Anda di halaman 1dari 30

Defining and Prioritizing

stakeholders

Anggota Kelompok

1. Ratika Eka Putri Septiana(041811535012)


2. Lilis Musyafaah Dwi Putri (041811535030)
3. Abd Hasim (041811535036)
4. Gawan Putri Ayu (041911535045)
5. Tyasa Putri Ramadani (041911535049)

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
TABLE OF 3.1
Adopting a stakeholder

CONTENTS 3.2
orientation

Weighing Stakeholder Claims


3.3
Ethical Decision-Making and
Prioritizing Stakeholders
3.4
Corporate Social
Responsilbility
Adopting a stakeholder orientation
Stakeholder adalah pihak
pemangku atau beberapa
kelompok orang yang memiliki
kepentingan di dalam perusahaan
yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh tindakan dari
bisnis secara keseluruhan

Dibagi menjadi 2, Stakeholder


internal dan eksternal
Internal Stakeholder
Stakeholder internal meliputi organisasi /
industri itu sendiri, pemegang saham, pemilik
bisnis, dan para karyawan.

eksternal Stakeholder
Stakeholder eksternal meliputi
konsumen, supplier, pesaing, investor, pemerintah,
media, dan masyarakat secara umum.
Etika Maksimum
Mengambil keputusan/aksi paling kuat dan memungkinkanuntuk bertindak
pada sebuah situasi.
Contoh: Adanya gangguan pada produknya yang menimbulkan risiko
gugatan hukum dari pelanggan, Samsung memilih untuk mengembalikan
uang pelanggan. Walaupun Samsung menghabiskan banyak uang dalam hal
ini, namun Samsung telah mengurangi risiko gugatan hukum yang akan
menghabiskan dana lebih banyak daripada me-refund uang pelanggan. Hal
ini dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan pelanggan pada Samsung.

Etika Minimum
Mengambil keputusan/aksi paling lemah/kurang.
Contoh: Samsung memberi peringatan pada
pelanggannya mengenai gangguan pada produknya.
Weighing Stakeholder
Claims
THE ETHICAL BASIS OF
STAKEHOLDER’S CLAIMS
THE ETHICAL BASIS OF
STAKEHOLDER’S CLAIMS

Pendekatan Deskriptif

Pendekatan Instrumental

Pendekatan Normatif
Defining Stakeholder
Categories

Untuk melihat lebih dekat pada kategori pemangku


kepentingan, salah satu cara untuk mengelompokkan
pemangku kepentingan adalah dengan mendefinisikan
dampaknya.
Tugas yang dihadapi manajemen organisasi dimulai dengan
memahami berbagai harapan stakeholder yang terkadang
saling bertentangan dan secara etis menentukan pemangku
kepentingan mana yang akan menjadi fokus dan dalam urutan
apa, jika tidak semua pemangku kepentingan tidak dapat
ditangani secara bersamaan, sehingga butuh STAKEHOLDER
PRIORITIZATION/prioritas pemangku kepentingan.

Ini membantu untuk secara aktif mengumpulkan informasi


tentang semua pemangku kepentingan utama dan klaim
mereka.

STAKEHOLDER
PRIORITIZATION
kelompok pemangku kepentingan dapat
dipertimbangkan berdasarkan
pengaruhnya (atau kekuasaan) dan minat
Cara untuk
dalam hubungannya dengan perusahaan.
memprioritaskan
hubungan pemangku Pemangku kepentingan dengan tingkat
kepentingan salah kekuatan dan minat yang tinggi adalah
satunya dengan pemangku kepentingan utama. Jika jenis
matriks kekuatan
dan minat mereka.
kelompok pemangku kepentingan ini
mengalami masalah, prioritasnya
meningkat.
Ethical Decision Making and Prioritizing Stakeholders

Consider the Respond all


claims stakeholder as
well

Assesing Make it well, while


stakeholders time and resource
claim limitation
Stakeholder Prioritization
Langkah pertama mengidentifikasi
harapan skateholder terhadap
perusahaan
Langkah selanjutnya mengidentifikasi
apa yang bisa diberikan stakeholder
kepada perusahaan
Based on time and circumtance
96%
Contents Title

Power and interest


Alat untuk mengklasifikasikan
keinginan stakeholder dengan
melibatkan matriks interest dan
power.
Managing Stakeholder Expectation
Mempertahankan kepercayaan
terhadap pemangku kepentingan

Melakukan survei atau kelompok


fokus dengan pelanggan,
pemasok, atau pemangku
kepentingan lainnya
Manajer mempresentasikan hasil penelitian
mereka kepada pembuat keputusan
perusahaan atau membuat keputusan sendiri
Pengaruh Eksternal
Yaitu dengan klien atau pengguna jasa perusahaan, karena pemangku
kepentingan tidak hanya skateholder melainkan juga penerima manfaat

Perusahaan berutang kesetiaan kepada para pemangku kepentingan


pelanggan, tetapi juga memiliki peluang dan mungkin tanggung jawab
untuk membentuk harapan mereka dengan cara yang mendorong
pertumbuhannya dan memungkinkannya untuk terus menyediakan bagi
karyawan, pemasok, distributor, dan pemegang saham
CSR DEFINED CORPORATE SOCIAL
Tindakan yang diharapkan perusahaan tidak
hanya mencakup memproduksi barang secara
RESPONSIBILITY
efisien, maupun membayar upah yang adil
kepada karyawan, tetapi juga merawat Kerusakan lingkungan pada akhirnya dapat
lingkungan dan bertindak atas kepedulian sosial menyebabkan pengurangan sumber daya,
lainnya. menurun peluang bisnis, dan menurunkan
kualitas hidup.
Dengan melakukannya, perusahaan akan
mendapatkan manfaat jangka panjang, terutama Stakeholder bisnis yang menyadari bahwa
untuk perusahaan dengan rekam jejak panjang laba hanya satu efek positif dari operasi
dari merugikan lingkungan serta masyarakat bisnis akan berkontribusi untuk melakukan
kegiatan sosial seperti mendirikan sekolah
dan klinik kesehatan di lingkungan miskin

CSR AND THE ENVIRONMENT


PEOPLE, PLANET, PROFIT

Triple Bottom Line


adalah alat yang
digunakan oleh
perusahaan dan
pemangku
kepentingan untuk
mengukur beberapa
efek dari program E-Learning Infographic

CSRA
Csr as public relations tool
Melakukan upaya CSR yang hanya menutupi
masalah etika sistemik dengan cara yang
tidak otentik ini (terutama yang berlaku CSR adalah kesempatan
perusahaan untuk membuat
untuk lingkungan), dan bertindak hanya demi publisitas perusahaan
hubungan masyarakat disebut menjadi baik melalui
berbagai inisiatif ramah
‘greenwashing’. lingkungan atau ramah sosial
Untuk benar-benar memahami pendekatan tanpa membuat perubahan
sistemik yang akan memiliki
perusahaan terhadap lingkungan, kita perlu efek positif jangka panjang.
melakukan lebih dari sekadar menerima
kata-kata di situs web atau iklannya.
The ultimate stakeholder benefit
CSR yang digunakan dengan itikad baik memiliki potensi untuk
membentuk kembali orientasi perusahaan multinasional kepada
para stakeholder. Dengan memposisikan diri sebagai stakeholder
dalam komunitas global yang lebih luas, perusahaan yang teliti
dapat menjadi organisasi teladan. Mereka dapat menunjukkan
minat dan pengaruh pada skala global dan meningkatkan cara
pembuatan barang dan pengiriman layanan melayani lingkungan
lokal dan global.

Mereka dapat kembali ke komunitas sebanyak yang mereka


hasilkan dan menumbuhkan kembali investasi keuangan sehingga
orang yang mau dan mampu bekerja untuk mereka tidak hanya
mampu memenuhi kebutuhan, tetapi juga kesempatan untuk
mengejar kebahagiaan.
THANKS
KASUS PT. LAPINDO BRANTAS
2

PT Lapindo Brantas Inc

PT Lapindo Brantas, Inc adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang usaha eksplorasi
1
dan produksi migas di Indonesia yang beroperasi melalui skema Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS) di blok Brantas, Jawa Timur.
Chief Executive Officer PT Lapindo Brantas, Inc adalah Nirwan Bakrie, yang merupakan adik
kandung dari Aburizal Bakrie.

Peristiwa Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi


2 pengeboran PT Lapindo Brantas di Sumur Banjar Panji 1 (BJP-1) yang terletak di Dusun
Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur,
Indonesia.

3 Peristiwa Lumpur Lapindo terjadi pada tanggal 29 Mei 2006.


Awalnya, PT Lapindo Brantas Inc Sebagai Operator menunjuk PT Medici
Citra Nusantara untuk melaksanakan pengeboran Sumur BJP-1.

PT Medici Citra Nusantara Bertanggungjawab terkait eksplorasi sumur


Cementing, Mudlodging, Penyediaan peralatan pengeboran, maupun
pekerjaan terkait lainnya.

Pengeboran dimulai tanggal 8 maret 2006 dan terus berlangsung hingga 29


Mei 2006. ditanggal 29 mei itu muncul erupsi lumpur panas ketika
pengeboran sumur BJP-1 belum selesai.

PT Lapindo Brantas, Inc bersembunyi dibalik gempa tektonik di Yogyakarta


yang terjadi pada hari yang sama dimana erupsi lumpur panas tersebut
menyembur keluar dari tanah.

Dugaan atas meluapnya lumpur tersebut yaitu kurang telitinya PT Lapindo


dalam melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan

Dalam kasus semburan lumpur panas ini, Pt Lapindo diduga “sengaja


menghemat” biaya operasional dengan tidak memasang casing bor.
4

PT Lapindo Brantas Inc

1 Pada awalnya rencana pengeboran sumur hingga kedalaman 8.500 kaki (2.590)
sumur dipasang selubung bor yang ukuranya bervariasi sesuai kedalaman.

