OLEH :
I GEDE BAJAWAN DEWANTARA
0903051016
ANALIS KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2011
ABSTRAK
Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah dan tersusun dari molekul-
molekul kombinasi dua puluh jenis asam amino. Asam amino memiliki sifat tertentu sesuai
dengan letak gugus Rnya. Dari gugus R asam amino akan dapat diketahui sifat asam amino
sedangkan apabila sifat-sifat tersebut diketahui, maka jenis asam amino akan dapat diketahui.
Karena peranannya yang sangat penting, mengakibatkan perlu dilakukan analisis asam amino
dari sampel yang mengandung protein. Percobaan yang dilakukan pada tanggal 29 Maret
2011 menggunakan uji kualitaitif dalam menentukan keberadaan asam amino yaitu dengan
uji millon, uji hopkins-cole dan uji ninhidrin. Uji positif terlihat dari albumin (putih telur)
yang membentuk kompleks warna merah setelah dipanaskan, pada uji hopkins-cole positif
untuk triptofan setelah penambahan H2SO4 pekat dengan terbentuknya lapisan berwarna ungu
pada sampel, dan uji ninhidrin positif untuk albumin, glisin dan triptofan dengan membentuk
lapisan berwarna biru pada bagian permukaan pada sampel.
Kata Kunci : Protein, asam amino, uji kualitatif, uji millon, uji hopkins-cole, uji ninhidrin.
PENDAHULUAN
Protein yang namanya berarti “pertama” atau “utama” merupakan makromolekul
yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada
hampir semua organisme. Protein tidak hanya merupakan mekromolekul yang paling
berlimpah, tetapi memiliki fungsi yang amat bervariasi dikarenak dprotein adalah instrumen
yang menginformasikan masing-masing ciri dari setiap organisme yang memiliki sifat
tersendiri yang ditentukan oleh gen yang sesuai. Secara sederhana, protein dibedakan karena
masing-masing mempunyai deret unit asam amino tersendiri. Asam amino merupakan abjad
dari protein yang molekul-molekulnya dapat tersusun yang hampir tidak terhingga untuk
membuat protein yang tidak terhingga pula (Lehninger, Albert L. 1982).
Telur merupakan salah satu contoh sederhana sumber protein yang tersusun dari
protein putih telur dan protein kuning telur. Komposisi putih telur tersusun dari 10-11%
protein dasar basah, ovalbumin 70% dari total protein, canalbumin 9% dari total protein,
ovoummucoid 13% dari total protein. Kuning telur terdiri dari hipovitelin dan hipotellenin
(Agus. 2009). Secara umum, semua jenis protein disusun atas rangkaian dan kombinasi dari
dua puluh asam amino. Ke dua puluh asam amino tersebut diantaranya alanin, valin, leusin,
triptofan, metionin, isoleusin, prolin, fenilalanin, serin, glisin, threonin, sistein, asparagin,
glutamin, tirosin, asam aspartat, asam glutamat, arginin, lisisn, dan histidin. Asam amino
yang merupaakan molekul organik memiliki massa molekul rendah antara 100-200 Da dyang
mengandung setidaknya satu gugus karboksil dan gugus amino. Asam amino terdiri dari
protein baku yang semuanya merupakan asam α-amino kecuali prolin dan hidroksi prolin.
Protein yang memiliki sifat berbeda dikarenakan deret asam amino tersebut, yang lebih
khusus lagi yaitu di dalam asam amino terjadi variasi dikarenakan letak gugus R atau rantai
sampingnya. Dari gugus R asam amino akan dapat diketahui sifat-sifat baik kimia maupun
fisiknya maka dari itu dari sifat-sifat yang teridentifikasi akan dapat diketahui jenis dari asam
amino tersebut (Tika, I Nyoman. 2010).
Asam amino memiliki peran yang penting dalam kehidupan terutama dalam
metabolisme yaitu berperan sebagai bangunan blok protein yang linier dari asam amino. Oleh
karena peranannya yang sangat penting, maka perlu dilakukan suatu analisis untuk
mengidentifikasi keberadaan asam amino terseb ut dalam protein. Cara yang dapat dilakuka
untuk menganalisis asam amino dalam protein dapat dilakukan dengan uji kualitatif dan juga
uji kuantitatif. Uji kualitatif didasarkan atas ada tidaknya asam amino dalam suatu sampel
protein dengan melihat dari sifat-sifat yang tejadi pada uji kualitatif. Untuk uji kuantitatif
ditujukan kepada jumlah asam amino yang terkandung di dalam sampel protein. Pada
percobaan kali ini dilakukan uji kualitatif dengan uji millon, uji hopkins-cole dan uji
ninhidrin.
