Anda di halaman 1dari 22

IMPLEMENTASI IMTAQ DALAM MENGHADAPI

KEHIDUPAN MODERN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Umum

Pendidikan Agama Islam

Dosen: Drs. H. Khotim Ashom, M.Pd

Kelas 72

Kelompok 1:

Oksalani Cahaya Rana (161610101013)

Ananda Regina Putri Darna (161610101014)

Devi Komala (161610101015)

Lisa Wahyu Zelda Federika (161610101016)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2017-2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di zaman modern ini, masyarakat semakin banyak dihadapkan oleh


permasalahan sosial yang kompleks. Perubahan kepercayaan, pemikiran,
kebudayaan, dan peradaban merupakan prasyarat bagi perubahan ekonomi,
politik, dan sebagainya. Berbagai perubahan yang harus dihadapi tersebut tidak
diimbangi dengan kemampuan masyarakat untuk menyelesaikannya. Hal tersenut
menyebabkan masyarakat mengalami stress,frustasi, hingga melakukan bunuh diri
untuk menghindari permasalahan yang sedang dihadapi.

Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar
atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika seseorang
telah bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa tersebut
kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi
iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi kita pemeluk
agama islam, agar mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan menjadi hamba
yang beriman dan bertaqwa. Dengan begitu konsep iman dan taqwa itu perlu
untuk dikaji.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat


dirumuskan permasalahan dari makalah sebagai berikut :

1. Apa dan siapa Tuhan?


2. Bagaimana manusia mengenal Tuhan?
3. Bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam?
4. Bagaimana keimanan dan ketaqwaan dalam Islam?
5. Bagaimana implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modern?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apa dan Siapa Tuhan?

Al-Qur’an menyebut Allah – salah satu nama Tuhan bagi umat Islam –
dalam beberapa tempat. Nama Allah – yang juga disebut dengan ungkapan Agung
(Lafzul Jalalah) – teryata bukan saja sebagai sebutan Tuhan bagi umat Islam,
tetapi juga umat lain, seperti umat Kristiani di Indonesia dan di Timur Tengah.
Namun yang membedakan secara tegas sebagaimana penjelasan al-Qur’an, Allah
yang dimaksudkan adalah yang memiliki 99 Nama-nama Indah (Lahu al-Asma’
al-Husna).1
Perkataan yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur`an dipakai
untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia.
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikin rupa sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan
dipentingkan hendakl ah diartikan secara luas. Tercakup didalamnya yang dipuja,
dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberi kemaslahataan atau
kegembiraan dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya
atau kerugian.2
Menurut Ibnu Taimiyah Al-Ilah adalah yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepada-Nya merendahkan diri dihadapannya, takut dan
mengharapkannya, kepadanya umat tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdoa dan bertawakal kepada-Nya dan menimbulkan ketenangan disaat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.2
Allah adalah Zat yang ada dengan sendirinya, sehingga selain-Nya adalah
tiada. Karena Dia itu Ada, dan yang lain itu diadakan, maka Dia adalah Pencipta
dengan sendirinya. Karena segala sesuatu itu diadakan-Nya, maka Dia adalah
Pengada yang mutlak. Karena Dia Ada dengan mutlak, maka Dia adalah Kekal,
sementara yang diadakan bersifat tidak kekal. Karena Dia Kekal, maka Dia Tidak
Terbatas, tidak memerlukan ruang dan waktu, tidak bertempat di mana pun, dan

1 Q.S. an-Nisa/4: 171 dan al-Maidah/5: 73.


2 Al-Ghazali, Muhammad selalu Melibatkan Allah, (Jakarta PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 28-39.
tidak bisa ditunjuk. Sementara yang diadakan bersifat fana, terbatas oleh ruang
dan waktu, rusak, tergantung pada yang lain, dan seterusnya.” Allah dengan sifat-
sifat seperti ini adalah Allah yang dipahami oleh para filosof.3
2.2 Bagaimana Manusia Mengenal Allah

Mengenal Allah ada empat cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal
Rububiyah Allah, mengenal Uluhiyah Allah, dan mengenal Nama-nama dan
Sifat-sifat Allah.4
Tujuan mengenal Allah adalah membuahkan rasa takut kepada-Nya,
tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya.
Sehingga kita bisa mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala apa
yang dilarang oleh-Nya. Yang akan menenteramkan hati ketika orang-orang
mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa aman ketika orang-
orang dirundung rasa takut dan akan berani menghadapi segala macam problema
hidup. Faktanya, banyak yang mengaku mengenal Allah tetapi mereka selalu
bermaksiat kepada-Nya siang dan malam.4
1. Mengenal wujud Allah
Yaitu beriman bahwa Allah itu ada. Dan adanya Allah telah diakui oleh
fitrah, akal, panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh syari’at. Ketika
seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna,
jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan adanya semuanya itu tentu
ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya.
Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al
Qur’an: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman ): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka
menjawab: ‘(Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami
lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan:
‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-
orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami

3
Muhyidin, Muhammad. (2008). Mengajar Anak Berakhlak Al Quran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
4
http://imanto.staff.ipb.ac.id/2010/05/30/mengenal-allah-swt-tuhan-semesta-alam/
ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’.” (QS. Al
A’raf: 172-173)4
2. Mengenal Rububiyah Allah
Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu
penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. Maknanya, menyakini
bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan,
memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat.
Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang
menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah
Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4).
3. Mengenal Uluhiyah Allah
Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah,
seperti berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar,
cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Memperuntukkan satu jenis ibadah
kepada selain Allah termasuk perbuatan dzalim yang besar di sisi-Nya yang
sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah. Allah berfirman di dalam Al
Qur’an: “Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-
Mu ya Allah kami meminta.” (QS. Al Fatihah: 5).
Contoh konkrit penyimpangan uluhiyah Allah di antaranya ketika seseorang
mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut.
Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau kepada seorang
dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya.
4. Mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah
Dalam hal ini, kita harus beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah
sesuai dengan apa yang dimaukan Allah dan Rasul-Nya dan tidak
menyelewengkannya sedikitpun. Imam Syafi’i meletakkan kaidah dasar
ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut:
“Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai
dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan
apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh
Rasulullah.”

2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam,


atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi
Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional,
dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut
adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan
Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat
tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan
antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal
dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran
ilmu ketuhanan dalam Islam5. Aliran tersebut yaitu:

a. Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta


menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan
keimanan dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak
mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal
manzilatain). Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu
logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan.
Pemikiran kaum mu’tazilah tentang Tuhan adalah bahwa Dzat Tuhan itu
merupakan perwujudan dari sifat Tuhan. Misalnya, jika Tuhan memiliki sifat
Maha Mengetahui maka Dzat Tuhan adalah Pengetahuan. Hasil dari paham
Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul pada abad kemajuan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun
dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks.
b. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan

5
Anggun, Asri. 2012. Konsep Ketuhanan dalam Islam. Malang: Kementrian Pendidikan
Universitas Brawijaya
kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung
jawab atas perbuatannya.
c. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa
manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua
tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di
antara Qadariah dan Jabariah memiliki pandangan yang berbeda
dengan Mu’tazilah Sifat dan zat Tuhan menurut Asy’ariyah sangat berbeda
dengan pandangan Mu’tazilah. Menurut mereka, Tuhan tetap mempunyai sifat di
dalam zat-Nya. Namun sifat Tuhan tersebut tidak bisa menggambarkan dzat
Tuhan.
Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan
umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih
aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang
dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan
koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan politik tertentu.
Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan
dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan
merupakan sesuatu yang ghaib, sehingga informasi tentang Tuhan yang hanya
berasal dari manusia biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan maupun
pemikiran rasional, tidak akan benar.
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah maupun
batiniyah, baik yang bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batin.
Dalam literatur sejarah agama, dikenal dengan Teori evolusionisme, yaitu 4 teori
yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama
kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan
oleh Max Muller, kemudian disusul oleh EB Taylor, Robertson Smith, Luboock
dan Jevens. Pemikiran Umat Islam Sehubungan pemikiran Umat Islam terhadap
Tuhan melibatkan beberapa konsepsi ke-esaan Tuhan, diantaranya konsepsi
Aqidah dan konsepsi Tauhid6.

a. Konsepsi Aqidah.
Dalam kamus Al-Munawir secara etimologis, aqidah berakar dari kata
„aqada-ya‟qidu-aqdan„ aqidatan yang berarti simpul, ikatan perjanjian dan
kokoh. Setelah terbentuk menjadi „aqidah yang berarti keyakinan relevensi antara
arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul kokoh dalam hati,
bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. 6 Secara terminologis terdapat
beberapa definisi aqidah antara lain: Menurut Hasan al-Bana dalam kitab
majmu‟ah ar-rasa, il „Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara
wajib diyakini kebenarannya oleh hati dan mendatangkan ketentraman jiwa
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.

b. Konsepsi Tauhid
Tauhid sebagai poros Aqidah Islam. Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan
iman kepada wujud Allah sebagai suatu keharusan fitrah manusia, namun lebih
dari itu memfokuskan aqidah tauhid yang merupakan dasar aqidah dan jiwa
keberadaan Islam. Islam datang disaat kemusyrikan sedang merajalela disegala
penjuru dunia. Tak ada yang menyembah Allah kecuali segelintir umat manusia
dari golongan Hunafa, (pengikut nabi Ibrahim as) dan sisa-sisa penganut ahli
kitab yang selamat dari pengaruh tahayul animisme maupun paganisme yang
telah menodai agama Allah. Sebagai contoh bangsa arab jahiliyah telah
tenggelam jauh kedalam paganisme, sehingga Ka‟bah yang dibangun untuk
peribadatan kepada Allah telah dikelilingi oleh 360 berhala dan bahkan setiap
rumah penduduk makkah ditemukan berhala sesembahan penghuninya.

6
Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari Insan, 1989), h. 16-
21, 54-56.
2.4 Keimanan dan Ketaqwaan Dalam Islam

1. Pengertian iman
Menurut bahasa Iman berasa dari kata amana - yu'minu - imanan yang
artinya percaya. Sedangkan secara istilah para ulama mendifinisikan iman
dengan “Tasdikun Bil Qalbi Wa Qaulu Bil Lisan Wa Amalu Bil Arkan” yang
artinya, diyakini dengan hati diucapkan dengan lisan dan diwujudkan dengan
amal perbuatan.7
2. Wujud iman
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti
percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat.
Oleh karena itu lapangan iman sangat luas. Akidah Islam atau iman mengikat
seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari
Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.8
Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan.
Isi hati dan perbuatan disebut pandangan hidup. Sedangkan laku perbuatan yang
mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia disebut sikap
hidup. Sikap hidup seseorang bisa bernilai haq bisa juga bernilai bathil,
tergantung pada pandangannya. Jika pandangannya adalah pandangan haq, maka
sikap hidup atau perilakunya bernilai haq. Demikian juga sebaliknya, jika
pandangan yang dimiiki pandangan bathil, maka sikap hidup atau perilakunya
bernilai bathil. Dengan demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan
wujud iman bathil
3. Tanda-tanda orang beriman

7
Abr26. 2011. Pengertian iman dan taqwa. http:// tugas agama/imtaq.html

8
Tafany, 2009. Iman dan taqwa, http://pengertian-iman-dan-taqwa -----.html
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan/ditunjukkan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal” (Q.S. Al-Anfaal : 2)
1) Taqwa
Taqwa adalah menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan
melaksanakan segala apa yang diperintah oleh Allah SWT dan juga
meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya. Keimanan seseorang kepada
Allah SWT belum sempurna jika ia tidak bertaqwa, yakni mewujudkannya
dalam bentuk yang nyata dengan beramal shaleh atau berbuat kebaikan
kepada orang lain.
Allah SWT sama sekali tidak membedakan derajat manusia
berdasarkan suku, bangsa, bahasa, dan budaya, akan tetapi Allah SWT
membedakan perbedaan antara seseorang dengan yang lainnya dengan
taqwanya, barang siapa yang paling bertaqwa, maka dialah yang
derajatnya paling mulia di sisi Allah SWT.9
2) Malu
Tanda keimanan yang amat penting dari seseorang yaitu al haya’
atau mempunyai rasa malu. Rasa malu harus kita tanam sebagai orang
yang beriman yaitu malu jika kita tidak melakukan perbuatan atau hal-hal
yang telah dibenarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Rasa malu
sangatlah penting bagi kita agar tentunya tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang tidak diinginkan. Bahkan, keimanan dengan rasa malu
menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dan tentunya tidak boleh juga
kita pisah-pisahkan sendiri.10
Bila malu tidak ada pada jiwa seseorang yang mengaku beriman,
pada hakikatnya dia tidak beriman. Haya’ (rasa malu) terdapat dua macam
yaitu:

9
Nasution, Harun. (1975). Falsafat Agama. Jakarta.
10
Abdiansyah, Septian. 2010. Keimanan dan
Ketaqwaan.http://tugaskuliahseptian.blogspot.com/2010/06/keimanan-dan-ketakwaan.html
a. Malu naluri (haya’ nafsaniy), yaitu rasa malu yang dikaruniakan Allah
kepada setiap diri manusia, seperti rasa malu kelihatan auratnya atau malu
bersenggama di depan orang lain. Dalam hal ini tentu kita harus selalu
tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan segala ketentuan-Nya dengan
mengkaruniakan kita malu naluri. Bila kita memiliki rasa malu terhadap
diri sendiri dan juga kepada orang lain pasti kita akan selalu menjaga aurat
jangan sampai kelihatan dihadapan orang lain. Oleh karena itu, orang yang
tidak memiliki rasa malu harus diwaspadai, sebab kalau dia telah merusak
citra dirinya sendiri, sangat mungkin baginya untuk merusak citra orang
lain.
b. Malu imani (haya’imaniy), ialah rasa malu yang bisa mencegah seseorang
dari melakukan perbuatan maksiat karena takut kepada Allah SWT. Setiap
muslim haruslah memiliki sifat malu kepada Allah yang sebenar-benarnya,
malu yang ditunjukkan dimana saja, kapan saja, dan dalam situasi serta
kondisi yang bagaimanapun juga. Bukan hanya malu untuk menyimpang
ketika berada di masjid dan sejenisnya, tapi tidak malu-malu untuk
melakukan penyimpangan di pasar, kantor, bahkan saat sendirian. Oleh
karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu memperkokoh
rasa malu sehingga tidak ada kejelekan sedikitpun dari sifat malu tersebut.
3) Syukur
Tanda keimanan seseorang yang amat penting adalah selalu
bersyukur. Allah SWT menganugerahkan nikmat yang banyak kepada
manusia. Setiap detik dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas
dengan yang namanya nikmat Allah SWT.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya manusia selalu bersyukur kepada Allah
SWT. Syukur berarti “berterima kasih kepada Allah SWT”. Dalam arti
lain, syukur ialah memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah SWT
kepada kita sesuai dengan kehendak yang memberikannya.11
Bersyukur mengandung banyak manfaat, diantaranya yaitu
mengekalkan dan menambah nikmat itu pula dengan nikmat yang lain
yang berlimpah, Allah SWT berfirman:

11
M.Quraish Shihab. (1992). Membumikan Al-quran. Cetakan 1. Bandung: Mizan
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya
azab-Ku sangatlah pedih” (QS Ibrahim[14]:7).
Ada tiga macam cara kita bersyukur kepada Allah SWT:
a. Bersyukur dengan hati, yakni mengakui dan menyadari bahwa nikmat
yang diperolehnya berasal dari Allah SWT.
b. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan mengucapkan “Alhamdulillah” yang
berarti segala puji bagi Allah.
c. Bersyukur dengan perbuatan, seperti melakukan perbuatan yang baik,
sesuai dengan tuntutan agama.
4) Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu shabara-yashbiru-shabran
yang artinya menahan atau mengekang. Secara istilah sabar yaitu
menahan diri dari bersikap, berbicara, dan bertingkah laku yang tidak
dibenarkan oleh Allah SWT. Sabar merupakan bagian yang penting dari
iman. Dalam hadits yang diriwayatkan oieh Abu Nu’aim, Rasulullah SAW
bersabda bahwa sabar adalah sebagian dari iman. Kedudukan sabar bagi
iman sangat penting, seperti kedudukan hari Arafah dalam ibadah haji.
5) Ridha dengan Keputusan Allah.
Ridha berarti menerima keputusan kalah atau menang dengan hati
yang lapang. Jika mendapat kemenangan maka siap untuk menjalankan
tugas sebagai tanda kesyukuran kepada Tuhan, dan jika dinyatakan kalah,
maka terima dengan hati yang lapang, dan merasa itu lebih baik daripada
mendapatkan sebuah kemenangan.

4. Pengertian taqwa
Menurut bahasa Taqwa berasal dari kata waqa - yaqi - wiqayah yang
artinya memelihara, menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Sedangakan secara
istilah para ulama mendifinisikan taqwa dengan “Imtitsalul ma’murot
wajtinaabul manhiyyat “ yang artinya Mengikuti memenuhi segala perintah Allah
dan menjauhi segala larangan-Nya.12

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS Al-Hasyr ayat 18)

5. Karakteristik orang bertaqwa

Abu Laits mengatakan bahwa seseorang dinyatakan takut (taqwa) kepada


Allah dapat terlihat tanda-tandanya dalam tujuh macam hal berikut ini.
1. Ia memiliki lidah yang selalu menjadikannya sibuk berdzikir kepada Allah,
membaca Al-qur’an dan memperbincangkan ilmu. Dengan demikian lidahnya
tidak lagi digunakan untuk berdusta, menggunjing, dan mengadu domba.
2. Ia memiliki hati yang selalu mengeluarkan dari dalam perasaan tidak
bermusuhan dan dengki.
3. Penglihatannya tidak memandang yang haram, tidak memandang kepada
dunia dengan keinginan nafsu, tetapi ia memandangnya dengan mengambil
i’tibar (contoh).
4. Perutnya tidak dimasukkan barang haram.
5. Tangannya tidak dipanjangkan ke arah yang haram.
6. Telapak kakinya tidak dipakai untuk berjalan menuju maksiat, dan
7. Ketaatannya murni karena Allah.

12
Yoga, Ailala. Pengertian Iman dan Taqwa dalam Islam sesuai AlQuran Assunah.
http://www.belajarislam.web.id/2014/05/pengertian-iman-dan-taqwa-dalam-islam.html
2.5 Implementasi Iman dan Taqwa Dalam Kehidupan Modern
Di zaman yang semakin berkembang, terdapat berbgai
permasalahan sosial dalam kehidupan modern, antara lain masalah social budaya,
politik yang menjauhi nilai-nilai Qur’ani, dan maraknya narkoba di masyarakat.13

1. Masalah sosial budaya

Masalah sosial budaya sangat sulit untuk diperbaiki atau diangkat. Jika
kita berbicara tentang permasalahan sosial dan budaya, berarti kita membahas
tentang berbagai permasalahan alam pemikiran dan realitas hidup masyarakat
dalam skala luas. Alam pemikiran bangsa Indonesia adalah pluralistik, yakni
terdiri dari berbagai macam sejarah dan latar budaya yang sangat majemuk dari
Sabang hingga Merauke. Kemajemukan masyarakat Indonesia dipandang sangat
bagus karena begitu hebatnya para pendahulu kita dapat mempersatukan orang-
orang dengan latar belakang yang cukup berbeda pada masa itu. Namun
sayangnya, hal ini juga memiliki dampak negatif yakni munculnya konflik yang
didasari oleh SARA (Suku, Agama, dan Ras). Konflik-konflik yang ada sekarang
terutama dipicu oleh perbedaan Agama atau kepercayaan. Apabila konflik-konflik
ini terus berlanjut, bangsa Indonesia diprediksi akan mengalami perpecahan.
Qur‟an Surah Ali Imran (3) ayat 103 menjelaskan fenomena ini sebagai
kehidupan yang terlihat dalam wujud saling bermusuhan (idz kuntum a’daa’an),
yaitu suatu rupa kehidupan yang berada dalam jurang perpecahan dan kehancuran
yang disebabkan oleh permusuhan.

2. Politik yang menjauh dari nilai-nilai Qur’ani

Pada bidang politik, hal-hal buruk seperti para wakil rakyat yang tidak
amanah kepada rakyatnya dengan melakukan tindakan korupsi, melakukan studi
banding yang hanya sekedar untuk tujuan jalan-jalan, serta membuat berbagai
proyek fiktif, sudah menjadi rahasia umum. Masya Allah, keadaan pemerintahan
juga menjadi semakin parah seiring menurunnya kepercayaan masyarakat

13
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
Departemen Agama RI
terhadap calon wakil rakyat karena sering kita mendapati bahwa seorang calon
wakil rakyat hanya dekat dengan masyarakatnya sewaktu kampanye dengan
mengumbar berbagai janji serta program-program yang akan dilaksanakannya.
Tetapi pada nyatanya setelah berhasil memperoleh jabatan tersebut, maka amanah
tidak terlaksana dengan baik, justru perilaku korupsi yang dijalankan hanya
karena melihat kesempatan tersebut tanpa mempedulikan nasib rakyat kecil yang
memilihnya.

Kekacauan politik tersebut akhirnya menular ke sektor ekonomi. Dimana


mata uang terus mengalami penurunan, serta pendapatan masyarakat kita yang
bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik, dan lainnya masih tergolong kecil
dibandingkan dengan upah pekerjaan yang sama di negara lain. Keterpurukan
ekonomi di Indonesia juga dipengaruhi oleh perilaku masyarakat khususnya yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan yang lebih memilih produk-produk luar
negeri hanya karena menganggap standarnya lebih tinggi dibanding produkproduk
dalam negeri, hal ini dipicu oleh dampak-dampak negatif dari westernisasi.

3. Narkoba masih marak di kalangan anak muda.

Narkoba atau Napza masih saja menjadi salah satu penghancur generasi
muda yang paling besar. Pasalnya, muncul berbagai jenis narkoba yang baru
sehingga stereotipe narkoba itu “keren” atau “gaul” kembali muncul ke
permukaan. Narkoba masih menjadi ancaman utama bagi para pemuda khususnya
pelajar dan mahasiswa. Segala permasalahan tersebut muncul karena pada
dasarnya wawasan ilmu yang dimiliki tidak diamalkan dengan baik. Ilmu
merupakan penggerak budaya serta memberi warna kepada budaya. Berbagai
permasalahan ini menjadi 8 tantangan yang sangat berat serta dapat menimbulkan
tekanan jiwa bagi masyarakat.

Berbagai permasalahan di atas merupakan masalah yang timbul akibat


salahnya pemahaman terhadap nilai-nilai yang terbilang mendasar baik nilai-nilai
Islam maupun nilai dan norma sosial. Maka dari itu, kita perlu mengubah
paradigma atau mengembalikan pola pikir kita ke jalan yang benar, serta tidak
menganut pemikiran-pemikiran yang mengutamakan kekerasan serta berpotensi
menimbulkan perpecahan dan kehancuran. Dalam konteks ini, maka Iman dan
Taqwa yang dapat mengatasi berbagai problema serta tantangan masyarakat sosial
dalam kehidupan modern ini.

A. Peranan Iman Dan Taqwa Dalam Menjawab Problema Dan Tantangan


Kehidupan Modern

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini


dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia.

1. Iman dan taqwa melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan
manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada
khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah surat al-Fatihah ayat 1-7.14

2. Iman dan taqwa menanamkan semangat berani menghadap maut

Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah.


Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah
dalam QS. an-Nisa/4:78.

‫سنَةٌ يَقُولُوا َه ِذ ِه‬


َ ‫ص ْب ُه ْم َح‬ِ ُ ‫شيَّدَةٍ َوإِ ْن ت‬َ ‫أ َ ْينَ َما ت َ ُكونُوا يُد ِْر ُك ُك ُم ْال َم ْوتُ َولَ ْو ُك ْنت ُ ْم فِي ب ُُروجٍ ُم‬
ِ ‫َّللاِ فَ َما ِل َهؤ‬
‫ُالء‬ َّ ‫سيِِّئ َةٌ َيقُولُوا َه ِذ ِه ِم ْن ِع ْندِكَ قُ ْل ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد‬ َ ‫ص ْب ُه ْم‬ِ ُ ‫َّللاِ َو ِإ ْن ت‬
َّ ‫ِم ْن ِع ْن ِد‬
)٧٨( ‫َحدِيثا‬ َ‫يَ ْفقَ ُهون‬ َ‫يَ َكادُون‬ ‫ال‬ ‫ْالقَ ْو ِم‬

Artinya

78. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,


Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka

14
Ahmadi Abu, dkk. 1991. Dasar – Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Bumi Aksara
memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah",
dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini
(datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang)
dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-
hampir tidak memahami pembicaraan[320] sedikitpun?

3. Iman dan taqwa menanamkan sikap mandiri dalam kehidupan

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam


kehidupan manusia. manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual
kehormatan dan bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri untuk kepentingan
materi. 15 Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS.
Hud/11:6.

‫ين‬
ٍ ‫ب ُم ِب‬ َ َ‫َّللاِ ِر ْزقُ َها َو َي ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْست َْود‬
ٍ ‫ع َها ُك ٌّل ِفي ِكت َا‬ َّ ‫علَى‬
َ ‫ض ِإال‬ ْ ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة ِفي‬
ِ ‫األر‬
٦(
Artinya:

6. Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-
lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu dan tempat penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh).

[709]
Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah
yang bernyawa.

[710]
Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di
sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut
sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi
dan tempat penyimpanan ialah rahim.

15
Labay,Mawardi.2000.Zikir dan Do’a Iman Pengaman Dunia. Jakarta: Al Mawardi Prima
4. Iman dan taqwa memberikan ketenteraman jiwa

Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tenteram


(mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman
Allah surat ar-Ra’d/13:28.

ُ ُ‫َّللاِ ت َْط َمئِ ُّن ْالقُل‬


)٢٨( ‫وب‬ َّ ‫الَّذِينَ آ َمنُوا َوت َْط َمئِ ُّن قُلُوبُ ُه ْم بِ ِذ ْك ِر‬
َّ ‫َّللاِ أَال بِ ِذ ْك ِر‬

Artinya:

28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.

5. Iman dan taqwa mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu


menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini
dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97.

‫س ِن َما‬ َ ‫صا ِلحا ِم ْن ذَ َك ٍر أ َ ْو أ ُ ْنثَى َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاة‬


َ ْ‫ط ِيِّبَة َولَنَجْ ِزيَنَّ ُه ْم أَجْ َر ُه ْم ِبأَح‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫ع ِم َل‬
‫َكانُوا يَ ْع َملُون‬
Artinya:

97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan
Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.

[839]
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam
Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai
iman.

6. Iman dan taqwa melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen


Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan
ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa
konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun
dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS. al-
An’am/6:162.

)١٦٢( َ‫ب ْال َعا َل ِمين‬


ِ ِّ ‫اي َو َم َماتِي ِ َّّلِلِ َر‬ َ ‫قُ ْل ِإ َّن‬
ُ ُ‫صالتِي َون‬
َ ‫س ِكي َو َمحْ َي‬

Artinya:

162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

7. Iman dan taqwa memberi keberuntungan

Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki.


Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam
hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah/2:5.

)٥( َ‫علَى ُهدى ِم ْن َربِِّ ِه ْم َوأُولَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِل ُحون‬


َ َ‫أُولَئِك‬
Artinya:

5. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung[19].

[19]
Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada
Allah sesudah mengusahakannya.

8. Iman dan taqwa mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi


biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua
gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan,
seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak
dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan
pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini
bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh
hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah
otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa
sifat) yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim
ibunya. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk
gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.

Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya


haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal,
misalnya disamping menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga
menjalankan ibadah sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.

B. Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan Modern


Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut:
A. Menjalankan keenam rukun iman.
B. Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo
Allah
C. Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari
keharaman)
D. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.
E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist
yang menyatakan,bahwa Rosulullah SAW bersabda:
“Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan
bawah),niscaya aku akan menjadi surganya”.
F. Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa
haruslah bisa menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan
berusahalah untuk selalu menepati janji selagi masih mampu.
G. Menjaga sholat wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan
persoalan yang mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa
menjaga waktunya, dia selalu sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda
sholatnya. Disamping sholat tepat waktu orang tersebut juga menjaga cara
dan bacaannya dengan benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Disamping itu juga harus bisa menjaga efek positif dari
sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati dan melaksanakan apa yang
telah dibaca dalam melaksanakan sholat.
H. Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.
DAFTAR PUSTAKA
1. .S. an-Nisa/4: 171 dan al-Maidah/5: 73.
2. Al-Ghazali, Muhammad selalu Melibatkan Allah, (Jakarta PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 28-
39.
3. Muhyidin, Muhammad. (2008). Mengajar Anak Berakhlak Al Quran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
4. http://imanto.staff.ipb.ac.id/2010/05/30/mengenal-allah-swt-tuhan-semesta-alam/
5. Anggun, Asri. 2012. Konsep Ketuhanan dalam Islam. Malang: Kementrian Pendidikan
Universitas Brawijaya
6. Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari Insan,
1989), h. 16-21, 54-56.
7. Abr26. 2011. Pengertian iman dan taqwa. http:// tugas agama/imtaq.html
8. Tafany, 2009. Iman dan taqwa, http://pengertian-iman-dan-taqwa -----.html
9. Nasution, Harun. (1975). Falsafat Agama. Jakarta.
10. Abdiansyah, Septian. 2010. Keimanan dan
Ketaqwaan.http://tugaskuliahseptian.blogspot.com/2010/06/keimanan-dan-
ketakwaan.html

11. M.Quraish Shihab. (1992). Membumikan Al-quran. Cetakan 1. Bandung: Mizan


12. Yoga, Ailala. Pengertian Iman dan Taqwa dalam Islam sesuai AlQuran Assunah.
http://www.belajarislam.web.id/2014/05/pengertian-iman-dan-taqwa-dalam-islam.html
13. Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: Departemen Agama RI
14. Ahmadi Abu, dkk. 1991. Dasar – Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Bumi Aksara

15. Labay,Mawardi.2000.Zikir dan Do’a Iman Pengaman Dunia. Jakarta: Al Mawardi Prima

Anda mungkin juga menyukai