Dalam pelaksanaannya pengeboran mencapai 9297 kaki kemudian mata bor


2
menyentuh batu gamping. Karna batu gamping banyak lubang mengakibatkan
lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur dari bawah sudah habis. Kemudian
berusaha menarik bor namun usahanya gagal, akhirnya bor dipotong dan
dihentikan
3
Fluida yang bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sehingga fluida tersebut
harus mencari jalan lain untuk bisa keluar.
5
Dampak Semburan Lumpur Lapindo

Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah
1 desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang
dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa.

2 Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit.

Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain:
3
lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi
seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan
Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.

Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan


3 merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak
lumpur ini.
6
Stakeholdernya siapa saja?

Diurutkan menurut perannya maka stakeholder pada kasus ini adalah sebagai berikut,

a. Perusahaan (Termasuk pemilik diluar bentuk kepemilikannya)


b. Pemerintah
c. Masyarakat
d. Pihak ketiga yang tidak secara langsung berkepentingan pada kasus utama yaitu
kecelakaan pengeboran
7 Isu-isu etika yang ada pada kasus Lapindo Brantas Inc!

 Sengaja tidak memasang casing yang digunakan sebagai pengaman mesin bor agar
tidak terjadi kebocoran.

 Pembuangan lumbur buangan tanpa olahan langsung ke laut melalui sungai Porong
yang mengakibatkan pencemaran lingkungan serta hilangnya mata pencaharian
masyarakat sekitar

 Penanganan kerugian yang dialami masyarakat sekitar dilakukan setelah 7 bulan pasca
bencana

 Penanganan kerugian yang dilakukan dengan jual beli tanah dengan harga sepihak
tanpa adanya kesepakatan harga terlebih dahulu yang mengakibatkan masyarakt tanpa
bargaining power menerima, diperparah dengan masyarakat yang tidak menerima
apapun sebelumnya setelah tempat tinggal dan mata pencaharian hilang. Walaupun
setelah pemerintah turun tangan terjadi persetujuan lebih lanjut.
ANALISIS KASUS

Dalam kasus Lapindo ditemukan beberapa pelanggaran hukum yang


dijerat dengan pasal – pasal dalam undang – undang. Samapai dengan
saat ini bahwa upaya dalam penanggulangan dampak tersebut
dirasakan berbagai pihak kurang optimal dibanding dengan
kerusakan yang terjadi. Hingga saat ini Tindakan nyata dari Lapindo
Brantas sebagai pemegang izin eksplorasi dan eksploitasi pada blok
brantas baru sebatas pemberian ganti rugi terhadap kerusakan fisik
yang diderita warga sekitar bencana.
ANALISIS KASUS

Jika dihubungkan dengan prinsip accountability, Lapindo dapat dikatakan tidak


sepenuhnya mengimplementasikan prinsip tersebut didalam tata kelola
perusahaan. Akuntabilitas menekankan bahwa terdapat kejelasan mekanisme
pertanggungjawaban perusahaan kepada para stakeholder dan
stakeholdernya. Lapindo selaku perusahaan atau korporasi yang memiliki kuasa
dan dipercaya oleh Pemerintah untuk mengelola sumber daya alam tidak
terbarukan sudah sewajibnya untuk selalu dapat mempertanggungjawabkan
serta menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana cara perusahaan
melakukan tata kelola dalam aktivitas sehari-hari, serta memberi laporan
kepada stakeholder yakni khususnya pada masyarakat dan negara. Prinsip
accountability tidak diterapkan sepenuhnya karena Lapindo tidak
mempertanggungjawabkan kinerja dan aktivitas perusahaan kepada
stakeholder karena sebelum kejadian lumpur Lapindo ini, tidak dibuat maupun
tidak dirilis laporan keberlanjutan.
Apakah PT Lapindo Brantas
Bertanggungjawab?
Iya, Komnas HAM menyatakan bahwa semburan lumpur Sidoarjo itu bukanlah bencana
alam, melainkan kejahatan lingkungan. Berdasarkan temuan tersebut, PT Lapindo Brantas
perusahaan pengeboran yang bertanggungjawab atas semburan lumpur semestinya
diadili. Pembayaran ganti rugi pun harus dibebankan kepada perusahaan milik keluarga
Bakrie ini dan bukannya sebagian ditanggung negara seperti yang terjadi. Ganti rugi yang
harus diberikan kepada korban menurut Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH) meliputi kerugian materil dan moril.
Salah satu bentuk tanggungjawab dari PT Lapindo Brantas yakni dengan memiliki empat
program CSR(Tanggungjawab Sosial) utama;
I. Pemberdayaan Ekonomi
II. Peningkatan Infrastruktur
III. Pendidikan dan Kesehatan
IV. Umum dan Fasilitas Sosial Dukungan

Anda mungkin juga menyukai