Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Finite Element Method (FEM) atau biasanya disebut Finite Element Analysis (FEA), adalah
prosedur numeris yang dapat dipakai untuk menyelsaikan masalah-masalah dalam bidang
rekayasa (engineering), seperti analisa tegangan pada struktur, frekuensi pribadi dan mode shape-
nya, perpindahaan panas, elektromagnetis, dan aliran fluida (Moaveni).Metode ini digunakan
pada masalah-masalah rekayasa dimana exact solution/analytical solution tidak dapat
menyelsaikannya. Inti dari FEM adalah membagi suatu benda yang akan dianalisa, menjadi
beberapa bagian dengan jumlah hingga (finite). Bagian-bagian ini disebut elemen yang tiap
elemen satu dengan elemen lainnya dihubungkan dengan nodal (node). Kemudian dibangun
persamaan matematika yang menjadi reprensentasi benda tersebut. Proses pembagian benda
menjadi beberapa bagian disebut meshing. Untuk menggambarkan dasar pendekatan FEM
perhatikan gambar 1. Gambar 1 adalah gambar sebuah plate yang akan dicari distribusi
temperaturnya. Bentuk geometri plate di ”meshing” menjadi bagian-bagian kecil bentuk segitiga
untuk mencari solusi yang berupa distribusi temperatur plate. Sebenarnya kasus ini dapat
diselsaikan dengan cara langsung yaitu dengan persamaan kesetimbangan panas (heat balance
equation). Namun untuk geomtri yang rumit seperti engine block diperlukan FEM untuk mencari
distribusi temperatur.
Gambar 1.1 Meshing pada plate berlubang
Berbagai macam pemasalahan telah dianalisis dengan menggunakan MEH. Aplikasi Metode
Elemen Hingga dapat digolongkan menurut tiga kategori [Huebner,1975]. Yang pertama adalah
jenis permasalahan yang dikenal sebagai problem equillibrium atau problem steady-stare.
Contoh-contoh problem equillibrium pada problem mekanika benda pejal adaiah penghitungan
tegangan (stress) dan regangan (strain), pada problem perpindahan panas konduksi (conduction
heat transfer) penghitungan distribusi suhu, pada problem mekanika fluida, tekanan, kecepatan
dan suhu fluida dapat dihitung oleh MEH.

1.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini disampaikan sebagai berikut:


1. Apakah metode elemen hingga dapat menyelesaikan permasalahan struktur seperti sifat mekanik
3D Truss pada soal tersebut ?
2. Bagaimanakah cara kerja elemen hingga sehingga mampu menyelesaikan persoaalan 3D Truss
pada soal tersebut ?
3. Bagaimanakah cara solusi dari metode elemen hinggadapat disampaikan sehingga insinyur
mendapat data yang akurat sesuai dengan kondisi riil ?
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini disampaikan sebagai berikut:
1. Mengetahui kemampuan metode elemen hingga dalam menyelesaikan permasalahan struktur
seperti sifat mekanik 3D Truss
2. Mengetahui cara kerja elemen hingga sehingga mampu menyelesaikan persoaalan 3D Truss
3. Mengetahui cara solusi dari metode elemen hinggadapat disampaikan sehingga insinyur
mendapat data yang akurat sesuai dengan kondisi riil
1.3 Manfaat

Manfaat dari pembentukan makalah ini adalah untuk mengetahui adanya informasi tenttang sifat mekanik
dari 3D Truss sehinga dapat diketahui sifat-sifat mekanik dari elemen. Kemudian data dari sifat mekanik
tersebut dapat digunakan oleh insinyut untuk pengerjaan lebih lanjut.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Matriks

Di dalam mencari hubungan antara variable-variabel baik dalam ilmu terapan atau ilmu lainnya
sering harus dipecahkan suatu persoalan yang terdiri lebih dari dua persamaan. Dengan
menggunakan matriks persoalan tersebut dapat lebih mudah dalam analisis-analisisnya yang
mencakup hubungan antar variablevariabel. Matriks adalah sebuah susunan bilangan yang
disebut ―elemen‖ yang disusun menurut baris dan kolomnya berbentuk persegi panjang. simbol
yanf sering digunakan dalam penulisan matriks misalnya ―Amn‖ artinya sebua matriks ―A‖
dengan jumlah baris ―m‖ dan jumlah kolom ―n‖, sering dibaca matriks ―A‖ ―m dikali n‖.
Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut elemen dari matriks. Entri di baris ―i‖ dan
kolom ―j‖ dinotasikan dengan aij .

Gambar 2.1 Susunan Matriks

Square Matrix adalah jika nilai m dan n adalah sama, matriks yang terdiri dari baris dan kolom di
notasikan dengan tanda kurung siku ([]) sedangkan matriks yang terdiri hanya kolom dinotasikan
dengan tanda kurung kurawa ({}).

2.2 Truss (rangka)


Truss (rangka) adalah konstruksi yang tersusun dari batang-batang tarik dan batang-batang tekan
saja, umumnya dari baja, kayu, atau paduan ringan guna mendukung atap atau jembatan. Truss
dibagi menjadi 2 jenis yaitu truss 2 dimensi dan truss 3 dimensi. Truss 2 dimensi adalah truss
yang dapat menahan beban arah datar saja (sumbu x, y) dan umumnya beban yang bekerja
adalah beban terpusat nodal. Sedangkan truss 3 dimensi adalah kumpulan batang yang dimana
batang-batangnya berarah sembarang dalam ruang, yang dapat menahan beban pada semua arah
(sumbu x, y, dan z) dan beban yang bekerja adalah beban terpusat nodal

Gambar 2.2 Struktur Truss


2.2 Gaya Pada Batang
Pada elemen truss, gaya-gaya eksternal hanya bereaksi pada ujung-ujung elemen: node i dan j.
Sebagai akibat dari beban ini maka elemen (e) akan memanjang atau memendek. Pada buku ini
superskrip (e) menandakan elemen ke (e) sedangkan subskrip menandakan nomer elemen.
Sebagai contoh, pergeseran sejajar sumbu-x node j akan dituliskan sebagai yang menandakan
komponen-x dari variable u untuk local node j elemen (2).

Gambar 2.3 Gaya yang Bekerja Pada Batang

Guna menghitung pergeseran elemen (e), kitagunakan analisis statis. Untuk memenuhi syarat
keseimbangan (equilibrium) atau menghindari terjadinya pergerakan badan rigid (rigid body
motion) maka
Gambar 2.3 Hukum 3 Newton Pada Batang

Sedangkan gaya internal, , yang bereaksi pada elemen digambarkan secara sembarang pada
masing-masing bagian tetapi harus berlawanan arah. Guna memenuhi kondisi keseimbangan
node i dan j maka

Gambar 2.4 Hukum 3 Newton Pada Noda

Gambar 2.4 Hukum 3 Newton Pada Noda


.

2. Beam
Beam adalah bagian struktural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang untuk menanggung dan
mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang. Beam dapat menerima beban lateral atau
beban yang tegak lurus yang bekerja pada beam tersebut

3. Frame (portal)
Frame adalah kerangka yang terdiri dari dua atau lebih bagian konstruksi yang disambungkan
yang bertujuan untuk stabilitas, umumnya dapat menahan gaya momen, gaya geser, dan aksial.
Frame sama halnya dengan truss, juga dibagi menjadi 2 jenis yaitu frame 2 dimensi dan frame 3
dimensi. Frame 2 dimensi merupakan frame yang dapat menahan beban pada arah datar saja
(sumbu x, y) dan biasanya beban yang bekerja adalah beban terpusat nodal dan beban batang.
Berbeda halnya dengan frame 2 dimensi, frame 3 dimensi dapat menahan beban pada semua arah
(sumbu x, y, dan z) dan beban yang bekerja adalah beban terpusat nodal dan beban batang.

1. Beban
Beban adalah semua gaya yang menimbulkan tegangan dan regangan dalam suatu struktur.
Beban nodal (BN) adalah beban terpusat yang langsung bekerja pada nodal. Beban nodal
ekuivalen (BNE) adalah beban terpusat atau beban merata yang bekerja di antara nodal dan
ditransmisikan menjadi beban nodal.

2. Gaya Nodal Struktur Gaya nodal struktur adalah resultan atau hasil penggabungan beban
nodal atau reaksi perletakan. Gaya tersebut akan didistribusikan ke seluruh elemen struktur dan
menimbulkan gaya internal geser, aksial, momen torsi, dan momen lentur sampai akhirnya
disalurkan ke perletakan. Gaya nodal struktur juga berperan dalam menjaga keseimbangan
struktur bebas (free-body structure) bila perletakan dilepas. Dengan anggapan bahwa elemen
rangka memiliki penampang melintang A yang konstan, modulus elastis E, dan panjang L.
Derajat kebebasan dari 11 nodal adalah displacement lokal ke arah axial (searah elemen rangka)
berturut-turut adalah d1x, d2x masing-masing untuk node 1 dan node 2.

Gambar 2.5 Gaya Pada Batang


Berikut ini adalah beberapa asumsi yang digunakan untuk menurunkan persamaan matrik
kekakuan elemen.
1. Truss hanya menerima gaya pada arah axial (searah elemen) dan tidak menerima gaya pada
arah lateral (tegak lurus elemen). Oleh karena itu, F1y dan F2y, masing-masing sama dengan nol.
2. Semua perpindahan ke arah selain arah panjang elemen diabaikan.
3. Elemen mengikuti hukum linier x = E x (pada arah axial).
Persamaan Hooke menyatakan bahwa perpindahan (du) adalah akibat dari pengaruh gaya luar
(F)

Dimana: k = koefisien kekakuan pegas E = modulus elastisitas A = Luas penampang melintang L


= panjang elemen Persamaan 2 juga berlaku untuk:
BAB III
ALUR PENGERJAAN

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan
Diberiikan struktur rangka seperti berikut:
4.2 Langkah-Langkah Pengerjaan

Langkah paling awal dalam pemodelan persoalan tersebut adalah mengubah/mengkonversi


satuan-satuan parameter pada soal agar konsisten, karena seperti software MEH pada umumnya,
software LISA tidak mendefinisikan satuan. LISA hanya bekerja dengan besaran angka-angka,
sehingga tidak ada bedanya antara satuan N/m2 dengan N/mm2. Untuk itu pengguna harus
menggunakan sistem satuan yang konsisten untuk keseluruhan modelnya. Sebagai contoh, jika
digunakan milimeter (mm) sebagai satuan panjang, maka Modulus Young (E) harus dalam
satuan N/mm2, bukan dalam N/m2. Demikian juga jika N/m2 digunakan sebagai satuan Modulus
Young, maka satuan gaya harus dalam N (Newton) bukan kN (Kilo Newton).

Tabel 4.1 Satuan Dasar Pada Lisa


Tabel 4.2 Standart Satuan Turunan Lisa

Dalam kasus soal ini satuan yang perlu dikonversikan terlebih dulu adalah satuan panjang dari
dimensi elemen strukturnya, dari meter (m) menjadi inchi (in.). Selanjutnya
membuka/mengaktifkan software LISA. Berikut ini tahapan pemodelan yang harus dilakukan
dalam software LISA.

1. Tentukan jenis analisis sesuai persoalannya. Dalam hal ini adalah Analisis Statis, dan dapat
dipilih pada menu seperti ditunjukkan Gambar 1.2.

Gambar. 4.1 Pemilihan Jenis Analisis Yang Akan Dilakukan.


2. Pembuatan Titik Simpul (Nodes): dengan cara memasukkan koordinat kartesiannya secara
berturut-turut sesuai geometri strukturnya. Dalam hal ini dengan node 1 pada koordinat (0,
118.11, 118.11); node 2 (0, 118.11, 0); node 3 (59.0551, 0, 0); node 4 (-59.0551, 0, 0); node 5
(59.0551, 0, 118.11); dan node 6 (-59.0551, 0, 118.11). Menu untuk pembuatan nodes ini
ditunjukkan pada Gambar 1.3 berikut.

Gambar. 4.2 Menu pendefinisian nodes pada model.

Gambar. 4.3 . Hasil pendefinisian nodes pada model (terlihat titik merah dengan
nomor node 1 s/d 6.
Hasil pendefinisian semua nodes pada model dapat dilihat seperti tampilan Gambar 4.Pembuatan
elemen dengan menyambungkan nodes yang sudah ada untuk membentuk geometri struktur
yang diinginkan. Pada menu dipilih “line2 beam/truss” sebagai jenis elemen garis (bisa untuk
kasus elemen batang atau balok). Akhirnya terbentuk 3 buah elemen seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.4

Gambar. 4.4 . Menu Untuk Pembuatan Elemen Jenis Elemen Garis Untuk
Membentuk Geometri Struktur Yang Diinginkan.

3. Ubah nama node dan elemen untuk mempermudah langkah berikutnya, seperti terlihat pada
Gambar 1.6.

Gambar. 4.5. Pemberian Nama Nodes Dan Elements..


4. Memasukan data section properties & material properties elemen.
 Pada soal tidak ditentukan bentuk penampang melintang tiap elemennya, hanya diketahui
luasnya saja (A), yaitu 400 cm2 untuk elemen (3), (4), (5), (6) dan 300 cm 2 untuk elemen
(1), (2), (7), (8).
 Dalam submenu Geometric terdapat beberapa pilihan bentuk penampang seperti
rectangular bar, rectangular tube, circular bar, dll. (lihat Gambar 4.5).
 Dalam soal ini diasumsikan penampang melintang elemen berbentuk empat persegi
panjang dengan luas A = 400 cm2 untuk elemen (3), (4), (5), (6) rectangular bar
sehingga diperoleh ukuran tinggi (a) = 15.75 in. dan lebar (b) = 3.94 in. Seperti terlihat
pada Gambar 1.7.

Gambar 4.5 Pendefinisian section properties elemen melalui submenu Geometric pada
menu Material Properties (Material).

 Selanjutnya memasukkan data material properties elemen (3), (4), (5), (6) melalui
submenu Mechanical pada menu Material Properties (Material). Untuk kelompok
material Isotropic data secara lengkapnya terdiri dari Young’s modulus, Poisson’s ratio,
Density, dan Thermal expansion coefficient (lihat Gambar 1.8). Minimal diisikan
Modulus elastisnya (Modulus Young) E = 14503773,8 psi (seperti dalam kasus soal ini).
Gambar 4.6 Pendefinisian material/mechanical properties elemen melalui submenu
Mechanical pada menu Material Properties (Material).
 Untuk elemen (1), (2), (7), (8) circular bar memiliki luas A = 300 cm2. sehingga
diperoleh ukuran diameter (d) = 19.55 in. seperti terlihat pada Gambar 1.9.

Gambar 4.7 Pendefinisian section properties elemen melalui submenu Geometric pada
menu Material Properties (Material).
Selanjutnya memasukkan data material properties untuk elemen (1), (2), (7), (8) melalui
submenu Mechanical pada menu Material Properties (Material). Untuk kelompok material
Isotropic data secara lengkapnya terdiri dari Young’s modulus, Poisson’s ratio, Density, dan
Thermal expansion coefficient (lihat Gambar 1.10). Minimal diisikan Modulus elastisnya
(Modulus Young) E = 14503773,8 psi (seperti dalam kasus soal ini).

Gambar 4.8 Pendefinisian material/mechanical properties elemen melalui submenu


Mechanical pada menu Material Properties (Material).
5. Pendefinisian tumpuan/perletakan pada model. Dalam hal ini pada node 3, 4, 5 dan 6 yaitu
berupa fixed support.

Gambar 4.9 Pendefinisian tumpuan pada node 3, 4, 5, dan 6.


Sehingga menghasilkan tumpuan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.12 berikut.

Gambar 4.10. Simbol tumpuan yang telah didefinisikan pada node 1 dan 4.
6. Pemberian gaya-gaya yang bekerja pada model struktur. Dalam hal ini ada 2 gaya terpusat
sebesar 30 lb yang bekerja pada node 1 dengan arah 36.87o dari garis normal/vertikal (arah
sumbu -z) dan sebesar 10 lb yang bekerja pada node 2 ke arah horizontal kiri (+x). Dilakukan
pada menu “Loads & Constraints” seperti terlihat pada Gambar 1.13 dan Gambar 1.14.
 Pemberian gaya pada node 1 sebesar 30 lb.

Gambar 4.11Pendefinisian gaya terpusat pada node 1 sebesar 30 lb.


Pemberian gaya pada node 2 sebesar 10 lb.

Gambar 4.12 Pendefinisian momen pada node 3 sebesar 5.000 lb. in


Setelah pendefinisian beban dan momen sudah dilakukan tuntas, maka pada model struktur
secara visual nampak panah warna hijau ke kanan pada node 2 dan lingkaran panah warna biru
pada node 3 seperti terlihat pada Gambar 1.14.

Gambar 4.13 Simbol beban dan momen yang telah didefinisikan pada node 1 dan 2.
7. Running/penyelesaian. Dengan memilih/klik ikon Solve untuk mengetahui hasil perhitungan.
Pada tahap ini LISA akan melakukan komputasi secara bertahap hingga dihasilkan
outputnya, yang secara ringkasnya seperti diperlihatkan pada Gambar 1.15.

Gambar 4.14 Menu yang menunjukkan proses running/perhitungan oleh software LISA
atas model yang telah dibuat hingga dihasilkan outputnya.
8. Untuk mengetahui hasil Reaction Force pada struktur dapat dilihat dalam table Reaction
Force pada solution seperti pada Gambar 1.16.

Gambar 4.15 Reaction Force pada struktur


Dari hasil perhitungan di LISA, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Reaction Force
a. Reaction Force untuk gaya pada sumbu x

b. Reaction Force untuk gaya pada sumbu y

c. Reaction Force untuk momen pada sumbu z


2. Displacement

3. Momen dan gaya pada elemen

Anda mungkin juga menyukai