Anda di halaman 1dari 37

Senin, 19 Desember 2011

IDENTIFIKASI ASAM AMINO MELALUI UJI KUALITATIF

IDENTIFIKASI ASAM AMINO MELALUI UJI KUALITATIF

OLEH :
I GEDE BAJAWAN DEWANTARA
0903051016

ANALIS KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2011
ABSTRAK
Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah dan tersusun dari molekul-
molekul kombinasi dua puluh jenis asam amino. Asam amino memiliki sifat tertentu sesuai
dengan letak gugus Rnya. Dari gugus R asam amino akan dapat diketahui sifat asam amino
sedangkan apabila sifat-sifat tersebut diketahui, maka jenis asam amino akan dapat diketahui.
Karena peranannya yang sangat penting, mengakibatkan perlu dilakukan analisis asam amino
dari sampel yang mengandung protein. Percobaan yang dilakukan pada tanggal 29 Maret
2011 menggunakan uji kualitaitif dalam menentukan keberadaan asam amino yaitu dengan
uji millon, uji hopkins-cole dan uji ninhidrin. Uji positif terlihat dari albumin (putih telur)
yang membentuk kompleks warna merah setelah dipanaskan, pada uji hopkins-cole positif
untuk triptofan setelah penambahan H2SO4 pekat dengan terbentuknya lapisan berwarna ungu
pada sampel, dan uji ninhidrin positif untuk albumin, glisin dan triptofan dengan membentuk
lapisan berwarna biru pada bagian permukaan pada sampel.

Kata Kunci : Protein, asam amino, uji kualitatif, uji millon, uji hopkins-cole, uji ninhidrin.

PENDAHULUAN
Protein yang namanya berarti “pertama” atau “utama” merupakan makromolekul
yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada
hampir semua organisme. Protein tidak hanya merupakan mekromolekul yang paling
berlimpah, tetapi memiliki fungsi yang amat bervariasi dikarenak dprotein adalah instrumen
yang menginformasikan masing-masing ciri dari setiap organisme yang memiliki sifat
tersendiri yang ditentukan oleh gen yang sesuai. Secara sederhana, protein dibedakan karena
masing-masing mempunyai deret unit asam amino tersendiri. Asam amino merupakan abjad
dari protein yang molekul-molekulnya dapat tersusun yang hampir tidak terhingga untuk
membuat protein yang tidak terhingga pula (Lehninger, Albert L. 1982).

Gambar 1. Asam Amino

Telur merupakan salah satu contoh sederhana sumber protein yang tersusun dari
protein putih telur dan protein kuning telur. Komposisi putih telur tersusun dari 10-11%
protein dasar basah, ovalbumin 70% dari total protein, canalbumin 9% dari total protein,
ovoummucoid 13% dari total protein. Kuning telur terdiri dari hipovitelin dan hipotellenin
(Agus. 2009). Secara umum, semua jenis protein disusun atas rangkaian dan kombinasi dari
dua puluh asam amino. Ke dua puluh asam amino tersebut diantaranya alanin, valin, leusin,
triptofan, metionin, isoleusin, prolin, fenilalanin, serin, glisin, threonin, sistein, asparagin,
glutamin, tirosin, asam aspartat, asam glutamat, arginin, lisisn, dan histidin. Asam amino
yang merupaakan molekul organik memiliki massa molekul rendah antara 100-200 Da dyang
mengandung setidaknya satu gugus karboksil dan gugus amino. Asam amino terdiri dari
protein baku yang semuanya merupakan asam α-amino kecuali prolin dan hidroksi prolin.
Protein yang memiliki sifat berbeda dikarenakan deret asam amino tersebut, yang lebih
khusus lagi yaitu di dalam asam amino terjadi variasi dikarenakan letak gugus R atau rantai
sampingnya. Dari gugus R asam amino akan dapat diketahui sifat-sifat baik kimia maupun
fisiknya maka dari itu dari sifat-sifat yang teridentifikasi akan dapat diketahui jenis dari asam
amino tersebut (Tika, I Nyoman. 2010).
Asam amino memiliki peran yang penting dalam kehidupan terutama dalam
metabolisme yaitu berperan sebagai bangunan blok protein yang linier dari asam amino. Oleh
karena peranannya yang sangat penting, maka perlu dilakukan suatu analisis untuk
mengidentifikasi keberadaan asam amino terseb ut dalam protein. Cara yang dapat dilakuka
untuk menganalisis asam amino dalam protein dapat dilakukan dengan uji kualitatif dan juga
uji kuantitatif. Uji kualitatif didasarkan atas ada tidaknya asam amino dalam suatu sampel
protein dengan melihat dari sifat-sifat yang tejadi pada uji kualitatif. Untuk uji kuantitatif
ditujukan kepada jumlah asam amino yang terkandung di dalam sampel protein. Pada
percobaan kali ini dilakukan uji kualitatif dengan uji millon, uji hopkins-cole dan uji
ninhidrin.
Uji Millon yang menggunakan pereaksi Milon adalah larutan merkuro dan merkuri
nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein maka akan
menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada
dasarnya rekasi ini positif untuk fenol karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksil yang berwarna. Tetapi khusus untuk proteoso dan pepton secara langsung akan
menghasilkan larutan yang berwarna merah. Endapan yang terbentuk berupa garam kompleks
dari tirosin yang ternitrasi. Jika larutan protein yang akan dianalisis ada dalam suasana basa,
maka terlebih dahulu harus dinetralisasi dengan asam (bukan HCl). Jika tidak ion merkuri
dari pereaksi akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Ion Cl- dapat bereaksi dengan asam nitrat
menghasilkan radikal klor (Cl2). Radikal klor dapat merusak kompleks berwarna (Tika, I
Nyoman. 2010).
Uji Hopkins-Cole merupakan pereaksi yang dapat bereaksi dengan larutan protein
yang mengandung triptofan dikarenakan kandungan asam glioksilat (HCOO-CHO). Pereaksi
ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk mangnesium dalam air. Setelah dicampur dengan
pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan
di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara
kedua lapisan tersebut. Karena triptofan merupakan satu-satunya asam amino yang
mengandung cincin indol, maka uji ini dipakai untuk identifikasi larutan asam amino
triptofan dan protein yang mengandung asam amino triptofan. Cincin ungu yang tampak pada
bidang batas antara kedua cairan adalah hasil kondensasi triptofan dengan gugus aldehida
dari asam glioksilat dalam suasana asam sulfat.
Uji Ninhidrin terjadi apabila ninhidrin dipanaskan bersama asam amino maka akan
terbentuk kompleks berwarna. Asam amino dapat ditentukan secara kuntitatif dengan jalan
menggunakan intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam amino
tersebut. Pada reaksi ini dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga asam amino dapat ditentukan
secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Prolin dan
hidroksi prolin menghasilkan warna kompleks yang berbeda warnanya dengan asam amino
lainnya. Kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua molekul ninhidrin yang
bereaksi dengan ammonia yang dilepaskan pada oksidasi asam amino. Hasil uji positif pada
uji ninhidrin diberikan pada asam amino yang mengandung asam α-amino dan peptida yang
memiliki gugus α-amino yang bebas.

TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan praktikum identifikasi asam amino dan protein melalui uji
kualitatif yaitu uji millon, uji hopkins-cole dan uji ninhidrin.

METODE
Pada Identifikasi Asam Amino melalui uji kualitatif yang dilakukan pada tanggal 29
Maret 2011 di lab Analis Kimia dilakukan diawali dengan tahap persiapan yaitu menyiapkan
alat dan bahan serta pembuatan reagen uji. Adapun alat dan bahan serta cara pembuatan
reagen uji sebagai berikut,

Alat dan Bahan


-
Pembuatan Reagen
Reagen Hopkins-Cole dibuat dengan 5 gram Pb(II)asetat ditimbang dan dilarutkan dalam
akuades hingga 50 mL. 2 gram Mg ditimbang dan dilarutkan dalam larutan Pb(II)asetat
tersebut. Reagen ninhidrin dibuat dengan melarutkan 0,1 gram padatan ninhidrin dalam 50
mL akuades.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Percobaan yang telah dilakukan oleh mahasiswa analis kimia pada tanggal 29 Maret
2011 dapat dilaporkan hasil praktikum sebagai berikut,

Uji Millon
Percobaan ini dilakukan dengan albumin, glisin dan triptofan. Masing-masing sampel
dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 3 mL. ke dalam masing-masing sampel diisi
dengan 5 tetes reagen millon. Hasil yang didapatkan adalah terbentuknya endapan putih pada
sampel albumin, sedangkan pada glisin dan triptofan tidak terjadi perubahan. Sampel tersebut
kemudian dipanaskan dengan air mendidih selama beberapa menit. Pada albumin terbentuk
endapan berwarna merah, terdapat pula endapan berwarna kuning pucat dan sedikit cairan
keruh. Pada glisin tidak terjadi perubahan sedangkan pada triptofan terjadi perubahan warna
pada sampel menjadi berwarna merah bening. Berdasarkan teori yang ada maka pada
albumin mengandung tirosin dengan terbentuknya warna merah pada sampel setelah
dipanaskan.
Endapan putih yang terbentuk setalah penambahan reagen millon merupakan endapan
dari merkuri yang berasal dari terbentuknya ion Hg+ dari terlarutnya Hg dalam HNO3. Ion
Hg+ akan membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin.

Gambar 2. Reaksi pengendapan pada uji millon

Endapan putih yang terbentuk mengalami reaksi lebih lanjut ketika dipanaskan. Pada
pemanasan tersebut, asam nitrat yang pada awalnya bertindak sebagai pelarut mengoksidasi
ion Hg+ menjadi Hg2+. Bersamaan dengan itu, Asam amino tirosin ternitrasi. Reaksi yang
terjadi selanjutnya yaitu pembentukan oksida HgO yang berwarna merah. Reaksi yang terjadi
adalah:
Gambar 3. Reaksi pembentukan warna merah pada sampel albumin

Dalam reaksi ini, Hg bertindak sebagi oksidator, dimana reagen yang digunakan
adalah Hg ternitrasi. Gugus yang positif bereaksi dengan hidroksi fenil pada tirosin adalah (–
NO2). Bersamaan dengan terbentuknya tirosin ternitrasi, Hg yang terdapat pada larutan
teroksidasi (yang dibantu oleh pemanasan), membentuk HgO berupa endapan merah.

Gambar 4. Foto Uji Millon

Uji Hopkins-Cole
Uji ini menggunakan sampel yang sama dengan uji millon. Masing-masil sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL. kedalam masing-masing sampel
ditambahkan 2 mL reagen Hopkins-Cole. Ketiga sampel tidak mengalami peubahan. Pada
penambahan H2SO4 pekat ke dalam masing-masing sampel terjadi perubahan yaitu untuk
albumin terjadi penambahan panas pada sampel, sampel membentuk dua lapisan yaitu putih
pada bagian atas dan bening pada bagian bawah. Diantara kedua lapisan terbentuk warna
sedikit ungu. Pada glisin tidak terjadi perubahan namun terjadi penambahan panas pada glisin
hal ini dikarenakan pada glisin tidak mengandung gugus indol. Untuk triptopan terjadi tiga
lapisan yaitu pada permukaan berwarna hijau bening, pada bagian tengah berupa lapisan
berwarna ungu dan pada bagian bawah bening. Terbentuknya warna ungu dapat diterangkan
bahwa dalam sampel tersebut mengandung triptofan dimana hasil oksidasi triptofan dengan
gugus aldehid dari asam glioksilat dalam suasana asam sulfat akan membentuk warna ungu.
Pada dasarnya, uji Hopkins-Cole positif terhadap gugus indol yang terdapat pada asam amino
triptofan. Penambahan H2SO4 dalam reaksi ini selain berfungsi sebagai oksidator, juga
sebagai dehidrator bagi asam glioksilat. Reaksi dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 5. Reaksi pembentukan kompleks ungu pada uji Hopkins-Cole

Gambar 6. Foto Uji Hopkins-Cole

Uji Ninhidrin
Hasil positif ditunjukkan pada semua sampel uji. Hasil positif tersebut yaitu
terbentuknya lapisan berwarna biru pada permukaan sampel uji (albumin, glisin dan
triptofan) pada permukaan sampel. Sedangkan pada bagian bawah untuk albumin berwarna
putih, glisin bening dan triptofan sedikit kuning bening. Uji ini positif dikarenakan pada
semua sampel mengandung α-amino bebas.
Hal awal yang terjadi adalah dekarboksilasi oksidatif dari asam amino dengan larutan
ninhidrin dalm contoh ini adalah glisin yaitu sebagai berikut,

Gambar 7. Reaksi pembebasan HN3 dan CO2 oleh ninhidrin

proses dilanjutkan dengan tereduksinya ninhidrin oleh ninhidrin lainnya dan juga dengan
amoniak yang dibebaskan. Reaksinya sebagai berikut,

Gambar 8. Reaksi ninhidrin dengan ninhidrin lain beserta amoniak

Dari reaksi tersebut, dihasilkan kompleks berwarna biru atau ungu. Kompleks tersebut
sebagai berikut,

Gambar 9. Pembentukan kompleks berwarna biru atau ungu


Kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua molekul ninhidrin yang bereaksi
dengan amonia yang dilepaskan pada oksidasi asam amino.

Gambar 10. Foto Uji Ninhidrin

SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. pada uji Millon, albumin menunjukkan hasil positif dengan terjadinya perubahan warna
merah setelah dipanaskan yang menunjukkan dalam albumin terkandung asam amino tirosin.
2. Pada uji Hopkins-Cole, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya kompleks warna ungu
pada sampel trptofan yang menunjukkan triptofan mengandung gugus indol.
3. Pada uji ninhidrin, hasil posotif ditunjukkan oleh semua sampel (albumin, glisin dan
triptofan) dengan terbentuknya kompleks warna biru atau ungu pada penambahan ninhidrin
yang mengindikasikan dalam sampel tersebut terdapat α-amino bebas.

UCAPAN TERIMAKASI
Dalam praktikum ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan masukan dari
berbagai pihak sehingga terselesaikannya laporan ini tepat pada waktunya. Maka dari itu,
dengan hormat penulis ucapkan terimakasi kepada :
1. Dr. I Nyoman Tika, M.Si. dan Ni Wayan Martiningsih, S.Si. selaku dosen pengampu mata
kuliah Biokimia yang telah memberikan izin untuk melakukan praktikum ini.
2. I Putu Rahmadewa Eka Karma selaku asisten dosen yang telah memberikan arahan dalam
melakukan praktikum.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan
dukungan moril sehingga terselesaikannya laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Tika, I Nyoman. 2010. Buku Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Erawan, Agus Wahyu. 2009. Identifikasi dan Uji Kualitatif Asam Amino Albumin Telur serta pada
Asam Amino Tirosin, Fenilalanin, Triptofan, Glisin dan Sistein dengan menggunakan Uji
Millon, Hopkins-Cole, inhidrin, PbS, dan reaksi Nitroprusida. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha.

Pendahuluan
Protein adalah polimer alami yang terdiri dari beberapa unit asam amino yang
mempunyai ikatan amida dan peptida. Di dalam protein terdiri atas asam amino α, asam
karboksilat dengan gugus amino pada atom karbon C α. Peptida dan protein merupakan
polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus
karboksil.(Winarno, 2002)
Asam amino dengan protein yang terdapat di alam umumnya merupakan asam amino
dengan atom C α yang mengikat 4 gugus yang berbeda (asimetris). Konfirmasi atom C α
asam amino penyusun protein termasuk L, sedangkan bentuk D secara alamiah jarang
dijumpai di alam seperti asam amino nonprotein pada senyawa antibiotika yang dihasilkan
oleh bakteri tanah. Berdasarkan bisa tidaknya asam amino disintesis oleh tubuh manusia,
maka asam amino dibedakan menjadi asam amino esensial dan nonesensial.(Poedjiadi 1994)
Asam amino esensial berjumlah 20 jenis, asam amino esensial bersifat asimetrik
kecuali glisin yang bersifat simetrik. Asam amino memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu dapat
larut dalam air, dapat membentuk kristal, dan nilai konstanta dielektrik tinggi sehingga
memiliki sifat amfoter atau dalam keadaan zwitter ion memiliki muatan positif dan negatif
yang seimbang.(Lehninger 1993)
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini
berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur.
Protein adlaah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung unsur-umsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam
seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992).
Protein merupakan suatu polipeptida dengan BM yang sangat bervariasi dari 5000
samapi lebih dari satu juta karena molekul protein yang besar, protein sangat mudah
mengalami perubahan fisis dan aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang menyebabkan
perubahan sifat alamiah dari protein seperti panas, asam, basa, solven organik, garam, logam
berat, radiasi sinar radioaktif (Sudarmadji, 1996).
Struktur asam amino digambarkan sebagai berikut:
H
H2N C COOH

R (Lehninger, 1995).

Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H+,
sedangkan gugus amina akan menerima ion H+, seperti reaksi berikut:
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat membentuk ion
yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut juga ion amfoter (zwitterion).
Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Apabila asam amino dalam air ditambah
dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion OH-
yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ pada gugus –NH3+. Sebaliknya bila ditambahkan
asam ke dalam larutan asam amino, maka konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan
dengan ion –COO- sehingga terbentuk gugus –COOH sehingga asam amino akan terdapat
dalam bentuk (II) (Anna Poedjiadi, 1994).
Dalam suatu sistem elektroforesis yang memiliki elektroda positif dan negatif, asam
amino akan bergerak menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan asam amino yang
terdapat dalam larutan. Apabila ion asam amino tidak bergerak ke arah negatif maupun
positif dalam suatu sistem elektroforesis maka pH pada saat itu disebut pH isolistrik. Pada
pH tersebut terdapat keseimbangan antara bentuk-bentuk asam amino sebagai ion amfoter,
anion dan kation (Anna Poedjiadi, 1994).
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui gugus amino yang terkandung
pada larutan yang akan diuji. Pada uji milon untuk mengetahui ada tidaknya tirosin, uji
hopkins cole untuk mengetahui adanya triptofan, uji ninhidrin untuk menguji adanya gugus
karboksil dan gugus asam amino bebas, uji belerang untuk mengetahui adanya sistein, uji
xanthoproteat untuk mengetahui ada tidaknya inti benzena dan uji biuret untuk mengetahui
adanya gugus amino.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, pipet
volumetrik, penangas air, penjepit dan gelas piala.
Bahan yang digunakan adalah pereaksi Milon, Hopkins Cole, Ninhidrin, Belerang,
Xanthoproteat, dan Biuret. Larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, fenol
2%, NaOH 10%, Pb-Asetat 5%, NHO3 pekat , dan CuSO4 0,1%.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pukul 08.00 s.d 10.00 pada hari Rabu, 12 Oktober 2011
yang dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia FMIPA IPB Darmaga,
Bogor.
Prosedur Percobaan
Praktikum ini menggunakan 6 reaksi uji asam amino yaitu uji Milon, uji Hopkins
Cole, uji Ninhidrin, uji Belerang, uji Xanthoproteat, dan uji Biuret.
Uji Milon menggunakan pereaksi Milon yang kemudian ditambahkan ke dalam 3 ml
pada larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. Lalu dipanaskan
dan diamati. Uji Hopkins-Cole menggunakan 2 ml bahan yang akan diuji dilarutkan dalam 2
ml pereaksi Hopkins-Cole ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 3 ml asam pekat melalui
dinding tabung secara hati-hati,lalu dibiarkan hingga ter bentuk cincin violet (ungu). Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%,kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2%.
Uji Ninhidrin menggunakan 0.5 larutan Ninhidrin 0.1% ke dalam 3 ml larutan
protein, kemudian dipanaskan dalam penangas air sampai mendidih selama 10 menit. Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2%. Uji belerang
menggunakan 2 ml larutan protein yang ditambahkan 5 ml NaOH 10%,didihkan selama
beberapa menit. Kemudian menambahkan 2 tetes larutan Pb-Asetat 5%, setelah itu
dipanaskan kembali beberapa menit. Uji ini dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein 2%,
gelatin 2%, dan pepton 2%.
Uji Xanthoproteat menggunakan 2 ml larutan protein yang ditambahkan 1 ml HNO3
pekat,lalu dicampurkan dan dipanaskan selama 5 menit. Kemudian didinginkan dan
ditambahkan NaOH pekat sampai larutan menjadi basa dan terjadi perubahan warna. Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%,kasein 2%, gelatin 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. Uji
yang terakhir adalah Uji Biuret yang menggunakan 3 ml larutan protein lalu ditambahkan ke
dalam 1 ml NaOH 10 % dan dikocok. Setelah itu ditambahkan 1 tetes larutan CuSO4 dan
kocok kembali jika tidak timbul warna. Uji ini dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein
2%, gelatin 2%, dan pepton 2%.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Tabel 1 Hasil Pengamatan Uji Millon
Larutan Hasil Pengamatan
Albumin 2% + Jingga Muda
Gelatin 2% - Jingga Keruh
Kasein 2% - Hijau Kecokelatan
Pepton 2% - Jingga Keruh
Fenol 2% - Jingga Muda
Ket: – : tidak mengandung gugus fenolik (tirosin dan turunannya)
+ : mengandung gugus fenolik

Gambar 1 Albumin,Gelatin, Kasein,Pepton, dan fenol


Percobaan kali ini berbagai bentuk pengujian dilakukan untuk menguji secara spesifik
berbagai bentuk asam amino yang ada di beberapa bahan percobaan. Pada berbagai uji
kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein, semuanya mengacu pada reaksi
yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam amino. Beberapa asam amino
mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat
diketahui komponen asam amino suatu protein.(Winarno 2002)
Percobaan pertama yaitu uji millon. Setelah albumin, gelatin, kasein, pepton , dan
fenol direaksikan dengan menggunakan millon, didapatkan bahwa reaksi positif terhadap
pereaksi millon adalah Albumin,Gelatin, Pepton, dan Fenol. Pereaksi millon digunakan untuk
menguji ada atau tidaknya larutan protein mengandung garam merkuri dan tirosin. Tirosin
merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan
membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan, diketahui bahwa
protein Albumin,Gelatin,Pepton, dan fenol mengandung Tirosin sebagai salah satu asam
amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan pepton tidak.
Tabel 2 Hasil Pengamatan Uji Hopkins Cole
Larutan Hasil Pengamatan
Albumin 2% + Cincin Violet
Gelatin 2% - Tidak ada cincin
Kasein 2% + Cincin Violet
Pepton 2% + Cincin Violet
Ket: – : tidak mengandung triptofan
+ : mengandung triptofan

Gambar 2 Albumin, Gelatin, Kasein, dan Pepton


Reaksi positif uji Hopkins Cole terdapat pada senyawa albumin, kasein, dan pepton
yang ditunjukan oleh adanya cincin berwarna ungu . Uji ini dilakukan untuk mengetahui
apakah senyawa protein mengandung salah satu asam amino triptofan atau tidak. Triptofan
akan berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuat sehingga membentuk cincin berwarna
ungu.
Tabel 3 Hasil Pengamatan Uji Ninhidrin
Larutan Hasil Pengamatan
Albumin 2% + Warna Biru Keunguan
Gelatin 2% + Warna Kuning
Kasein 2% + Warna Kuning
Pepton 2% + Warna Ungu Muda

Ket: – : tidak adanya asam amino


+ : adanya asam amino

Gambar 3 Albumin, Gelatin, Kasein, dan Pepton


Uji ninhidrin dilakukan untuk mengetahui apakah bahan-bahan yang digunakan
mengandung asam amino atau tidak. Uji ini merupakan uji universal untuk asam amino.
Setelah dilakukan percobaan didapatkan senyawa positif yaitu senyawa
albumin,gelatin,kasein,dan pepton. Reaksi positif akan ditandai dengan terbentuknya warna
biru ungu dan kuning (khusus prolin dan hidroksiprolin).
Tabel 4 Hasil Pengamatan Uji Belerang
Larutan Hasil Pengamatan
Albumin 2% + Warna Abu-abu/kehitaman
Gelatin 2% - Bening
Kasein 2% - Bening
Pepton 2% - Bening
Ket: – : tidak mengandung sistein
+ : mengandung sistein

Gambar 4 Albumin, Gelatin ,Kasein, dan Pepton


Uji belerang dilakukan untuk mengetahui apakah didalam bahan-bahan tersebut
terdapat asam amino sistein atau tidak. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahan-
bahan yang positif terhadap uji ini adalah senyawa albumin. Sistein merupakan asam amino
yang mengandung atom S pada molekulnya. Reaksi yang positif ditandai oleh adanya
endapan garam PbS berwarna abu-abu/kehitaman. Hal ini karena adanya reaksi antara Pb-
asetat dengan asam-asam amino tersebut. Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk
mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh
Pb-asetat membentuk PbS.
Tabel 5 Hasil Pengamatan Uji Xanthoproteat
Larutan Hasil Pengamatan
Albumin 2% + Kuning Tua
Gelatin 2% + Kuning Tua
Kasein 2% + Bening Kekuningan
Pepton 2% + Kuning Tua
Fenol 2% – Merah
Ket: – : tidak mengandung inti benzena
+ : mengandung inti benzena

Gambar 5 Albumin, Gelatin, Kasein, Pepton, dan Fenol


Uji Xanthoproteat menunjukan hasil yang positif terhadap senyawa albumin,gelatin,
kasein dan pepton. Uji xanthoproteat digunakan untuk menguji apakah senyawa protein
mengandung inti benzena atau tidak didalam molekul-molekul asam aminonya. Inti benzena
dapat ternitrasi oleh asam nitrat pekat menghasilkan turunan nitrobenzena. Fenilalanin,
Tirosin, dan Triptofan yang mengandung inti benzena pada molekulnya juga mengalami
reaksi dengan HNO3 pekat.
Tabel 6 Hasil Pengamatan Uji Biuret
Larutan Hasil Pengamatan
Albumin 2% + Ungu Muda
Gelatin 2% + Ungu Muda
Kasein 2% + Ungu Muda
Pepton 2% + Ungu Muda
Ket: – : tidak mengandung ikatan peptida
+ : mengandung ikatan peptida

Gambar 6 Albumin, Gelatin, Kasein, dan Pepton


Semua protein yang diujikan pada uji biuret memberikan hasil positif. Biuret bereaksi
positif akibat pembentukan senyawa kompleks Cu2+ gugus -CO dan -NH dari rantai peptida
dalam suasana basa. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO
dan -NH pada molekulnya.
Simpulan
Percobaan pada keenam uji diatas didapatkan hasil bahwa Albumin menghasilkan
reaksi positif pada semua percobaan. Gelatin menghasilkan reaksi positif pada uji ninhidrin,
xanthoproteat, dan biuret. Kasein menghasilkan reaksi positif pada uji hopkins cole,
ninhidrin, xanthoproteat, dan biuret. Pepton menghasilkan reaksi positif pada uji hopkins
cole, ninhidrin, xanthoproteat, dan biuret. Fenol hanya dilakukan pada uji millon dan
xanthoproteat. Kedua-dua uji tersebut menghasilkan reaksi yang negatif. Reaksi negatif ini
tidak menunjukkan bahwa pereaksi-pereaksi tersebut tidak ada yang mengandung gugus
fenolik, triptofan, sistein atau histidin, cincin benzena dan ikatan peptida.
Daftar Pustaka
Lehninger L A. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Maggy T, penerjemah. Jakarta : Erlangga.
Terjemahan dari School of Medicine.
Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta

Poedjiadi Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Pers.


Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty: Yogyakarta.

Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia: Jakarta.

Winarno F G. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Sabtu, 13 April 2013


Reaksi Uji terhadap Protein dan asam Amino

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam

tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi

sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan dan

tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan protein yang

berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.

Karena banyak protein mengandung zat- zat lain disamping asam amino, maka

struktur 3 dimensi dan banyak sifat biologi protein ditentukan terutama oleh jenis asam

amino berikatan satu sama lain pada rantai polipeptida dari hubungan keruangan satu asam

amino dengan yang lain. Sifat biologi protein yang unik terutama disebabkan oleh interaksi

spesifik antara asam amino yang menyusunnya.


Salah satu sumber protein yang di akan diuji dalam laboratorium adalah albumin atau

putih telur. Telur merupakan bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat yang

memiliki kadar protein yang cukup tinggi. Selain itu putih telur memiliki fungsi yang cukup

penting diketahui oleh masyarakat yaitu sebagai antidotum atau penawar racun apabila

orang keracunan logam berat.

Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik. Melalui

percobaan ini akan dijelaskan bagaimana sifat kimia dari protein yang meliputi siat

kelarutan, koagulasi, reaksi biuret, dan reaksi-reaksi protein terhadap ion-ion logam.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini dalah bagaimana sifat-sifat pada asam

amino dan protein?

C. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu :

a. Melakukan reaksi uji asam amino pada sampel albumin telur ayam kampung, albumin telur

ayam ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh serta susu dengan tes cystine dan tes

ninhydrin.

b. Melakukan reaksi uji protein pada sampel albumin telur ayam kampung, albumin telur ayam

ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh serta susu dengan tes biuret, pengendapan

dengan logam dan pengendapan dengan alkohol.

c. Melakukan reaksi uji spesifik pada sampel albumin telur ayam kampung, albumin telur ayam

ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh serta susu.

D. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :


a. Mengetahui adanya asam amino pada sampel albumin telur ayam kampung, albumin telur

ayam ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh dengan tes millon dan tes ninhydrin.

b. Mengetahui adanya protein pada sampel albumin telur ayam kampung, albumin telur ayam

ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh dengan tes biuret, pengendapan dengan logam

dan pengendapan dengan alkohol.

c. Mengidentifikasi asam amino dan protein pada sampel albumin telur ayam kampung,

albumin telur ayam ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh dengan reaksi termokoagulasi

dan pengendapan dengan asam kuat.

E. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari percobaan ini adalah mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada
berbagai golongan protein, misalnya sifat kelarutan protein, koagulasi protein, dan reaksi
dengan ion-ion logam.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino

yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus -NH2 pada atom karbon α dari

posisi gugus –COOH, rumus umum untuk asam amino ialah : (Anna poedjiadi,

1994)

Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik

non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam

karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatic yang

terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air, tetapi larut dalam

pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya larut dalam air, tetapi larut dalam

pelarut organik. Perbedaan sifat antara asam amino dengan asam karboksilat dan amino

terlihat pula pada titik leburnya. Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan asam karboksilat atau amina. Kedua sifat fisika ini menunjukan bahwa

asam amino cenderung mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai polaritas

tinggi dan bukan sekedar senyawa yang mempunyai gugus –COOH dan gugus –NH2. Hal

ini tampak pula pada sifat asam amino sebagai elektrolit (Anna poedjiadi, 1994).

Seperti juga semua senyawa organik, reaksi kimia asam amino mencirikan gugus

fungsional yang terkandung. Karena semua asam amino mengandung gugus amino dan

karboksilat, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang mencirikan gugus ini. Sebagai

contoh gugus amino dapat memberikan reaksi asetilasi, dan gugus karboksil esterifikasi.

Walaupun kita tidak akan menganalisa semua reaksi-reaksi organic spesifik asam amino,

terdapat dua reaksi penting yang secara luas dipergunakan untuk melakukan deteksi,

pengukuran, dan identifikasi asam amino (Lehninger, 1982).

Yang pertama adalah reaksi ninhidrin, yang digunakan untuk mendeteksi dan

menduga asam amino secara kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan ninhidrin

berlebih menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam amino yang mempunyai

gugus α-amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan oleh prolin berwarna kuning,
karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus α-amino. Pada kondisi yang sesuai

intensitas warna yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam

amino secara kalorimetrik. Metode ini amat sensitive bagi pengukuran konsentrasi asam

amino (Lehninger, 1982).

Reaksi kedua dari asam amino yang penting adalah dengan pereaksi 1-fluoro-2,4-

dinitrobenzen (FDNB). Didalam larutan basa encer, FDNB bereaksi dengan asam α-amino

menghasilkan turunan 2,4-dinitrofenil (Gambar 5-17), yang berguna dalam identifikasi

masing-masing asam amino. Kemudian kita akan melihat pentingnya reaksi ini, dalam

menentukan deret asam amino peptide (Lehninger, 1982).

Dua molekul asam amino dapat diikat secara kovalen melalui suatu ikatan amida

subsitusi, yang disebut ikatan peptida menghasilkan suatu dipeptida. Ikatan seperti ini

dibentuk dengan menarik unsur H2O dari gugus karboksil suatu asam amino dan gugus α-

amino dari molekul lain, dengan reaksi kondensasi yang kuat . Tiga asam amino dapat

disatukan oleh dua ikatan peptida dengan cara yang sama untuk menembus suatu

tripeptida, tetrapeptida, dan pentapeptida. JIka terda[pat banyak asam amino yang

bergabung dengan cara demikian, struktur yang dihasilkan dinamakan polipeptida. Peptida

dengan panjang yang bermacam-macam dibentuk oleh hidrolisa sebagaian dari rantai

polipeptida yang panjang dari protein, yang mengandung retusan asam amino. (Lehninger,

1982 : 126)

Cara yang digunakan untuk mengklasifikasi asam amino ada beberapa, misalnya

cara yang mendasarkan pada jumlah gugus karboksil dan gugus asam amino yang

dikandung oleh senyawa itu. Cara lain ialah mendasarkan pada sifat gugus R. Dibawah ini

dicantumkan klasifikasi asam amino atas dasar gugus R-nya, menjadi 4 golongan :

(Soeharsono, 2006)

1. Golongan asam aminso dengan R yang tidak polar, hidrofobik (tidak suka air). Contoh

: Alanin, Valin, leusin, Isoleusin, metionin, prolin, fenilalanin, tritofan


2. Golongan asam amini denga R tidak bermuatan tapi polar. Contoh : Glisin, serin,

treonin, tirosinm sisteinm Asparagin, Glutamin

3. Golongan asam amino denga R bernuatan negative. Contoh Asam asparat dan asam

glutamate

4. Golongan asam amino dengan R bermuatan positif. Contoh Lisin, arginin, histidin

Asam amino golongan-golongan 1 diatas, kelarutannya dalam air kurang

dibandingkan dengan golongan 2. Hal itu disebabkan karena gugus R-nya tidak polar.

Hidrofobik adalah sifat fobik pada airdan bilamana asam amino itu terdapat pada rantai

polimer maka asanm tersebut cenderung melipat dalam gumpalan protein itu. Golongan 3

hanya terdiri dari dua buah asam amino, gugus karboksilnya mengalami disosiasi pada pH

6-7 sehingga bermuatan negative, jelas bahwa bilamana kedua asam itu letaknya dalam

rantai polimer berdektaann satu samar lain akan mengubah struktur dasar, karena saling

menolak. Golongan 4 pada pH sekitar 7 maka gugus NH2 dan NH (histidin) akan menyerap

proton sehingga bermuatan positif (Soeharsono, 2006).

Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat

bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbeda-

beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut

dalam air, tetapi ada juga yang tidak larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu jenis

protein yan tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang dalam

bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi (Anna P, 1994).

Protein merupakan urutan linear dari residu asam-asam amino yang terhubung

melalui ikatan peptide. Ikatan peptide adalah ikatan kovalen antara gugus-amino dari satu

asam amino dan gugus-karboksil dari asam amino dan gugus-karboksil dari asam amino

yang lain. Ikatan peptida memiliki karakter ikatan rangkap parsial dan hamper selalu dalam

konfigurasi trans. Ketika dua asam amino digabungkan oleh ikatan peptide, mereka

membentuk sautu dipeptida. Penambahan asam amino seterusnya mengahsilkan rantai

panjang yang disebut oligopeptida dan polipeptida (Yohanis ngili, 2009).


Sangat luar biasa pula bahwa semua protein di dalam semua makhluk, tanpa

memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang sama, yaitu

20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologi. Lalu

apakah yang memberikan aktifitas enzimnya, protein lain aktivitas hormon, dan lain lagi

aktivitas antibody . Bagaimana kimiawi protein-protein ini berbeda?, Secara cukup

sederhana, protein berbeda satu sama lain karena masing-masing mempunyai deret unit

asam amino sendiri-sendiri. Asam amino merupakan abjad struktur protein, karena molekul-

molekul ini dapat disusun dalam jumlah deret yang hamper tidak terbatas, untuk membuat

berbagai porotein dalam jumlah yang hamper tidak terbatas pula (Albert L, 1982).

Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan dalam bentuk enzim

(ribonuklease, tripsin), protein transport (hemoglobin, albumin serum, mioglobin, lipoprotein),

protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum, ovalbumin = telur, kasein = susu,

feritin), protein kontraktil (aktin, myosin, tubulin, dynein), protein structural (keratin, fibroin,

kolagen, elastin, proteoglikan), protein pelindung (antibody, fibrinogen, trombin, toksin

botuluni, toksin difteri, bias ular, risin), protein pengatur (insulin, hormone tumbuh,

kortikotropin, repressor). Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi :

albumin, globulin, dan glutelin ( Abdul H, 2001).

Protein dapat juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan

sifat-sifat fisik tertentu :

1. Protein globular dan protein serabut, pada protein globular rantai atau rantai-rantai

polipeptida berlipat rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat, protein

globular biasanya larut didalam system larutan (air) dan segera berdifusi, hamper semua

mempunyai fungsi gerak dan dinamik. Hampir semua enzim merupakan protein globular,

seperti protein transport pada darah, antibody, dan protein penyimpan nutrient (Lehninger,

1982).

Protein globular umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri dari atas rantai

polipeptida yang berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak disebelah luar rantai
polipeptida, sedangkan gugus R yang hidrofob terletak disebelah dalam molekul protein

(Anna poedjiadi, 1994).

2. Protein Serabut bersifat tidak larut didalam air, merupakan molekul serabut panjang, dengan

rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu, dan tidak berlipat menjadi bentuk

globular. Hampir semua protein serabut memberikan peranan structural atau pelindung.

Protein serabut ysng khas α-keratin pada rambut dan wol, fibroin dari sutra dan kolagen dari

urat (Lehninger, 1982).

Molekul protein ini juga terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang memanjang dan

dihubungkan satu sama lain oleh beberapa ikatan silang hingga merupakan bentuk serat

atau serabut yang stabil. Sebagaian besar mlekul protein menampakan aktivitas biologiknya

pada kisaran ph dan suhu tertentu. Pada pH dan suhu yang tinggi maka protein globular

mengalami perubahan fisik yang dinamakan denaturasi. Salah satu sifat yang tampak

kelarutannya menurun. Pembentukan gumpalan putih pada bagian telur yang putih

merupakan salah satu contoh proses denaturasi. Struktur primer protein diatas tidak

mengalami perubahan. Secara umum denaturasi adalah pristiwa pentimpangan dari sifat

alamiah senyawa yang bersangkutan, dalam hal ini adalah protein(Anna poedjiadi, 1994).

Meskipun protein yang telah mengalami denaturasi struktur kimia globalnya sama

dengan protein yang asli, tetapi sifat biologisnya akan sangat berbeda (tidak lagi

menunjukkan sifat-sifat biologis protein semula). Protein sederhana pada hidrolisa hanya

memberikan asam-asam amino saja, misalnya : lisozim (lysozyme). Protein majemuk pada

hidrolisa selain asam-asam amino, menghasilkan juga zat-zat yang bukan asam amino

(disebut gugus prostetik), misalnya : nukleuprotein (dalam inti sel) mengandung asam

nukleat (Ir. Respati, 1980).

Bila protein didihkan dalam asam atau basa encer atau bila mereka dikenai kerja

enzim- enzim spesifik dalam pencernaan, molekul-molekulnya dihidrolisis menjadi asam-

asam amino. Oleh karena itu protein serupa dengan pati dan selulosa, dalam arti molekul-

molekul mereka terdiri dari satuan berulang dari molekul yang lebih sederhana. Satuan

structural protein adalah asam amino. (Pudjaatmika H, 1993).


B. Uraian Bahan

1. Air Suling (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air Suling

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

2. Asam Nitrat (Ditjen POM, 1979)

miAcidum Nitras

n : ASAM NITRAT

: HNO3 / 63

ian : Cairan jernih berasap, hampir tidak berwarna sampai berwarna kuning.

: Larut dalam air

anan : Dalam wadah tertutup baik

: Sebagai pereaksi uji asam kuat

anan : Dalam wadah tertutup baik

3. Cystine (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : CYSTINE


Nama Lain : Sistina

BM/RM : 240,29/ HOOC(NH2)CHCH2SCH2CH(NH) COOH

Pemerian : Serbuk Hablur Putih

utan : Sangat Mudah Larut dalam air, Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P dan daam pelarut organic

lain; larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup baik

Kegunaan : sampel asam amino murni

4. Ninhydrin (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : NINHYDRIN

Nama latin : Ninhidrina

RM/BM : C9H4O3

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau kuning sangat pucat

Kelarutan : Larut pada suhu 60º dalam 20 bagian air.

Kegunaan : Sebagai pereaksi

5. NaOH (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM / BM : NaOH / 40,00

: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keping, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan

hablur, putih; mudah meleleh basah. Sangat

alkalis dan korosif, segera menyerap CO2.


utan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol(95%)

an : Dalam wadah tertutup baik.

: Sebagai pereaksi

6. Timbal Asetat (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : PLUMBI ACETAS

Nama lain : Timbal asetat

RM /BM : C4H5O4Pb.3H2O / 379,33

merian : Hablur prisma monokotil, kecil , putih ,transparan Atau massa hablur berat; bau cuka.

arutan : Larut dalam 2 bagian air,umumnya beroperasi; dalam 2 bagian gliserol P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi uji pengendapan logam

7. CuSO4 (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : CUPRUM SULFAS

Nama Lain : Tembaga (II) Sulfat

RM / BM : CuSO4.5H20 / 249,6

Pemerian : Serbuk hablur atau keabuan bebas dari sedikit

warna biru.

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95 %) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pereaksi


8. HgCl (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : HYDRARGYRI BICHLORIDUM

Nama Lain : Raksa (II) Klorida

RM / BM : HgCl2 / 271,52

: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau, berat.

Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dalam 2,1 bagian air

Air mendidih,dalam 3 bagian etanol (95%)p,dalam 2 bagian etanol (95%) p,mendidih,dalam

20 bagian eter p dan dalam 15 bagian gliserol p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pereaksi

9. Etanol (Ditjen POM, 1979)

a Resmi : AETHANOLUM

a lain : Etanol

BM : C6H6O / 46

erian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap,

rasa panas dan bau khas.

utan : Mudah larut dalam air dan eter.

naan : Sebagai pereaksi.

C. Uraian Sampel
Albumin telur ( Dirjen POM,1995 )

Nama resmi : Albumin humani selutio

Nama lain : Larutan albumin

Pemerian : Cairan jernih agak kental, tidak berwarna

hingga berwarna kekuningan tergantung

kadar protein.

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3

bagian gliseral, sangat sukar larut dalam

air, setara 95 % P.

Penyimpanan : Simpan pada suhu 2o – 25o terlindung dari

cahaya

Kegunaan : Sebagai sampel

D. Prosedur Kerja (Anonim,2011)

1. REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO

A. Tes Ninhydrin

3 ml larutan protein ditambah 0,5 ml larutan ninhydrin 0,1 %, panaskan hingga

mendidih. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan asam amino.

B. Cystine.
Sedikit cystine dilarutkan dalam 5 ml NaOH 1 M. tambahkan beberapa kristal Pb-

asetat dan panaskan hingga mendidih.

2. REAKSI UJI PROTEIN

A. Tes Biuret

3 ml larutan protein ditambahkan 1 ml NaOH 2,5 M, campurkan dengan baik.

Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M. Campurkan, jika timbul warna, tambahkan lagi setetes

atau lebih CuSO4. Ulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan asam amino.

B. Pengendapan dengan logam

Tambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M ke dalam 3 ml larutan protein. Ulangi dengan

menggunakan ( CH3COO)2Pb.

C. Pengendapan dengan alkohol

Tabung I II III

Larutan 2 ml 2 ml 2ml

Albumin

Hcl 1 ml - -

NaOH - 1 ml -
Buffer 4,6 - - 1 ml

Etanol 3 ml 3 ml 3 ml

Tabung- tabung mana yang menunjukkan protein tidak larut.

3. REAKSI- REAKSI SPESIFIK ASAM AMINO DAN PROTEIN

A. Reaksi Pengendapan

1. Termokoagulasi

Basakan 5 ml larutan albumin dengan satu tetes NaOH 0,1 N. panaskan sampai

mendidih.Asamkan larutan panas ini dengan asam asetat 0,1 M. Amati apa yang terjadi.

2. Pengendapan dengan asam kuat

Dalam tabung reaksi yang mengandung 2 ml larutan ovalbumin, ditambahkan dengan

menggunakan pipet, tanpa mencampur, 1 ml asam nitrat pekat pada dasar tabung.

BAB III

METODE KERJA

A. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Batang pengaduk, Botol semprot,

Cawan porselin, Gegep kayu, Gelas kimia 250 ml, Gelas ukur 25 ml, Lap halus, Lap kasar,

Pipet skala, Pipet tetes, Rak tabung, Spiritus, Tabung reaksi.


B. Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Albumin telur ayam

ras, albumin telur bebek, albumin telur ayam kampung, albumin telur puyuh, Aquadest,

Asam klorida 0,1 M, Asam Nitrat P, Asam triklorasetat, Etanol 95% P, Natrium Hidroksida

0,025 M, Natrium Pb-asetat, Ninhydrin, Timbal asetat, Raksa (II) Klorida.

C. Cara Kerja

Reaksi Uji Asam Amino

A. Ninhidryn

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Ditambahkan 3 ml protein dengan 0,5 ml larutan ninhydrin 0,1%.

3. Dipanaskan larutan tersebut hingga mendidih

4. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

B. Cystein

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Diambil larutan protein sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

3. Ditambahkan 1 ml Cystein hidroklorida, 0,5 ml natrium nitroprossida

dan 0,5 ml NH3

4. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

5. Dibandingkan hasil dengan glisin


Reaksi Uji Protein

A. Biuret

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Ditambahkan 3 ml protein dengan 1 ml NaOH 2,5 M, dicampurkan dengan baik.

3. Ditambahkan setetes CuSO4 0,1 M

4. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

B. Pengendapan dengan logam

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Disiapkan 2 tabung reaksi, masing- masing tabung diisi dengan 3 ml protein.

3. Ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M pada tabung reaksi I

4. Ditambahkan 5 tetes ( CH3 COO)2 Pb 0,2 M pada tabung reaksi II

5. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

C. Pengendapan dengan alkohol

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Disiapkan 4 buah tabung reaksi masing –masing tabung diisi dengan 3 ml protein.

3. Diisi dengan 2 ml HCl 0,1 M pada tabung reaksi I.

4. Diisi dengan 1 ml NaOH 0,025 M pada tabung reaksi II.

5. Diisi dengan 1 ml buffer pada tabung reaksi II.

6. Diisi dengan 3 ml etanol 95% pada tabung reaksi IV.

7. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi


Reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein

A.Termokoagulasi

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Ditambahkan 5 ml protein dengan 1 tetes NaOH 0,1 M.

3. Dipanaskan larutan tersebut hingga mendidih

4. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

5. Diasamkan Larutan yang telah panas ( Mendidih ) tersebut dengan asam asetat 0,1 M.

6. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

B. Pengendapan dengan asam Nitrat

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Ditambahkan 1 ml asam nitrat pekat pada dasar tabung dengan menggunakan pipet

kedalam tabung reaksi yang telah diisi dengan 2 ml albumin.

3. Diamati cincin flokulasinya dan dicatat

C. Pengendapan dengan Asam Organik

1. Dimasukkan 3 mL larutan protein ke dalam tabung reaksi

2. Ditambahkan larutan asam trikloroasetat 10%.

3. Diamati apa yang terjadi.


BAB IV

KAJIAN HASIL PRAKTIKUM

A. HASIL PENGAMATAN

1. Reaksi Uji Terhadap Asam Amino

a. Tes Ninhydrin

Larutan protein dan Warna


larutan asam amino Dengan Setelah pemanasan
Ninhydrin
Asam amino (susu) Putih Endapan merah bata
keunguan

Putih Putih keruh

Protein (telur)

b. Cystine

Tabung I

Cystine + larutan NaOH berwarna putih + larutan Pb asetat dan dipanaskan koagulasi.

Tabung II

Susu + larutan NaOH berwarna putih dan mengendap+ larutan Pb asetat berwarna putih

dan setelah dipanaskan endapan putih

Tabung III

Albumin + larutan NaOH tidak ada perubahan + larutan Pb asetat koagulasi, setelah

dipanaskan denaturasi.

2. Reaksi Uji Protein

a. Tes Biuret

CuSO4 CuSO4 0,01


No. Larutan NaOH 2,5 M
0,01 M M berlebih
1 Albumin ≠ perubahan Biru Koagulasi
Larut
2 Susu ≠ perubahan biru berwarna
kebiruan

b. Pengendapan dengan logam

No. Larutan HgCl2 0,2 M (CH3COO)2Pb 0,2 M


1 Albumin Koagulasi Denaturasi

2 Susu Ada endapan ≠ perubahan

c. Pengendapan dengan alkohol

Larutan
I

Susu Larut
(penambahan HCl 0,1

Albumin

Berwarna putih, koagulasi (penamb

3. Reaksi-reaksi Spesifik Asam Amino dan Protein

a. Termokoagulasi

Susu + NaOH 0,1 M warna tetap

Setelah pemanasan denaturasi

+ asam asetat 0,1 M denaturasi

Albumin + NaOH 0,1 M warna tetap

Setelah pemanasan koagulasi

+ asam asetat 0,1 M koagulasi

b. Pengendapan dengan asam kuat

1. Asam nitrat
Susu denaturasi ( ≠ terbentuk cincin flokulasi )

Albumin terbentuk cincin flokulasi

2. Asam Organik

Susu denaturasi

Albumin denaturasi
A. Pembahasan

Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah telur ayam ras, ayam kampung, bebek

dan puyuh serta susu. Pada telur ini yang digunakan hanya putih telurnya saja sedangkan kuningnya

tidak. Hal ini dikarenakan putih telur mengandung protein dan kuningnya mengandung vitamin,

protein dari putih telur inilah yang akan diuji dalam percobaan ini.

Yang pertama dilakukan adalah tes ninhydrin, dilakukan untuk mengidentifikasikan

asam amino. Pada saat penambahan larutan protein direaksikan dengan larutan ninhydrin

akan menghasilkan warna puth keruh dan setelah beberapa detik berubah menjadi merah,

setelah pemanasan tetap terbentuk gumpalan merah . Hal ini disebabkan karena

terbentuknya gugus amino dengan gugus NH2 primer.

Yang kedua adalah pengamatan tes biuret, larutan yang mengandung albumin

(protein) ditambahkan dengan NaOH 2,5 M larutan tetap berwarna bening Hal ini

disebabkan karena protein tidak berikatan dengan NaOH. Pada penambahan sedikit CuSO4

0,01 M larutan yang berisi albumin ayam ras, albumin yam kampung, albumin itik, albumin

puyuh dan glisin menjadi warna biru muda, dan setelah penambahan CuSO4 berlebih maka

larutan masih tetap berwarna muda. Hal ini terjadi karena pembentukan kompleks Cu2+

dengan gugus –NH dari rantai polipeptida pada protein dalam suasana basa.

Pada percobaan pengendapan dengan logam, albumin yang direaksikan dengan

(CH3COOH)2Pb dan HgCI2 menghasilkan larutan gumpalan putih. Hal ini terjadi karena

untuk mengendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan di atas titik isoelektrik

sedangkan pengendapan oleh ion negatif memerlukan pH di bawah titik isoelektrik.

Pengendapan dengan logam berat, larutan albumin akan membentuk endapan karena

adanya gugus sulfurhidril yang dikandung oleh protein. Jadi dalam hal ini Hg dan Pb

bereaksi dengan protein akan memberikan endapan karena logam tersebut diikat oleh

albumin sehingga logam tersebut mengendap.


Pada pengendapan dengan alkohol diperoleh hasil untuk tabung I setelah

ditambahkan HCI menghasilkan warna bening dan terjadi penggumpalan sebagian dibawah

tabung reaksi dan setelah ditambahkan etanol 95% maka penggumpalan terjadi secara

keseluruhan dan untuk tabung II setelah ditambahkan NaOH menghasilkan larutan bening

dan setelah ditambahkan etanol 95%, penggumpalan yang terjadi hanya sebagian. Hal ini

menandakan bahwa larutan protein telah berkurang, dikarenakan adanya penambahan

etanol.

Pada reaksi termokoagulasi jika albumin ayam kampung jika ditambah NaOH maka

terjadi denaturasi sedangkan jika ditambah dengan NaOH dan CH3COOH maka terjadi

suatu koagulasi.

Pada reaksi asam nitrat untuk albumin ayam kampung ditambah dengan HNO3 maka

akan menghasilkan atau terbentuk cincin dengan 2 lapisan dimana lapisan atas berwarna

kuning dan lapisan bawah berwarna putih.

Pada reaksi pengendapan dengan asam kuat terbentuk koagulasi. Hal ini

disebabkan karena pada saat penambahan asam kuat yang direaksikan dengan larutan

protein menyebabkan suatu denaturasi.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada hasil percobaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Susu di reaksikan dengan pereaksi asam amino yaitu dengan tes ninhydrin gumpalan merah

dan pada telur bebek direaksikan dengan pereaksi asam amino berwarna putih

b. Pada tes cystine terjadi koagulasi pada tabung I dan II,terjadi denaturasi pada tabung III.

c. albumin telpur ayam bebek di reaksikan dengan reaksi uji protein yaitu pada tes biuret

menghasilkan warna biru muda, pada tes logam terjadi denaturasi, dan pengendapan

dengan alkohol terjadi denaturasi.

d. albumin telur ayam bebek di reaksikan dengan reaksi pengendapan yaitu pada

termokoagulasi terjadi denaturasi, pengendapan dengan asam nitrat terbentuk cincin

flokulasi warna kuning, dan pada asam organik menghasilkan koagulasi warna putih.

B. Saran

Sebaiknya kebersihan laboratorium perlu diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. “Penuntun Praktikum Biokimia”, Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Dirjen POM, 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI.

Dirjen POM, 1995. “Farmakope Indonesia Edisi I\V”. Depkes RI.


Hamid, Abdul, 2001. “Biokimia Metabolisme Biomolekul”. Penerbit Alfabeta : Jakarta.

Lehninger, Albert L, 1982. “Dasar-Dasar Biokimia Jilid I”, Penerbit Erlangga : Jakarta.

Martoharsono, Soeharsono. 2000.” Biokimia Jilid II”. Penerbit Gadjah Mada University Press :
Jakarta.

Ngili, Yohanis, 2009. Biokimia Struktur & Fungsi biomolekul. Graha Ilmu : Yogyakarta

Poedjadi, Anna. 1994.”Dasar-Dasar Biokimia”. Penerbit Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Pudjaatmika H, 1986.”Kimia Organik Edisi II”I.Penerbit Erlangga. Jakarta.

Respati, Ir, 1980.”Kimia Organik Jilid 2”. Penerbit Rineka Cipta. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai