi dan bergabungnya individu sebagai masyarakat dengan organisasi yang
maju dan berkembang akan mempermudah masyarakat tersebut dalam kesulitan. Hal ini dapat dilihat
dari pergerakan suatu organisasi dibawah tersebut kepada suatu organisasi yang lebih tinggi diatasnya.
Contohnya: seorang warga yang ingin menerima jaminan kesehatan dari BPJS kesehatan sangat
terbantu dengan adanya organisasi.
Diskusi 6
Silakan Anda diskusikan sehingga terlihat perbedaannya organisasi dan manajemen Jepang,
Amerika Serikat, dan Teori Z!

Jawab:
Menurut saya, model organisasi dan manajemen Jepang memiliki perbedaan yang signifikan
dengan model organisasi dan manajemen di Amerika Serikat dan Teori Z. Adapun uraian
mengenai perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan dalam Pendekatan Organisasi
a. Jepang
Model organisasi Jepang cenderung mengedepankan kebersamaan dan kerjasama.
Prinsip-prinsip seperti kelompok yang kuat, loyalitas, dan konsensus dalam
pengambilan keputusan adalah aspek yang penting. Struktur organisasinya seringkali
lebih hierarkis dengan garis komando yang jelas.
b. Amerika Serikat
Model organisasi Amerika Serikat cenderung lebih individualistik. Prinsip-prinsip
seperti otonomi individu, kebebasan berpendapat, dan penghargaan atas prestasi
individu ditekankan. Struktur organisasinya lebih fleksibel dengan fokus pada inisiatif
individu dan pengambilan keputusan yang cepat.
c. Teori Z
Teori Z adalah konsep penggabungan antara model organisasi Jepang dan Amerika
Serikat. Model ini menekankan pada partisipasi karyawan, kolaborasi tim, dan
komunikasi yang terbuka. Struktur organisasinya lebih horizontal dengan penekanan
pada keberlanjutan jangka panjang dan loyalitas.
2. Perbedaan dalam Pendekatan Manajemen
a. Jepang
Manajemen di Jepang cenderung lebih konsensual dan berorientasi pada pembangunan
hubungan yang kuat antara atasan dan bawahan. Gaya manajemen Jepang menekankan
pada konsultasi, delegasi, dan pengambilan keputusan yang kolaboratif.
Kepemimpinan transformasional dan membangun tim yang solid adalah prinsip yang
ditekankan.
b. Amerika Serikat
Manajemen di Amerika Serikat cenderung lebih individualistik dan berorientasi pada
hasil. Gaya manajemen Amerika Serikat menekankan pada otonomi, pengambilan
keputusan cepat, dan penghargaan atas prestasi individu. Gaya kepemimpinan yang
kuat dan visi yang jelas adalah prinsip yang ditekankan.
c. Teori Z
Dalam Teori Z, manajemen menggabungkan elemen-elemen manajemen Jepang dan
Amerika Serikat. Manajemen berfokus pada pembangunan hubungan yang kuat,
pengambilan keputusan yang partisipatif, dan memberikan motivasi kepada karyawan.
Kepemimpinan yang mendukung, pelatihan, dan pengembangan karyawan juga
ditekankan.
Adapun untuk memberikan gambaran yang lebih konkret, kita dapat melihat studi kasus yang
relevan dengan perbedaan model organisasi dan manajemen antara Jepang, Amerika Serikat,
dan Teori Z dibawah berikut ini:
 Studi Kasus 1:
Dalam konteks Jepang, Toyota Motor Corporation menjadi studi kasus yang
menunjukkan karakteristik model organisasi Jepang. Toyota memiliki struktur
hierarkis yang kuat dengan fokus pada teamwork dan keselarasan antara berbagai
departemen.Keputusan diambil melalui konsensus, dengan mengedepankan
pendekatan yang kolaboratif. Toyota juga dikenal dengan prinsip-prinsip
manajemennya, seperti "kaizen" (peningkatan berkelanjutan) dan "just-in-time"
(produksi tepat waktu).
 Studi Kasus 2:
Dalam konteks Amerika Serikat, Google Inc. memberikan gambaran tentang model
organisasi yang lebih individualistik. Perusahaan ini mendorong inisiatif individu dan
kebebasan berpendapat. Ada penekanan pada kerja mandiri, inovasi, dan pemecahan
masalah secara kreatif. Struktur organisasi Google lebih datar, dengan komunikasi
yang terbuka dan pengambilan keputusan yang cepat dan aryawan diberikan
kebebasan dalam mengatur waktu dan bekerja secara fleksibel.
 Studi Kasus 3:
Sebagai contoh Teori Z, Semco Partners adalah perusahaan Brasil yang menerapkan
beberapa prinsip dari model organisasi Jepang dan Amerika Serikat. Semco Partners
menganut pendekatan yang melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dan
memiliki struktur organisasi yang lebih horizontal. Selain itu, prinsip-prinsip
kepemimpinan yang mendukung, kolaborasi, dan penghargaan atas prestasi individu juga
diterapkan. Semco Partners berfokus pada mengutamakan pemberdayaan karyawan,
fleksibilitas kerja, dan keberlanjutan jangka panjang.
Referensi:
BMP ADPU4217 Organisasi dan Manajemen, Modul 6, Universitas Terbuka.
Hayashi, A., & Yamashina, H. (2016). Theories of management in Japan and the West: A comparative analysis.
Springer.
Ouchi, W. G. (1981). Theory Z: How American business can meet the Japanese challenge. Addison-Wesley.
Thompson, V. A., & Shin, J. (2017). The impact of culture on organizational behavior: A case study of Japan and
the United States.
Liker, J. K. (2004). The Toyota way: 14 management principles from the world's greatest manufacturer.
McGraw-Hill Education.
Bock, L. (2015). Work rules!: Insights from inside Google that will transform how you live and lead. Twelve.
Semler, R. (2003). Maverick!: The success story behind the world's most unusual workplace. Random House.
Diskusi 7
Diskusikan penyempurnaan organisasi dan penerapan T-Form di Indonesia! Gunakan konsep
dan teori yang ada dalam modul!
Jawab:
Penyempurnaan di bidang kelembagaan (organisasi) diarahkan untuk mendudukan aparatur
negara sesuai dengan fungsinya agar jelas bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing. Bentuk dan besarnya organisasi disesuaikan dengan tugas pokok, fuksi dan beban
kerja yang disusun menurut jalur dan staf serta terdiri dari unsur-unsur pimpinan, pembantu
pimpinan, pelaksana dan pengawasan. Sesuai dengan Keputusan Prosedium Kabinet Ampera
No. 15 dan No. 75 Tahun 1966 yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 44, 45
Tahun 1974 dan Keppres No. 15 Tahun 1984. Selama Rapelita III telah dilakukan
penyempurnaan kelembagaan yang meliputi tiga bidang yaitu: Pidato Kenegaraan Presiden
RI 1984.
a. Bidang kabinet pembangunan
b. Bidang lembaga-lembaga pemerintah Non-Departemen
c. Bidang sekretariat negara
d. Bidang penyempurnaan hubungan kerja
Banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah dalam menyempurnakan kelembagaan
(organisasi) ini seperti yang telah dikemukakan diatas. Tetapi mungkin belum dapat
menghilangkan kekakuan pengaturan yang diterapkan dalam Keppres No. 44 Tahun 1974
terutama yang mengenai rentangan pengawasan. Agar supaya Keppres ini lebih lentur
(fleksible) seharusnya yang diatur didalamnya benar-benar yang pokok-pokok saja sesuai
dengan namanya dalam arti tidak rumit seperti mengatur beberapa banyaknya rentang
pengawasan bagi setiap hierarki organisasi, dengan demikian Keppres No. 44 tahun 1974
tidak perlu bertentangan dengan Keppres No. 15 Tahun 1984.
Penerapan T-Form pada birokrasi pemerintah di Indonesia yang diterapkan di lembaga-
lembaga pemerintah tidak sama kecuali susunan organisasi departemen-departemen dari
pusat sampai ke daerah. Susunan organisasi yang terlalu tinggi tingkatnya lamban
mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat terjadi. Supaya organisasi departemen dan
lain-lain dapat bergerak dengan lincah maka sudah saatnya pemerintah menerapkan secara
adaptif pemikiran T. Form dalam organisasi pemerintah. Adapun dasar pertimbangannya
adalah: pertama, eselon adalah organisasi yang ideal paling tinggi dua tingkat dibawah
eksekutif agar komunikasi lebih lancar dan efektif. Kedua, struktur yang tinggi di samping
lamban digerakkan untuk mengantisipasi keadaan lingkungan yang cepat berubah juga
kemungkinan akan menjadi ajang KKN yang menyebabkan rusaknya ekonomi karena biaya
ekonomi tinggi. Ketiga, dengan diberlakukannya otonomi daerah maka fungsi departemen
akan banyak berkurang karena sebagian besar dialihkan ke daerah.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan reformasi terhadap
organisasi departemen pemerintah yang terlalu tinggi dengan cara memotong dua hingga tiga
eselonnya dibawah Menteri sehingga menjadi satu atau dua tingkat saja, karena kedudukan
eselon adalah sebagai perantara saluran komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke
atas. Penerapan model T. Form dalam organisasi menuntut empat persyaratan, antara lain
sebagai berikut:
1. Melakukan perubahan sikap aparat birokrasi yang sudah terbiasa berorientasi ke atas
kepada berorientasi ke bawah. Dimana setiap orang dalam organisasi akan dapat
bersikap proaktif dan memberdayakan dirinya mengantisipasi gejala yang timbul di
lingkungan setiap saat.
2. Mempersiapkan aparat yang bermutu tinggi dengan ciri-ciri penuh kreatif dan inovatif
dan mampu menghadapi tantangan lingkungan yang cepat berubah. Dalam hal ini
setiap orang harus dapat membuat ahli dirinya sendiri supaya dapat terlibat dan
didayagunakan dalam sistem T. Form.
3. Strategi pelayanan secara terkotak-kotak harus diganti dengan strategi pemberian
pelayanan satu atap untuk mempercepat pelayanan kepada pengguna jasa. Dengan
demikian, akan timbul anggapan di mata eksternal bahwa organisasi departemen secara
keseluruhan adalah satu.
4. Aparat birokrasi dipersiapkan untuk mahir berkomunikasi melalui komputer terutama
yang berhubungan dengan sistem teknologi informasi.
Diskusi 8

Peranan pemimpin adalah menggerakkan bawahan dengan keputusan yang diambilnya.


Coba diskusikan proses pengambilan keputusan yang dapat menjadi kunci keberhasilan
organisasi mencapai tujuannya!

Jawab:
Pada umumnya proses pengambilan keputusan dalam organisasi terdiri dari beberapa
langkah. John Dewey (Fred Luthans, 1981) mengemukakan tiga tindakan dalam proses
pengambilan keputusan yaitu:
Tingkat pertama, harus ada pertikaian yang berwujud tuntutan-tuntutan yang berlawanan
dalam memandang suatu keadaaan yang sama. Tingkat kedua, harus ada pembatasan dalam
arti tuntutan itu tidak berkelanjutan. Kemudian tingkat ketiga, keputusan dibuat yang
mendekati perkara yang menjadi pertikaian atau prinsip-prinsip untuk masa yang akan
datang.
Adapun proses pengambilan keputusan adalah salah satu aspek penting dalam peran seorang
pemimpin. Keputusan yang tepat dapat menjadi kunci keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuannya. Berikut beberapa langkah dalam proses pengambilan keputusan yang
dapat mendukung keberhasilan organisasi adalah:
1. Perumusan Masalah
Seorang pemimpin organisasi perlu merumuskan atau mengidentifikasi masalah yang
perlu diselesaikan atau tujuan yang ingin dicapai. Masalah atau tujuan tersebut harus
dirumuskan atau didefinisikan dengan jelas agar sebuah organisasi dapat memahami
tantangan yang dihadapi.
2. Penganalisaan Masalah
Pemimpin suatu organisasi perlu mengumpulkan informasi dan data yang relevan
terkait dengan masalah atau tujuan yang dihadapi. Informasi ini dapat diperoleh
melalui riset, pengumpulan data, atau konsultasi dengan pihak terkait. Setelah data
terkumpul kemudian data tersebut dianalissi sehingga diperoleh informasi yang
berguna. Data dianalisa dengan mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang terkait dengan pilihan yang ada.
3. Membentuk atau Mengembangkan Kemungkinan atau Alternatif-Alternatif
Arah Tindakan (Identifikasi Alternatif)
Setelah itu, organisasi perlu mengidentifikasi alternatif atau opsi yang mungkin
dalam menghadapi masalah atau mencapai tujuan. Identifikasi berbagai pendekatan
atau strategi yang dapat diterapkan. Dalam hal mengembangkan kemungkinan atau
alternatif arah tindakan terhadap sebuah masalah atau tujuan dalam organisasi adalah
seperti memberikan sanksi, menambah anggota, atau memberikan bonus. Masing-
masing alternatif wajib dipertimbangkan sisi positif dan negatifnya.
4. Memilih Satu Alternatif yang Tepat (Evaluasi Alternatif)
Setelah melihat keunggulan dan kelemahan dari alternatif-alternatif yang ada maka
kemudian dipilih salah satu alternatif yang dianggap paling tepat. Dalam prosesnya,
sebuah organisasi perlu mengevaluasi setiap alternatif dengan mempertimbangkan
faktor-faktor seperti risiko, keuntungan, ketersediaan sumber daya, dan dampak
jangka panjang.
5. Pelaksanaan
Setelah melakukan evaluasi, pemimpin harus memilih keputusan yang paling sesuai
dengan situasi dan tujuan organisasi. Keputusan ini harus didasarkan pada
pemahaman yang mendalam tentang masalah atau tujuan yang dihadapi.
6. Implementasikan keputusan
Sebuah organisasi harus mampu mengimplementasikan keputusan yang diambil
dengan membangun rencana tindakan yang jelas dan mengoordinasikan upaya semua
pihak terlibat. Komunikasi yang efektif dan pengawasan yang tepat diperlukan untuk
memastikan pelaksanaan yang baik.
7. Evaluasi dan revisi
Setiap organisasi perlu terus mengikuti dan mengevaluasi hasil dari keputusan yang
diambil. Jika diperlukan, pemimpin harus bersedia untuk merevisi keputusan yang
telah diambil untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Adapun menurut saya proses pengambilan keputusan yang baik melibatkan pemikiran kritis,
analisis data yang akurat, pemahaman yang mendalam tentang situasi, serta kemampuan
untuk mengarahkan dan memotivasi tim. Selain itu, keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuannya sangat bergantung pada kemampuan seorang pemimpin untuk mengambil
keputusan yang tepat dan menggerakkan bawahan dengan keputusan tersebut.

Referensi:
BMP ADPU4217 Organisasi dan Manajemen, Modul 9, hal 9.21-9.23. Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai