REFERAT
REFERAT
ILMU PEDIATRIK
TRANSIENT TACHYPNEU IN NEWBORN
Disusun Oleh :
Pembimbing :
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Transient Tachypnea In Newborn adalah gangguan pernapasan ringan (benign)
pada neonatus cukup bulan atau mendekati cukup bulan, dikarenakan adanya
keterlambatan pembersihan cairan di paru.
file:///D:/Atan/Coass/Anak%20pasti%20bisa!/Buku/Neonatology%207E%20Gomella
.pdf Kondisi ini paling sering menjadi penyebab gangguan pernapasan pada
neonatus, dengan angka insidensi 4-5.7% (TTN journal 1). Takipnea transien
pada neonatus disebut juga sebagai wet lung, dan biasanya akan membaik dalam
3 – 5 hari.
2.2 Epidemiologi
Gawat napas pada neonatus merupakan masalah yag umum dijumpai, mencapai
7% dari angka kelahiran bayi pada tahun 2009 di England dan Wales. Penelitian
yang dilakukan di Switzerland oleh Erch et al, melaporkan terdapat peningkatan
kasus gangguan pernapasan pada neonatus dalam rentang waktu 1997-2004.
Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya bayi berat badan
lahir kurang yang ekstrim, serta meningkatnya angka kelahiran bayi secara
sectio caesaria. (pediatric respiratory review - journal TTN). Kemudian, pada
suatu penelitian epidemiologi yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 2001,
insidensi gagal napas mencapai 18 per 1000 kelahiran hidup dengan presentase
lebih tinggi pada bayi dengan berat lahir rendah, serta ras kulit hitam. (Angus D,
Linde-Zwirble W, Clermont G, Griffin M, Clark R. Epidemiology of neonatal respiratory
failure in the united states. Am J Respir Crit Care Med 2001;164:1154-60.). Di
Indonesia, pada suatu studi kematian neonatal di daerah Cirebon tahun 2006
disebutkan kematian neonatal 50% disebabkan oleh gangguan pernapasan,
antara lain asfiksia bayi baru lahir (38%), respiratory distress 4%, aspirasi 8%.,
40 % merupakan transient tachypnea in newborn.
2.3 Faktor Risiko
Berdasarkan data rekam medis yang dikumpulkan di Dokuz Eylül University
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) oleh Japan Pediatric Society sejak Januari
1993 sampai Agustus 2003, didapatkan bahwa laki-laki, bayi yang lahir secara
prematur, dan dilahirkan dengan operasi caesar merupakan faktor risiko
takipnea transien pada neonatus. (predictive factor TTN journal). Mekanisme
mengapa laki-laki memiliki faktor risiko lebih tinggi daripada perempuan masih
belum jelas, akan tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa hal itu berhubungan
dengan adanya perbedaan sensitivitas terhadap katekolamin yang berperan
penting untuk pembersihan cairan paru. (neonatal and pediatric care) Beberapa
faktor risiko lain yang dapat meningkatkan terjadinya gangguan napas pada
neonatus adalah meconium-stained amniotic fluid (MSAF), adanya riwayat
diabetes gestasional, maternal chorioamnionitis. Kemudian, risiko lain apabila
pada usg ditemukan adanya oligohidramnion, serta terdapat struktur paru yang
abnormal. (bunyi-bunyi napas-jurnal 3)
Boleh tambahin lagi kalo ada ide
https://www.google.co.id/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjfl6L62YLiAhUFba0KHedXA4wQjhx6BAgBEAM&url=https%3A%2F%2Fwww.scie
ncedirect.com%2Ftopics%2Fpharmacology-toxicology-and-pharmaceutical-science%2Fpulmonary-
surfactant&psig=AOvVaw191dRQ5dNwQYHVOWx4RGql&ust=1557087500962045
Pemeriksaan Radiologi :
1. X-Ray Thoraks
a. Adanya hiperinflasi merupakan salah satu tanda dari TTN
b. Prominent perihilar streaking / sunburst pattern karena adanya
pembengkakan dari sistem limfatik dan penumpukan cairan di
fisura.
c. Kardiomegali ringan hingga sedang
d. Diafragma mendatar, lebih mudah dilihat dengan lateral view
e. Dapat ditemukan adanya cairan di fisura minor atau di pleura.
f. Prominent pulmonary vascular markings “Fuzzy vessels,” dimana
batas pembuluh darah tidak jelas karena adanya edema interstisial.
Respiratory distress
Ultrasonografi Paru
e. Pulmonary Edema
Biasanya disertai dengan patent ductus arteriosus (PDA), left to right shunt,
anomaly venous drainage.
f. Air leaks
Merupakan sindroma kebocoran udara akibat dari distensi alveoli yang
berlebihan hingga terjadi ruptur. Dapat ditegakkan dari hasil x-ray thoraks,
seperti pada kasus pneumothoraks, pneumomediastinum. Penyebab paling
sering dari sindrom kebocoran udara pada neonatus adalah ventilasi
mekanik yang tidak memadai pada paru yang belum matur. Untuk
mencegah sindroma kebocoran udara, ventilasi harus dilakukan dengan
hati-hati menggunakan tekanan rendah, volume tidal rendah, waktu
inspirasi rendah, dan laju tinggi.
2.9 Tatalaksana
1. Pencegahan
a. Pada perencaan sectio caesarea dianjurkan pada usia kandungan di atas
39 minggu. Namun, perencanaan lahir per vaginam lebih danjurkan
karena dapat menurunkan risiko terjadinya TTN.
b. Pemberian betametason sebelum dilakukan sectio caesarea elektif dapat
mengurangi insidensi morbiditas pada bayi ( 4% - 2.1%). Pemberian
steroid akan membantu ekspresi epithelial channel gene yang akan
menginduksi penyerapan Na+ dengan cara meningkatkan jumlah dan
aktifitas channel bahkan dalam keadaan hipoksia.
c. Mencegah skor Apgar yang rendah
Skor Apgar <1 merupakan risiko tinggi untuk terjadinya masalah
pernapasan. Pencegahan skor Apgar yang rendah dapat dilakukan
dengan meningkatkan pemantauan obstetrik.
2. Terapi Suportif
a. Oksigenasi
Pemberian oksigen untuk menjaga agar saturasi arteri dalam rentang
normal. Oksigenasi dimulai dengan pemberian melalui nasal cannule.
Bila ada peningkatan usaha untuk bernapas dan kebutuhan oksigen
>30% maka nasal continous positive airway pressure merupakan
alternatif terapi yang efektif. CPAP memberikan tekanan positif pada
jalan napas, membantu mencegah masuk kembalinya cairan dan me-
maintain kapasitas fungsional residu. Kriteria intubasi apabila
kebutuhan oksigen >40% dalam CPAP 8cm H2O.
b. Mempertahankan suhu netral lingkungan.
c. Antibiotik
Pada kebanyakan kasus, dalam 48 jam pertama diberikan antibiotik
broad-spectrum (ampicillin dan gentamicin ) hingga kriteria pneumonia
dan sepsis dapat disingkirkan. Namun, hal ini masih menjadi
kontroversi.
d. Feeding
Adanya resiko aspirasi maka nutrisi melalui oral tidak dianjurkan
apabila RR > 60 x/menit. Apablia bayi dengan RR 60 – 80 kali/menit,
maka nutrisi dianjurkan melalui nasogastrictube. Kemudian, apabila
RR > 80 kali/menit indikasi untuk parenteral nutrisi.
e. Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit harus selalu dimonitor. terapi cairan pada TTN
masih menjadi kontroversi. Pada suatu penelitian, terapi restriktif cairan
pada kasus TTN berat menunjukkan prognosis yang lebih baik. Namun,
kebenarannya masih belum bisa terbukti karena kelompok kontrol pada
penelitian ini mendapatkan terapi cairan yang sedikit melebihi
kebutuhan dasarnya.
f. Penggunaan diuretik tidak direkomendasikan
g. Ephineprine inhalasi
h. Beta 2 -Agonist salbutamol.
Adanya stimulasi beta adrenergic receptor dengan salbutamol aka
meningkatkan aktifitas channel Na.
3.0 Prognosis
a. Kebanyakan kasus TTN dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-5 hari.
b. Asthma/wheezing syndrome
Beberapa penelitian mengatakan bayi dengan TTN memiliki resiko
lebih tinggi untuk terkena bronkiolitis, bronkitis kronik, dan asma. Hal
ini berhubungan karena bayi yang lahir dengan riwayat keluarga asma
(terutama ibu) memiliki resiko lebih tinggi untuk menjadi TTN.