Anda di halaman 1dari 12

1

MODUL PERKULIAHAN

Good Corporate
Governance
Struktur Kepemilikan,
Perlindungan terhadap hak
pemegang saham

Abstract Kompetensi
Struktur kepemilikan merupakan (CPMK- 3)
jenis institusi atau perusahaan yang Mahasiswa mampu merangkai
memegang saham terbesar dalam peran dan fungsi Dewan Direksi,
suatu perusahaan Dewan Komisaris dan berbagi
Komite terkait.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Taufik Akbar.SE.,M.Si.,AK.,CA

06
P322110001
Universitas Mercu Buana
Struktur Kepemilikan, Perlindungan
terhadap hak pemegang saham
6.1 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan merupakan jenis institusi atau perusahaan yang memegang


saham terbesar dalam suatu perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Struktur
kepemilikan dapat berupa investor individual, pemerintah, dan institusi swasta.
Struktur kepemilikan terbagi dalam beberapa kategori. Secara spesifik kategori
struktur kepemilikan meliputi kepemilikan oleh institusi domestik, institusi asing,
pemerintah, karyawan dan individual domestik.

Struktur kepemilikan akan memiliki motivasi yang berbeda dalam memonitor


perusahaan serta manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan dipercaya
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem dapat dikurangi dengan adanya
struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham (Faisal, 2005). Jensen
dan Meckling (1976) dalam Faisal (2005) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance yang
dapat mengendalikan masalah keagenan.

Proporsi jumlah kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat


mengindikasikan ada kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang
saham (Faisal, 2005). Sedangkan pemegang saham institusional memiliki keahlian
yang lebih dibandingkan dengan investor individu, terutama pemegang saham
institusional mayoritas atau diatas 5%. Pemegang saham institusional besar
diasumsikan memiliki orientasi investasi jangka panjang. Kepemilikan institusional
umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan (Faisal, 2005).

Wahyudi dan Pawestri (2006) yang menguji pengaruh struktur kepemilikan


terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan
sebagai variabel interveningmenemukan bahwa struktur kepemilikan manajerial akan
mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham, sehingga akan
memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Tetapi
penelitian ini tidak menemukan adanya pengaruh struktur kepemilikan institusional
terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan.

Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan


dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-
kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme
pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.
Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan
rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dengan
pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
1) Aktivitas pencarian dana (financing decision) dan 2) Pembuatan keputusan yang
berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan.

Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost diantaranya adalah,


pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan (insider ownership)
atau kepemilikan manajerial oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan
langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang
timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Penambahan
kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham. Kedua, dengan cara mengaktifkan monitoring
melalui investor-investor institusional. Adanya kepemilikan oleh institutional investor
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi
lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang
dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.

Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu pendekatan
keagenan dan pendekatan informasi asimetri. Menurut pendekatan keagenan, struktur
kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan
antara manajer dengan pemegang saham. Pendekatan ketidakseimbangan informasi
memandang mekanisme struktur kepemilikan sebagai suatu cara untuk mengurangi
ketidakseimbangan informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan
informasi di dalam pasar modal.

Struktur Kepemilikan

Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan memiliki


pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur corporate governance dalam proses insentif
yang membentuk motivasi manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi
untuk mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah
selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber daya yang
dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kesemua tahapan tersebut
tidak terlepas dari peran pemilik dapat dikatakan bahwa peran pemilik sangat penting
dalam menentukan keberlangsungan perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan
dibedakan menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

Kepemilikan Manajerial

Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan


baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai kepemilikan
manajerial (managerial ownership). Adanya kepemilikan saham oleh pihak
manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang
diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan
sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada
akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.

Masalah teknis tidak akan timbul jika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan
tidak dijalankan secara terpisah. Pemilik (pemegang saham) bertujuan untuk
memaksimumkan kekayaannya dengan melihat nilai sekarang dari arus kas yang
dihasilkan oleh investasi perusahaan sedangkan manajer bertujuan pada peningkatan
pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Tujuan manajer ini dilandasi oleh dua alasan,
yaitu : 1). Pertumbuhan yang meningkat akan memberikan peluang bagi manajer
bawah dan menengah untuk dipromosikan. Selain itu, manajer dapat membuktikan diri
sebagai karyawan yang produktif sehingga dapat diperoleh penghargaan lebih dari
wewenang untuk menentukan pengeluaran (biaya-biaya), 2). Ukuran perusahaan yang
semakin besar memberikan keamanan pekerjaan atau mengurangi kemungkinan lay-
off dan kompensasi yang semakin besar. Semakin besar proporsi kepemilikan
manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk
kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Kepemilikan
saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antar manajer dengan
pemegang saham. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara
langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian
sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Argumen tersebut

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
mengindikasikan mengenai pentingnya kepemilikan manajerial dalam struktur
kepemilikan perusahaan.

Namun, tingkat kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga dapat berdampak
buruk terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer
mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat
untuk mengendalikan perusahaan, hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan,
dalam artian, adanya kesulitan bagi para pemegang saham eksternal untuk
mengendalikan tindakan manajer.

Agency problem bisa dikurangi bila manajer mempunyai kepemilikan saham


dalam perusahaan, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka
akan baik kinerja perusahaan. Kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya
memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajerial
rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya oportunistik manajemen akan
meningkat. Kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan
manajemen. Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila
seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

Kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme corporate governance yang


dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham manajerial
dapat mencegah tindakan opportunistic manajer.

Kepemilikan Institusioanal

Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional


maupun kepemilikan individual. Atau campuran keduanya dengan proporsi tertentu.
Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan investor
individual, diantaranya yaitu:

Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor


individual untuk mendapatkan informasi.

Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa informasi,


sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.

Investor institusional, secara umum, memiliki realsi bisnis yang lebih kuat
dengan manajemen.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan
lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga dapat
meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga.

Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting


dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh
institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang
saham. Signifikasi institusional ownership sebagai agen pengawas ditekankan melalui
investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional merasa
tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar.

Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat


meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih hati-hati
dalam pengambilan keputusan. Meningkatnya aktivitas institusional ownership dalam
melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya kepemilikan saham
yang signifikan oleh institusional ownership telah meningkatkan kemampuan mereka
untuk bertindak secara kolektif. Dalam waktu yang sama, biaya untuk keluar dari
investasi yang mereka lakukan menjadi semakin mahal karena adanya resiko saham
akan terjual pada harga diskon. Kondisi ini akan memotivasi institusional ownership
untuk lebih serius dalam mengawasi maupun mengoreksi semua perilaku manajer dan
memperpanjang jangka waktu investasi.

Mekanisme pengawasan dapat dilakukan dengan menempatkan dewan ahli


yang tidak dibiayai perusahaan sehingga posisinya tidak berada dibawah pengawasan
manajer. Dengan demikian, dewan ahli dapat menjalankan fungsinya secara efektif
untuk mengontrol semua tindakan manajer.

Pengawasan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan


masukan-masukan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan
usaha dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Semakin besar
prosentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan
pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan
perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost.

Masalah corporate governance merupakan masalah yang timbul sebagai akibat


pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan mempunyai kepentingan yang berbeda-

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
beda. Perbedaan tersebut antara lain karena karakteristik kepemilikan dalam
perusahaan, seperti:

(1) Kepemilikan Menyebar.

Ditemukan bahwa perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar


memberikan imbalan yang lebih besar kepada pihak manajemen daripada perusahaan
yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi (Gilberg dan Idson, 1995).

(2) Kepemilikan Terkonsentrasi.

Dalam tipe kepemilikan seperti ini timbul dua kelompok pemegang saham,
yaitu controlling interest  (kepemilikan saham pengendalian)
dan minorit interest (kepemilikan saham minoritas).

(3) Kepemilikan dalam BUMN.

Kepemilikan dalam BUMN mempunyai artian khusus bahwa pemiliknya tidak


dapat mengontrol secara langsung perusahaannya. Pemilik hanya diwakili oeh pejabat
yang ditunjuk. Kesepakatan dapat terjadi antara wakil pemilik dengan manajemen,
wakil pemilik dan pihak manajemen dengan kreditur.

6.2 Prinsip Perlindungan terhadap Hak Pemegang Saham

Prinsip GCG yang disusun OECD terdiri dari lima prinsip yang dianggap ideal
yang harus tercakup dalam setiap penerapan corporate governance. Jika kelima
prinsip tersebut dijabarkan dan dianalisis ke dalam hukum Perseroan Terbatas
di Indonesia , dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:

Perlindungan Terhadap hak-hak Pemegang Saham,

UUPT mengenal beberapa prinsip ini, misalnya prinsip pencatatan saham atau
bukti pemilikan maupun prinsip perolehan informasi yang relevan mengenai perseroan
pada waktu yang tepat, demikian juga pada perusahaan publik.

Persamaan Perlakuan terhadap Seluruh Pemegang Saham,

Hukum Perusahaan di Indonesia telah mengatur prinsip ini, seperti yang diatur
dalam UUPT ditegaskan bahwa : Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:

a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;

c. menjalankan hak lainnya berdasarkan UUPT.,

Tetapi perlindungan terhadap setiap pemegang saham ternyata belum equel. Jika


ditelusuri lebih jauh, prinsip ini salah satu aspek yang perlu diprioritaskan dalam
penerapan dan atau pengaturancorporate governance di Indonesia.

Dalam praktinya masalah perlindungan pemegang saham minoritas masih sarat


kontrovesi, dan sering sekadar hanya merupakan wacana normatif.Contoh lain,
penerapan Pasal 62 ayat (1) UUPT, yang menentukan bahwa. “Setiap pemegang
saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang
wajar, apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang
merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa: perubahan anggaran dasar, b.
pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari
50%(lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau , penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan”. Ketentuan pasal ini sangat limitatif dan tidak
menentukan secara imperative mewajibkan perseroan membeli saham dari pemegang
saham minoritas, maupun sanksi jika perseroan menolak membeli saham tersebut,
dengan kata lain pemegang saham minoritas tertutup untuk memanfaatkan pasal 62
UUPT.

Peranan Stakeholders dan Corporate Governance,

Prinsip ini merupakan wacana baru dalam praktik bisnis di Indonesia di bawah
payung UUPT, tidak ada ketentuan hukum perusahaan yang secara jelas dan tegas
mengatur hubungan organisasi perseroan dengan stakeholder di luar Perseroan
Terbatas, kecuali atuturan tanggungjawab social perusahaan (pasal 74) UUPT.

Keterbukaan dan Transparansi,

Hukum Perusahaan yang berlaku di Indonesia tampaknya baru mengakomodir


prinsip disclosure and transparancy bahwa kewajiban Direksi dan Komisaris dalam
menjalankan tugas-tugasnya harus dilandasi iktikad baik, tidak ada ketentuan yang
jelas mengatur kewajiban, atau sanksi apabila perseroan tidak menerapkan
keterbukaan dan atau transparansi.

Akuntabilitas Dewan Komisaris (Board of Directors),

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kerangka Corporate Governace harus menjamin adanya pedoman strategis
perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap manajemen yang dilaksanakan oleh
dewan komisaris, serta akuntabilitas dewan komisaris terhadap pemegang saham
maupun perseroan.

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham

1.      Perlindungan dari Peundang-Undangan

Secara mendasar bahwa sejak awal perusahaan akan melakukan


aktivitas di pasar modal, sudah disiapkan seperangkat peraturan yang
maksudnya sebagai rangkaian tindakan preventif, agar emiten adalah benar-
benar emiten yang dapat dipertanggung jawabkan dengan itikad baik akan
membagi power dan intensisnya kepada masyarakat. Peraturan yang
mengatur tentang syarat materil maupun formal, prosedur dan pelaksanaan
emisi saham tersebut merupakan upaya awal kepada pemegang saham
publik, perlindungan tahap berikutnya ada dan antisipasi oleh peraturan-
peraturan yang dikeluarkan oleh bappepam sebagai institusi yang berwenang
untuk mengawasi pasar modal di Indonesia. Bapepam adalah otoritas dari
pasar modal yang berwenang untuk mengawasi jalannya aktivitas di pasar
modal.Karena seperti dijelaskan diatas bahwa kepentingan pemegang saham
harus dilindungi untuk menciptakan citra pasar modal yang baik agar dapat
lebih menarik investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Dengan
kata lain bahwa sebagian dari sistem perlindungan hukum bagi pemegang
saham publik berada di tangan Bapepam.Perlindungan terhadap pemegang
saham dimuat dalam ketentuan perundang-undangan dalam pasar modal,
seperti UU pasar modal dan pperlindungan terhadap pemegang saham yang
dilakukan Bapepam dapat dilihat dari UU pasar modal pasal 82 ayat (2)
peraturan no IX.E.1

2.      Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance

Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan


perlindungan terhadap pemegang saham karena dalam GCG terdapat
prinsip-prinsip yang dapat melindungi kepentingan perusahaan, pemegang
saham, manajemen, dan investor sertapihak-pihak yang terkait dengan
perusahaan.Ide dasar dari GCG adalah memisahkan fungsi dan kepentingan
diantara para pihak dalam suatu perusahaan, seperti perusahaan yang
menyediakan modal atau pemegang saham, pengawas dan pelaksana

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
sehari-hari usaha perusahaan dan masyarakat luas. Dan GCG juga dijadikan
sebagai suatu aturan atau standar yang mengatur perilaku pemilik
perusahaan,Direksi, Manajer, dengan merinci tugas dan wewenang serta
bentuk pertanggung jawaban kepada pemegang saham.

Melindungi kepentingan pemegang saham minoritas yang beresiko


dirugikan oleh kekuasaan pemegang saham mayoritas. Ini beberapa pasal
yang dapat berusaha mengatur kepentingan pemegang saham baik
mayoritas dan minoritas:

A.    Tindakan Derivatif

Ketentuan ini mengatur bahwa Pemegang saham dapat mengambil alih


untuk mewakili urusan perseroan demi kepentingan perseroan, karena ia
menganggap Direksi dan atau Komisaris telah lalai dalam kewajibannya
terhadap perseroan.

1. Pemegang saham dapat melakukan tindakan-tindakan atau bertindak


selaku wakil perseoran dalam memperjuangkan kepentingan perseroan
terhadap tindakan perseroan yang merugikan, sebagai akibat kesalahan
atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota Direksi dan atau pun oleh
komisaris (lihat ps.85 (3) jo. ps.98 (2) UUPT).
2. Melalui ijin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
kedudukan perseroan, pemegang saham dapat melakukan sendiri
pemanggilan RUPS (baik RUPS tahunan maupun RUPS lainnya) apabila
direksi ataupun komisaris tidak menyelenggarakan RUPS atau tidak
melakukan pemanggilan RUPS (lihat ps.67 UUPT).

B.     Hak Pemegang Saham Minoritas

Pada dasarnya ketentuan-ketentuan di bawah ini terutama ditujukan


untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dari kekuasaan
pemegang saham mayoritas.

1.       Hak Menggugat

Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap


perseroan melalui Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
kedudukan perseroan, bila tindakan perseroan merugikan
kepentingannya (ps. 54 UUPT)

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


10 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2.       Hak Atas Akses Informasi Perusahaan

Pemegang saham dapat melakukan pemeriksaan terhadap


perseroan, permintaan data atau keterangan dilakukan apabila ada
dugaan bahwa perseroan dan atau anggota direksi atau komisaris
melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang
saham atau pihak ketiga (lihat ps.110 UUPT).

3.       Hak Atas Jalannya Perseroan

Pemegang saham dapat mengajukan permohonan kepada


Pengadilan Negeri untuk membubarkan perseroan (lihat ps.117 UUPT).

4.      Hak Perlakuan Wajar

Pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar


sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan
tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham
atau perseroan, berupa:

 perubahan anggaran dasar perseroan;


 penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh
kekayaan perseroan; atau
 penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


11 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

Effendi, M.A. 2016. The Power of Good Corporate Governance Teori dan Implementasi.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Rezaee, Zabihollah. Corporate Governance and Ethics. 2009. United States: John Wiley &
Sons, Inc.

https://kesimpulan.com/struktur-kepemilikan-perusahaan/

Anindhita Ira Sabrinna, Skripsi 2010, Pengaruh Corporate Governance dan Struktur


Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Universitas Diponegoro Semarang

http://fekool.blogspot.co.id/2016/05/corporate-governance-perlindungan.html

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


12 Taufik Akbar.SE.,M.Si.,Ak.,CA
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai