MODUL PERKULIAHAN
U002100010 –
Pendidikan Anti
Korupsi dan
Etik UMB
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KORUPSI
Abstrak Sub-CPMK 5
Saat ini musuh utama kita tidak lagi Setelah mempelajari modul ini diharapkan
sekedar terorisme dan narkoba, tetapi juga mahasiswa mampu menemahami dan
korupsi. Korupsi terjadi di mana-mana. menjelaskan mengenai:
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk 1. Pengertian korupsi
2. Bentuk-bentuk korupsi
memberantas korupsi. Namun sampai saat 3. Jenis tindakan pidana korupsi
ini hasilnya masih tetap belum sesuai 4. Faktor internal dan eksternal penyebab
dengan harapan masyarakat. korupsi
10
Riri Pratiwi, SE.,M.Ak
Semua Semua
Faktor-faktor Penyebab Korupsi
Pengertian
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere1 yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) atau rasuah adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang
secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dalam Webster Dictionary, korupsi: “immoral conduct or practices harmful or
offensive to society, atau a sinking to a state of low moral standars an behavior (the
corruoption of the upper class eventually led to the fall of the roman empire).
Korupsi menurut Huntington (1968)2 adalah perilaku pejabat publik yang
menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang
ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Menurut Dr. Kartini Kartono,
korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mengeruk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum.
Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri Ahimsha-
Putra (2002) menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan politik pemaknaan.
Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan negara
dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus. Seorang sosiolog Malaysia Syed
Hussein Alatas secara implisit menyebutkan tiga bentuk korupsi yaitu sogokan (bribery),
pemerasan (extortion), dan nepotisme. Alatas mendefinisikan nepotisme sebagai
pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu politik untuk menduduki jabatan-jabatan
publik, terlepas dari kemampuan yang dimilikinya dan dampaknya bagi kemaslahatan
umum (Alatas 1999:6).
Inti ketiga bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi
kepentingan umum dibawah tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran-
pelanggaran norma-norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang dibarengi dengan
kerahasiaan, pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap akibat yang
ditimbulkannya terhadap masyarakat.
Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan
pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan
tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang
memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor
1
http://soloraya.net/korupsi-dan-pengertiannya.html
2
http://soloraya.net/korupsi-dan-pengertiannya.html
Bentuk-bentuk Korupsi
Berdasarkan pasal-pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU
No. 20 Tahun 2001 tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana
korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang
bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana
korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
2. Suap-menyuap
Suap-menyuap merupakan tindakan pemberian uang atau menerima uang atau hadiah
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya sebagimana perbedaan hukum
formil dn materiil. Contoh dari kasus korupsi suap-menyuap seperti menyuap pegawai
negeri yang karena jabatannya bisa menguntungkan orang yang memberikan suap,
menyuap hakim, pengacara, atau advokat. Korupsi jenis ini telah diatur dalam UU
PTPK.
4. Pemerasan
Berdasarkan definisi dan dasar hukumnya, pemerasan dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah kepada orang lain atau
kepada masyarakat. Pemerasan ini dapat dibagi lagi menjadi 2 (dua) bagian
berdasarkan dasar hukum dan definisinya yaitu:
Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah karena mempunyai
kekuasaan dan dengan kekuasaannya itu memaksa orang lain untuk memberi
atau melakukan sesuatu yang menguntungkan dirinya. Hal ini sesuai dengan
Pasal 12 huruf e UU PTPK.
Pemerasan yang dilakukan oleh pegawai negeri kepada seseorang atau
masyarakat dengan alasan uang atau pemberian ilegal itu adalah bagian dari
peraturan atau haknya padahal kenyataannya tidak demikian. Pasal yang
mengatur tentang kasus ini adalah Pasal 12 huruf e UU PTPK.
5. Perbuatan curang
Perbuatan curang yang dimaksud dalam jenis korupsi ini biasanya dilakukan oleh
pemborong, pengawas proyek, rekanan TNI/Polri, pengawas rekanan TNI/Polri, yang
melakukan kecurangan dalam pengadaan atau pemberian barang yang
mengakibatkan kerugian bagi orang lain atau terhadap keuangan negara atau yang
dapat membahayakan keselamatan negara pada saat perang. Selain itu pegawai
negeri yang menyerobot tanah negara yang mendatangkan kerugian bagi orang lain
juga termasuk dalam jenis korupsi ini.
7. Gratifikasi
Jenis korupsi ini merupakan pemberian hadiah yang diterima oleh pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara dan tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari
sejak diterimanya gratifikasi. Gratifikasi dapat berupa uang, barang, diskon, pinjaman
tanpa bunga, tiket pesawat, liburan, biaya pengobatan, serta fasilitas-fasilitas lainnya.
Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih ada tindak
pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang tertuang pada UU
No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi itu adalah:
Jenis tindak pidana korupsi dan tindak pidana yang berkaitan dengan korupsi
berdasarkan UU Tindak Pidana Korupsi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Melawan Hukum
Perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum
obyektif, hukum subyektif, dan tidak mempunyai hak sendiri. Perbuatan melawan
hukum memiliki makna dan unsur lebih luas. Selain melanggar aturan perundang-
undangan, perbuatan melawan hukum juga harus bertentangan dengan hukum
subyektif.
2. Penyalahgunaan Wewenang
Dalam jenis korupsi ini, pasal 3 UUD No 33/1999 JO UU NO 20/2001 unsur
penyalahgunaan wewenang, kesempatan atau sarana yang dimiliki karena jabaran
atau kedudukan. Sebuah perbuatan bisa dikategorikan ke dalam korupsi jenis ini, bila
memenuhi unsur-unsur
Selain 30 perilaku di atas yang termasuk tindak pidana korupsi yang sering terjadi dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah, sebagai berikut:
Mark up harga
SPPD fiktif
Pengurangan fisik bangunan
Pelanggaran prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa
Penyebab Korupsi
Kurangnya pendidikan.
Struktur pemerintahan.
Perubahan radikal, suatu sistem nilai yang mengalami perubahan radikal, korupsi
muncul sebagai penyakit transisional.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE
Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :
Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor)
korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi
yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktor-faktor
Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi (victim) yaitu
organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.
Menurut Dr.Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan tindakan
korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan
sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari teman-teman,
kesempatan, kurang kontrol dan sebagainya). Lain lagi yang dikemukakan oleh OPSTIB
Pusat, Laksamana Soedomo yang menyebutkan ada lima sumber potensial korupsi dan
penyelewengan yakni proyek pembangunan fisik, pengadaan barang, bea dan cukai,
perpajakan, pemberian izin usaha, dan fasilitas kredit perbankan.
Menurut Komisi IV DPR-RI, terdapat tiga belas indikasi yang menyebabkan
meluasnya korupsi di Indonesia, yaitu :
1. Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi.
2. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri.
4. Dalam buku Sosiologi Korupsi oleh Syed Hussein Alatas, disebutkan ciri-ciri
korupsi antara lain sebagai berikut :
Di sisi lain ada penyebab lain yang memicu terjadinya korupsi, di antaranya:
a. Kemampuan.
Adalah kemampuan orang tersebut untuk melakukan korupsi ? Kemampuan
melakukan tindak korupsi hanya bisa dilakukan apabila orang tersebut memilki
kemampuan dan kecerdasan untuk merekayasa dengan membuat data,pembukuan
dan laporan fiktif yang tentunya bertujuan agar kasusnya tidak terdeteksi atau tidak
terungkap saat ada pemeriksaan dari Instansi yang berkompeten.
b. Kemauan.
Adalah kemauan orang tersebut untuk melakukan tindak pidana korupsi, artinya
walaupun orang tersebut memilki kemampuan untuk melakukan tindakan korupsi,
namun karena orang tersebut memilki integritas yang tinggi apakah karena memilki
keimanan yang kuat terhadap agamanya, memiliki nasionalisme yang tinggi terhadap
negaranya atau juga memilki kesadaran yang kuat tentang hak dan kewajibannya
tentang berbangsa dan bernegara atau kekhawatiran mendapat sangsi hukum yang
tegas dan keras, sehingga orang tersebut tidak akan mau melakukan walaupun
sebenarnya dia memiliki kemampuan untuk melakukannya.
c. Kesempatan.
Kesempatan adalah sistem yang dibangun pada instansi tersebut hendaknya dengan
menggunakan prinsip management yang efektif dengan prosedure dan mekanisme
yang jelas serta pengawasan dan pengendalian yang baik sehingga tidak
menciptakan dan memberi peluang pada orang per-orang untuk melakukan tindak
pidana korupsi. Prinsip dasar ini akan bekerja efektif apabila eksekutif, legislatif dan
judikatif memilki perpektif dan filosofi yang sama tentang good goverment dan clean
goverment dengan membuat seluruh kebijakan secara transparan dan akuntable serta
memberikan akses seluas-luasnya pada masyarakat untuk ikut mengawasi program
yang dijalankan eksekutif.
Dari uraian tsb di atas faktor kemampuan dan kemauan lebih diharapkan pada
integritas orang itu sendiri (SDM) sedangkan kesempatan lebih ditekankan pada
sistem management pemerintahan dan pengawasan yang efektif.
Faktor penyebab korupsi pada SDM dalam konteks tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
Faktor internal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi. Faktor ini
terdiri dua aspek yaitu aspek perilaku individu dan aspek sosial. Faktor penyebab korupsi
internal di antaranya adalah:
1. Aspek perilaku individu
Sifat tamak/rakus manusia
Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi
serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi
pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau
pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
Gaya hidup yang konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseong konsumtif.
Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan
membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
2. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan
bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang
untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits
pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Faktor eksternal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari sebab-sebab luar.
Ini meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
2. Aspek ekonomi
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak
dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk
mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
3. Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan
untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan
masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan berbagai
aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga
yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya.
Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.