Seperti yang dikatakan oleh Gregoire didalam salah satu bukunya ( 2010;85 ),
perencanaan dapur dan mengatur area kerja untuk meminimalkan biaya operasional dan
memaksimalkan produktivitas merupakan kegiatan penting bagi seorang manajer
foodservice. Perencanaan untuk dapur baru dapat mengambil waktu beberapa bulan atau
tahun untuk menyelesaikannya, sebagian besar rumah sakit dan sekolah food service yang
terlibat dalam proses untuk merencanakan dapur baru, member kesimpulan bahwa proses
perencanaan membutuhkan waktu lebih dari 7 bulan untuk menyelesaikan( Nettles, Gregoire,
& Canter,1997; Nettles & Gregoire,2000 ).
Perencanaan dapur melibatkan baik desain dan komponen tata letak dan pertimbangan
prinsip-prinsip alur jalan. Desain berfokus pada perencanaan ruang secara keseluruhan dan
meliputi ukuran, bentuk, gaya, dan dekorasi ruang. Layout mengacu pada pengaturan detail
dari peralatan, ruang lantai, dan ruang kontra.
Menurut Gregoire ( 2010;86 ) Flow adalah pergerakan produk atau orang dalam sebuah
operasional. Hal ini harus menjadi topik penting dalam proses perencanaan. Dua jenis aliran
(Flow) yang umumnya dibahas yaitu, produk dan traffic. Product Flow adalah pergerakan
makanan yang dimulai dari receiving dan kemudian diproduksi untuk pelanggan dan
berlanjut ke tempat pencucian sampai tempat pembuangan sampah. Traffic Flow adalah
pergerakan karyawan selama operasional untuk mereka menyelesaikan pekerjaan mereka.
Salah satu tujuan dalam merencanakan dapur baru dan ruang untuk melayani adalah untuk
memiliki satu rute perputaran dimulai dari receiving sampai dengan pencucian.
Dengan memiliki sebuah rute perputaran dapat mengurangi penurunan kinerja dan gerakan
crossover antara tamu dengan makanan yang dibawa. Almanza, Kotschevar, and Terrel
(2000) merekomendasikan aturan penanganan bahan-bahan dalam hubungannya dengan
perputaran (Flow) :
Simpan pada tempat penyimpanan
Letakan tempat penyimpanan kering, lemari pendingin dan chiller dekat dengan area
kerja yang akan digunakan untuk mengolah produk.
Memberikan pergerakan yang efisien.
Menyimpan barang berdasarkan fungsinya dengan menaruh barang yang sering
dipakai di daerah yang mudah dijangkau. Simpanlah barang yang berat di posisi
bawah dan barang yang ringan di posisi atas.
Memakai ruang secara efisien dengan menyediakan ukuran detail.
Merencanakan kedalaman dan jarak antar tempat sesuai dengan produk yang akan
diletakan.
Meminimalisir penanganan dan penyimpanan.
Lokasikan tempat penyimpanan dekat dengan area receiving. Gunakan gerobak atau
alat pemindah lainnya untuk memindahkan barang dari receiving ke tempat
penyimpanan.
Systemize
Atur dengan rapi untuk tempat penyimpanan. Pengelompokan posisi barang tidak
jauh dari yang lainnya.
Lakukan praktek penanganan yang praktis
Gunakan alat angkat dan perangkat mekanik lainnya untuk mengangkat dan
memindahkan produk. Jaga kebersihan lorong dan tidak ada produk disepanjang jalan
tersebut. Membentuk arus lalu lintas (Traffic Flow) yang tetap atau permanen.
Komunikasi
Gunakan sinyal lampu, cermin, tombol alarm, dan transmisi elektronik pesan untuk
memfasilitasi komunikasi gerakan produk.
Tempat penyimpanan kering dan lemari pendingin / freezer dari makan University dining
center ini direncanakan akan berdekatan dengan receiving dan ke daerah persiapan cold and
hot foods. Masalah ini dipertimbangkan pada tahap perencanaan yang meliputi berikut :
Dry Storage
Refrigerator
Freezer Storage
Receiving
Offices
Cold Food Production
Cafetaria Service Area
Hot Food Production
Ware Washing18
Dapur merupakan bangunan atau ruang yang digunakan untuk menjalankan kegiatan-
kegiatan dalam penyelenggaraan makanan. Ada dua jenis dapur yang berkembang saat ini,
yaitu dapur basah dan kering. Namun demikian, kedua jenis dapur tersebut juga dapat
diaplikasikan sekaligus. Pilihan jenis dapur yang digunakan tentunya akan berpengaruh pada
pilihan desain kitchen set-nya.
Dapur basah merupakan jenis dapur yang berfungsi sebagai ruang untuk melakukan
kegiatan memasak dan mencuci, termasuk juga kegiatan menghangatkan makanan dan
minuman sebelum dihidangkan. Dapur basah biasanya memiliki kitchen equipment yang
lengakap, mulai dari table top sebagai meja kerja, lemari kabinet sebagai ruang penyimpanan,
sink, dan kompor.
C. TIPE-TIPE DAPUR
1.Conventional Kitchen
Tipe dapur dimana bahan yang dimasak seluruhnya terdiri dari bahan mentah terlihat dari
area/ruang pada dapur yang lengkap. Biasanya digunakan pada perusahaan kecil yang
menawarkan menu tidak terlalu luas dan banquet yang tidak terlalu besar. Seluruh bagian
atau area dapur dapat ditempatkan menjadi satu ruang, dimana bagian preparation dan
bagian finishing ditempatkan pada area yang sama serta semua makanan panas dilayani
dalam satu outlet kitchen.
2. Combined Preparation and Finishing Kitchen
Combined Preparation and Finishing Kitchen adalah tipe dapur yang biasanya terdapat
pada perusahaan ukuran menengah yang memungkinkan untuk mempersiapkan sejumlah
standar menu dan porsi tertentu. Bentuk dapur ini sangat berbeda dengan bentuk dapur
conventional karena di sini terdapat pemisahan antara bagian yang mempersiapkan
dengan bagian yang mengolah makanan. Tipe dapur dimana dalam proses produksi
mengkombinasikan bahan mentah dan makanan yang telah matang. Biasanya digunakan
pada perusahaan ukuran menengah, sejumlah menu sudah terstandarisasi, preparation dan
finishing dipisahkan dalam dua blok.
3. Tipe L (L Shape)
Model ini bisa diterapkan pada ruang yang terbatas. Jalur sirkulasi pada dapur L relatif
lebih nyaman. Bentuknya yang siku memungkinkan pengelompokan antara dapur bersih dan
kotor ditempatkan pada 2 dinding yang berpotongan (di sudut). Keuntungan dari tipe dapur
ini memuat tempat dan peralatan yang lebih banyak, cocok untuk ruangan dapur
yang mempunyai panjang ruangan terbatas, cocok untuk memisahkan dua kelompok
peralatan dan pembagian kerja dapat lebih merata. Kerugiannya memerlukan waktu dan
energi yang lebih banyak.
4. Tipe U (U shape)
Bentuk dapur U biasanya menempati tiga dinding dan dapat digabungkan dengan bar.
Dapur U bisa dimanfaatkan untuk penyimpanan yang cukup luas. Salah satu tipe dapur yang
dapat menciptakan tempat penyimpanan peralatan yang cukup banyak dan efektif. Penataan
zonanya lebih fleksibel, tergantung kebutuhan penggunanya. Cocok untuk ruangan dapur
kecil dengan sedikit pekerja. Kerugiannya ruang gerak pekerja terbatas dan bila peralatan
terlalu banyak terkesan tidak rapi.
6. Tipe G
Dapur tipe ini sama dengan menutupi seluruh dinding dapur dengan kabinet. Apabila
ruang dapur cukup besar dan membutuhkan banyak tempat penyimpanan alat-alat makan
yang jarang dipakai, tipe ini bisa digunakan. Namun banyak desainer dapur modern saat ini
tidak akan menyarankan menggunakan desain model ini. Disamping banyak terjadi ruang
mati pada kabinet-kabinet sudut, juga dapur akan terlihat penuh dan kurang memberi
kenyamanan secara psikologis.
7. Tipe Parallel back to back
Dapur dengan tipe parallel back to back antar pekerja melakukan kegiatan dengan
posisi saling membelakangi, bekerja tanpa harus bertabrakan, cocok untuk ruang dapur yang
luas, memuat tempat dan peralatan yang lebih banyak dan pembagian kerja dapat lebih
merata serta hasil produksi dapat lebih banyak, sering digunakan untuk penyelenggaraan
makanan komersial. Gambar tipe parallel back to back seperti berikut.
6) Asap Dapur
Asap dapur harus segera dikeluarkan di dapur, sebelum dibuang asap dapur
disaring dengan saringan lemak (grase filter).
c. Peralatan dapur
Faktor perlengkapan dan peralatan memegang peranan penting selain letaknya, bentuk
serta konstruksi alat-alat juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan di tempat kerja.
Oleh karena itu tempat untuk penyelenggaraan makanan hendaknya ruang dapur cukup luas
untuk peralatan dan manusia serta lalu lintas bahan makanan. Manusia ataupun alat
perlengkapan kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis, serta tersedianya
ruang istirahat pegawai merupakan faktor lain yang perlu dipertimbangkan di dalam ruang
dapur selain penerangan dan ventilasi harus cukup (Mukrie, 1996).
Desain diartikan merancang bangunan gedung/area yang akan dibuat yang meliputi luas
dapur, bentuk/shape dan gaya/stlyle. Luas dapur sangat tergantung dari besar kecilnya
kegiatan di dapur. Luas dapur suatu saat akan berkembang menjadi lebih luas bila ada
permintaan yang semakin meningkat. Bentuk dapur juga perlu dirancang sesuai dengan
kegiatan yang akan dilakukan dan tidak kalah penting gaya atau model bangunan serta
dekorasi perlu dirancang bersama dengan tim interior.
Lay out diartikan sebagai merancang tata letak ruangan yang diperlukan agar terjadi alur
kerja dan alur produksi yang searah dan tidak bertabrakan. Selain itu juga menyangkut tata
letak alat-alat di area produksi dan distribusi serta menyangkut alur kerja. Syarat alur kerja
yang baik :
1. Pekerja sedapat mungkin dilakukan menurut salah satu arah/continous (hindari
arus bolak balik atau simpang siur) menggunakan sedikit waktu dan energi.
2. Bahan makanan tidak terlalu lama menunggu sebelum proses.
3. Penggunaan ruangan dan alat semaksimal mungkin.
Perencanaan desain dan lay out dapur adalah kegiatan merencanakan secara tim
atau perorangan untuk membangun gedung dan menetapkan peralatan dapur
dengan seefisien dan seefektif mungkin agar penyelenggaraan makanan dapat
mencapai tujuan.
Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan desain dan lay out dapur
adalah:
1. Lay out, desain dan fasilitas harus berdasarkan menu/pola menu. Pada pola
menu makanan Indonesia, maka harus ada sarana untuk mencuci beras dan
mengolah nasi (rice cooker), lauk hewani, lauk nabati, sayur dan makanan
kecil/snack.
2. Desain harus mempertimbangkan perubahan terhadap masa mendatang (fasilitas
baru, item menu baru, perkembangan alat-alat dan mesin). Setiap institusi
diharapkan dapat berkembang, sehingga perlu disediakan lahan untuk
pengembangan yang dapat diprediksi.
3. Perencanaan juga harus mempertimbangkan berbagai bentuk
energi yang akan digunakan karena akan menyangkut biaya/cost.
4. Desain dan fasilitas yang dihasilkan harus dapat mengantisipasi lingkungan
seefisien mungkin karena hal ini menyangkut produktifitas kerja dan kenyamanan
konsumen.
5. Menetapkan alur kerja rutin dan lancar.
6. Sedapat mungkin semua kegiatan dilakukan pada lantai yang sama.
7. Membuat jarak seminimal mungkin antara area produksi dengan pusat penyajian.
8. Mengatur pusat kerja di dapur secara rapi.
9. Merancang kondisi tempat kerja agar lebih produktif.
10. Merancang dalam segi sanitasi dan keselamatan kerja.
11.Perencanaan desain dan lay out dapur memerlukan tim perencana yang akan
bekerja sehingga bisa memenuhi apa yang diharapkan.
Bakri, Bachyar dkk. Buku Ajar Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan (Food
Sevice Management) Aplikasi di Rumah Sakit, Institusi Komersial dan Non Komersial. 2013.
https ://pabrikkitchenset.wordpress.com/tipe-layout.dapur
Khan, Mahmood A. Food Service Operations. AVI Publishing Company. Wesport. 1987.
Pendidikan Tenaga Gizi Pusat bekerjasama dengan Akademi Gizi Depkes RI Jakarta. Jakarta.
Permenkes No.24 Tahun 2016 tentang Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
Theis, Monica. Payne, June Palacio. Introduction to Foodservice. American Prentice-
Hall,Inc. 1998.
Makalah
Disusun oleh:
TAHUN AJARAN
2018/2019