Anda di halaman 1dari 18

1

MODUL PERKULIAHAN

U002100010 –
Pendidikan Anti
Korupsi dan
Etik UMB
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KORUPSI

Abstrak Sub-CPMK 5

Saat ini musuh utama kita tidak lagi Setelah mempelajari modul ini diharapkan
sekedar terorisme dan narkoba, tetapi juga mahasiswa mampu menemahami dan
korupsi. Korupsi terjadi di mana-mana. menjelaskan mengenai:
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk 1. Pengertian korupsi
2. Bentuk-bentuk korupsi
memberantas korupsi. Namun sampai saat 3. Jenis tindakan pidana korupsi
ini hasilnya masih tetap belum sesuai 4. Faktor internal dan eksternal penyebab
dengan harapan masyarakat. korupsi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

10
Riri Pratiwi, SE.,M.Ak
Semua Semua
Faktor-faktor Penyebab Korupsi
Pengertian

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere1 yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) atau rasuah adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang
secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dalam Webster Dictionary, korupsi: “immoral conduct or practices harmful or
offensive to society, atau a sinking to a state of low moral standars an behavior (the
corruoption of the upper class eventually led to the fall of the roman empire).
Korupsi menurut Huntington (1968)2 adalah perilaku pejabat publik yang
menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang
ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Menurut Dr. Kartini Kartono,
korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mengeruk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum.
Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri Ahimsha-
Putra (2002) menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan politik pemaknaan.
Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan negara
dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus. Seorang sosiolog Malaysia Syed
Hussein Alatas secara implisit menyebutkan tiga bentuk korupsi yaitu sogokan (bribery),
pemerasan (extortion), dan nepotisme. Alatas mendefinisikan nepotisme sebagai
pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu politik untuk menduduki jabatan-jabatan
publik, terlepas dari kemampuan yang dimilikinya dan dampaknya bagi kemaslahatan
umum (Alatas 1999:6).
Inti ketiga bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi
kepentingan umum dibawah tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran-
pelanggaran norma-norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang dibarengi dengan
kerahasiaan, pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap akibat yang
ditimbulkannya terhadap masyarakat.
Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan
pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan
tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang
memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor
1
http://soloraya.net/korupsi-dan-pengertiannya.html
2
http://soloraya.net/korupsi-dan-pengertiannya.html

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
(domestik maupun asing), memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status,
atau kewenangannnya yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan
melakukan tindak korupsi.
Mengutip Robert Redfield, korupsi dilihat dari pusat budaya, pusat budaya dibagi
menjadi dua, yakni budaya kraton (great culture) dan budaya wong cilik (little culture).
Dikotomi budaya selalu ada, dan dikotomi tersebut lebih banyak dengan subyektifitas
pada budaya besar yang berpusat di kraton. Kraton dianggap sebagai pusat budaya. Bila
terdapat pusat budaya lain di luar kraton, tentu dianggap lebih rendah dari pada budaya
kraton. Meski pada hakikatnya dua budaya tersebut berdiri sendiri-sendiri namun tetap
ada bocoran budaya.

Bila kita merujuk kepada UU NO.31/1999 jo UU No.20/2001 menyebutkan bahwa


pengertian korupsi mencakup perbuatan:
1. Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan keuangan
/perekonomian negara (pasal 2).
2. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat merugikan
keuangan/kedudukan yang dapat merugikan keuangan/perekonomian negara
(pasal 3)

3. Kelompok delik penyuapan (pasal 5,6, dan 11)

4. Kelompok delik penggelapan dalam jabatan (pasal 8, 9, dan 10)

5. Delik pemerasan dalam jabatan (pasal 12)

6. Delik yang berkaitan dengan pemborongan (pasal 7)

7. Delik gratifikasi (pasal 12B dan 12C)

Bentuk-bentuk Korupsi

Berdasarkan pasal-pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU
No. 20 Tahun 2001 tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana
korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang
bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana
korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kerugian keuangan negara


Jenis perbuatan yang merugikan negara ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu mencari
keuntungan dengan cara melawan hukum dan merugikan negara serta

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
menyalahgunakan jabatan untuk mencari keuntungan dan merugikan negara.
Syaratnya harus ada keuangan negara yang masih diberikan. Biasanya dalam bentuk
tender, pemberian barang, atau pembayaran pajak sekian yang dibayar sekian. Kalau
ada yang bergerak di sektor industri alam kehutanan atau pertambangan, itu mereka
ada policy tax juga agar mereka menyetorkan sekali pajak, semua itu kalau terjadi
curang nanti bisa masuk ke konteks ini (kerugian negara).

2. Suap-menyuap
Suap-menyuap merupakan tindakan pemberian uang atau menerima uang atau hadiah
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya sebagimana perbedaan hukum
formil dn materiil. Contoh dari kasus korupsi suap-menyuap seperti menyuap pegawai
negeri yang karena jabatannya bisa menguntungkan orang yang memberikan suap,
menyuap hakim, pengacara, atau advokat. Korupsi jenis ini telah diatur dalam UU
PTPK.

3. Penggelapan dalam jabatan


Penggelapan dalam jabatan termasuk ke dalam kategori yang sering dimaksud
sebagai penyalahgunaan jabatan, yakni tindakan seorang pejabat pemerintah dengan
kekuasaaan yang dimilikinya melakukan penggelapan laporan keuangan,
menghilangkan barang bukti atau membiarkan orang lain menghancurkan barang bukti
yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dengan jalan merugikan negara.

4. Pemerasan
Berdasarkan definisi dan dasar hukumnya, pemerasan dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah kepada orang lain atau
kepada masyarakat. Pemerasan ini dapat dibagi lagi menjadi 2 (dua) bagian
berdasarkan dasar hukum dan definisinya yaitu:
 Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah karena mempunyai
kekuasaan dan dengan kekuasaannya itu memaksa orang lain untuk memberi
atau melakukan sesuatu yang menguntungkan dirinya. Hal ini sesuai dengan
Pasal 12 huruf e UU PTPK.
 Pemerasan yang dilakukan oleh pegawai negeri kepada seseorang atau
masyarakat dengan alasan uang atau pemberian ilegal itu adalah bagian dari
peraturan atau haknya padahal kenyataannya tidak demikian. Pasal yang
mengatur tentang kasus ini adalah Pasal 12 huruf e UU PTPK.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. Pemerasan yang di lakukan oleh pegawai negeri kepada pegawai negeri yang
lain. Korupsi jenis ini di atur dalam Pasal 12 UU PTPK.

5. Perbuatan curang
Perbuatan curang yang dimaksud dalam jenis korupsi ini biasanya dilakukan oleh
pemborong, pengawas proyek, rekanan TNI/Polri, pengawas rekanan TNI/Polri, yang
melakukan kecurangan dalam pengadaan atau pemberian barang yang
mengakibatkan kerugian bagi orang lain atau terhadap keuangan negara atau yang
dapat membahayakan keselamatan negara pada saat perang. Selain itu pegawai
negeri yang menyerobot tanah negara yang mendatangkan kerugian bagi orang lain
juga termasuk dalam jenis korupsi ini.

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan


Pengadaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghadirkan barang atau jasa
yang dibutuhkan oleh suatu instansi atau perusahaan. Orang atau badan yang ditunjuk
untuk pengadaan barang atau jasa ini dipilih setelah melalui proses seleksi yang
disebut dengan tender. Pada dasarnya, proses tender harus berjalan dengan bersih
dan jujur. Instansi atau kontraktor yang rapornya paling bagus dan penawaran
biayanya paling kompetitif, maka instansi atau kontraktor tersebut yang akan ditunjuk
dan menjaga, pihak yang menyeleksi tidak boleh ikut sebagai peserta. Kalau ada
instansi yang bertindak sebagai penyeleksi sekaligus sebagai peserta tender maka itu
dapat dikategorikan sebagai korupsi. Hal ini telah diatur dalam Pasal 12 huruf i UU
PTPK.

7. Gratifikasi
Jenis korupsi ini merupakan pemberian hadiah yang diterima oleh pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara dan tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari
sejak diterimanya gratifikasi. Gratifikasi dapat berupa uang, barang, diskon, pinjaman
tanpa bunga, tiket pesawat, liburan, biaya pengobatan, serta fasilitas-fasilitas lainnya.

Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih ada tindak
pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang tertuang pada UU
No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi itu adalah:

1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi


2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberikan keterangan palsu
6. Saksi yang membuka identitas pelapor

Jenis Tindakan Pidana Korupsi

Jenis tindak pidana korupsi dan tindak pidana yang berkaitan dengan korupsi
berdasarkan UU Tindak Pidana Korupsi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Melawan Hukum
Perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum
obyektif, hukum subyektif, dan tidak mempunyai hak sendiri. Perbuatan melawan
hukum memiliki makna dan unsur lebih luas. Selain melanggar aturan perundang-
undangan, perbuatan melawan hukum juga harus bertentangan dengan hukum
subyektif.

2. Penyalahgunaan Wewenang
Dalam jenis korupsi ini, pasal 3 UUD No 33/1999 JO UU NO 20/2001 unsur
penyalahgunaan wewenang, kesempatan atau sarana yang dimiliki karena jabaran
atau kedudukan. Sebuah perbuatan bisa dikategorikan ke dalam korupsi jenis ini, bila
memenuhi unsur-unsur

 Menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu koorporasi


 Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
 Yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
 Dapat merugikan keuangan negara atau perekonimian negara

3. Menyuap Pegawai Negeri


4. Memberi hadiah kepada pegawai negeri
5. Pegawai negeri menerima suap
6. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya
7. Menyuap Hakim
8. Menyuap advokat
9. Hakim dan advokat menerima suap
10. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan atau
membantu melakukan perbuatan itu
11. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
12. Pegawai negeri merusakkan bukti
13. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
14. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
15. Pegawai negeri menyalah gunakan kekuasaan untuk memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau mengerjakan sesuatu untuk dirinya
16. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain
17.  Pemborong/ahli bangunan berbuat curang 
18. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang 
19. Rekanan TNI/Polri berbuat curang
20. Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
21. Penerima barang untuk keperluan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
22. Pegawai negeri menyerobot tanah negara, sehingga merugikan orang lain
23. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya

24. Pegawai negeri yang berhubungan dengan jabatan/kewenangangannya menerima


gratifikasi dan tidak lapor KPK dalam jangka waktu 30 hari
25. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
26. Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya
27. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
28. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
29. Orang yang memegan rahasia jabatan tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan palsu

30. Saksi yang membuka identitas pelapor

Selain 30 perilaku di atas yang termasuk tindak pidana korupsi yang sering terjadi dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah, sebagai berikut:
 Mark up harga
 SPPD fiktif
 Pengurangan fisik bangunan
 Pelanggaran prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa

 Pelanggaran lainnya yang merugikan pemerintah daerah

Penyebab Korupsi

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan
tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas yaitu
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi/ kelompok/ keluarga/ golongannya
sendiri. Faktor-faktor secara umum yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan
korupsi antara lain yaitu :

 Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu


memberi ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi.
 Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.

 Kolonialisme, suatu pemerintahan asing tidaklah menggugah kesetiaan dan


kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.

 Kurangnya pendidikan.

 Adanya banyak kemiskinan.

 Tidak adanya tindakan hukum yang tegas.

 Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.

 Struktur pemerintahan.

 Perubahan radikal, suatu sistem nilai yang mengalami perubahan radikal, korupsi
muncul sebagai penyakit transisional.

 Keadaan masyarakat yang semakin majemuk.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE
Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :

 Greeds(keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara


potensial ada di dalam diri setiap orang.
 Opportunities(kesempatan) : berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi
atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan kecurangan.

 Needs(kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-


individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Exposures(pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan.

Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor)
korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi
yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktor-faktor
Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi (victim) yaitu
organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.
Menurut Dr.Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan tindakan
korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan
sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari teman-teman,
kesempatan, kurang kontrol dan sebagainya). Lain lagi yang dikemukakan oleh OPSTIB
Pusat, Laksamana Soedomo yang menyebutkan ada lima sumber potensial korupsi dan
penyelewengan yakni proyek pembangunan fisik, pengadaan barang, bea dan cukai,
perpajakan, pemberian izin usaha, dan fasilitas kredit perbankan.
Menurut Komisi IV DPR-RI, terdapat tiga belas indikasi yang menyebabkan
meluasnya korupsi di Indonesia, yaitu :
1. Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi.
2. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri.

3. Penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri.

4. Dalam buku Sosiologi Korupsi oleh Syed Hussein Alatas, disebutkan ciri-ciri
korupsi antara lain sebagai berikut :

5. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.

6. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.

7. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungann timbal balik.

8. Berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik perlindungan


hukum.

9. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-


keputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk mempengaruhi keputusan-
keputusan itu.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
10. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
masyarakat umum.

11. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.

12. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif.

13. Perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban


dalam masyarakat.

Di sisi lain ada penyebab lain yang memicu terjadinya korupsi, di antaranya:

a. Kemampuan.
Adalah kemampuan orang tersebut untuk melakukan korupsi ? Kemampuan
melakukan tindak korupsi hanya bisa dilakukan apabila orang tersebut memilki
kemampuan dan kecerdasan untuk merekayasa dengan membuat data,pembukuan
dan laporan fiktif yang tentunya bertujuan agar kasusnya tidak terdeteksi atau tidak
terungkap saat ada pemeriksaan dari   Instansi yang berkompeten.

b. Kemauan.
Adalah kemauan orang tersebut untuk melakukan tindak pidana korupsi, artinya
walaupun orang tersebut memilki kemampuan untuk melakukan tindakan korupsi,
namun karena orang tersebut memilki integritas yang tinggi apakah karena memilki
keimanan yang kuat terhadap agamanya, memiliki nasionalisme yang tinggi terhadap
negaranya atau juga memilki kesadaran yang kuat tentang hak dan kewajibannya
tentang berbangsa dan bernegara atau kekhawatiran mendapat sangsi hukum yang
tegas dan keras, sehingga orang tersebut tidak akan mau melakukan walaupun
sebenarnya dia memiliki kemampuan untuk melakukannya.

c. Kesempatan.
Kesempatan adalah sistem  yang dibangun pada  instansi tersebut hendaknya dengan
menggunakan prinsip  management yang efektif dengan  prosedure dan mekanisme
yang jelas serta  pengawasan dan pengendalian yang baik sehingga tidak
menciptakan dan memberi peluang pada orang per-orang untuk melakukan tindak
pidana korupsi. Prinsip dasar ini akan bekerja efektif apabila eksekutif, legislatif dan
judikatif memilki perpektif dan filosofi yang sama tentang good goverment dan clean
goverment dengan membuat seluruh kebijakan secara transparan dan akuntable serta
memberikan  akses seluas-luasnya pada masyarakat untuk ikut mengawasi program
yang dijalankan eksekutif.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


10 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Karena tanpa hal tersebut sangat sukar dan mustahil  pencegahan korupsi dapat
dilakukan , mengingat sifat dari korupsi sendiri yang senantiasa melibatkan banyak
orang dengan melakukan kolusi baik secara vertical, horizontal maupun diagonal dan
merusak sistem yang ada dan dari beberapa kejadian senantiasa ada keterlibatan
legislatif dalam penyusunan program dan ketika kasusnya terkuak mulai terlihat ada
pelibatkan aparat penegak hukum dengan melakukan gratifikasi untuk membungkam
dan mempeti-es kan kasus-kasus tertentu bahkan dengan kekuatan yang mereka
miliki, mereka mampu meredam berita dari media massa. Hal ini adalah realita yang
terjadi negara kita, khususnya di daerah yang jauh dari pantauan berita stasiun televisi
nasional, karena saat ini rupanya kontrol  media massa yang paling efektif ternyata
yang dilakukan oleh stasiun televisi nasional walaupun independensinya masih belum
terjamin.

Dari uraian tsb di atas faktor kemampuan dan kemauan lebih diharapkan pada
integritas orang itu sendiri (SDM) sedangkan kesempatan lebih ditekankan pada
sistem management pemerintahan  dan pengawasan yang efektif.

Faktor penyebab korupsi pada SDM dalam konteks tersebut di atas adalah
sebagai berikut:

1. Corruption by Need/ Korupsi karena kebutuhan.


Korupsi yang dilakukan atas dasar kebutuhan, biasanya dilakukan oleh pegawai
rendahan, uang yang dicuri biasanya tidak terlalu besar, karena dia melakukan
semata-mata karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi, biasanya dalam bentuk pungli,
merubah kwitansi pembelian atau tindakan lainnya yang pada intinya bukan untuk
memperkaya tapi semata-mata karena desakan ekonomi.Untuk pencegahan dan
pengungkapan kasus seperti ini  biasanya tidak terlalu sulit karena tidak melibatkan
system dan banyak orang, dan lebih sering dilakukan secara individu.

2. Corruption by accident/ Korupsi karena kecelakaan.


Korupsi yang dilakukan biasanya oleh pemegang jabatan demi melindungi
kepentingan atasannya yang lebih tinggi atau dikorbankan oleh pimpinan yang lebih
tinggi. hal ini sering dijumpai akibat prosedur dan mekanisme yang telah digariskan
tidak dijalankan sebagaimanan mestinya, karena pimpinan memanfaatkan kekuasaan
dan keengganan atau ketidak beranian bawahan menolak keinginan pimpinan
walaupun itu melanggar standar operasi dalam instansi tersebut.
Pada saat terjadi pemeriksaan oleh Auditor, sang pemegang jabatan keuangan
harus mempertanggung jawabkan segala tindakannya berdasarkan peraturan yang

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


11 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
ada, sedangkan pimpinan yang menginstruksikan dirinya untuk melanggar biasanya
dilakukan secara lisan sehingga tidak memiliki keuatan hukum, pada akhirnya sang
pemegang jabatan keuangan harus mempertanggung jawabkan kekeliruannya
sendirian saja, padahal dirinya hanya menikmati sebagian kecil uang hasil
penyalahgunaan jabatan tersebut

3. Corruption by design / Korupsi yang direncanakan.


Korupsi yang direncanakan dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang memegang
jabatan dan kekuasaan cukup tinggi serta memiliki kewenangan dalam mengambil
kebijakan, sehingga mampu mendesign secara terintegrasi termasuk menyuap orang
yang akan menghalangi atau menghambat kegiatan pencurian ini. Korupsi jenis ini
sangat sulit dibongkar karena melibatkan orang dan dana yang cukup besar, dan
seluruh kegiatan pencurian uang negara ini sudah direncanakan jauh sebelum proyek
itu dilaksanakan, siapa yang melaksanakan dan bagaimana melaksanakan serta
bagamana menutupi persoalan ini jika muncul gugatan atau pemeriksaan dari pihak
yang berwenang.
Pada akhirnya korupsi hanya dapat diberantas apabila ada keinginan kuat dari
seluruh masyarakat yang ada di negara kita yakni  para koruptor yang terungkap dan
di proses secara hukum, haruslah  mendapat hukuman yang membuat efek jera,
harus ada keberanian dan kejujuran dari aparat penegak hukum termasuk hakim
untuk mentuntaskan kasus korupsi yang menyangkut penguasa agar bagi SDM yang
memiliki kemampuan untuk melakukan korupsi akan berfikir beribu kali untuk mau
melakukan tindak pidana korupsi, sehingga secara perlahan kasus korupsi yang
sangat melukai hati masyarakat  dapat dikikis habis dari negari kita.

Sejatinya, demikian banyak penyebab korupsi di Indonesia, dari mulai persoalan


budaya, integritras, dan gaya hidup. Di Indonesia tindak pidana korupsi seakan menjadi
hal yang biasa untuk dilakukan terutama dikalangan pejabat. Para pejabat seakan tidak
mempunyai rasa malu untuk melakukan tindakan yang merugikan negara ini. Hal ini
menimbulkan suatu pertanyaan, apakah penyebab terjadinya korupsi di Indonesia.
Menurut penasihat KPK, Abdullah Hehamahua seperti yang tertulis di buku yang berjudul
Memberantas Korupsi Bersama KPK, setidaknya ada 8 penyebab terjadinya korupsi di
Indonesia :
a. Sistem penyelenggaraan negara yang keliru : Sebagai negara yang baru
berkembang, seharusnya prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Tetapi
selama puluhan tahun, mulai orde lama, orde baru, hingga reformasi,
pembangunan hanya difokuskan di bidang ekonomi. padahal setiap negara yang

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


12 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
baru merdeka, masih terbatas dalam memiliki SDM, uang, manajemen, dan
teknologi. Sehingga konsekuensinya semua didatangkan dari luar negeri yang
pada gilirannya menghasilkan penyebab korupsi.
b. Kompensasi PNS yang rendah : Negara yang baru merdeka tidak memiliki uang
yang cukup untuk membayar kompensasi yang tinggi kepada pegawainya. Apalagi
Indonesia yang lebih memprioritaskan bidang ekonomi membuat secara fisik dan
kultural menmbulkan pola konsumerisme, sehingga 90% PNS melakukan KKN.
c. Pejabat yang serakah : Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan oleh sistem
pembangunan seperti di atas mendorong pejabat untuk menjadi kaya secara
instant. Hal ini menyebabkan lahirnya sikap serakah dimana pejabat
menyalahgunakan wewenang dan jabatannya, seperti melakukan mark up proyek-
proyek pembangunan.
d. Law Enforcement tidak berjalan : Para pejabat yang serakah dan PNS yang KKN
karena gaji yang tidak cukup, maka boleh dibilang penegakan hukum tidak berjalan
hampir diseluruh lini kehidupan, baik di instansi pemerintahan maupun lembaga
kemasyarakatan karena segalanya diukur dengan uang. Hal ini juga menimbulkan
kata-kata plesetan seperti, KUHP (Kasih Uang Habis Perkara) atau Ketuhanan
Yang Maha Esa (Keuangan Yang Maha Kuasa).
e. Hukuman yang ringan terhadap koruptor : Adanya Law Enforcement tidak berjalan
dengan semestinya, dimana aparat penegak hukum bisa dibayar. Maka, hukuman
yang dijatuhkan kepada para koruptor sangat ringan sehingga tidak menimbulkan
efek jera.
f. Pengawasan yang tidak efektif : Dalam sistem manajemen yang modern selalu ada
instrumen yang disebut internal kontrol yang bersifat in build dalam setiap unit
kerja. Sehingga sekecil apapun penyimpangan akan terdeteksi sejak dini dan
secara otomatis pula dilakukan perbaikan. Tetapi internal kontrol yang ada disetiap
unit sudah tidak lagi berjalan dengan semestinya karena pejabat atau pegawai
terkait bisa melakukan tindakan korupsi.
g. Tidak ada keteladanan pemimpin : Ketika resesi ekonomi 1997, keadaan
perekonomian Indonesia sedikit lebih baik daripada Thailand. Namun pemimpin
Thailand memberi contoh kepada rakyatnya dalam pola hidup sederhana.
Sehingga lahir dukungan moral dan material dari masyarakat dan pengusaha.
Maka dalam wktu singkat Thailand telah mengalami recovery ekonominya. Di
Indonesia tidak ada pemimpin yang bisa dijadikan teladan sehingga kehidupan
berbangsa dan bernegara mendekati jurang kehancuran.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


13 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
h. Budaya masyarakat yang kondusif untuk KKN : Korupsi yang ada di Indonesia
tidak hanya terpusat pada pejabat negara saja melainkan sudah meluas hingga ke
masyarakat. Hal ini bisa dicontohkan pada saat pengurusan KTP, SIM, STNK,
maupun saat melamar kerja. Tindakan masyarakat ini merupakan pencerminan
yang dilakukan oleh pejabat politik.

Faktor Internal Penyebab Korupsi

Faktor internal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi. Faktor ini
terdiri dua aspek yaitu aspek perilaku individu dan aspek sosial. Faktor penyebab korupsi
internal di antaranya adalah:
1. Aspek perilaku individu
 Sifat tamak/rakus manusia
Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi
serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi
pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
 Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau
pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
 Gaya hidup yang konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseong konsumtif.
Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan
membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
2. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan
bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang
untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits
pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

Faktor Eksternal Penyebab Korupsi

Faktor eksternal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari sebab-sebab luar.
Ini meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


14 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan
oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi
justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh karena itu sikap masyarakat yang
berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi karena:
 Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadi korupsi. Korupsi bisa ditimbulkan
oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai seseorang karena
kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak kritis
pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat
sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa korupsi, sosok yang
paling dirugikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya yang
paling rugi adalah masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan bisa
berkurang sebagai akibat dari perbuatan korupsi.
 Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan
korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh
masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan
korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas
bila mereka ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada
umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi adalahtanggung
jawab pemerintah semata. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa
diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukannya.

2. Aspek ekonomi
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak
dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk
mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

3. Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan
untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan
masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan berbagai
aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga
yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya.
Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


15 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Aspek Organisasi
Aspek organisasi yang menjadi faktor penyebab korupsi di antaranya adalah:
 Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan. Posisi pemimpin dalam suatu
lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar
bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.
 Tidak adanya kultur organisasi yang benar. Kultur organisasi biasanya
punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak
dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif
mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif,
seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.

 Kurang memadainya sistem akuntabilitas yang benar. Kultur organisasi


biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur
organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi
tidak kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian
perbuatan negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.
 Kelemahan sistem pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen
merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah
organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah
organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau
pegawai di dalamnya
 Lemahnya pengawasan. Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua,
yaitu pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan
langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal (pengawasan
dari legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektif karena
beberapa faktor, diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada
berbagai instansi, kurangnya profesional pengawas serta kurangnya
kepatuhan pada etika hukum maupun pemerintahan oleh pengawas sendiri.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


16 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
 Imam Suyudi (Penyunting), 2003. Melawan korupsi disektor Publik. Bandung:
Sawarung.
 KPK RI. 2006. Memahami Untuk Membasmi “Buku Panduan untuk Memahami
Tindak Pidana Korupsi. Jakarta : KPK RI
 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2011. Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.
 Rudi Hantoro dan Siti Muslifah, tt,. Seri Pendidikan Anti Korupsi. Yogyakarta:
Genius Publisher
 Wijayanto dan Ridwan Zachrie (Ed), 2009. Korupsi Mengorupsi Indonersia, Sebab,
Akibar, dan Prospek Pemberantasan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
 http://soloraya.net/blog
 http://www.kpk.go.id/modules/edito/content_faq.php?id=15
 http://onniesandi.blogspot.com/2012
 http://idiesta.blogspot.com/2012/09/penyebab-korupsi-di-indonesia.html
 https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/pendidikan/infografis/faktor-internal-dan-
faktor-eksternal-penyebab-korupsi
 https://www.kppu.go.id/docs/Artikel/Seminar%20PBJ.pdf
 https://hot.liputan6.com/read/4161531/mengenal-7-jenis-korupsi-dan-contohnya-
yang-sering-dilakukan

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


17 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2021 Nama Mata Kuliah dari Modul
18 Riri Pratiwi, SE., M.Ak
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai