Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN NARASI INDIVIDU DAN KELOMPOK

PASIEN DENGAN SNH DAN DHF


RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

DISUSUN OLEH :

Nabila Rahma Alia (20160320050)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
Narasi Kasus Kelolaan Individu

Bismillahirrahmaanirrahiim

Nama saya Nabila Rahma Alia, disini saya akan menceritakan kasus kelolaan saya di
mana saya mendapatkan pasien dengan kasus SNH (Stroke Non Hemoragik). Pasien berada di
ruang Edelweis.

Pasien Tn.S dengan usia 71thn. Pasien datang ke RSUD Tidar Magelang pada tanggal
10 Maret 2019 karena kondisi pasien yang terus menurun dan tidak mau makan. Dan akhirnya
di rawat di ruang Edelweis dengan diagnose SNH.

Saya melakukan pengkajian tanggal 13 Maret 2019, Saya menanyakan beberapa


pertanyaa. Beliau masuk ke RSUD Tidar Magelang pada tanggal 10 Maret 2019 dengan
diagnose medis SNH, keluhan utama pasien adalah tidak bisa berjalan karena kaki kanan sakit
serta tangan kanan sakit dan pasien tidak mau makan. Penurunan kesehatan pasien di rasakan
dan di pantau oleh keluarga sudah 4 bulan.

Terdapat gangguan nutrisi karena pasien tidak mau makan, setiap di berikan susu selalu
di tolak oleh pasien. Pasien tidak mampu menelan oleh karena itu di berikan makan susu selama
sakit biasanya susu di minum 2-3x sehari. Pasien alergi dengan makanan laut. Saya melakukan
pemeriksaan TTV: TD : 120/80 mmHg, N : 82 x/mnt, S : 36,2OC, RR : 24 x/ mnt. Untuk
pemeriksaat eliminasi tidak ada keluhan pasien terpasang kateter selama di rumah sakit. BAK
berwarna kuning dan BAB berwarna kuning menggunakan pempers pasien BAB 1x sehari.

Keluhan pasien kaki kanan dan tangan kanan sakit dan menghambat aktivitas pasien,
sakit yang di rasakan sudah 4 bulan, karena sakit pasien lebih menghabiskan waktunya di
tempat tidur. Pasien mandi 2x sehari hanya di lap karena mandinya berbaring di tempat tidur,
begitu juga dengan cuci rambut pasien melakukan di tempat tidur di bantu oleh isrtrinya, untuk
sikat gigi 1x sehari setiap pagi di bantu oleh perawat yang berjaga. Pasien tidur mulai jam 22.30
sampai 05.30 (7jam). Untuk aktivitas pasien di bantu total, pasien tidak bisa berjalan, tidak ada
deformitas, tidak ada riwayat patah tulang. Pemeriksaaan kekuatan otot tangan kanan 1, tangan
kiri 4, kaki kanan 1, dan kaki kiri 4.

Pengkajian sirkulasi pasien tidak ada keluhan, ctr< 2detik akral terasa hangat. Di bagian
hidung tidak ada benjolan, polip, epistaksis, dan tidak ada luka. Warna cairan di hidung kuning
dan tidak berbau. Di bagian dada tidak ada benjolan, tidak ada oedema, tugor normal, dan tidak
ada ascites. Pasien melakukan pemeriksaan lab dan di hasil lab pasien ada penurunan dan ada
kenaikan dari batas normal. Hb: 10,6 (turun), Eritrosit: 4,1 (turun), Hematokrit: 31,9 (turun),
dan trombosit: 671 (naik).

Pemeriksaan kenyamanan pasien ada keluhan nyeri di bagian kaki kanan dan tangan
kanan dengan skala 5 lama nyeri tak menentu, sakit bila anggota geraknya di gerakan, rasa
sakitnya seperti tertusuk-tusuk, dan cara agar sakitnya hilang dengan cara istirahat dan tidak
menggerakan anggota badan yang sakit.
Pemeriksaan psikososial pasien dengan susasana hati yang sedih, menurut istri pasien
Tn.S sangat tertutup soal pribadinya komunikasinya juga terganggu semenjak sakit karena
pasien tidak bisa bicara (Pelo). Untuk pengambilan keputusan selama sakit di bantu oleh
istrinya dan untuk mengatasi kecemasan dengan cara sendiri. Sebelum sakit pasien rajin
beribadah tapi setelah sakit pasien susah untuk beribadah.

Pemeriksaan persyarafan pasien. Fungsi serebral tingkat kesadaran pasien somnolent,


GCS E3 M3 V1, gaya bicara tidak bersuara. Pada Pemeriksaan saraf kranial banyak yang sulit
di lakukan karena keterbatasan pasien. Nervus I (olfactorius) sulit di nilai karena pasien tidak
memberitahu apa yang pasien rasakan. Nervus II (optikus) mata kanan dan mata kiri untuk
ketajaman penglihatan sulit di nilai, lapang pandang mampu melihat perawat yang datang,
melihat warna sulit di nilai karena pasien tidak merespon dengan baik saat di tanyakan hanya
diam saja. Nervus III (okulomotorius) mata kanan dan mata kiri bentuk pupil bulat dan isokor,
besar pupil berdiameter 2mm, dan reflek cahaya normal. Nervus IV (trochlearis) mata kanan
dan mata kiri tidak mampu karena saat di intruksikan pasien tidak melakukan hanya melihat
ke arah perawat saja. Nervus V (trigeminus) pasien mampu membuka mulut, pasien tidak bisa
mengunyah, pasien mampu untuk mengigit, ada reflek kornea, dan untuk sensasi pada wajah
terhadap benda kasar, halus tumpul dan runcing sulit di nilai karena pasien tidak merespon
sama sekali. Nervus VI (abducen) mata kanan dan mata kiri sulit di nilai. Nervus VII (fasialis)
pasien mampu mengerutkan dahi, pasien tidak mampu tersenyum, pasien tidak mampu
mengangkat alis, pasien mampu menutup mata. Nervus IX (glossopharyngeus) reflek muntah
pasien baik dan pasien tidak mampu merasakan pahit. Nervus X (vagus) pasien tidak mampu
menelan dan pasien tidak mampu bicara. Nervus XI (accesorius) mengangkat bahu kanan kiri
pasien tidak mampu dan menggerakan kepala ke kanan dan kekiri tidak mampu. Nervus XII
(hypoglasus) pasien tidak mampu menjulurkan lidah dan tidak mampu untuk menggerakan
lidahnya kenanan dan kekiri, pasien ada tremor.

Dan saya memilih diagnose keperawatan adalah Gangguan Perpusi Jaringan Serebral,
Nyeri Kronis, Hambatan Mobilitas Fisik, Resiko Jatuh, Resiko Aspirasi, Ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh, dan Resiko Infeksi. Dan saya ambil 3 prioritas
Gangguan Perpusi Jaringan Serebral, Nyeri Kronis, dan Hambatan Mobilitas Fisik.
Narasi Kasus Kelolaan Kelompok

Bismillahirrahmaanirrahiim

Nama saya Nabila Rahma Alia, disini saya akan menceritakan kasus kelolaan kelompok
saya di mana kelompok saya mendapatkan pasien dengan kasus DHF (Dengue Hemorrhage
Fever). Pasien berada di ruang Aster 2.

Pasien Tn.G dengan usia 19thn. Pasien datang ke RSUD Tidar Magelang pada tanggal
03 Maret 2019 karena demam selama 4 hari. Dan akhirnya di rawat di ruang Edelweis dengan
diagnose DHF.

Saya melakukan pengkajian tanggal 05 Maret 2019, Saya menanyakan beberapa


pertanyaa. Beliau masuk ke RSUD Tidar Magelang pada tanggal 03 Maret 2019 dengan
diagnose medis DHF, keluhan utama pasien adalah demam selama 4 hari. Pasien memiliki
diwayat penyakit malaria. Pasien ada alergi terhadap dingin dan reaksi terhadap alergi adanya
kemerahan dan gatal, tidakan yang di lalukan biasanya pasien menggunakan minyak kayuputih.
Obat yang sering di konsumsi adalah Zegavit biasanya di minum sehabis latihat sepak bola.

Pasien anak ke 4 dari 4 bersaudara, ayah pasien memiliki riwayat penyakit magh dan
ibu pasien sudah meninggal karena DM pada tahun 2017. Pemeriksaan TTV:
TD:100/80mmHg, N:88x/mnt, S:38,1℃, RR: 24x/mnt. Tingkat kesadaran pasien compos
mentis.

Pemeriksaan nutrisi pasien mengatakan tidak ada masalah yang berhubungan dengan
nutrisi, pola makan pasien teratur 2-3x sehari. Makanan yang di sukai pasien adalah sayuran
dan ikan, pasien tidak suka makanan yang terlalu manis. Mulut pasien tidak ada benjolan dan
stomatitis, berbau. Gigi lengkap dan terdapat caries. Lidah tampak ada keputihan reflek
menelan aktif. Tenggorokan tidak terdapat kemerahan. Bising usus normal 12x/mnt, suara
tympani. Pasien mengatakan suka mual dan pusing, pasien makan melalui oral. Bb pasien saat
ini 65kg. Pasien melakukan pemeriksaan lab dan di hasil lab pasien ada penurunan dari batas
normal. Hb: 12,8 (turun), Hematokrit: 37,4 (turun), dan trombosit: 45 (turun).

Pemerisaan eliminasi pasien tidak ada keluhan, pasien BAK sehari 4x, berwarna kuning
tidak menggunakan alat bantu. BAB 1x sehari berwarna kuning, lunak dan tidak menggunakan
alat bantu. Pemeriksaan aktivitas/istirahat pasien mengatakan saat berdiri merasakan pusing
dan ada sesak di bagian uluhati. Pasien mandi 2x sehari dan untuk sikat gigi 1x sehari. Pasien
tidur dari jam 22.30-05.30 (7jam). Untuk aktivitas pasien di bantu sebagian oleh kakaknya
seperti byka baju dan memakai baju dan berdiri untuk pergi ke kamar mandi. Pasien mampu
berjalan dengan normal, tidak ada derfomitas, dan tidak ada riwayat patah tulang. Untuk skore
kekuatan otot pasien tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan 5, dan kaki kiri 5.

Pengkajian sikulasi pasien mengatakan tidak ada keluhan, CRT <2dtk dan akral terasa
hangat. Di bagian hidung tidak ada benjolan, polip, epistaksis, dan luka. Pemeriksaan
prikososial suasana hati pasien sedih dan cemas. Pasien mengatakan pasien lebih tertutup dan
untuk pengambilan keputusan di bantu oleh orang tua. Menurut pasien agama sangat penting
untuk kehidupannya karena sebagai tiang sebuah kehidupan. Ibadah pasien setiap hari minggu
di gereja dekat dengan asrama atau pun rumah pasien.

Pemeriksaan keselamatan bola mata pasien simetris antara kanan dan kiri konjungtiva
pasien merah muda dan sklera normal. System pendengaran tidak ada gangguan dan
pendengarannya baik. Untuk bahasa sehari-hari yang di gunakan oleh pasien adalah Bahasa
Indonesia dan daerah (papua).

Agama pasien adalah Kristen, makna beragama menurut pasien sangat bermakna untuk
sebuah tiang kehidupan untuk kelangsungan hidup pasien beserta keluarga pasien. Menurut
pasien agama sebagai perantara kita sebagai orang baik dan menuju surga. Pasien tidak pernah
mengikuti kegiatan agama di sekitar rumahnya. Dan menurut pasien sakit sebagai teguran dari
Tuhan agar kita menjadi manusia yang lebih baik dari kemarin. Untuk kegiatan agama saat
pasien sakit biasanya pasien membaca alkitab sebelum dan sesudah tidur.

Dan saya memilih diagnose keperawatan adalah Hipertermi dan Resiko Pendarahan.

Anda mungkin juga menyukai