Pembimbing :
dr. Parhusip. Sp. PD-FINASIM, M.Kes
Oleh :
S Adisty Ulyanka 218220076
Yohan Elentra Ferdinando 218220093
Kanisius Rarih P 217220185
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
T.A. 2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan dengan
judul “Hepatitis A”.
Makalah ini bertujuan agar penulis dapat lebih memahami mengenai teori-
teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan dan mengaplikasikannya
untuk kepentingan klinis kepada pasien. Penulis sangat berterimakasih kepada dr.
D. H. Parhusip D. Sp.PD-FINASIM, M.Kes yang telah bersedia meluangkan
waktunya serta membimbing penulis dalam laporan kasus ini.
ii
DAFTAR ISI
2.1.Hepatitis A..................................................................................... 2
2.1.8. Penatalaksanaan................................................................. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
daerah dengan standar kesehatan, terutama higienitas yang masih rendah (Tanto,
2014).
Virus ini ditularkan selalu melalui rute feses-oral baik secara kontak langsung
maupun dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. Penyebaran HAV dari
padat penduduk. Bepergian ke daerah endemik sering menjadi sumber infeksi bagi
Lebih dari 75 % anak dari berbagai benua Asia, Afrika, India menunjukkan
data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A merupakan bagian terbesar dari
kasus – kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8%-68,3% (Sudoyo,
2009).
Secara epidemiologis, HVA dapat timbul secara epidemis, tetapi dapat pula
secara sporadis. Di Indonesia, HVA terjadi sepanjang tahun dan umumnya bersifat
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hepatitis A
2.1.1. Definisi
tersebut mati dengan perebusan air suhu 70˚C selama 1 menit, dengan formaldehid
dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase praikterik. Sewaktu
timbul ikterik, antibodi terhadap HAV (anti-HAV) telah dapat diukur di dalam
serum.
memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu infeksi HAV. Setelah
masa akut, antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya
hati, tetapi virus terdapat di hati, empedu, tinja, dan darah selama masa tunas lanjut
dan fase praikterik akut penyakit. Meskipun virus menetap di hati, pengeluaran
2
virus melalui tinja, veremia, dan daya tular cepat menurun jika ikterus mulai
terlihat, HAV dapat dikembang biakkan secara in vitro.(Longo dan Fauci, 2014).
Pada manusia terdiri atas satu serotipe, tiga atau lebih genotipe, mengandung lokasi
daerah dengan standar kesehatan, terutama higienitas yang masih rendah (Tanto,
2014).
Lebih dari 75 % anak dari berbagai benua Asia, Afrika, India menunjukkan
data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A merupakan bagian terbesar dari
kasus – kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8%-68,3%.
Peningkatan prevalensi anti HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan
lebih nyata didaerah dengan kondisi kesehatan di bawah standar. HAV merupakan
virus dengan masa inkubasi 15 - 50 hari (rata-rata 30 hari) dan tidak terbukti adanya
Virus ini ditularkan selalu melalui rute feses-oral baik secara kontak langsung
maupun dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. Penyebaran HAV dari
3
padat penduduk. Bepergian ke daerah endemik sering menjadi sumber infeksi bagi
Secara epidemiologis, HVA dapat timbul secara epidemis, tetapi dapat pula
secara sporadis. Untuk di negara kita HVA terjadi sepanjang tahun dan umumnya
bersifat endemis. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sanitasi dan kesehatan
Faktor risiko lain yang juga meliputi paparan pada ; (1) Pusat perawatan
sehari untuk bayi dan anak balita, (2) Bepergian ke negara berkembang, (3) Perilaku
seks oral-anal, (4) Perilaku bersama pada IVDU (intra vena drug user). Tak terbukti
2.1.3. Etiologi
minuman yang telah terkontaminasi oleh virus hepatitis A. Masa tunas 2-6 minggu.
Virus mengadakan replikasi dalam sel – sel hati dan di ekresi bersama empedu ke
dalam usus dan dikeluarkan bersama tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum dan
seminggu saat fase ikterik. Jadi virus hepatitis A ditemukan di dalam tinja pada
akhir masa tunas sampai fase permulaan dari fase ikterik (Hadi, 2013).
pada hepatosit meski VHA juga ditemukan pada empedu, feses dan darah. Anti-gen
VHA dapat ditemukan pada feses 1-2 minggu sebelum dan 1 minggu setelah awitan
4
serum, ditemukan antibodi terhadap VHA (IgM anti-VAH), dan munculnya gejala
klnis (jaundice).
perubahan morfologi yang minimal; hanya <1% yang menjadi fulminan. Kadar IgM
anti VAH umumnya bertahan kurang dari 6 bulan, yang kemudian digantikan oleh
IgG anti-VAH yang akan bertahan seumur hidup. Infeksi VHA akan sembuh secara
spontan, dan tidak pernah menjadi kronis atau karier (Tanto, 2014).
Infeksi virus hepatitis dapat menimbulkan berbagai efek yang telah berkisar
dari gagal hati fulminan sampai hepatitis anikterik subklinis. Hepatitis anikterik
subklinis lebih sering terjadi pada infeksi HAV. Untuk tanda dan gejala klinis,
yang tidak terlalu tinggi. Perubahan warna urin menjadi lebih gelap
dan feses menjadi lebih pucat dapat ditemukan 1-5 hari sebelum fase
ikterik.
5
(akibat hepatomegali), serta penurunan berat badan ringan. Pada 10-
Nafsu makan kembali dan secara umum pasien akan merasa lebih
dalam 1-2 bulan sejak awitan ikterik. Namun, sebanyak <1% kasus
(Tanto, 2014).
menonjol dan menetap selama beberapa bulan sebelum terjadinya perbaikan yang
komplit, pruritus menonjol, pada beberapa pasien terjadi anoreksia dan diare yang
persisten, prognosis baik pada pasien dengan resolusi yang komplit dan paling
2.1.6. Diagnosis
A. Differensial Diagnosis
b. Hepatitis iskemik
c. Hepatitis Alkoholik
6
B. Diagnosis secara serologis
a. IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan
setelahnya
infeksi lampau.
2014).
A. Serologi hepatitis A
B. Biokimia hati
a. Kadar ALT umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan kadar AST pada fase
ikterik
b. Kadar billirubin umumnya > 2,5 mg/dL apabila ditemukan klinis ikterik
pada sklera atau kulit. Kadar billirubin jarang > 10 mg/dL, kecuali bila ada
penyerta kolestatis.
7
e. Penurunan albumin serum jarang ditemukan pada hepatitis virus akut tanpa
komplikasi.
C. USG Abdomen. Bertujuan untuk menilai adanya penyerta batu empedu (Tanto,
2014).
2.1.8. Penatalaksanaan
A. Terapi Farmakologi
B. Terapi Non-Farmakologis
di hati.
(Tanto, 2014).
8
2.1.9. Prognosis dan Pencegahan
Umumnya pasien akan membaik secara sempurna tanpa ada sekuel klinis.
Sekitar 10-15 % kasus dapat mengalami relaps dalam 6 bulan setelah fase akut
selesai, namun tidak ada potensi untuk menjadi kronis. Dapat dilakukan dengan
hepatitis A berupa injeksi imunoglobulin 1 mL I.M yang diulang setiap 6-18 bulan
Vaksin hepatitis A belum direkomendasikan pada pasien berusia < 2 tahun. Saat
ini vaksin yang tersedia yaitu berupa Havrix dan Vaqta (Tanto, 2014).
A. > 19 tahun. 2 dosis Havrix (1440 Unit Elisa) dengan interval 6-12
bulan
B. Anak > 2 tahun. 3 dosis Havrix (360 Unit Elisa), 0, 1, dan 6-12 bulan
9
BAB III
Jam : 07:47
10
I. Anamnesis Pribadi
Usia 26 tahun
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan TNI AD
11
Keluhan Tambahan Pasien juga mengeluhkan lemas, dan
berkurangnya nafsu makan.
IV Anamnesis Organ
Jantung
Edema (-)
Palpitasi (-)
Saluran Nafas
Batuk (-)
12
Asma (-)
PPOK (-)
Saluran Pencernaan
Penurunan BB (+)
Mual (+)
Muntah (+)
Saluran Urogenital
Tulang sendi
13
Endokrin
Polidipsi (-)
Poliuria (-)
Polipagia (-)
Gugup (-)
Syaraf
Oyong (-)
Kejang (-)
Pucat (-)
Petekie (-)
Perdarahan (-)
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign :
Nadi : 80 x/i
14
Pernafasan : 22 x/i
Temperature : 37,5 ºc
Keadaan Penyakit
Keadaan Gizi
Berat Badan : 65 kg
Status Generalisata
Kepala : Normochepali
Telinga : DBN
Paru
Thorax depan
b. Edema (-)
Thorax belakang
b. Edema (-)
16
Jantung
Abdomen
Genitalia : TDP
17
V. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
L : 13-16 g/dl
1. Hemoglobin 13.90 P : 12-14 g/dl
L : 40-48 %
2. Hematokrit 43.3 P : 37-43 %
4. Hitung Jenis :
18
o Ureum 26 < 50 mg/dL
L : 0.8 – 1.3 mg/dL
o Kreatinin 1.0
P : 0.6 – 1.2 mg/dL
L : < 7 mg/dL
o Asam Urat 5.5
P : < 5.7 mg/dL
o Glukosa Sewaktu 116 < 200 mg/dL
Elektrolit
o Natrium 138 135 -145 mmol/L
o Kalium 4.5 3.5 – 5.5 mmol/L
o Klorida 105 96 – 106 mmol/L
19
BAB IV
DISKUSI KASUS
20
kontraindikasi, tetapi dianjurkan - Inj. Ceftriaxone 1 gr
dosisnya tidak melebihi 3-4 g/hari - Aminofusine Hepar 1 fls/H
21
BAB V
KESIMPULAN
bersifat akut. Infeksi virus hepatitis dapat menimbulkan berbagai efek yang telah
berkisar dari gagal hati fulminan sampai hepatitis anikterik subklinis. Hepatitis
Virus ini ditularkan selalu melalui rute feses-oral baik secara kontak
HAV dari orang ke orang ditingkatkan oleh rendahnya higiene perorangan dan
% kasus dapat mengalami relaps 6 bulan setelah fase akut selesai dan sangat jarang
berisiko hepatitis fulminan. Untuk terapi farmakologi pada Hepatitis dapat berupa
22
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia., et al. 2012. Patofisiologi (Konsep Klinis dan Proses – Proses
Sudoyo, A.W et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati., et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV.
23