Anda di halaman 1dari 13

ESSAY

ANALISIS MENGENAI PEROLEHAN SURAT TANDA REGISTRASI (STR)


UNTUK TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Kesehatan
Dosen Pengampu: Dr. H. Asep Suryana Abdurrahmat, S.Pd., M.Kes.

Oleh,

IKE MARDIANA

164101016

Kelas A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

2019
Apakah Tenaga Kesehatan Masyarakat Perlu STR?

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 1


ayat 1 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan. Sebagaimana yang termasuk ke dalam tenaga
kesehatan menurut UU No.36 tahun 2014 Pasal 11, yaitu dikelompokkan ke dalam
tenaga medis; tenaga psikologi klinis; tenaga keperawatan; tenaga kebidanan; tenaga
kefarmasian; tenaga kesehatan masyarakat; tenaga kesehatan lingkungan; tenaga gizi;
tenaga keterapian fisik; tenaga keteknisian medis; tenaga teknik biomedika; tenaga
kesehatan tradisional; dan tenaga kesehatan lain. Sehingga dalam hal ini tenaga
kesehatan masyarakat menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 merupakan tenaga
kesehatan. Jenis tenaga kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksudkan terdiri atas
epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing
kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan
kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga. Terbukti bahwa tenaga
kesehatan masyarakat itu sebagai tenaga kesehatan, tetapi dalam kenyataan dan
prakteknya masih diperbincangkan dalam hal peran dan fungsinya di dalam bidang
kesehatan.

Banyak yang mengatakan bahwa syarat apa yang tepat bagi seorang mahasiswa
kesehatan masyarakat ketika ia lulus dapat dikatakan sebagai tenaga kesehatan.
Pernyataan tersebut tercantum dalam UU No.36 tahun 2014 Pasal 21, menyebutkan
bahwa:

(1) Mahasiswa bidang kesehatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi
harus mengikuti Uji Kompetensi secara nasional. Artinya mahasiswa minimal
harus lulus dengan gelar Diploma kecuali untuk dokter dan lulus gelar profesi.

1
2

(2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
Perguruan Tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi, lembaga pelatihan,
atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi. Artinya setiap mahasiswa lulusan di
bidang kesehatan jika ingin menjadi seorang tenaga kesehatan perlu
melaksanakannya ujian kompetensi yang telah bekerja sama dengan
organisasai terkait.
(3) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja. Uji
kompetensi ini dimaksudkan untuk memperoleh standar kompetensi atau
keahlian yang dapat dipertanggungjawabkan ketika hendak bekerja sebagai
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
(4) Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh
Organisasi Profesi dan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan ditetapkan
oleh Menteri. Standar kompetensi kerja ini diberikan agar terhidar dari
malpraktik yang dapat merugikan kesehatan masyarakat dan kualitas sumber
daya.
(5) Mahasiswa pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang lulus
Uji Kompetensi memperoleh Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh
Perguruan Tinggi.
(6) Mahasiswa pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang lulus
Uji Kompetensi memperoleh Sertifikat Profesi yang diterbitkan oleh Perguruan
Tinggi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Uji Kompetensi diatur
dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan.

Pernyataan di atas dimaksudkan bahwa saat seorang tenaga kesehatan masyarakat


ingin menjadi seorang tenaga kesehatan dan bekerja di fasilitas kesehatan, maka
perlunya lulus uji kompetensi dan memperoleh STR. Akan tetapi undang-undang di
3

atas tidak termasuk untuk tenaga kesehatan masyarakat karena, jika ingin menjadi
tenaga kesehatan yang memperoleh STR pertu pendidikan vokasi atau profesi.
Pendidikan vokasi ini sendiri merupakan pendidikan tinggi yang menunjang pada
penguasaan keahlian terapan tertentu, meliputi program pendidikan Diploma yang
setara dengan program pendidikan akademik strata dan lulusannya mendapatkan gerar
vokasi atau alhi madya. Sedangkan untuk pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi
setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta pendidik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus dan lulusannya akan
mendapatkan gelar profesi. Berbeda halnya untuk tenaga kesehatan masyarakat bukan
termasuk dari keduanya, karena tenaga kesehatan masyarakat menempuh pendidikan
sarjana atau dengan kata lain sebagai jenjang pendidikan Strata-1. Undang-undang
tersebut kurang sesuai dengan UU No.36 tahun 2014 Pasal 11 yang menyebutkan
bahwa kesehatan masyarakat sebagai tenaga kesehatan, tapi nyatanya tidak memenuhi
pesyaratan untuk mengikuti Uji Kompetensi dan memperoleh STR. Selain pada pasal
44 ayat 1 UU No.36 tahun 2014 menyebutkan bahwa hanya pada tenaga kesehatan
yang menjalankan praktik wajib memiliki STR, tetapi untuk tenaga kesehatan
masyarakat itu sendiri tidak melakukan praktik yang khusus baik seperti vokasi atau
profesi yang dapat melakukan kegiatan praktik.

Menurut PP No. 3 tahun 1980 Pasal 3 ayat 1g menyatakan bahwan tenaga kesehatan
masyarakat masuk ke dalam Penata Muda golongan ruang III/a itu bagi mereka yang
sekurang-kurangnya memiliki Ijazah Sarjana, Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, ijazah
Pasca Sarjana, Ijazah Spesialis I, atau Akta IV. Maka tenaga kesehatan masyarakat
dapat menjadi seorang PNS penata muda golonan IIIa karena tenaga kesehatan
masyarakat merupakan lulusan sarjana dan tidak memenuhi syarat untuk uji
kompetensi dan memperoleh STR tapi ia ingin menjadi seorang tenaga kesehatan
sebagai seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil). Nah masalahnya, ketika seorang tenaga
kesehatan masyarakat ingin bekerja dan memperoleh STR, maka ia ingin dikatakan
sebagai seorang PNS. Tetapi, apakah ia termasuk PNS biasa atau PNS tenaga
4

kesehatan? Menurut pasal 65 ayat 1 UU No. 5 Tahun 2014 bahwa syarat untuk menjadi
PNS biasa hanya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu:

a. lulus pendidikan dan pelatihan dengan artian bahwa jika ingin mencadi PNS
umum/biasa cukup untuk lulus pendikan dan pelatihan saja tanpa melihat strata;
dan
b. sehat jasmani dan rohani, artinya seorang PNS perlu melakukan tes kesehatan
dan dikatakan sehat baik fisik maupun mentalnya.

Sedangkan untuk menjadi PNS tenaga kesehatan, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi untuk menjadi PNS tenaga kesehatan, menurut UU No.36 tahun 2014 pasal
44 ayat 3, meliputi:

a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;


b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Secara, menurut undang-undang tersebut seorang tenaga kesehatan yang ingin menjadi
PNS perlu syarat-syarat tersebut. Pada hakikatnya dalam hal ini tenaga kesehatan
masyarakat telah memenuhi syarat-syarat tersebut. Akan tetapi permasalahannya pada
penempatan PNS sebagai PNS tenaga kesehatan atau PNS biasa. Sehingga membuat
tenaga kesehatan masyarakat kesulitan dan menentukan status PNS nya. Berbeda
halnya jika seorang tenaga kesehatan masyarakat yang bekerja di swasta atau bekerja
di tempat yang bukan fasilitas kesehatan. Maka, seseorang itu tidak perlu memiliki
STR karena bukan tenaga kesehatan dan jikalau ingin menjadi seorang PNS maka
statusnya hanya sebagai PNS biasa. Akan tetapi menjadi suatu keharusan bagi tenaga
kesehatan untuk memperoleh STR termasuk tenaga kesehatan masyarakat.

Permasalahan tentang tenaga kesehatan masyarakat yang seringkali muncul yaitu


ketika ada yang bertanya tentang “apakah ciri khas dari Kesehatan Masyarakat
5

sehingga mampu dianggap sebagai tenaga kesehatan dan ia mampu memperoleh


STR?” Kita telaah dulu mengenai arti dari Kesehatan Masyarakat itu sendiri menurut
Profesor Winslow dari Universitas Yale ( Leavel and Clark, 1958) merupakan ilmu dan
seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan
mental, efisien melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan
sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk
diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan
mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat
untuk menjaga kesehatannya. Adapun menurut Ikatan Dokter Amerika, AMA (1948)
mendefinisikan kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi
dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat. memandang pada satu aspek yaitu baik dengan cara kuratif maupun
rehabilitatif. Untuk itu dalam hal keilmuannya, Kesehatan Masyarakat mempelajari
berbagai ilmu baik sains maupun sosial walaupun hanya sedikit-sedikit. Selain itu,
untuk seninya itu sendiri, Kesehatan Masyarakat mempelajari bagaimana sesuatu itu
mampu dibuat semenarik mungkin. Tenaga kesehatan masyarakat dapat menyelesaikan
masalah kesehatan dari berbagai aspek, inilah sebabnya Kesehatan Masyarakat
mempelajari berbagai ilmu supaya dapat melihat akar permasalahan dan cara
penyelesainnya itu dari berbagai aspek. Kemudian untuk seninya ini mereka sisipkan
ketika bagaimana suatu alternatif ini diterima, dilakukan dengan berbagai pendekatan
dan desain agar sesuai dengan situasi dan kondisi ruang lingkupnya.

Tidak ada ciri yang pasti tenaga kesehatan masyarakat itu menjadi sebagai tenaga
kesehatan. Akan tetapi menurut saya, tenaga kesehatan masyarakat itu mampu
dikatakan sebagai tenaga kesehatan karena kesehatan masyarakat bergelut pada
masalah-masalah yang ada di bidang kesehatan. Bahkan mereka mempelajari segala
aspek untuk menyelesaikan masalah yang cara penyelesaianya melihat pada segala sisi
baik sosial maupun sainsnya walau hanya sebatas dasar-dasarnya saja. Sehingga hal ini
6

menjadi penting bagi seorang kesehatan masyarakat untuk dikatakan sebagai seorang
tenaga kesehatan dan memperoleh STR. Peryataan ini dimaksudkan agar tenaga
kesehatan masyarakat benar-benar memiliki standar kompetensi yang baik dalam
penyelesaian masalah di bidang kesehatan tetapi bukan pada kuratif atau rehabilitatif,
akan tetapi pada promotif dan preventif. Sehingga jika tenaga kesehatan masyarakat
melaksanakan ujian kompetensi dan mendapatkan STR maka ketika ia melaksanakan
tugasnya tidak semata-mata mengawang-ngawang saja tanpa teori yang
mendukungnya. Tenaga kesehatan masyarakat ini mampu memikirkan benar-benar
berdasarkan teori yang ada ketika menghadapi berbagai permasalahan kesehatan yang
terjadi. Sebagai contoh tugas kesehatan masyarakat yang sering dilupakan oleh orang
lain, yaitu ketika terjadi suatu bencana banjir atau bencana lainya dan pada saat itu pula
terjadi berbagai macam penyakit akibat bencana tersebut. Maka fungsi dan tugas
kesehatan masyarakat yang sebenarnya itu bukan menjadi asisten dokter atau perawat
dan bahkan berada di bagian dapur. Bukan itu yang dilakukan tenaga kesehatan
masyarakat, melaikan ia akan berpikir bagaimana agar suatu akar dari masalah
penyakit yang terjadi dapat diketahui sumbernya atau akar dari penyakit itu terjadi dan
bagaimana cara agar penyakit tersebut tidak menyebar dan bertambah banyak serta
penyakit tersebut tidak terjadi lagi. Karena pada hakikatnya seorang dokter atau
perawat hanya menangani penyakit tersebut agar sembuh pada diri seseorang. Bahkan
pada pasca bencana seorang tenaga kesehatan masyarakat harus tanggap cepat dalam
menemukan cara agar berbagai masalah kesehatan yang bisa mengancam bagi korban
itu tidak muncul dan bagaimana agar korban bencana tetap dalam keadaan sehat. Maka
dapat dikatakan inilah praktik yang dilakukan tenaga kesehatan masyarakat dalam
mencangkan suatu kejadian khusus di bidang kesehatan beserta penyelesaiannya,
artinya bahwa tenaga kesehatan masyarakat mampu menganalisa masalah dengan
menggunakan suatu metode tertentu yang telah dipelajari sebelumnya dalam proses
pemecahan suatu masalah kesehatan. Mungkin peran ini tidak dapat dipikirkan oleh
tenaga kesehatan masyarakat, sehingga menurut saya ini merupakan ciri kesehatan
masyarakat yang tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan lain untuk dilakukan.
7

Menurut saya, peran tenaga kesehatan masyarakat pada bidang kesehatan sangat
penting untuk penyesesain permasalahan kesehatan yang terjadi. Selain itu, harapan
kedepannya bahwa tenaga kesehatan masyarakat dapat benar-benar diakui sebagai
tenaga kesehatan yang berhak dan wajib melaksanakan Uji Kompetensi dan
memperoleh STR untuk melaksanakan praktiknya di lapangan sesuai dengan
kompetensi yang baik. Karena berdasarkan UU No. 36 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 4, 5,
6, dan 7 menyatakan bahwa uji kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang kesehatan. Selain itu meperoleh sertifikat
kompetensi, yang mana sertifikat ini merupakan surat tanda pengakuan terhadap
Kompetensi Tenaga Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia
setelah lulus uji Kompetensi. Setelah itu tenaga kesehatan diregistrasi secara resmi
terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi dan telah
mempunyai kualifikasi tertentu lain serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk
menjalankan praktik. Kemudian tenaga kesehatan masyarakat dapat memperoleh STR
sebagai bukti tertulis yang diberikan oleh konsil masing-masing tenaga kesehatan
kepada tenaga kesehatan yang telah diregistrasi.

Tenaga kesehatan masyarakat itu juga dapat bekerja di fasilitas kesehatan sebagai
tenaga kesehatan, karena menurut UU No. 36 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 2 mengatakan
bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat. Sehingga, fasilitas pelayanan kesehatan ini cocok untuk menjadi salah satu
tempat yang mampu memperkerjakan tenaga kesehatan masyarakat sebagai tenaga
kesehatan karena ada unsur yang ada dalam peran kesehatan masyarakat dalam upaya
kesehatan. Upaya kesehatan tersebut dirtikan sebagai setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
8

dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan


pemulihan kesehatan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat. Untuk upaya kesehatan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat hanya sebatar pada pemeriharaan
dan meningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan.

Berharap adanya peraturan mengenai pekerjaan khusus yang dapat dilakukan oleh
setiap tenaga kerja ataupun tenaga kesehatan selain tenaga kesehatan masyarakat,
khusus pada kegiatan administratif dan manajemen di fasilitas pelayanan kesehatan
berlaku hanya untuk tenaga kesehatan masyarakat saja. Sehingga hal ini memberikan
peluang dan kesempatan bagi tenaga kesehatan masyarakat untuk bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan. Selain itu tenaga kesehatan masyarakat dapat terfokus pada satu
aspek keahliannya.

Adanya undang-undang yang mengatur tentang tenaga kesehatan masyarakat,


didalammnya terdapat syarat untuk memperoleh STR dapat dilakukan oleh jenjang
pendidikan Strata-1 yang menemempuh pendidikannya di bidang kesehatan. Hal ini
berkaitan dengan peran dari tenaga kesehatan masyarakat sebagai salah satu
penyelenggara upaya kesehatan yang perannya bertanggung jawab untuk mencegah
serta mempertahankan kesehatan masyarakat. Ketentuan tenaga kesehatan masyarakat
sudah tercantum dalam UU No.36 tahun 2014 Pasal 11 bahwa ia merupakan salah satu
tenaga kesehatan, maka pemerintah terkait perlu meninjau kembali terhadap undang-
undang kesehatan khususnya untuk menetapkan syarat apa yang perlu dipenuhi oleh
tenaga kesehatan menjadi seorang tenaga kesehatan secara jelas. Jika memang, tenaga
kesehatan masyarakat bukan merupakan tenaga kesehatan, perlunya kejelasan untuk
pembaharuan pada undang-undang mengenai tenaga kesehatan serta apa sebenarnya
tenaga kesehatan masyarakat itu berhak mendapatkan pengakuan secara pasti dan jelas.
9

UU No.36 tahun 2014 Pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan dari undang-undang


adalalah memberikan pelindungan kepada masyarakat dalam menerima
penyelenggaraan upaya kesehatan, mempertahankan dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan upaya kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan
memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga kesehatan. Untuk upaya
kesehatannya sendiri telah dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat dalam upaya
promotif dan preventif sebagai bentuk upaya kesehatannya. Nah, untuk pemberian
kepastian hukum kepada tenaga kesehatan masyarakat itu belum memberikan
penjelasan yang lebih lanjut tentang hukum atau peraturan yang mengatur tentang
kesehatan masyarakat. Saya berharap harapan tenaga kesehatan masyarakai ini sesuai
dengan UU No.36 tahun 2014 Pasal 5 yang menyatakan bahwa pemerintah dalam
melaksanakan tanggung jawabnya, yaitu pemerintah berwanang untuk:

a. Menetapkan kebijakan tenaga kesehatan skala nasional selaras dengan


kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan ini dikhususkan bagi tenaga
kesehatan masyarakat di Indonesia karena peran kesehatan masyarakat
merupakan salah satu pembangunan nasional yaitu dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat;
b. Merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, kebutuhan untuk tenaga kesehatan
khususnya tenaga kesehatan masyarakat perlu direncanakan kembali karena
kini informasi tentang kebutuhan tenaga kesehatan masyarakat masih belum
jelas posisinya sebagai tenaga kesehatan atau bukan. Bahkan di lapanagan, ada
beberapa tenaga kesehatan yang memperoleh gelar Strata-1 hanya untuk
tunjangan gaji saja, dan masih melaksanakan peran sebelumnya sebagai ahli
madya. Sehingga keberadaan kesehatan masyarakat yang sebenarnya tidak
muncul dan kebutuhan akan kesehatan masyarakat ini sebenarnya masih
kurang;
c. Melakukan pengadaan tenaga kesehatan, yaitu khusunya pada pengadaan
tenaga kesehatan masyarakat diadakan ditetapkan secara jelas dalam peraturan
10

perundang-undangan khusus mengenai tenaga kesehatan ataupu peran seorang


tenaga kesehatan masyarakat. Selain itu keberadaan kesehatan masyarakat itu
dapat diakui oleh masyarakat bahkan juga diakui di bidang kesehatan sebagai
tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan standar kompetensi;
d. Mendayagunakan tenaga kesehatan, berharap pemerintah dapat
mendayagunakan tenaga kesehatan masyarakat sebagaimana mestinya peran
dan tugasnya sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya di bidang
kesehatan. Kemudian, peran dan tugas tenaga kesehatan masyarakat dapat
diakui secara jelas oleh masyarakat bahkan dunia serta bukan semata-mata
hanya sebagai tenaga penyuluh saja karena ada kemampuan khusus yang
dimiliki tenaga kesehatan masyarakat yang belum sepenuhnya diketahui oleh
banyak orang; dan
e. Membina, mengawasi, dan meningkatkan mutu tenaga kesehatan melalui
pelaksanaan kegiatan sertifikasi kompetensi dan pelaksanaan registrasi tenaga
kesehatan. Pernyataan ini yang sesungguhnya masih belum dapat dipahami
secara jelas tentang pelaksaan kegiatan sertifikasi kompetensi dan registasi
tenaga kesehatan. Apakah masih perlukah tenaga kesehatan masyarakat
melaksanakan hal tersebut, walaupun sudah jelas tenaga kesehatan masyarakat
itu sebagai tenaga kesehatan akan tetapi pelaksanan kegiatan sertifikasi
kompetensinya masih pada peraturan yang belum terdapat kejelasan dan tidak
terdapat syarat untuk tenaga kesehatan masyarakat dapat melakukan registrasi
tenaga kesehatan. Untuk kedepannya semoga dapat diberikan kejelas mengenai
undang-undang tentang tenaga kesehatan yang telah dibuat supaya tenaga
kesehatan masyarakat dapat bekerja dan menjalankankan peran dan fungsinya
sebagaimana mestinya di bidang kesehatan itu dapat sesuai kompetensinya atau
tepat sasaran.
11

Menteri kesehatan dalam menyusun perencanaan tenaga kesehatan harus


memperhatikan beberapa faktor, salah satunya tentang pengadaan tenaga kesehatan
yang sesuai dengan UU No.36 tahun 2014 Pasal 15 yaitu mengenai jenis, kualifikasi,
jumlah, pengadaan, dan distribusi tenaga kesehatan. Hal itu perlu dilakukan evaluasi
lagi terhadap apa yang dirasakan oleh tenaga kesehatan masyarakat di dalam praktek
di lapangannya. Jumlah, pengadaan dan distribusi tenaga kesehatan khususnya untuk
kesehatan masyarakat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan di dunia
kesehatan dalam melaksanakan kegiatan upaya kesehatan. Diharapkan pengadaan dan
kebutuhan akan tenaga kesehatan masyarakat dapat sesuai dalam pemerataannya di
bidang kesehatan. Berdasarkan UU No.36 tahun 2014 Pasal 17 ayat 4a bahwa tenaga
kesehatan harus menempuh pendidikan tinggi di bidang kesehatan dengan
menyeimbangkan antara kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan dan dinamika
kerja, artinya bahwa pemerataan tenaga kesehatan baik itu tenaga kesehatan
masyarakat atau tenaga kesehatan lain harus seimbang karena upaya kesehatan itu salah
satu didaalamnya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan masyarakat dan salah
satunya dapat dilakukan oleh tenaga medis. Sehingga harus ada keseimbangan antara
upaya kesehatan ini dengan kebutuhan dalam dinamika dunia kerja khususnya di
bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Indonesia. (2014). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2014 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. (2014). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.

Peraturan Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai
Negeri Sipil. Jakarta: Pepres RI.

12

Anda mungkin juga menyukai