Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

Disusun Oleh:
RETNO INDRIYANI
1811040004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PLASENTA PREVIA

A. Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan ostium uteri internal (OUI) (FK
Unpad, 2012).
Plasenta previa adalah dimana letak plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segemen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian / seluruh jalan lahir.(Nugroho, 2011 : 14).
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga
menutupi sebagian /seluruh ostium uteri internum (implantasi plasenta yang
normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim atau di daerah
fundus uteri) (Yuni Kusmiyati dkk, 2009).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh
karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang
agak ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).

B. Etiologi
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini.
Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas
luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan
implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang
penyebab palcenta previa yang masuk akal.
Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan
permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi
salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah
yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai
darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada
kehamilan berikutnya.

C. Tanda Dan Gejala


Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah:
a) Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang
b) Darah biasanya berwarna merah segar.
c) Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
d) Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak
janin.
e) Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak
fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

D. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,
dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah
agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha
mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding
uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi
pendarahan. Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga
menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan
terjadinya perdarahan. Zigot yang tertanam sangat rendah dalam kavum
uteri, akan membentuk plasenta yang pada awal mulanya sangat berdekatan
dengan ostimintenum.
Plasenta yang letaknya demikian akan diam di tempatnya sehingga
terjadi plasenta previa. Penurunan kepala janin yang mengakibatkan
tertekannya plasenta (apabila plaseta tumbuh di segmen bawah rahim ).
Pelebaran pada segmen bawah uterus dan pembukaan servik akan
menyebabkan bagian plasenta yang diatas atau dekat ostium akan terlepas
dari dinding uterus. Segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan pada trisemester III. Perdarahan tidak dapat dihindari karena
ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus berkontraksi seperti pada
plasenta letak normal (Dehes, 2013).
E. Pathways Faktor
pendukung

Multiparitas, Usia ibu saat Kelainan Riwayat Merokok


gemeli kehamilan pada kehamilan
Rahim (caesar)
(atrofi,
cacat)

Implantasi abnormal

Implantasi embrio (embryonic


plate) pada bagian bawah uterus

Isthmus uteri tertarik (melebar)


menjadi di dinding cavum uteri
(SBR/ Segmen Bawah Rahim)
Servik membuka dan
mendatar
Desidua lepas dari
plasenta Laserasi
Ansietas

Dinding Rahim Perdarahan


tipis

Mudah diinvasi oleh Kekurangan


Hipovelemia anemia volume cairan
pertumbuhan
trofoblas
Perubahan
perfusi jaringan
Plasenta melekat
lebih kuat
Resiko cidera
Hipoksia
Plasenta berkembang
menutupi ostium interna
F. Pemeriksaan penunjang
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah
placenta melapisi cervik tidak bisa diungkapkan.
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya
di dalam batas normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda
jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik
sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan
ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril
pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan
alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin /
spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin.
Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal
sudah mature.

G. Penatalaksanaan
Menurut Abdul (2002:164), penatalaksanaan plasenta previa adalah:
1. Terapi ekspektatif
• Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur,
pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan
klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat pemberian terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal)
d. Janin masih hidup.
• Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
• Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi
placenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi
janin.
• Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
- MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
- Nifedipin 3 x 20 mg/hari
- Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru
janin
• Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari
test amniosentesis.
• Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih
berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.
• Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali
apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS
lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila
terjadi perdarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
• Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.
• Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor
(misal : anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP
(2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
1. Seksio Cesaria (SC)
• Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan
hidup tindakan ini tetap dilakukan.
• Tujuan SC antara lain :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik
uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
• Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering
menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan
vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
• Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi
ibu
• Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan
perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta dengan
cara-cara sebagai berikut :
• Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis
dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan
memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah rahim
dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada
atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin.
• Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan
tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi
Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
• Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini
kurang efektif untuk menekan placentadan seringkali
menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini
biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan yang tidak aktif.

H. Fokus pengkajian
1. Pengkajian
a) Usia
Ibu saat hamil dengan usia 35thn atau lebih, makin besar
kemungkinan kehamilan plasenta previa, dibanding dengan usia
dibawah 25thn.
b) Keluhan utama
Perdarahan berwarna segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri saat
tidak beraktifitas (Anik Maryunani, 2009; 71)
c) Riwayat penyakit keluarga
Kehamilan ganda, penyakit HT, DM.
d) Riwayat obstetric
Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus plasenta
previa yaitu riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim,
riwayat kehamilan kembar dan riwayat plasenta previa sebelumnya.
e) Riwayat Haid/Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui yaitu
menarche (untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim
dan keadaan umum), siklus (untuk mengetahui klien mempunyai
siklus normal atau tidak), lamanya (jika lama haid ≥15 hari berarti
abnormal dan kemungkinan adanya gangguan yang
mempengaruhinya), banyaknya(untuk mengetahui apakah ada gejala
kelainan banyaknya darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui
apakah klien menderita nyeri setiap haid).
f) Riwayat kehamilan dan Persalinan Sekarang
Kemungkinan klien merasa mual, muntah serta perdarahan, kapan
pergerakan janin pertama kali dirasakan. Apakah ibu telah
melakukan kunjungan antenatal dengan tenaga kesehatan, ibu
mendapat imunisasi TT dan belum ada tanda-tanda persalinan. Pada
klien dengan plasenta previa terjadiperdarahan bewarna merah segar
pada TM III, perdarahan sedikit dan sesekali mungkin terjadi pada
TM I dan TM II.perdarahan biasanya tidak disertasi rasa sakit
walaupun kram rahim pada beberapa wanita. Sebagian wanita tidak
mengalami perdarahan sama sekali.
g) Riwayat kehamilan yang lalu
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami seksio saisaria
curettage yang berulang-ulang.
h) Pemeriksaan fisik
Inspeksi:
a. Mata: Conjungtiva terlihat pucat dan anemishal ini
disebabkan oleh perdarahan yang banyak (Sofian, 2012)
b. Genitalia: Perdarahan pervagianam yang keluar banyak,
sedikit, darah beku dan sebagainya (Sofian, 2012)
Palpasi
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi
Abdomen yang didapat yaitu :
a. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
b. Sering dijumpai kesalahan letak janin
c. Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalan
pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus
d. Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di
atas pintu ataspanggul (sofian,2012)
Auskultasi:
Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin,
frekuensinya teratur atau tidak.Pada klien dengan plasenta previa,
denyut jantung janin dapat bervariasi dari normal sampai asfiksia
dan kematian dalam rahim (norma, dkk. 2013).
2. Diagnosa Keperawatan
a) Perubahan perfusi jaringan
b) Kekurangan volume cairan.
c) Resiko tinggi terjadinya cidera janin
d) Ansietas

I. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


. Keperawatan
1. Perubahan perfusi NOC : NIC :
jaringan Circulation status Peripheral Sensation
Tissue Prefusion : cerebral Management
Kriteria Hasil : (Manajemen sensasi
a. mendemonstrasikan status perifer)
sirkulasi yang ditandai Monitor adanya daerah
dengan : tertentu yang hanya
Tekanan systole dandiastole peka terhadap
dalam rentang yang panas/dingin/tajam/tum
diharapkan pul
Tidak ada Monitor adanya paretese
ortostatikhipertensi Instruksikan keluarga
Tidak ada tanda tanda untuk mengobservasi
peningkatan tekanan kulit jika ada lsi atau
intrakranial (tidak lebih laserasi
dari 15 mmHg) Gunakan sarun tangan
b. mendemonstrasikan untuk proteksi
kemampuan kognitif yang Batasi gerakan pada
ditandai dengan: kepala, leher dan
berkomunikasi dengan jelas punggung
dan sesuai dengan Monitor kemampuan
kemampuan BAB
menunjukkan perhatian, Kolaborasi pemberian
konsentrasi dan orientasi analgetik
memproses informasi Monitor adanya
membuat keputusan dengan tromboplebitis
benar Diskusikan menganai
c. menunjukkan fungsi penyebab perubahan
sensori motori cranial sensasi
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik, tidak
ada gerakan gerakan
involunter
2. Kekurangan volume Membaiknya keseimbangan 1. Monitor tanda vital.
cairan. cairan dan elektrolit. 2. Monitor urin meliputi
Kriteria Hasil : Cairan dan warna hemates sesuai
elektrolit seimbang indikasi.
3. Pertahankan pencatatan
komulatif jumlah dan
tipe pemasukan cairan.
4. Monitor berat badan
tiap hari.
5. Awasi pemeriksaan
laboratorium (Hb, Ht,
dan natrium urin).
6. Kolaborasi pemberian
diuretik.
3. Resiko tinggi Kriteria evaluasi : 1. Kaji jumlah darah yang
terjadinya cidera janin 1. Menunjukkan profil darah hilang. Pantau
dengan hitung SDP, Hb, tanda/gejala syok.
dan pemeriksaan 2. Catat suhu, hitung SDP,
koagulasi DBN normal. dan bau serta warna
rabas vagina, dapatkan
kultur bila dibutuhkan.
3. Catat masukan/haluaran
urin. Catat berat jenis
urin.
4. Berikan heparin, bila
diindikasikan
5. Berikan antibiotic secara
parenteral

4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecamasan


keperawatan selama 3 x 24 dengan intervensi sebagai
diharapkan ansietas klien dapat berikut :
berkurang dengan kriteria
hasil: 1. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
1. Klien dapat beristirahat meyskinkan.
2. Klien tidak menunjukkan 2. Nyatakan dengan jelas
perasaan gelisah. harapan terhadap
3. Wajah tegang klien perilaku klien
berkurang. 3. Jelaskan semua prosedur
4. Kesulitan dalam termasuk sensasi yang
menyelesaikan masalah akan dirasakan yang
menjadi ringan. mungkin akan dialami
5. Klien dapat klien selama prosedur.
mengungkapkan rasa cemas 4. Pahami situasi krisis
secara lisan menjadi ringan. yang terjadi dari
6. TTV normal perspektif klien.
5. Berikan informasi
faktual terkait diagnosis,
perawatan dan
prognosis.
6. Berada disisi klien untuk
meningkatkan rasa aman
dan mengurangi
ketakutan.
7. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien
dengan cara yang tepat.
8. Dengarkan klien
9. Kuatkan perilaku klien
yang baik secara tepat.
10. Dorong verbalisalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
11. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi.
12. Kaji untuk tanda verbal
dan non verbal
kecemasan
13. Observasi TTV

J. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011).

K. Evaluasi Keperawatan
Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien
yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.
Tujuan evaluasi antara lain :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, TMA. (2009). Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam
Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
FK-Unpad. (2012) Obstetri Patologi, Elstar offset, Bandung.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Huda Nuraif & Kusuma H. (2015). .Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja:
MediAction
NANDA Internasional. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology.10th ed. New York: McGraw-Hill
Udjianti, Wajan Juni. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika
Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai