Anda di halaman 1dari 19

Metode Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan yaitu, meliputi


1. Metode pendidikan Individual (perorangan)

Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;

1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.

3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)

b. Interview (wawancara)

1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode pendidikan Kelompok

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil,
karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya
sasaran pendidikan.

a. Kelompok besar

1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke
atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang
suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil

1) Diskusi kelompok ;

Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk


diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan
mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan
mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.

2) Curah pendapat (Brain Storming) ;

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah,


kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut ditampung
dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh
ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Bola salju (Snow Balling)

Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan


suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi
satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian
tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya
dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu


permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan
dicari kesimpulannya.

5) Memainkan peranan (Role Play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan
peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll,
sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan
bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6) Permainan simulasi (Simulation Game)

Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli
dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi
pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.

3. Metode pendidikan Massa


Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan
atau melalui media massa. Contoh :

a. Ceramah umum (public speaking)

Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh menteri
atau pejabat kesehatan lain.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio,
pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendidikan
kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.

d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan


kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)

e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab


/konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan
massa.

f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang
dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Macam-Macam Metode Pendidikan
Setelah kita telaah berbagai prinsip metode pendidikan yang tersebut pada tulisan
sebelumnya, dapat ditarik benang merahnya bahwa dari prinsip-prinsip itulah sebenarnya
telah lahir berbagai macam metode pendidikan. Metode-metode tersebut sama sekali tidak
bertentangan dengan metode-metode modern yang diciptakan oleh para ahli pendidikan saat
ini.

Macam-macam metode dapat dilihat dari dua sisi, yaitu metode dari sisi internal
materi dan metode dari sisi eksternal materi.

a. Metode Internal Materi

Yang dimaksudkan disini adalah cara penyampaian bahan materi pelajaran yang
efektif agar cepat dipahami oleh peserta didik. Jadi titik tekan metode ini adalah pemahaman
materi pendidikan yang meliputi teks ataupun non-teks. Di antara metode-metode tersebut
adalah:

1. Metode Induktif

Metode ini bertujuan untuk membimbing peserta didik untuk mengetahui fakta-fakta
dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan atau induksi. Dalam
melaksanakan metode ini pendidik hendaknya memulai dari bagian-bagian yang kecil untuk
sampai pada undang-undang umum, pendidik memberi contoh detail yang kecil, kemudian
mencoba memandingkan dan menentukan sifat-sifat kesamaan untuk mengambil kesimpulan
dan membuat dasar umum yang berlaku terhadap bagian-bagian dan contoh-contoh yang
sudah diberikan maupun yang belum diberikan.

2. Metode Deduktif

Metode ini merupakan kebalikan dari metode induktif, dimana perpindahan menurut
metode ini dari yang umum kepada yang khusus, jadi metode ini sangat cocok bila digunakan
pada pengajaran sains, dan pelajaran yang mengandung perinsip-perinsip, hukum-hukum, dan
fakta-fakta umum yang dibawahnya mengandung masalah-masalah cabang. Metode ini
sebagai pelengkap dari metode induktif, maka sebaiknya seorang guru menggabungkan
diantara dua metode tersebut.

Metode ini juga telah digunakan oleh para tokoh pendidikan Islam sebelumnya dalam
perbincangan dan pembuktian kebenaran pikiran dan kepercayaan terhadap karya-karya
mereka, terutama ketika mereka menghubungkan dengan ilmu logika.

3. Metode Dialog (Diskusi)

Metode ini biasanya dikemas dalam tanya jawab, hal ini dimaksudkan agar peserta
didik dapat memahami materi secara lebih mendalam. Metode ini terdapat dalam Al Qur`an
surat Al Ankabut ayat 46: “Dan janganlah kamu berdebat denganAhli kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[1154], dan
Katakanlah: “Kami Telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan
yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami Hanya kepada-
Nya berserah diri”.

Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa diskusi atau dialog harus dilaksanakan
dengan cara yang baik. Cara yang baik ini perlu dirumuskan lebih lanjut, sehingga timbullah
etika berdiskusi, misalnya tidak memonopoli pembicaraan, saling menghargai pendapat orang
lain, kedewasaan pikiran dan emosi, berpandangan luas dan sebagainya.[1]

b. Metode Eksternal Materi

Pelaksanaan proses pendidikan tentunya tidak cukup hanya pada pemahaman materi
saja, namun yang terpenting dan yang menjadi esensi dari pelaksanaan pendidikan tersebut
adalah pendemonstrasian dan transformasi pada kehidupan riil. Maka hal ini yang kami sebut
dengan sisi eksternal materi yang sangat urgen dalam pemilihan metode penyampaiannya.

Dibawah ini adalah metode yang perlu diperhatikan demi terwujudnya esensialitas
pendidikan:

1. Metode Teladan

Keteladanan merupakan bahan utama dalam pendidikan, karena mendidik bukan


sebatas penyampaian materi saja, melainkan membangun karakter dalam setiap jiwa peserta
didik, oleh karena itu pendidik mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta
didik mengenai tingkah laku dan perbuatannya yang dapat dibuat contoh dan di ikutinya.

2. Metode Cerita

Metode cerita atau kisah dianggap efektif dan mempunyai daya tarik yang kuat sesuai
dengan sifat alamiah manusia yang menyenangi cerita, oleh karena itu Islam
mengeksplorasikan cerita menjadi salah-satu tehnik dalam pendidikan

3. Metode Pembiasaan

Menjadikan pembiasaan sebagai sebuah metode pendidikan memang sangat tepat,


dalam pembiasaan peserta didik tidak dituntut secara serta merta menguasai sebuah materi
dan melaksanakannya, memang dalam pemahaman sangat gampang namun dalam
pengamalan yang agak sulit untuk terealisasikan, maka dari itu dibutuhkan sebuah proses
dalam mencapainya, yaitu, melalui pembisaan.

Disamping macam-macam metode diatas, metode pendidikan juga dapat digolongkan


menjadi 3 macam dilihat dari sudut pandang kewajiban dan kegunaannya bagi pendidik,
yaitu: pertama, metode yang umum (secara tradisional) dikuasai oleh semua pendidik; kedua
metode yang secara khusus dipelajari oleh pendidik; dan yang ketiga, metode yang khusus
digunakan untuk menilai pelaksanaan program pendidikan.[2]

Metode yang Umum

Metode ini sudah dikenal dan dikuasai oleh semua pendidik melalui pengalaman dan
sudah digunakan tanpa ada pendidikan atau diklat khusus. Metode ini mencakup latihan dan
meniru, yaitu, melatih anak didik menguasai tujuan tertentu dengan disertai peniruan. Dalam
metode ini pendidik sudah menguasi materi yang akan disampaikan pada peserta didik dan
sudah dipraktekkan sendiri

Metode ini digunakan dalam pendidikan di keluarga, lingkungan tetangga, dan juga
disekolah dalam rangka pembentukan kebiasaan, pola tingkah laku, keterampilan, sikap, dan
keyakinan.

Metode yang secara Khusus Dipelajari oleh Pendidikan

Pendidik harus mempunyai kematangan dalam metode-metode. Dia harus menguasai


ilmu pengajaran untuk menguasai metode-metode mengajar seperti ceramah, diskusi,
bermain peran dan sebagainya.

Seorang pendidik tidak serta-merta bisa mentransformasikan materi pendidikan


dengan baik tanpa menguasai metode-metode khusus, dan dia tidak akan bisa menguasai
metode tersebut tanpa adanya spesialisasi sebuah disiplin ilmu, seperti wawancara, studi
kasus, dan observasi yang harus dipelajari oleh calon konselor sebagai bimbingan dan
konseling.

Metode yang Khusus Digunakan untuk Menilai Pelaksanaan Program Pendidikan

Pada umumnya metode ini disebut dengan metode penelitian pendidikan, jadi metode
ini digunakan dalam rangka pengembangan dan kemajauan pendidikan, antara lain dari
metode ini adalah survei, eksperimen yang menggunakan alat ukur seperti tes, wawancara,
observasi, dan sebagainya.
ILMU MAKALAH PERUBAHAN PERILAKU
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak
dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak
ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan,
kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan
pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit dan eksplisit atau bersifat tertutup
dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen.
Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya
untuk memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk
merubah orang lain
dan memecahkan masalah.
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner,
cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media
massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu
akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian
besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,
menyimpulkan dan evaluasi.
Dalam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal yang penting karena
untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang di berikan berjalan efektif.
Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai dari perubahan perilaku dari penerima
promosi kesehatan.Olehnya, makalah ini membahas perubahan perilaku secara spesifik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang dimuka, maka saya menulis rumusan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari perubahan?
2. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari perilaku?
3. Apa sajakah yang menjadi tinjauan dari perubahan perilaku?
1.3 TUJUAN
Dari rumusan penelitian di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tinjauan mengenai perubahan
2. Untuk mengetahui tinjauan mengenai perilaku
3. Untuk mengetahui tinjauan mengenai perubahan perilaku

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TINJAUAN MENGENAI PERUBAHAN


2.1.1 pengertian
Banyak definisi pakar tentang berubah , dua diantaranya yaitu :
Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda
dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987)
Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau
institusi (Brooten,1978)

2.1.2 Teori – Teori Perubahan


1. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan seorang
manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
a. Ada perubahan yang akan dilakukan
b. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
c. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
d. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya

Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :


a. Diagnosis
b. Penetapan objektif bersama
c. Penekanan kelompok
d. Informasi maksimal
e. Diskusi tentang pelaksanaan
f. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-orang yang akan
terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga diharapkan mereka mampu mengontrol
perubahan tersebut.

2. Teori Lewin
Lewin mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :
1. Tahap Unfreezing
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem.
2. Tahap Moving
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari dukungan dari
orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.
3. Tahap Refreezing
Setelah memiliki dukungan dan alternatif pemecahan masalah perubahan
diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari sistem nilai yang dianut. Tugas perawat
sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masih menghambat perubahan.

3. Teori Lippitt
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippitt mengungkapkan tujuh
hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam sebuah perubahan yaitu :
a. Mendiagnosis masalah
b. Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah
c. Mengkaji motivasi dan sumber-sumber agen
d. Menyeleksi objektif akhir perubahan
e. Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah
f. Mempertahankan perubahan
g. Mengakhiri hubungan saling membantu

4. Teori Rogers
Teori Rogers tergantung pada lima faktor yaitu :
a. Perubahan harus mempunyai keuntungan yang berhubungan
b. Perubahan harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada
c. Kompleksitas
d. Dapat dibagi
e. Dapat dikomunikasikan

5. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan
yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
1. Membangun suatu hubungan
2. Mendiagnosis masalah
3. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
4. Memilih jalan keluar
5. Meningkatkan penerimaan
6. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri

6. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau
untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah.
Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley
1. Mengenali gejala
2. Mendiagnosis masalah
3. Menganalisa jalan keluar
4. Memilih perubahan
5. Merencanakan perubahan
6. Melaksanakan perbahan
7. Mengevaluasi perubahan
8. Menstabilkan perubahan

2.2. TINJAUAN MENGENAI PERILAKU


2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner,
cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media
massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu
akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian
besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,
menyimpulkan dan evaluasi.
Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat
terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995)
menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara
tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka,
mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social
(Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat
diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara
menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan
pertanyaan berbentuk skala.
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993)
perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan
sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam
dirinya.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar
diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam
proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan
keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya
bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya
perilaku tersebut.
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas
dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang
sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan
kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan
perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku
adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau
secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum
dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku
makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang


Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan
predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan
tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh
sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan
perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi
bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap
seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut,
melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

2.2.3 Aspek Perilaku


Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni :

 Aspek fisik
 Aspek psikis
 Aspek sosial

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti


pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap dan sebagainya.

2.2.4 Faktor Pembentuk Perilaku


Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :

 Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan,


sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
 Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
 Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan


oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat
yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

2.3 PERUBAHAN PERILAKU


2.3.1 Teori-Teori Perubahan Perilaku
a) Teori S-O-R:
Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons.
Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan
(stimulus).
Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning
process).
Materi pembelajaran adalah stimulus.
Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:
a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
• Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
• Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

b) Teori “Dissonance” : Festinger


Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau
alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari
luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan
(dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan
melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali
terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang
seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan
kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus
(anjuran perikasa hamil).

c) Teori fungsi: Katz


Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek
perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip teori fungsi:
a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)
c. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)

d) Teori “Driving forces”: Kurt Lewin


Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces)
dan kekuatan penahan (restraining forces).
Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan
tersebut.
Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
e) Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)
Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan didasarkan atas partisipasi
masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan
sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana &
petugas kesehatan.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan
terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap
penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan
memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu
sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan
yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan
perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan Pendidikan Kesehatan
Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus
bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat
mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:
a) Ancaman
• Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau kesediaanmenerima diagnosa
penyakit)
• Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya
b) Harapan
• Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan
• Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu
c) Pencetus tindakan:
• Media
• Pengaruh orang lain
• Hal-hal yang mengingatkan (reminders)
d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender, sukubangsa)
e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu)
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu. Contoh:
kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang menganggap penyakit itu
tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular olehnya karena diantara
anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Keputusan untuk mengambil
tindakan/upaya penanggulangan atau pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi
individu tentang keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk
melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri.
Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya dipengaruhi oleh latar
belakang sosio-demografi si individu. Untuk menguatkan keputusan bertindak, diperlukan
faktor pencetus (berita dari media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan).
Jika faktor pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar
melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah penyakit
tersebut.
Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
• Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
• Menganggap serius masalah
• yakin terhadap efektivitas pengobatan
• tidak mahal
• menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan

2.3.2. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku


a. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam
(lingkungan) secara alamiah
b. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang
direncanakan oleh yang bersangkutan
c. Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses
internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada
setiap individu.

2.3.3. Strategi Perubahan Perilaku


1. Inforcement:
a. Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau
perundangan.
b. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)

2. Persuasi
Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi. Melalui pesan
seperti jangan makan babi karna bisa menimbukkan penyakit H1N1. Melalui diskusi seperti
diskusi tentang abortus yang membahayakan jika digunakan untuk alasan yang tidak baik
3. Fasilitasi
Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Dengan penyediaan
sarana dan prasarana ini akan meningkatkan Knowledge (pengetahuan) Untuk melakukan
strategi ini mmeerlukan beberapa proses yakni kesediaan, identifikasi dan internalisasi.
4. Education:
a. Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian
informasi atau penyuluhan-penyuluhan.
b. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.
2.3.4 Cara-Cara Perubahan Perilaku
Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :
1. Dengan Paksaaan.
Ini bisa dengan :
a. Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak mentaati
instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau peraturan tidak membuang sampah
disembaerang tempat, dan ancaman hukuman atau denda jikatidak mentaatl.
b. menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita kalau tidak mengerjakan
apa yang dianiurkan Misal: menyampaikan kepada ibu-ibu bahwa anaknya bisa mati kalau
tidak diberi oralit waktu mencret
2. Dengan memberi imbalan.
lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan yang
tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.
Contoh:
- kalau ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diimunisasi, maka
anaknya akan sehat, (ini juga imbalan non materi)
Dalam hal ini orang berbuat sesuatu karena terdorong atau tertarik oleh imbalan
tersebut, bukan karena kesadran atau keyakinan akan manfatnya.

3. Dengan membina hubungan baik.


Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan
masyarakat. biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran kita untuk
berbuat sesuatu, karena ingin memelihara hubungan baiknya dengan kita. Misal: Pak Lurah
membuat jamban karena tidak ingin mengecewakan petugas kesehatan yeng sudah
dikenalnya dengan baik Jadi bukan karena kesadarannya akan pentingnya jamban tersebut.
4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.
Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru Karena itu usahakanlah agar Puskesmas
dengan lingkungannya bersih, para petugas nampak bersih, rapi dan ramah. Selain itu, para
petugas juga berperilaku sehat. misalnya tidak merokok, tidak meludah disembarang tempat,
tidak membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Dibeberapa tempat disediakan
tempat sampah agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan contoh
seperti ini biasanya orangakan ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat
5. Dengan memberikan kemudahan.
Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka Puskesmas
didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian hingga masyarakat.
mampu membayar pelayanannya yang baik dan ramah, tidak usah menunggu lama. dan
sebagainya. Semua ini merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat
akan tergerak untuk memanfaatkan Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas
berlokasi dekat dengan masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas keliling.
6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi
Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang benar
tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak
langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau ceritera, bagaimana
bahayanya perilaku yang lidak sehat , dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini
diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat
Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin
banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan
pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.
Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali
berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara lainnya.
Dari keenam cara diatas dapat disimpulkan bahwa sesorang atau kelompok akan
terdorong untuk berbuat sesuatu kalau di sadari bahwa dengan berbuat sesuatu kalau sisadari
bahwa dengan berbuat sesuatu itu, kebutuhan nya bisa terpenuhi. Atau kebutuhannya
terancam kalau tidak berbuat.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda
dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987). Dalam berubah terdapat beberapa teori
perubahan yaitu Teori Redin, Teori Lewin, Teori Lippitt, Teori Rogers, Teori Havelock dan
Teori Spradley.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Sedangkan aspek
perilaku berupa aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial.
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner,
cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).
Dalam perubahan perilaku terdapat teori-teori yang membahas menegenai perubahan
perilaku yakni Teori S-O-R, Teori “Dissonance” : Festinger, Teori fungsi: Katz, Teori
“Driving forces”: Kurt Lewin dan Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan).
Sedangkan bentuk-bentuk perubahan perilaku berupa perubahan alamiah (natural
change) , Perubahan terencana (planned change) , dan Kesiapan berubah (Readiness to
change). Untuk melakukan perubahan maka harus memiliki strategi, maka strategi perubahan
perilaku berupa Inforcement, Persuasi, Fasilitasi dan Education.
Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :
1. Dengan Paksaaan.
2. Dengan memberi imbalan.
3. Dengan membina hubungan baik.
4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.
5. Dengan memberikan kemudahan.
6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi

Anda mungkin juga menyukai