KIMIA FISIK
Kenaikan Titik Didih
21 Oktober 2011
Disusun Oleh :
Kelompok 7
JAKARTA
2011
KENAIKAN TITIK DIDIH
Judul percobaaan : Kenaikan Titik Didih
Tujuan percobaan : - Mengukur Kenaikan Titik Didih Suatu Larutan dan Sampel X yang
Belum Diketahui Berat Molekul
Abstrak
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur kenaikan titik didih suatu larutan yaitu
larutan NaCl, larutan KCl,dan mencari berat molekul sampel X. hasil percobaan
menunjukkan titik didih air 94 0C, larutan NaCl 96 0C, larutan KCl 96 0C, dan sampel X 95
0
C. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai kenaikan titik didih larutan NaCl sebesar 0,356
0
C, larutan KCl 0,279 0C
Landasan Teori
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira-kira pada
larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi, sifat-
sifat tersebut tidak bergantung pada jenis terlarut. Keempat sifat tersebut adalah :
4. Tekanan Osmotik
Keempat sifat-sifat tersebut dinamakan sifat-sifat koligatif. Kegunaan sifat koligatif banyak
dan beragam. Juga penelitian sifat-sifat koligatif memainkan peranan pentinng dalam metode
penetapan bobot molekul dan pengembangan teori larutan.
Jadi, sifat-sifat larutan tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada
konsentrasi partikel terlarutnya disebut sifat koligatif. Istilah koligatif berasal dari bahasa
latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat koligatif hanya bergantung pada jumlah
partikel atau kelompok partikel zat terlarut di dalam larutan.
Namun, dari keempat sifat koligatif tersebut hanya satu sifat yang berkaitan dengan
praktikum kali ini, yaitu kenaikan titik didih.
“Tekanan uap pelarut di atas suatu larutan (PA) sama dengan hasil kali tekanan uap
pelarut murni (P0A) dengan fraksi mol dalam larutan (XA).
Secara matematis dapat ditulis :
PA = X A . P0A
Dalam larutan ideal, semua komponen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti hukum
Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Dalam semua larutan encer yang tidak mempunyai
interaksi kimia diantara komponen-komponennya. Hukum Raoult berlaku pada pelarut, baik
ideal maupun tidak ideal. Tetapi hukum Raoult tidak berlaku pada zat terlarut dalam larutan
tidak ideal encer. Perbedaan ini bersumber dari kenyataan molekul-molekul pelarut
mendominasi dalam larutan encer, sehingga perilaku pelarut tidak banyak berbeda dengan
pelarut murni.
Karena adanya molekul terlarut yang menyebabkan gaya tarik-menarik inter molekul
dengan molekul pelarut, sehingga mengurangi kecenderungan pelarut untuk menguap dan
menurunkan tekanan uapanya. Namun hal ini tidak akan terjadi sebab praktikan telah
mendefinisikan larutan ideal sebagai larutan yang gaya tarik inter molekul antara molekul
sejenis dan tidak sejenis yang sama besar dan memang dalam larutan demikianlah hukum
Raoult berlaku.
Untuk larutan ideal, menurut Raoult kenaikan titik didih sebanding dengan jumlah zat
terlarut dan dapat ditunjukkan dengan hubungan :
ΔTb = Kb . m atau
Keterangan:
m : molalitas larutan
Ada satu faktor yang berperan dalam sifat koligatif untuk larutan elektrolit, yaitu
faktor Van’t Hoff (i)
i = 1 + (n-1)
Keterangan:
n : jumlah ion yang dapat dihasilkan oleh 1 satuan rumus senyawa elektrolit.
ΔTb = Kb . m. I atau
i, disebut sebgai faktor Van’t Hoff, yaitu perbandingan antara harga sifat koligatif yang
terukur dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat koligatif yang diharapkan dari suatu
larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
1. Statif
2. Klem
3. Pembakar spirtus
5. Kaki tiga
6. Kawat kasa
7. Termometer alkohol
8. Termometer raksa
9. Neraca O Hauss
16. Spatula
Bahan-bahan:
1. Aquades
2. Spirtus
5. Serbuk sampel X
Prosedur Kerja:
A. Mengukur titik didih aquades
1.Mengambil aquades sebanyak 100 mL menggunakan gelas ukur 100, lalu menuangkannya
ke dalam gelas kimia 250 mL
2.Memanaskan aquades (pelarut murni) hingga mendidih, lalu catat titik didihnya. Sementara
itu, mengukur juga tekanan udara dalam laboratorium dengan menggunakan Barometer.
Hasil Pengamatan :
Cuaca : dry
Suhu awal: 29 0C
Pemanasan I :
Pemanasan II:
Pemanasan I :
Pemanasan II:
Pemanasan I :
Analisis Data
Perhitungan Melalui Percobaan
Tb1 = 970C
Tb2 = 950C
Mb = 58,5 g/mol
WA = 100 g
WB = 2 g
ΔTb rata-rata = 20 C
= 2, 925 0C/molal
Tb1 = 950C
Tb2 = 970C
Mb = 74,5 g/mol
WA = 100 g
WB = 2 g
Tb1 = 950C
Tb2 = 950C
WA = 100 g
WB = 2 g
Dit : Mb ... ?
Jwb :
Melalui Kb1
Δ
Kb1 =
2,925 =
Mb = 58,5 g/mol
Melalui Kb2
Δ
Kb2 =
3,725 =
Mb = 74,5 g/mol
m =2g
Pelarut = 100 g
Jwb : ΔTb = Kb . m . i
= Kb . . .i
= 0,52 . . .2
= 0,356 0C
m =2g
Pelarut = 100 g
Jwb : ΔTb = Kb . m . i
= Kb . . .i
= 0,52 . . .2
= 0,2790C
Mencari Mr Sampel X
ΔTb = 10C
WA = 100 g
WB = 2 g
Dit : Mb ... ?
Δ
Jwb : Kb =
0,52 =
Mb = 10,4 g/mol
Mencari % kebenaran
Jwb : % kebenaran Mb =
= x 100 %
= 15,64 %
Pembahasan:
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai kenaikan titik didih. Dari kenaikan
titik didih suatu larutan yang telah diketahui Mr zatnya dan massa zat terlarut serta massa
pelarut maka kita dapat menentukan nilai Kb. Kemudian dari nilai Kb itulah dapat ditentukan
Mr suatu sampel yang tidak diketahui atau sampel X dengan cara mencari titik didih larutan
sampel X tersebut yang telah ditimbang terlebih dahulu massa sampel X yang digunakan.
Titik didih dapat diketahui dengan menggunakan alat pengukur suhu yaitu termometer
,saat suatu larutan sedang mendidih. Proses mendidih dapat diketahui saat tekanan di dalam
suatu larutan sama dengan tekanan udara luar. Proses mendidih ditandai dengan ciri-ciri
timbulnya gelembung-gelembung gas yang banyak saat pemanasan.
Nilai Kb yang didapatkan dari percobaan adalah 2,9250C/ molal. Dari larutan NaCl
dan 3,7259250C/ molal dari larutan KCl. Lalu dari nilai Kb yang pertama, didapat hasil
perhitungan Mr sampel X sebesar 58,5 g/mol. Sedangkan dari nilai Kb yang kedua adalah
74,5 g/mol. Sehingga didapatkan rata-rata sampel X sebesar 66,5 g/mol. Sementara itu, dari
teori (Kb air=0,520C/ molal) didapatkan hasil perhitungan Mr sampel X sebesar 10,4 g/mol.
Percobaan ini dilakukan pada tekanan udara sebesar 758,5 mmHg, sehingga air mendidih di
bawah suhu 1000C.
Lalu berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data itulah diperoleh %kebenaran
sebesar 15,64 %. Berarti terdapat beberapa kesalahan praktikan dalam membaca nilai suhu
pada termometer, kekurang terampilan praktikan dalam mengatasi api yang sering tertiup
angin saat pemanasan berlangsung. Selain itu, juga terdapat kekurang terampilan praktikan
untuk menguji coba keelektrolitan dari larutan sampel X.
Berdasarkan hasil pengamatan, saat larutan NaCl mendidih, tampilan fisik larutan itu
sama seperti air atau pelarut. Sementara saat larutan KCl mendidih, tampak ada gumpalan-
gumpalan putih seperti tissue dalam air yang secara perlahan-lahan mengecil. Larutan NaCl
dan KCl merupakan larutan elektrolit yang berupa garam. Sedangkan, saat larutan samel X
mendidih, tampak seperti ada minyak dalam air. Dan diduga sampel X merupakan larutan
non elektrolit. Sehingga pada perhitungan Kb dari larutan NaCl dan larutan KCl
menggunakan faktor Van’t Hoff (i), sementara sampel X tidak.
Karena tekanan udara yang terukur oleh Barometer adalah 758,5 mmHg, sedikit di
bawah kondisi normal, yaitu 760 mmHg. Sehingga air pun sebagai pelarut, mendidih di
bawah suhu yang semestinya (1000C), yaitu 940C. Hal itu terjadi sebab tekanan di dalam air
akan lebih cepat sama dengan tekanan udara yang terukur tersebut. Maka, air pun akan lebih
cepat mendidih selain itu juga, karena tekanan berbanding lurus dengan suhu, seperti pada
persamaan gas ideal, PV = n . R. T. Dan ketika tekanannya turun, maka suhu juga ikut turun.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, kemudian juga dari analisis data dan
pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Mr sampel X yang telah dirata-ratakan dari percobaan adalah sebesar 66,5 g/mol.
Molalitas larutan sangat kecil, sehingga seharusnya kenaikan titik didih yang
didapatkan juga kecil. Hal itu disebabkan karena kenaikan titik didih larutan
sebanding dengan molalitas larutan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika Edisi Keempaat Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid 1.
Jakarta: Binarupa Aksara
Dogra, S.K dan S. Dogra. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Terjemahan Umar
Mansyur. Jakarta: UI-Press
Petrucci, Ralp H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 2. Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga
http://nugiluph24.blogspot.com/2010/10/Penentuan-berat-molekul-mr-
berdasarkan.html
http://anzar27.blogspot.com/2011/01/laporan-berat-molekul.html