Anda di halaman 1dari 10

PEMICU

Seorang lelaki 54 tahun dibawa berobat ke rumah sakit. Selama ini dia sering mengeluh sakit perut,
terutama bila terlambat makan. 2 hari yang lalu dia merasa sakit sekali dan demam.

PD : Nyeri tekan seluruh lapangan perut.


Perut memapan

Lab : Leukosite 24.000/mm2

RO foto thorax erect : Dijumpai bayangan udara diantara diaphragma dan liver.

KLARIFIKASI ISTILAH : -

IDENTIFIKASI MASALAH :

1. Sakit perut, terutama bila terlambat makan.


2. Demam
3. Nyeri tekan seluruh lapangan perut
4. Perut memapan
5. Leukositosis (24.000/mm2)
6. Dijumpai bayangan udara di antara diaphragma dan liver

DISKUSI BRAINSTORMING :

1. Sakit perut dialami oleh pasien :


Gastritis
Dyspepsia
Peningkatan asam lambung

2. Demam diakibatkan oleh :


Infeksi => mengaktifkan pyrogen endogen dan eksogen => memicu peningkatan
prostaglandin => mengaktifkan asam arachidonat => merangsang hypothalamus (pusat
thermoregulasi tubuh) untuk mengatur suhu yang baru (meningkatkan suhu OS) agar terjadi
homeostasis.

3. Nyeri tekan seluruh lapangan perut, dapat disebabkan oleh:


Terjadinya obstruksi pada usus besar
Ada perforasi pada bagian dalam abdomen
Tanda dari peritonitis

4. Perut memapan dapat terjadi karena :


Adanya infeksi/peradangan pada peritoneum =>kontraksi berlebihan pada abdomen =>
sehingga perut memapan.

5. Leukosite meningkat dapat diakibatkan :


Infeksi bakteri atau kelainan darah pada OS

1
6. Bayangan udara di antara diaphragma dan liver :
Perforasi di perut bagian bawah (bagian epigastrium)
Ciri khas dari pneumoperitoneum

KERANGKA KONSEP :

KELUHAN : Pemeriksaan lab :


gastritis
Foto abdomen dijumpai bayangan
Sakit perut bilsa terlambat makan dispepsia udara di diaphragma & liver

Peningkatan
asam
lambung

Leukosit
Demam INFEKSI meningkat
(24.000/mm2)

Nyeri tekan seluruh lapangan perut peritonitis

Perut memapan 1. perforasi usus

2. perforasi appendiks

3. perforasi gaster

4. post laparotomy

5. TB

2
LEARNING OBJEKTIVE :
1) Apa yang dialami pasien
2) Tindakan yang harus dilakukan
3) Apa yang dilakukan setelah keadaan pasien stabil
4) Klasifikasi peritonitis
5) Jelaskan tentang peritonitis primer dan peritonitis sekunder
6) Indikasi merujuk
7) Jelaskan tentang akut abdomen
8) Prognosa dan edukasi

PEMBAHASAN LEARNING OBJEKTIVE :


1) Pasien pada pemicu mengalami acute abdomen ec. peritonitis. Dengan tanda dan
gejala pada pemicu yakni : perut memapan, demam dan leukosit meningkat serta
adanya nyeri tekan di seluruh lapangan perut.

2) Tindakan pada pasien :


- Anamnese :
o Nyeri perut terus menerus
o Demam >380C, pada kondisi sepsis berat dapat hipotermia
o Mual dan muntah
o Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma
mengakibatkan kesulitan bernafas.
o Distensi abdomen
o Rigiditas abdomen atau sering disebut perut papan
o Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)
o Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
o Tidak dapat BAB/buang angin.
- Pemeriksaan fisik:
inspeksi
mata cekung
lidah sering tampak kotor tertutup kerak putih, kadang putih kecoklatan
pernafasan kostal, cepat dan dangkal. Pernafasan abdominal tidak tampak
karena dengan pernafasan abdominal akan terasa nyeri akibat perangsangan
peritoneum.
Distensi perut
Palpasi
nyeri tekan, nyeri lepas dan defense muskuler positif
auskultasi
suara bising usus berkurang sampai hilang
perkusi
nyeri ketok positif
hipertimpani akibat dari perut yang kembung

3
redup hepar hilang
- Pemeriksaan penunjang
o Pada pemeriksaan laboratorium didapat:
lekositosis ( lebih dari 11.000 sel/...L )
Asidosis metabolik dengan alkalosis respiratorik.
o Pada foto polos abdomen didapatkan:
Bayangan peritoneal fat kabur karena infiltrasi sel radang
Pada pemeriksaan rontgen tampak udara usus merata, berbeda
dengan gambaran ileus obstruksi
Penebalan dinding usus akibat edema
Tampak gambaran udara bebas
Adanya eksudasi cairan ke rongga peritoneum
Tatalaksana awal sebagai dokter umum :
- ABC (airway, breathing & circulation)
- Pemberian O2
- Resusitasi cairan kristaloid
- Pemberian antibiotik spektrum luas
- Pemberian obat analgesic

3) Setelah pasien stabil tindakan yang dilakukan :


Penanganan awal : perbaiki keadaan umum, pasien dipuasakan, memasang
NGT, mengganti cairan & elektrolit yang hilang dengan iv, hilangkan nyeri
dan beri antibiotik iv spektrum luas.
Penanggulangan definitif : menghilangkan sumber kontaminasi,
meminimalisasikan kontaminasi, mengembalikan kontinuitas passage usus.
Rujuk ke spesialis bedah -> laparotomi
Melakukan pemeriksaan penunjang :
USG abdomen
Foto polos abdomen
Pemeriksaan darah
Foto thoraks : untuk menyingkirkan adanya kelainan pada paru dan jantung
seperti pneumonia dan infark miokard. Dan biasanya udara akan mencari
tempat yang lebih tinggi sehingga akan tampak adanya udara bebeas pada foto
thorax.

4) Peritonitis :
Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi
rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat
lokal maupun generalisata, bacterial ataupun kimiawi. Peradangan peritoneum dapt
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan, dan benda asing.
Berdasarkan sumber dan terjadinya kontaminasi mikrobial, peritonitis diklasifikasikan
menjadi: primer, sekunder, dan tersier.

4
Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat dirasakan
terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya disatu tempat ataupun
tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita
bergerak. Gejala lainnya meliputi:
Demam
Temperatur lebih dari 38oC, pada kondisi sepsis berat dapat hipotermia
Mual dan muntah
Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat iritasi
peritoneum
Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma mengakibatkan
kesulitan bernafas. Dehidrasi dapat terjadi akibat ketiga hal diatas, yang didahului
dengan hipovolemik intravaskular. Dalam keadaan lanjut dapat terjadi hipotensi,
penurunan output urin dan syok.
Distensi abdomen dengan penurunan bising usus sampai tidak terdengar bising
usus
Rigiditas abdomen atau sering disebut perut papan, terjadi akibat kontraksi otot
dinding abdomen secara volunter sebagai respon/antisipasi terhadap penekanan
pada dinding abdomen ataupun involunter sebagai respon terhadap iritasi
peritoneum
Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)
Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
Tidak dapat BAB/buang angin

PATOFISIOLOGI :
Peritonitis merupakan komplikasi akibat penyebaran infeksi dari organ organ
abdomen, ruptur saluran cerna, atau luka tembus abdomen. Reaksi awal peritoneum
terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa, kantong - kantong
nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang membatasi infeksi.
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap
sehingga menimbulkan obstruksi usus. Dapat terjadi secara terlokalisasi, difus, atau
generalisata. Pada peritonitis lokal dapat terjadi karena adanya daya tahan tubuh
yang kuat serta mekanisme pertahanan tubuh dengan melokalisir sumber peritonitis
dengan omentum dan usus. Pada peritonitis yang tidak terlokalisir dapat terjadi
peritonitis difus, kemudian menjadi peritonitis generalisata dan terjadi perlengketan
organ - organ intra abdominal dan lapisan peritoneum viseral dan parietal. Timbulnya
perlengketan ini menyebabkan aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi dan oliguria. Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat
bakteri masuk ke dalam pembuluh darah.

5) Perbedaan dari :

Peritonitis primer :
Merupakan peritonitis yang infeksi kumannya berasal dari penyebaran secara
hematogen. Sering disebut juga sebagai Spontaneous Bacterial Peritonitis
(SBP). Peritonitis ini bentuk yang paling sering ditemukan dan disebabkan
oleh perforasi atau nekrose (infeksi transmural) dari kelainan organ visera
dengan inokulasi bakterial pada rongga peritoneum.
Peritonitis primer dibedakan menjadi:

5
Spesifik : Peritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang spesifik, misalnya
kuman tuberkulosa.

Non-spesifik : Peritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang non spesifik,


misalnya kuman penyebab pneumonia yang tidak spesifik.

Peritonitis sekunder :
Peritonitis ini bisa disebabkan oleh beberapa penyebab utama, diantaranya
adalah:
- invasi bakteri oleh adanya kebocoran traktus gastrointestinal atau
traktus genitourinarius ke dalam rongga abdomen, misalnya pada :
perforasi appendiks, perforasi gaster, perforasi kolon oleh
divertikulitis, volvulus, kanker, strangulasi usus, dan luka tusuk.
- Iritasi peritoneum akibat bocornya enzim pankreas ke peritoneum saat
terjadi pankreatitis, atau keluarnya asam empedu akibat trauma pada
traktus biliaris.
- Benda asing, misalnya peritoneal dialisis catheters

Peritonitis Tersier :
Peritonitis tersier terjadi akibat kegagalan respon inflamasi tubuh atau
superinfeksi. Peritonitis tersier dapat terjadi akibat peritonitis sekunder yang
telah dilakukan interfensi pembedahan ataupun medikamentosa. Kejadian
peritonitis
tersier kurang dari 1% kasus bedah.

6) Indikasi merujuk : semua akut abdomen harus segera dirujuk ke dokter spesialis
bedah untuk dilakukan tindakan laparotomi setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang (lab).

7) Akut Abdomen :
Akut abdomen merupakan keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena
perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pencemaan. Peradangan
bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti pada apendisitis atau sekunder
melalui suatu peritonitis karena perforasi tukak lambung, perforasi
dari Payers patch,pada typhus abdominalis atau perforasi akibat trauma. Pada akut
abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada
daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas seperti pada trauma
abdomen berupa vulnus abdominis penetrans namun kadang-kadang diagnosis akut
abdomen baru dapat ditegakkan setelah pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
tambahan berupa pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan radiologi yang lengkap
dan masa observasi yang ketat.
Komplikasi :
- sepsis yang dapat menyebabkan syok dan kegagalan banyak organ
- respiratory distress syndrome

6
Diagnosis Banding :
Kwadran kanan atas:
1. Cholecystitis acute
2. Perforasi tukak duodeni
3. Pancreatitis acute
4. Hepatitis acute
5. Acute congestive hepatomegaly
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
8. Abses hepar
Kwadran kiri atas:
1. Ruptur lienalis
2. Perforasi tukak lambung
3. Pancreatitis acute
4. Ruptur aneurisma aorta
5. Perforasi colon (tumor/corpus alineum)
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
8. Infark miokard akut

Paraumbilical:
1. Ileus obstruksi
2. Appendicitis
3. Pancreatitis acute
4. Trombosis A/V mesentrial
5. Hernia Inguinalis strangulata
6. Aneurisma aorta yang pecah
7. Diverculitis (ileum/colon)

Kwadran kanan bawah:


1. Appendicitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Diverticulitis Meckel
7. Ileus regionalis

Kwadran kiri bawah:


1. Sigmoid diverculitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata

7
8) Prognosa :
Tergantung dari umur penderita, penyebab, ketepatan dan keefektifan terapi. Prognosa
baik pada pasien peritonitis lokal dan ringan. Prognosa buruk pada penderita
peritonitis general.
Angka kematian <10% Peritonitis non komplikata yang berkaitan dengan perforasi
tukak atau ruptur apendiks.
Angka kematian 40% Usia lanjut, dan mengidap penyakit lain peritonitis > 48 jam.

Edukasi :
Memberitahukan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang diderita
pasien. Memberitahu pengobatan terbaik dan perlunya dilakukan tindakan operatif
untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah penyebaran penyakit.
-Post Operatif sebaiknya menjaga sterilisasi bekas luka operasi
-Konsumsi antibiotik untuk mencegah infeksi
-Nutrisi yang seimbang dan bergizi
-Kontrol rutin ke RS.

TUGAS TAMBAHAN

1) Berapa Lama hingga menjadi abses?


Jawab:
Abses bisa ditemukan diberbagai lokasi, bisa ditemukan dari omentum sampai mesenterium.
Setelah peritonitis terjadi biasanya beberapa minggu abses akan terbentuk.

2) Kondisi bagaimana terbentuk abses?


Jawab:
Abses dapat terbentuk dari suatu proses ketika pejamu mengisolasi mikroba kesuatu ruang
terbatas sehingga penyebaran infeksi lebih lanjut dapat dicegah.

3) Peritonitis bagaimana yang menjadi abses?


Jawab:
Abses terbentuk pada peritonitis yang tidak diobati jika sepsis bakteri gram-negatif tidak terjadi
atau terjadi tapi tidak mematikan.

4) Jelaskan tentang Kolik Abdomen!


Jawab:
Definisi :
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal.
Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke
depan tetapi peristaltiknya normal.
Hal yang mendasari hal ini adalah infeksi pada organ di dalam perut(mencret, radang kandung
empedu, radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut(batu empedu, batu ginjal).
Pengobatan yang diberikan adalah penghilangan rasa sakit dan penyebab utama dari organ
yang terlibat.

8
Etiologi:
-Inflamasi peritoneum parietal: Perforasi peritonitis, apendisitis, diverti kulitis, pankreanitis,
kolesistitis.
-Kelainan mukosa viseral: Tukak peptik, inflamatory bowel disease, kolitis infeksi, esofagitis.
-Obstruksi viseral: Ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.

KESIMPULAN:

Pasien pada pemicu laki-laki 54 tahun, di diagnosa Akut Abdomen ec. Peritonitis, dengan
gejala ditemukan nyeri tekan seluruh lapangan perut, demam, perut memapan, leukosite
24.000/mm2, dan pada pemeriksaan foro abdomen ditemukan bayangan udara di antara
diaphragma dan liver.
Pasien pada pemicu dirujuk ke spesialis bedah untuk dilakukan laparotomi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Scwartz, Shires, Spencer. 2000. Peritonitis dan Abses Intraabdomen dalam Intisari Prinsip-
Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta: EGC

Wim de jong, Sjamsuhijayat R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

Wittmann DH, Walker AP, Condon RE. 1994. Peritonitis and Intraabdominal Infection:
Principles of Surgery. Schwartz SI McGraw Hill

http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/10/akut-abdomen.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai