Disusun Oleh :
Pembimbing :
1
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada:
Waktu dan Tanggal : 2 Agustus 2018 pukul 14.00 WIB
Lokasi : Flamboyan Atas Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC),
Jakarta Selatan.
Keluhan Utama : Sesak memberat tiga jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
2
1.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ibu pasien memiliki riwayat darah tinggi dan ayah pasien memiliki riwayat penyakit
jantung.
Status Generalis
Kepala dan wajah:
o Bentuk kepala simetris
o Rambut hitam tersebar merata
o Kulit kepala normal
o Tidak ada luka atau scar bekas operasi, massa, deformitas
Mata:
o Mata normal, tidak cekung
3
o Pupil isokor (3mm/3mm)
o Refleks cahaya +/+
o Konjungtiva tidak anemis
o Sklera tidak ikterik
THT:
Telinga:
o Telinga kanan dan kiri simetris
o Tidak ada bekas luka, deformitas
o Tidak nyeri
o Tidak ada sekret
Hidung:
Mulut:
o Mukosa mulut normal, tidak ada massa
o Lidah normal, tidak ada defiasi
o Tidak ada luka di bibir, lidah, dan pallatum
Leher:
o Leher simetris, tidak ada luka atau bekas operasi, jejas dan kemerahan
o Tidak ada pembesaran KGB
o Trakea intak di tengah
o JVP
Thorax:
4
Jantung:
o Inspeksi:
- Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi:
- Iktus kordis tidak teraba
o Perkusi
- Batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi:
- S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru:
o Inspeksi:
- Bentuk dada normal
- Pergerakan dada cepat dan simetris
- Tidak ada paru tertinggal
- Tidak ada retraksi paru
- Tidak ada barrel chest
- Tidak tampak pink puffer atau blue bloaters
o Palpasi:
- Tactile fremitus kedua lapang paru simetris
o Perkusi:
- Batas paru hati normal
- Sonor pada kedua paru
o Auskultasi:
- Suara napas bronkial
- Ronki positif pada kedua lapang paru
- Wheezing positif pada kedua lapang paru
Abdomen
o Inspeksi:
- Perut datar
- Tidak ada massa, deformitas, bekas operasi, scar, jejas, distensi
striae
o Auskultasi:
5
- Bising usus normal
- Tidak terdengar metallic sound
o Perkusi:
- Perkusi 4 regio abdomen normal (timpani)
- Tidak ada shifting dullness
- Batas hepar normal, tidak ada hepatomegali
o Palpasi:
- Nyeri tekan negatif pada sembilan rgio.
- Tidak teraba masa pada 9 regio
- Tidak ada pembesaran hati, limpa dan ginjal
Ekstremitas :
- Akral hangat
- CRT normal <2 detik
- Terdapat edema extremitas bilateral
1.8 RESUME
- Pasien datang dengan keluhan sesak memberat sejak tiga jam
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien mengatakan pernah
terbangun dari tidur karena sesak yang dirasakan dan sesak
diperparah saat batuk yang sudah dirasakan satu minggu SMRS.
Batuk pasien berdahak, berwarna kuning, tidak ada darah maupun
lendir. Menurut pengakuan pasien, setiap malam tidur dengan satu
bantal. Pasien juga tidak ada masalah dalam berjalan dengan jarak
yang cukup jauh, naik tangga, maupun melakukan aktifitas sehari-
hari. Pasien menyangkal adanya nyeri dada maupun perasaan
berdebar-debar. Pasien mengatakan mempunyai riwayat
hipertensi terkontrol dan pembengkakan jantung sejak tahun
2009. Ibu pasien memiliki riwayat darah tinggi dan ayah pasien
memiliki riwayat penyakit jantung. Obat-obatan yang rutin
diminum pasien adalah Furosemid 1x40 mg, candesartan 1 x 16
mg, Miniaspilet 1x80 mg, Bisoprolol 1 x 5 mg. Pada pemeriksaan
fisik, ditemukan batas jantung, suara napas bronkial, rhonki
6
positif pada kedua lapang paru, wheezing positif pada kedua
lapang paru, dan edema ekstremitas simetris.
7
Trombosit 292 rb/uL 150-400
CT-Scan
Interprestasi CT-Scan :
o Jaringan lunak extracalvaria dan calvaria masih memberikan bentuk dan densitas
normal
o Sulci, gyri corticalis, fissura sylvii dan fissura interhemisfer tampak normal. Tampak
lesi hipodens kecil-kecil di daerah ganglia basalis bilateral terutama kiri. Ventrikel
lateralis, ventrikel 3 serta ventrikel 4 tidak tampak melebar.
o Tidak tampak midline shift
8
o Tidak tampak lesi yang memberikan densitas patologis di daerah cerebellum dan batang
otak
o Sistem sisterna tidak tampak melebar
o Tampak kalsifikasi fisiologis di daerah glandula pineal dan pleksus choroideus.
o Daerah sela tursika dan daerah cerebellopontine angle kanan dan kiri dalam batas
normal
o Bulbus oculi dan ruang retroorbital bilateral dalam batas normal
o Cavum nasi dan septum nasi dalam batas normal
o Mastoid air cell bilateral dalam batas normal
o Sinus paranasalis yang terscanning dalam batas normal
Kesimpulan :
Multiple Infarc Lacunar (MIL) di daerah basalis ganglia bilateral. Tidak tampak
perdarahan intracranial.
1.11 DIAGNOSIS :
Klinis : Vertigo Perifer dan Cerebral Vascular Disease
Topis : Kanalis semisirkularis, basal ganglia
Etiologis : Kanalitiasis, kupulolitiasis, trombosis arteri
Po :
Betahistin 3x1
Flunarizine 2x5 mg
1.13 PROGNOSIS :
Ad Vitam : Dubia Bonam
9
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
BAB 2
FOLLOW UP
10
Follow Up
S (Subjective) Pusing berputar membaik. Mual dan muntah sudah tidak
dirasakan. Pasien mengatakan kesemutan pada tangan dan
kaki kiri
O (Objective) Pemeriksaan Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 160/110
Nadi :80 x/menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 36,8
Status Neurologis
Glasgow Coma Scale (GCS) : E4 M6 V5
Syaraf Kranial :
CN III, IV, VI : Pupil isokor 3mm (+/+), RCL (+/+),
RCTL (+/+)
CN V : (Motorik) Palpasi normotonus kanan dan kiri,
gerakan rahang simetris, (Sensoris) Sensibilitas V1, V2,
V3 normal.
CN VII : angkat alis, menyeringai
CN VIII : Tes suara gesek jadi normal, Rinne, Weber tidak
dilakukan. Tes Romberg tidak dilakukan.
CN IX, X : Disfagia (-), Disfonia (-), arkus faring simetris,
kesan normal.
CN XI : kekuatan otot sternocleidomastoideus dan
trapezeus tidak mengalami penurunan, kesan normal
CN XII : tidak ada deviasi lidah di dalam dan di luar
mulut, kesan normal.
Motorik :
Inspeksi :
Eutrofi Eutrofi
11
Eutrofi Eutrofi
Tonus :
Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
Fasikulasi : (-/-)
Kekuatan Motorik :
5555 5555
5555 5555
Pemeriksaan Refleks
Refleks Fisiologis
Biceps :
++/++
Triceps :
++/++
Knee Patellar Reflex :
++/++
Achilles Reflex :
++/++
Refleks Patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaffer : -/-
Hofman – Tromner : -/-
Pemeriksaan Sensorik
Ekstremitas Atas
12
Aspek Yang Kanan Kiri
Diperiksa
Raba
o Halus Normal Normal
o Kasar Normal Normal
Nyeri Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Suhu Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Posisi Sendi Normal Normal
Getar Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Ekstremitas Bawah
Aspek Yang Kanan Kiri
Diperiksa
Raba
o Halus Normal Normal
o Kasar Normal Normal
Nyeri Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Suhu Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Posisi Sendi Normal Normal
Getar Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Pemeriksaan Koordinasi
Tes Tunjuk – Hidung : Baik
Tes Tumit – Lutut : Baik
Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
Fungsi Otonom
Miksi : Nyeri ketika berkemih
13
Defekasi : Normal
Sekresi Keringat : Normal
14
CN VII : angkat alis, menyeringai
CN VIII : Tes suara gesek jadi normal, Rinne, Weber tidak
dilakukan. Tes Romberg tidak dilakukan.
CN IX, X : Disfagia (-), Disfonia (-), arkus faring simetris,
kesan normal.
CN XI : kekuatan otot sternocleidomastoideus dan
trapezeus tidak mengalami penurunan, kesan normal
CN XII : tidak ada deviasi lidah di dalam dan di luar
mulut, kesan normal.
Motorik :
Inspeksi :
Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Tonus :
Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
Fasikulasi : (-/-)
Kekuatan Motorik :
5555 5555
5555 5555
Pemeriksaan Refleks
Refleks Fisiologis
Biceps :
++/++
Triceps :
++/++
Knee Patellar Reflex :
++/++
15
Achilles Reflex :
++/++
Refleks Patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaffer : -/-
Hofman – Tromner : -/-
Pemeriksaan Sensorik
Ekstremitas Atas
Aspek Yang Kanan Kiri
Diperiksa
Raba
o Halus Normal Normal
o Kasar Normal Normal
Nyeri Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Suhu Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Posisi Sendi Normal Normal
Getar Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Ekstremitas Bawah
Aspek Yang Kanan Kiri
Diperiksa
Raba
o Halus Normal Normal
o Kasar Normal Normal
Nyeri Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
16
Suhu Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Posisi Sendi Normal Normal
Getar Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Pemeriksaan Koordinasi
Tes Tunjuk – Hidung : Baik
Tes Tumit – Lutut : Baik
Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
Fungsi Otonom
Miksi : Nyeri ketika berkemih
Defekasi : Normal
Sekresi Keringat : Normal
A (Asessment) BPPV dan Lacunar Infarc
BAB 3
DASAR TEORI
17
3.1 FISIOLOGI KESEIMBANGAN
Selain pendengaran yang bergantung pada koklea, komponen khusus lain yaitu,
aparatus vestibularis, berperan penting dalam keseimbangan dengan memberikan informasi
esensial serta untuk koordinasi gerakan kepala dengan gerakan mata dan postur. Terdapat dua
set struktur dari aparatus vestibularis (dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea)
yaitu, kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus).
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Sama halnya
dengan koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi
oleh perilimfe dimana komponen-komponen vestibularis mengandung sel rambut yang
berespons terhadap deformasi mekanis, yang dipicu oleh gerakan spesifik dari endolimfe
sehingga reseptor vestibularis memberikan respon depolarisasi atau hiperpolarisasi,
bergantung pada arah gerakan cairan.
Selain kanalis semisirkularis, utrikulus yang merupakan salah satu organ otolit
memberikan respon terhadap percepatan horizontal dan sakulus terhadap percepatan vertikal.
Otolit bersifat lebih padat daripada endolimfe sehingga percepatan dalam segala arah
menyebabkan otolit bergerak dengan arah berlawanan. Akibat dari gerakan berlawanan ini,
menyebabkan distorsi tonjolan sel rambut dan mencetuskan aktivitas serabut saraf..
Makula juga melepaskan muatan secara tonik walaupun tidak terdapat gerakan kepala,
karena gaya tarik bumi pada otolit. Impuls yang dihasilkan oleh reseptor-reseptor ini, sebagian
berperan pada refleks menegakkan kepala dan penyesuaian postur.
Semua impuls yang dihasilkan akibat dari pergerakan endolimph pada kanalis
semisirkularis, serta aktivitas otolit dan makula, diperkirakan mencapai korteks serebri,
18
kemudian berperan dalam persepsi gerakan yang disadari dan memberikan sebagian informasi
yang penting untuk orientasi dalam ruang.
19
informasi yang buram ataupun terdistorsi, sehingga ketajaman visual yang buruk
berkorelasi dengan tingginya frekuensi jatuh yang dialami oleh manula.
3.4 VERTIGO
3.4.1 Definisi
Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar)
tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya. Isitlah vertigo didapat dari bahasa latin
“vertere” yaitu memutar. Vertigo termasuk ke dalam gangguan keseimbangan yang
dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia
seperti berjungkir balik.
20
parasimpatis (hipersalivasi, muntah). Bila sindroma tersebut berulang akibat
rangsangan / latihan, maka siklus perubahan dominasi saraf simpatis dan
parasimpatis akan timbul bergantian, sampai terjadi: perubahan sensitifitas
(hiposensitif) reseptor (down regulation), serta penurunan terhadap influks
kalsium.
21
- Abses
Trauma
Tumor
Migren
Epilepsi
Kelainan endokrin :
- Hipotoroidi
- Hipoglikemi
- Hipoparatiroidi
(2) Vertigo yang sistematis, yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem
vestibular ( labirin, nervus VIII atau inti vestibularis ) :
o Telinga
a. Bagian luar: Serumen, Benda asing
b. Bagian tengah: Retraksi membran timpani, Otitis media purulenta
akuta, Ototis media dengan efusi, Labirintitis, Kolesteatoma, Ruda
paksa dengan perdarahan
c. Bagian dalam: Labirintitis akuta toksika, Trauma, Serangan vascular,
Alergi, Hidrops labirin ( morbus meniere ), Mabuk gerakan, Vertigo
postural
o Nervus VIII :
a. Infeksi: Meningitis akuta, Meningitis TB, Meningitis basillaris luetika.
b. Trauma
c. Tumor
o Inti vestibulum ( batang otak ) :
a. Infeksi : Meningitis, Ensefalitis, Abses otak
b. Trauma
c. Perdarahan
d. Trombosis arteria serebeli postero-inferior
e. Tumor
f. Sklerosis multipleks
23
berarti tidak ada terapi untuk mengurangi gejala vertigo pada BPPV. Adalah
manuver Epley yang disinyalir merupakan terapi yang aman dan efektif.
Manuver ini bertujuan untuk mengembalikan debris dari kanalis semisirkularis
posterior ke vestibular labirin. Angka keberhasilan manuver Epley dapat
mencapai 100% bila dilatih secara berkesinambungan. Angka rekurensi
ditemukan 15% dalam 1 tahun. Meski dibilang aman, tetap saja ada keadaan
tertentu yang menjadi kontraindikasi melaksanakan manuver ini yaitu stenosis
karotid berat, unstable angina, dan gangguan leher seperti spondilosis servikal
dengan mielopati atau reumatoid artritis berat. Setelah melakukan manuver
Epley, pasien disarankan untuk tetap tegak lurus selama 24 jam untuk mencegah
kemungkinan debris kembali lagi ke kanal semisirkularis posterior. Bila pasien
tidak ada perbaikan dengan manuver Epley dan medikamentosa, pembedahan
dipertimbangkan.
b. Vestibular neuritis
Vertigo rotasional yang berat dengan onset akut, disertai nistagmus spontan,
ketidakstabilan postur, dan nausea tanpa diikuti disfungsi auditorik. Gejala
biasanya mencapai puncak dalam 24 jam, membaik setelah beberapa hari-
minggu. Meski kerusakan berupa hilangnya fungsi vestibular unilateral
permanen, tetap terjadi perbaikan dengan adanya perbaikan otak. Vestibular
neuritis dianggap sebagai akibat virus, meski sulit untuk dibuktikan.
c. Penyakit menierre
Serangan yang khas dengan rasa penuh ditelinga, penurunan daya pendengaran
serta tinitus, sebelum muncul vertigo rotasional. Disertai keluhan
ketidakstabilan postur, nistagmus, dan mual selama beberapa menit – beberapa
jam. Penyakit menierre disebabkan oleh hidrops indolimfatik yang berakhir
dengan degenerasi sel-sel rambut pada koklea dan neuro epitel di kanalis semi
sirkularis. Sering terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada penyakit ini terjadi
gangguan filtrasi endolimfatik dan ekskresi pada telinga dalam, menyebabkan
peregangan pada kompartemen endolimfatik. Penyebabnya multifaktor. Dari
kelainan anatomi, genetik (autosom dominan), virus, autoimun, vaskular,
metabolik, hingga gangguan psikologis. Gejala penyakit Meniere lebih berat
daripada BPPV. Selain vertigo, biasanya pasien juga mengalami keluhan di
telinga berupa tinitus, tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah, dan sensasi
rasa penuh di telinga.
24
2. Vertigo Sentral
Vertigo sentral didefinisikan sebagai vertigo yang disebabkan oleh lesi pada jaras
vestibular mulai dari nucleus vestibularis di batang otak sampai area proyeksinya
di korteks temporoparietal. Jaras pada reflex vestibulookular memegang peranan
penting pada vertigo sentral. Dimana dimulai dari labirin, menuju nukleus
vestibularis, nukleus N III, IV, VI, pusat integrasi di pons dan mesensefalon
(nukleus interstitial Cajal dan rostral interstitial medial longitudinal fasciculus),
serta serebelum. Pusat integrasi di pons dan serebelum berperan pada gerakan mata
horizontal (N IV, muskulus oblik superior), sedangkan pusat integrasi di
mesensefalon berperan pada gerakan mata vertikal (N III, muskulus rektus inferior).
Beberapa karakteristik vertigo sentral adalah onset gradual, konstan, durasinya
lebih panjang (minggu-bulan), tidak dipengaruhi posisi kepala, tidak disertai mual
dan muntah, seringkali disertai dengan defisit neurologis, tidak ada tinnitus,
nystagmus horizontal atau vertikal, serta adanya tanda gangguan serebelum dan
batang otak, seperti ataxia, pandangan kabur, diplopia, disartria, dan disfagia.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum
25
Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik: tekanan darah
diukur dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut
jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.
2. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:
a. Fungsi vestibuler/serebeler
o Uji Romberg : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-
mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Pada kelainan vestibuler hanya pada mata
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
o Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan
diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan
vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.
o Uji Unterberger: berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan
dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama
satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
o Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
b. Fungsi Pendengaran
o Tes garpu tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif
dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif tes
26
Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan Schwabach
memendek.
o Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness Balance
Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.
o Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus, kampus visus,
okulomotor, sensorik wajah, otot wajah, pendengaran, dan fungsi
menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik
(hipestesi, parestesi) dan serebeler (tremor, gangguan cara berjalan).
c. Uji Dix-Hallpike
27
d. Gaze Nystagmus Test
28
3.4.6 TERAPI
Non Farmakologi
1. Manuver Epley
2. Manuver Semont
29
3. Manuver Lempert / Barbeque Roll
30
4. Manuver Gufoni
5. Brandt-Daroff Exercise
31
Terapi simptomatik :
Ca-entry blocker : flunarisin (sibelium) 3 x 5-10 mg/hr.
Beberapa studi mengatakan pemberian flunarisin dapat mengurangi gejala
vertigo. Namun, mekanismenya masih belum diketahui.
Antihistamin : sinarsin (stugeron) 3 x 25 mg/hr, dimenhidrinat (dramamine)
3 x 50 mg/hr
Dapat menekan pusat muntah hingga meringankan gejala mual dan muntah.
Benzodiasepin 3 x 2-5 mg/hr
Memiliki sifat ansiolitik, sedatif, relaksan otot, dan anti-konvulsan
Potensiasi efek penghambatan sistem GABA
Anti emetik
Digunakan apabila ada gejala muntah. Contoh : Metoclopramide
(primperan, raclonid) 3 x 10 mg/hr
32
talamogenikulata, cabang dari a. serebri posterior; a. paramedian perforata dari a.
basilaris pons, mesensefalon, dan thalamus.
3.5.2 Patofisiologi
Masih belum diketahui. Namun, diduga berkaitan dengan mikroateroma, atau
merupakan konsekuensi dari hipertensi, vasospasme, dicurigai akibat dari kegagalan
endotel.
3.5.3 Patologi
Infark lakunar adalah lesi kecil, seringkali ireguler, dengan ukuran berkisar 1-15 mm.
Dominasi lakuna adalah di ganglia basalis, terutama putamen, talamus, dan substansia
alba dari kapsula interna dan pons. Jarang terjadi pada korpus kalosum, radiasio optika,
sentrum semiovale, hemisfer serebri, medula, serebelum, spinal
33
c. Gangguan Kognitif Pada Infark Lakunar
Disfungsi kognitif pada infark lakunar kemungkinan disebabkan oleh kerusakan
selektif dari sirkuit frontal- subkortikal yang melayani fungsi eksekutif.
3.5.5 Tatalaksana
Kontrol faktor risiko
cilostazol 2x100mg/hari dapat menurunkan resiko rekurensi stroke lakunar
sebesar 43,4%
34
BAB 4
ANALISA KASUS
2. Vestibular Neuritis
Poin Pro : Onset vertigo mendadak, mual, tanpa diikuti gangguan auditorik
Poin Kontra : Tidak ada demam maupun tanda-tanda infeksi virus lain
35
3. Meniere Disease
Poin Pro : Vertigo disertai mual hingga beberapa menit
Poin Kontra : Tidak ada gangguan pendengaran maupun tinnitus
36
DAFTAR PUSTAKA
37