Uji Millon yang menggunakan pereaksi Milon adalah larutan merkuro dan merkuri
nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein maka akan
menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada
dasarnya rekasi ini positif untuk fenol karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksil yang berwarna. Tetapi khusus untuk proteoso dan pepton secara langsung akan
menghasilkan larutan yang berwarna merah. Endapan yang terbentuk berupa garam kompleks
dari tirosin yang ternitrasi. Jika larutan protein yang akan dianalisis ada dalam suasana basa,
maka terlebih dahulu harus dinetralisasi dengan asam (bukan HCl). Jika tidak ion merkuri
dari pereaksi akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Ion Cl- dapat bereaksi dengan asam nitrat
menghasilkan radikal klor (Cl2). Radikal klor dapat merusak kompleks berwarna (Tika, I
Nyoman. 2010).
Uji Hopkins-Cole merupakan pereaksi yang dapat bereaksi dengan larutan protein
yang mengandung triptofan dikarenakan kandungan asam glioksilat (HCOO-CHO). Pereaksi
ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk mangnesium dalam air. Setelah dicampur dengan
pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan
di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara
kedua lapisan tersebut. Karena triptofan merupakan satu-satunya asam amino yang
mengandung cincin indol, maka uji ini dipakai untuk identifikasi larutan asam amino
triptofan dan protein yang mengandung asam amino triptofan. Cincin ungu yang tampak pada
bidang batas antara kedua cairan adalah hasil kondensasi triptofan dengan gugus aldehida
dari asam glioksilat dalam suasana asam sulfat.
Uji Ninhidrin terjadi apabila ninhidrin dipanaskan bersama asam amino maka akan
terbentuk kompleks berwarna. Asam amino dapat ditentukan secara kuntitatif dengan jalan
menggunakan intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam amino
tersebut. Pada reaksi ini dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga asam amino dapat ditentukan
secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Prolin dan
hidroksi prolin menghasilkan warna kompleks yang berbeda warnanya dengan asam amino
lainnya. Kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua molekul ninhidrin yang
bereaksi dengan ammonia yang dilepaskan pada oksidasi asam amino. Hasil uji positif pada
uji ninhidrin diberikan pada asam amino yang mengandung asam α-amino dan peptida yang
memiliki gugus α-amino yang bebas.
TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan praktikum identifikasi asam amino dan protein melalui uji
kualitatif yaitu uji millon, uji hopkins-cole dan uji ninhidrin.
METODE
Pada Identifikasi Asam Amino melalui uji kualitatif yang dilakukan pada tanggal 29
Maret 2011 di lab Analis Kimia dilakukan diawali dengan tahap persiapan yaitu menyiapkan
alat dan bahan serta pembuatan reagen uji. Adapun alat dan bahan serta cara pembuatan
reagen uji sebagai berikut,
Uji Millon
Percobaan ini dilakukan dengan albumin, glisin dan triptofan. Masing-masing sampel
dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 3 mL. ke dalam masing-masing sampel diisi
dengan 5 tetes reagen millon. Hasil yang didapatkan adalah terbentuknya endapan putih pada
sampel albumin, sedangkan pada glisin dan triptofan tidak terjadi perubahan. Sampel tersebut
kemudian dipanaskan dengan air mendidih selama beberapa menit. Pada albumin terbentuk
endapan berwarna merah, terdapat pula endapan berwarna kuning pucat dan sedikit cairan
keruh. Pada glisin tidak terjadi perubahan sedangkan pada triptofan terjadi perubahan warna
pada sampel menjadi berwarna merah bening. Berdasarkan teori yang ada maka pada
albumin mengandung tirosin dengan terbentuknya warna merah pada sampel setelah
dipanaskan.
Endapan putih yang terbentuk setalah penambahan reagen millon merupakan endapan
dari merkuri yang berasal dari terbentuknya ion Hg+ dari terlarutnya Hg dalam HNO3. Ion
Hg+ akan membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin.
Endapan putih yang terbentuk mengalami reaksi lebih lanjut ketika dipanaskan. Pada
pemanasan tersebut, asam nitrat yang pada awalnya bertindak sebagai pelarut mengoksidasi
ion Hg+ menjadi Hg2+. Bersamaan dengan itu, Asam amino tirosin ternitrasi. Reaksi yang
terjadi selanjutnya yaitu pembentukan oksida HgO yang berwarna merah. Reaksi yang terjadi
adalah:
Gambar 3. Reaksi pembentukan warna merah pada sampel albumin
Dalam reaksi ini, Hg bertindak sebagi oksidator, dimana reagen yang digunakan
adalah Hg ternitrasi. Gugus yang positif bereaksi dengan hidroksi fenil pada tirosin adalah (–
NO2). Bersamaan dengan terbentuknya tirosin ternitrasi, Hg yang terdapat pada larutan
teroksidasi (yang dibantu oleh pemanasan), membentuk HgO berupa endapan merah.
Uji Hopkins-Cole
Uji ini menggunakan sampel yang sama dengan uji millon. Masing-masil sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL. kedalam masing-masing sampel
ditambahkan 2 mL reagen Hopkins-Cole. Ketiga sampel tidak mengalami peubahan. Pada
penambahan H2SO4 pekat ke dalam masing-masing sampel terjadi perubahan yaitu untuk
albumin terjadi penambahan panas pada sampel, sampel membentuk dua lapisan yaitu putih
pada bagian atas dan bening pada bagian bawah. Diantara kedua lapisan terbentuk warna
sedikit ungu. Pada glisin tidak terjadi perubahan namun terjadi penambahan panas pada glisin
hal ini dikarenakan pada glisin tidak mengandung gugus indol. Untuk triptopan terjadi tiga
lapisan yaitu pada permukaan berwarna hijau bening, pada bagian tengah berupa lapisan
berwarna ungu dan pada bagian bawah bening. Terbentuknya warna ungu dapat diterangkan
bahwa dalam sampel tersebut mengandung triptofan dimana hasil oksidasi triptofan dengan
gugus aldehid dari asam glioksilat dalam suasana asam sulfat akan membentuk warna ungu.
Pada dasarnya, uji Hopkins-Cole positif terhadap gugus indol yang terdapat pada asam amino
triptofan. Penambahan H2SO4 dalam reaksi ini selain berfungsi sebagai oksidator, juga
sebagai dehidrator bagi asam glioksilat. Reaksi dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 5. Reaksi pembentukan kompleks ungu pada uji Hopkins-Cole
Uji Ninhidrin
Hasil positif ditunjukkan pada semua sampel uji. Hasil positif tersebut yaitu
terbentuknya lapisan berwarna biru pada permukaan sampel uji (albumin, glisin dan
triptofan) pada permukaan sampel. Sedangkan pada bagian bawah untuk albumin berwarna
putih, glisin bening dan triptofan sedikit kuning bening. Uji ini positif dikarenakan pada
semua sampel mengandung α-amino bebas.
Hal awal yang terjadi adalah dekarboksilasi oksidatif dari asam amino dengan larutan
ninhidrin dalm contoh ini adalah glisin yaitu sebagai berikut,
proses dilanjutkan dengan tereduksinya ninhidrin oleh ninhidrin lainnya dan juga dengan
amoniak yang dibebaskan. Reaksinya sebagai berikut,
Dari reaksi tersebut, dihasilkan kompleks berwarna biru atau ungu. Kompleks tersebut
sebagai berikut,
SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. pada uji Millon, albumin menunjukkan hasil positif dengan terjadinya perubahan warna
merah setelah dipanaskan yang menunjukkan dalam albumin terkandung asam amino tirosin.
2. Pada uji Hopkins-Cole, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya kompleks warna ungu
pada sampel trptofan yang menunjukkan triptofan mengandung gugus indol.
3. Pada uji ninhidrin, hasil posotif ditunjukkan oleh semua sampel (albumin, glisin dan
triptofan) dengan terbentuknya kompleks warna biru atau ungu pada penambahan ninhidrin
yang mengindikasikan dalam sampel tersebut terdapat α-amino bebas.
UCAPAN TERIMAKASI
Dalam praktikum ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan masukan dari
berbagai pihak sehingga terselesaikannya laporan ini tepat pada waktunya. Maka dari itu,
dengan hormat penulis ucapkan terimakasi kepada :
1. Dr. I Nyoman Tika, M.Si. dan Ni Wayan Martiningsih, S.Si. selaku dosen pengampu mata
kuliah Biokimia yang telah memberikan izin untuk melakukan praktikum ini.
2. I Putu Rahmadewa Eka Karma selaku asisten dosen yang telah memberikan arahan dalam
melakukan praktikum.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan
dukungan moril sehingga terselesaikannya laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Tika, I Nyoman. 2010. Buku Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Erawan, Agus Wahyu. 2009. Identifikasi dan Uji Kualitatif Asam Amino Albumin Telur serta pada
Asam Amino Tirosin, Fenilalanin, Triptofan, Glisin dan Sistein dengan menggunakan Uji
Millon, Hopkins-Cole, inhidrin, PbS, dan reaksi Nitroprusida. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha.
Pendahuluan
Protein adalah polimer alami yang terdiri dari beberapa unit asam amino yang
mempunyai ikatan amida dan peptida. Di dalam protein terdiri atas asam amino α, asam
karboksilat dengan gugus amino pada atom karbon C α. Peptida dan protein merupakan
polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus
karboksil.(Winarno, 2002)
Asam amino dengan protein yang terdapat di alam umumnya merupakan asam amino
dengan atom C α yang mengikat 4 gugus yang berbeda (asimetris). Konfirmasi atom C α
asam amino penyusun protein termasuk L, sedangkan bentuk D secara alamiah jarang
dijumpai di alam seperti asam amino nonprotein pada senyawa antibiotika yang dihasilkan
oleh bakteri tanah. Berdasarkan bisa tidaknya asam amino disintesis oleh tubuh manusia,
maka asam amino dibedakan menjadi asam amino esensial dan nonesensial.(Poedjiadi 1994)
Asam amino esensial berjumlah 20 jenis, asam amino esensial bersifat asimetrik
kecuali glisin yang bersifat simetrik. Asam amino memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu dapat
larut dalam air, dapat membentuk kristal, dan nilai konstanta dielektrik tinggi sehingga
memiliki sifat amfoter atau dalam keadaan zwitter ion memiliki muatan positif dan negatif
yang seimbang.(Lehninger 1993)
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini
berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur.
Protein adlaah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung unsur-umsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam
seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992).
Protein merupakan suatu polipeptida dengan BM yang sangat bervariasi dari 5000
samapi lebih dari satu juta karena molekul protein yang besar, protein sangat mudah
mengalami perubahan fisis dan aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang menyebabkan
perubahan sifat alamiah dari protein seperti panas, asam, basa, solven organik, garam, logam
berat, radiasi sinar radioaktif (Sudarmadji, 1996).
Struktur asam amino digambarkan sebagai berikut:
H
H2N C COOH
R (Lehninger, 1995).
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H+,
sedangkan gugus amina akan menerima ion H+, seperti reaksi berikut:
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat membentuk ion
yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut juga ion amfoter (zwitterion).
Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Apabila asam amino dalam air ditambah
dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion OH-
yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ pada gugus –NH3+. Sebaliknya bila ditambahkan
asam ke dalam larutan asam amino, maka konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan
dengan ion –COO- sehingga terbentuk gugus –COOH sehingga asam amino akan terdapat
dalam bentuk (II) (Anna Poedjiadi, 1994).
Dalam suatu sistem elektroforesis yang memiliki elektroda positif dan negatif, asam
amino akan bergerak menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan asam amino yang
terdapat dalam larutan. Apabila ion asam amino tidak bergerak ke arah negatif maupun
positif dalam suatu sistem elektroforesis maka pH pada saat itu disebut pH isolistrik. Pada
pH tersebut terdapat keseimbangan antara bentuk-bentuk asam amino sebagai ion amfoter,
anion dan kation (Anna Poedjiadi, 1994).
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui gugus amino yang terkandung
pada larutan yang akan diuji. Pada uji milon untuk mengetahui ada tidaknya tirosin, uji
hopkins cole untuk mengetahui adanya triptofan, uji ninhidrin untuk menguji adanya gugus
karboksil dan gugus asam amino bebas, uji belerang untuk mengetahui adanya sistein, uji
xanthoproteat untuk mengetahui ada tidaknya inti benzena dan uji biuret untuk mengetahui
adanya gugus amino.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, pipet
volumetrik, penangas air, penjepit dan gelas piala.
Bahan yang digunakan adalah pereaksi Milon, Hopkins Cole, Ninhidrin, Belerang,
Xanthoproteat, dan Biuret. Larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, fenol
2%, NaOH 10%, Pb-Asetat 5%, NHO3 pekat , dan CuSO4 0,1%.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pukul 08.00 s.d 10.00 pada hari Rabu, 12 Oktober 2011
yang dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia FMIPA IPB Darmaga,
Bogor.
Prosedur Percobaan
Praktikum ini menggunakan 6 reaksi uji asam amino yaitu uji Milon, uji Hopkins
Cole, uji Ninhidrin, uji Belerang, uji Xanthoproteat, dan uji Biuret.
Uji Milon menggunakan pereaksi Milon yang kemudian ditambahkan ke dalam 3 ml
pada larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. Lalu dipanaskan
dan diamati. Uji Hopkins-Cole menggunakan 2 ml bahan yang akan diuji dilarutkan dalam 2
ml pereaksi Hopkins-Cole ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 3 ml asam pekat melalui
dinding tabung secara hati-hati,lalu dibiarkan hingga ter bentuk cincin violet (ungu). Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%,kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2%.
Uji Ninhidrin menggunakan 0.5 larutan Ninhidrin 0.1% ke dalam 3 ml larutan
protein, kemudian dipanaskan dalam penangas air sampai mendidih selama 10 menit. Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2%. Uji belerang
menggunakan 2 ml larutan protein yang ditambahkan 5 ml NaOH 10%,didihkan selama
beberapa menit. Kemudian menambahkan 2 tetes larutan Pb-Asetat 5%, setelah itu
dipanaskan kembali beberapa menit. Uji ini dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein 2%,
gelatin 2%, dan pepton 2%.
Uji Xanthoproteat menggunakan 2 ml larutan protein yang ditambahkan 1 ml HNO3
pekat,lalu dicampurkan dan dipanaskan selama 5 menit. Kemudian didinginkan dan
ditambahkan NaOH pekat sampai larutan menjadi basa dan terjadi perubahan warna. Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%,kasein 2%, gelatin 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. Uji
yang terakhir adalah Uji Biuret yang menggunakan 3 ml larutan protein lalu ditambahkan ke
dalam 1 ml NaOH 10 % dan dikocok. Setelah itu ditambahkan 1 tetes larutan CuSO4 dan
kocok kembali jika tidak timbul warna. Uji ini dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein
2%, gelatin 2%, dan pepton 2%.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Tabel 1 Hasil Pengamatan Uji Millon
Larutan Hasil Pengamatan
Albumin 2% + Jingga Muda
Gelatin 2% - Jingga Keruh
Kasein 2% - Hijau Kecokelatan
Pepton 2% - Jingga Keruh
Fenol 2% - Jingga Muda
Ket: – : tidak mengandung gugus fenolik (tirosin dan turunannya)
+ : mengandung gugus fenolik
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia: Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam
tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi
sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan dan
tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan protein yang
Karena banyak protein mengandung zat- zat lain disamping asam amino, maka
struktur 3 dimensi dan banyak sifat biologi protein ditentukan terutama oleh jenis asam
amino berikatan satu sama lain pada rantai polipeptida dari hubungan keruangan satu asam
amino dengan yang lain. Sifat biologi protein yang unik terutama disebabkan oleh interaksi
putih telur. Telur merupakan bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat yang
memiliki kadar protein yang cukup tinggi. Selain itu putih telur memiliki fungsi yang cukup
penting diketahui oleh masyarakat yaitu sebagai antidotum atau penawar racun apabila
Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik. Melalui
percobaan ini akan dijelaskan bagaimana sifat kimia dari protein yang meliputi siat
kelarutan, koagulasi, reaksi biuret, dan reaksi-reaksi protein terhadap ion-ion logam.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada percobaan ini dalah bagaimana sifat-sifat pada asam
C. Maksud Praktikum
a. Melakukan reaksi uji asam amino pada sampel albumin telur ayam kampung, albumin telur
ayam ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh serta susu dengan tes cystine dan tes
ninhydrin.
b. Melakukan reaksi uji protein pada sampel albumin telur ayam kampung, albumin telur ayam
ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh serta susu dengan tes biuret, pengendapan
c. Melakukan reaksi uji spesifik pada sampel albumin telur ayam kampung, albumin telur ayam
D. Tujuan Praktikum
ayam ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh dengan tes millon dan tes ninhydrin.
b. Mengetahui adanya protein pada sampel albumin telur ayam kampung, albumin telur ayam
ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh dengan tes biuret, pengendapan dengan logam
c. Mengidentifikasi asam amino dan protein pada sampel albumin telur ayam kampung,
albumin telur ayam ras, albumin telur itik, albumin telur puyuh dengan reaksi termokoagulasi
E. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada
berbagai golongan protein, misalnya sifat kelarutan protein, koagulasi protein, dan reaksi
dengan ion-ion logam.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino
yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus -NH2 pada atom karbon α dari
posisi gugus –COOH, rumus umum untuk asam amino ialah : (Anna poedjiadi,
1994)
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik
non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam
karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatic yang
terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik. Perbedaan sifat antara asam amino dengan asam karboksilat dan amino
terlihat pula pada titik leburnya. Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan asam karboksilat atau amina. Kedua sifat fisika ini menunjukan bahwa
asam amino cenderung mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai polaritas
tinggi dan bukan sekedar senyawa yang mempunyai gugus –COOH dan gugus –NH2. Hal
ini tampak pula pada sifat asam amino sebagai elektrolit (Anna poedjiadi, 1994).
Seperti juga semua senyawa organik, reaksi kimia asam amino mencirikan gugus
fungsional yang terkandung. Karena semua asam amino mengandung gugus amino dan
karboksilat, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang mencirikan gugus ini. Sebagai
contoh gugus amino dapat memberikan reaksi asetilasi, dan gugus karboksil esterifikasi.
Walaupun kita tidak akan menganalisa semua reaksi-reaksi organic spesifik asam amino,
terdapat dua reaksi penting yang secara luas dipergunakan untuk melakukan deteksi,
Yang pertama adalah reaksi ninhidrin, yang digunakan untuk mendeteksi dan
menduga asam amino secara kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan ninhidrin
berlebih menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam amino yang mempunyai
gugus α-amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan oleh prolin berwarna kuning,
karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus α-amino. Pada kondisi yang sesuai
intensitas warna yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam
amino secara kalorimetrik. Metode ini amat sensitive bagi pengukuran konsentrasi asam
Reaksi kedua dari asam amino yang penting adalah dengan pereaksi 1-fluoro-2,4-
dinitrobenzen (FDNB). Didalam larutan basa encer, FDNB bereaksi dengan asam α-amino
masing-masing asam amino. Kemudian kita akan melihat pentingnya reaksi ini, dalam
Dua molekul asam amino dapat diikat secara kovalen melalui suatu ikatan amida
subsitusi, yang disebut ikatan peptida menghasilkan suatu dipeptida. Ikatan seperti ini
dibentuk dengan menarik unsur H2O dari gugus karboksil suatu asam amino dan gugus α-
amino dari molekul lain, dengan reaksi kondensasi yang kuat . Tiga asam amino dapat
disatukan oleh dua ikatan peptida dengan cara yang sama untuk menembus suatu
tripeptida, tetrapeptida, dan pentapeptida. JIka terda[pat banyak asam amino yang
bergabung dengan cara demikian, struktur yang dihasilkan dinamakan polipeptida. Peptida
dengan panjang yang bermacam-macam dibentuk oleh hidrolisa sebagaian dari rantai
polipeptida yang panjang dari protein, yang mengandung retusan asam amino. (Lehninger,
1982 : 126)
Cara yang digunakan untuk mengklasifikasi asam amino ada beberapa, misalnya
cara yang mendasarkan pada jumlah gugus karboksil dan gugus asam amino yang
dikandung oleh senyawa itu. Cara lain ialah mendasarkan pada sifat gugus R. Dibawah ini
dicantumkan klasifikasi asam amino atas dasar gugus R-nya, menjadi 4 golongan :
(Soeharsono, 2006)
1. Golongan asam aminso dengan R yang tidak polar, hidrofobik (tidak suka air). Contoh
3. Golongan asam amino denga R bernuatan negative. Contoh Asam asparat dan asam
glutamate
4. Golongan asam amino dengan R bermuatan positif. Contoh Lisin, arginin, histidin
dibandingkan dengan golongan 2. Hal itu disebabkan karena gugus R-nya tidak polar.
Hidrofobik adalah sifat fobik pada airdan bilamana asam amino itu terdapat pada rantai
polimer maka asanm tersebut cenderung melipat dalam gumpalan protein itu. Golongan 3
hanya terdiri dari dua buah asam amino, gugus karboksilnya mengalami disosiasi pada pH
6-7 sehingga bermuatan negative, jelas bahwa bilamana kedua asam itu letaknya dalam
rantai polimer berdektaann satu samar lain akan mengubah struktur dasar, karena saling
menolak. Golongan 4 pada pH sekitar 7 maka gugus NH2 dan NH (histidin) akan menyerap
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat
bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbeda-
beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut
dalam air, tetapi ada juga yang tidak larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu jenis
protein yan tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang dalam
bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi (Anna P, 1994).
Protein merupakan urutan linear dari residu asam-asam amino yang terhubung
melalui ikatan peptide. Ikatan peptide adalah ikatan kovalen antara gugus-amino dari satu
asam amino dan gugus-karboksil dari asam amino dan gugus-karboksil dari asam amino
yang lain. Ikatan peptida memiliki karakter ikatan rangkap parsial dan hamper selalu dalam
konfigurasi trans. Ketika dua asam amino digabungkan oleh ikatan peptide, mereka
memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang sama, yaitu
20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologi. Lalu
apakah yang memberikan aktifitas enzimnya, protein lain aktivitas hormon, dan lain lagi
sederhana, protein berbeda satu sama lain karena masing-masing mempunyai deret unit
asam amino sendiri-sendiri. Asam amino merupakan abjad struktur protein, karena molekul-
molekul ini dapat disusun dalam jumlah deret yang hamper tidak terbatas, untuk membuat
berbagai porotein dalam jumlah yang hamper tidak terbatas pula (Albert L, 1982).
protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum, ovalbumin = telur, kasein = susu,
feritin), protein kontraktil (aktin, myosin, tubulin, dynein), protein structural (keratin, fibroin,
botuluni, toksin difteri, bias ular, risin), protein pengatur (insulin, hormone tumbuh,
kortikotropin, repressor). Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi :
Protein dapat juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan
1. Protein globular dan protein serabut, pada protein globular rantai atau rantai-rantai
polipeptida berlipat rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat, protein
globular biasanya larut didalam system larutan (air) dan segera berdifusi, hamper semua
mempunyai fungsi gerak dan dinamik. Hampir semua enzim merupakan protein globular,
seperti protein transport pada darah, antibody, dan protein penyimpan nutrient (Lehninger,
1982).
Protein globular umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri dari atas rantai
polipeptida yang berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak disebelah luar rantai
polipeptida, sedangkan gugus R yang hidrofob terletak disebelah dalam molekul protein
2. Protein Serabut bersifat tidak larut didalam air, merupakan molekul serabut panjang, dengan
rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu, dan tidak berlipat menjadi bentuk
globular. Hampir semua protein serabut memberikan peranan structural atau pelindung.
Protein serabut ysng khas α-keratin pada rambut dan wol, fibroin dari sutra dan kolagen dari
Molekul protein ini juga terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang memanjang dan
dihubungkan satu sama lain oleh beberapa ikatan silang hingga merupakan bentuk serat
atau serabut yang stabil. Sebagaian besar mlekul protein menampakan aktivitas biologiknya
pada kisaran ph dan suhu tertentu. Pada pH dan suhu yang tinggi maka protein globular
mengalami perubahan fisik yang dinamakan denaturasi. Salah satu sifat yang tampak
kelarutannya menurun. Pembentukan gumpalan putih pada bagian telur yang putih
merupakan salah satu contoh proses denaturasi. Struktur primer protein diatas tidak
mengalami perubahan. Secara umum denaturasi adalah pristiwa pentimpangan dari sifat
alamiah senyawa yang bersangkutan, dalam hal ini adalah protein(Anna poedjiadi, 1994).
Meskipun protein yang telah mengalami denaturasi struktur kimia globalnya sama
dengan protein yang asli, tetapi sifat biologisnya akan sangat berbeda (tidak lagi
menunjukkan sifat-sifat biologis protein semula). Protein sederhana pada hidrolisa hanya
memberikan asam-asam amino saja, misalnya : lisozim (lysozyme). Protein majemuk pada
hidrolisa selain asam-asam amino, menghasilkan juga zat-zat yang bukan asam amino
(disebut gugus prostetik), misalnya : nukleuprotein (dalam inti sel) mengandung asam
Bila protein didihkan dalam asam atau basa encer atau bila mereka dikenai kerja
asam amino. Oleh karena itu protein serupa dengan pati dan selulosa, dalam arti molekul-
molekul mereka terdiri dari satuan berulang dari molekul yang lebih sederhana. Satuan
RM / BM : H2O / 18,02
miAcidum Nitras
n : ASAM NITRAT
: HNO3 / 63
ian : Cairan jernih berasap, hampir tidak berwarna sampai berwarna kuning.
utan : Sangat Mudah Larut dalam air, Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P dan daam pelarut organic
lain; larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
RM/BM : C9H4O3
RM / BM : NaOH / 40,00
: Sebagai pereaksi
merian : Hablur prisma monokotil, kecil , putih ,transparan Atau massa hablur berat; bau cuka.
RM / BM : CuSO4.5H20 / 249,6
warna biru.
RM / BM : HgCl2 / 271,52
: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau, berat.
a Resmi : AETHANOLUM
a lain : Etanol
BM : C6H6O / 46
C. Uraian Sampel
Albumin telur ( Dirjen POM,1995 )
kadar protein.
air, setara 95 % P.
cahaya
A. Tes Ninhydrin
B. Cystine.
Sedikit cystine dilarutkan dalam 5 ml NaOH 1 M. tambahkan beberapa kristal Pb-
A. Tes Biuret
Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M. Campurkan, jika timbul warna, tambahkan lagi setetes
atau lebih CuSO4. Ulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan asam amino.
menggunakan ( CH3COO)2Pb.
Tabung I II III
Larutan 2 ml 2 ml 2ml
Albumin
Hcl 1 ml - -
NaOH - 1 ml -
Buffer 4,6 - - 1 ml
Etanol 3 ml 3 ml 3 ml
A. Reaksi Pengendapan
1. Termokoagulasi
Basakan 5 ml larutan albumin dengan satu tetes NaOH 0,1 N. panaskan sampai
mendidih.Asamkan larutan panas ini dengan asam asetat 0,1 M. Amati apa yang terjadi.
menggunakan pipet, tanpa mencampur, 1 ml asam nitrat pekat pada dasar tabung.
BAB III
METODE KERJA
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Batang pengaduk, Botol semprot,
Cawan porselin, Gegep kayu, Gelas kimia 250 ml, Gelas ukur 25 ml, Lap halus, Lap kasar,
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Albumin telur ayam
ras, albumin telur bebek, albumin telur ayam kampung, albumin telur puyuh, Aquadest,
Asam klorida 0,1 M, Asam Nitrat P, Asam triklorasetat, Etanol 95% P, Natrium Hidroksida
C. Cara Kerja
A. Ninhidryn
B. Cystein
tabung reaksi
A. Biuret
2. Disiapkan 4 buah tabung reaksi masing –masing tabung diisi dengan 3 ml protein.
A.Termokoagulasi
5. Diasamkan Larutan yang telah panas ( Mendidih ) tersebut dengan asam asetat 0,1 M.
2. Ditambahkan 1 ml asam nitrat pekat pada dasar tabung dengan menggunakan pipet
A. HASIL PENGAMATAN
a. Tes Ninhydrin
Protein (telur)
b. Cystine
Tabung I
Cystine + larutan NaOH berwarna putih + larutan Pb asetat dan dipanaskan koagulasi.
Tabung II
Susu + larutan NaOH berwarna putih dan mengendap+ larutan Pb asetat berwarna putih
Tabung III
Albumin + larutan NaOH tidak ada perubahan + larutan Pb asetat koagulasi, setelah
dipanaskan denaturasi.
a. Tes Biuret
Larutan
I
Susu Larut
(penambahan HCl 0,1
Albumin
a. Termokoagulasi
1. Asam nitrat
Susu denaturasi ( ≠ terbentuk cincin flokulasi )
2. Asam Organik
Susu denaturasi
Albumin denaturasi
A. Pembahasan
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah telur ayam ras, ayam kampung, bebek
dan puyuh serta susu. Pada telur ini yang digunakan hanya putih telurnya saja sedangkan kuningnya
tidak. Hal ini dikarenakan putih telur mengandung protein dan kuningnya mengandung vitamin,
protein dari putih telur inilah yang akan diuji dalam percobaan ini.
asam amino. Pada saat penambahan larutan protein direaksikan dengan larutan ninhydrin
akan menghasilkan warna puth keruh dan setelah beberapa detik berubah menjadi merah,
setelah pemanasan tetap terbentuk gumpalan merah . Hal ini disebabkan karena
Yang kedua adalah pengamatan tes biuret, larutan yang mengandung albumin
(protein) ditambahkan dengan NaOH 2,5 M larutan tetap berwarna bening Hal ini
disebabkan karena protein tidak berikatan dengan NaOH. Pada penambahan sedikit CuSO4
0,01 M larutan yang berisi albumin ayam ras, albumin yam kampung, albumin itik, albumin
puyuh dan glisin menjadi warna biru muda, dan setelah penambahan CuSO4 berlebih maka
larutan masih tetap berwarna muda. Hal ini terjadi karena pembentukan kompleks Cu2+
dengan gugus –NH dari rantai polipeptida pada protein dalam suasana basa.
(CH3COOH)2Pb dan HgCI2 menghasilkan larutan gumpalan putih. Hal ini terjadi karena
untuk mengendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan di atas titik isoelektrik
Pengendapan dengan logam berat, larutan albumin akan membentuk endapan karena
adanya gugus sulfurhidril yang dikandung oleh protein. Jadi dalam hal ini Hg dan Pb
bereaksi dengan protein akan memberikan endapan karena logam tersebut diikat oleh
ditambahkan HCI menghasilkan warna bening dan terjadi penggumpalan sebagian dibawah
tabung reaksi dan setelah ditambahkan etanol 95% maka penggumpalan terjadi secara
keseluruhan dan untuk tabung II setelah ditambahkan NaOH menghasilkan larutan bening
dan setelah ditambahkan etanol 95%, penggumpalan yang terjadi hanya sebagian. Hal ini
etanol.
Pada reaksi termokoagulasi jika albumin ayam kampung jika ditambah NaOH maka
terjadi denaturasi sedangkan jika ditambah dengan NaOH dan CH3COOH maka terjadi
suatu koagulasi.
Pada reaksi asam nitrat untuk albumin ayam kampung ditambah dengan HNO3 maka
akan menghasilkan atau terbentuk cincin dengan 2 lapisan dimana lapisan atas berwarna
Pada reaksi pengendapan dengan asam kuat terbentuk koagulasi. Hal ini
disebabkan karena pada saat penambahan asam kuat yang direaksikan dengan larutan
A. Kesimpulan
a. Susu di reaksikan dengan pereaksi asam amino yaitu dengan tes ninhydrin gumpalan merah
dan pada telur bebek direaksikan dengan pereaksi asam amino berwarna putih
b. Pada tes cystine terjadi koagulasi pada tabung I dan II,terjadi denaturasi pada tabung III.
c. albumin telpur ayam bebek di reaksikan dengan reaksi uji protein yaitu pada tes biuret
menghasilkan warna biru muda, pada tes logam terjadi denaturasi, dan pengendapan
d. albumin telur ayam bebek di reaksikan dengan reaksi pengendapan yaitu pada
flokulasi warna kuning, dan pada asam organik menghasilkan koagulasi warna putih.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, Albert L, 1982. “Dasar-Dasar Biokimia Jilid I”, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Martoharsono, Soeharsono. 2000.” Biokimia Jilid II”. Penerbit Gadjah Mada University Press :
Jakarta.
Ngili, Yohanis, 2009. Biokimia Struktur & Fungsi biomolekul. Graha Ilmu : Yogyakarta
Respati, Ir, 1980.”Kimia Organik Jilid 2”. Penerbit Rineka Cipta. Jogjakarta.