Disusun oleh:
Deana Annisa Aziz
1811040010
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelaianan yang terjadi pada
tulang belakang, otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang
menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain: (1) kelainan kongenital /
kelainan perkembangan, seperti spondylosis dan spondilolistesis, kiposcoliosis, spina
bifida, ganggguan korda spinalis, (2) trauma minor, seperti regangan, cedera whiplash,
(3) fraktur, seperti traumatik misalnya jatuh, atraumatik misalnya osteoporosis, infiltrasi
neoplastik, steroid eksogen, (4) hernia discus intervertebralis, (5) degeneratif kompleks
diskus misalnya osteofit, gangguan discus internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio
neurogenik, gangguan sendi vertebra, gangguan sendi atlantoaksial misalnya arthritis
reumatoid, (6) arthritis spondylosis, seperti artropati facet atau sacroiliaka, autoimun
misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter, (7) neoplasma, seperti metastasisi,
hematologic, tumor tulang primer, (8) infeksi / inflamasi, seperti osteomyelitis vertebral,
abses epidural, sepsis discus, meningitis, arachnoiditis lumbal. (9) metabolik osteoporosis
– hiperparatiroid, (10) vaskuler aneurisma aorta abdominalis, diseksi arteri vertebral, (11)
lainnya, seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, sindrom nyeri
kronik.
1) Spondylosis
Pasien biasanya berusia di atas 40 tahun dan memiliki tubuh yang sehat.
Nyeri sering timbul di daerah punggung dan pantat. Hal ini akan menimbulkan
keterbatasan gerak pada regio lumbal dan dapat menimbulkan nyeri pada area ini.
Pemeriksaan neurologis dapat memperlihatkan tanda – tanda sisa dari prolaps
diskus yang lama (misalnya tiadanya reflek fisiologis). Pada tahap sangat lanjut,
gejala dan tanda – tanda stenosis spinal atau stenosis saluran akar unilateral dapat
timbul (Appley, 2013).
Patologi Bila usia bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada
tulang belakang, yang terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan
ke semua arah dari anulus fibrosus. Anulus mengalami klasifikasi dan perubahan
hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus vertebra, membentuk osteofit atau spur atau
taji. Dengan penyempitan rongga intervertebra, sendi intervertebra dapat mengalami
subluksasi dan menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat juga ditimbulkan oleh
osteofit.
Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain: (a)
annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul retak
pada berbagai sisi, (b) nucleus pulposus kehilangan cairan, (c) tinggi diskus berkurang,
(d) perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat
hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala (Yulianza, 2013). Sedangkan
pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang disebabkan
oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari periosteum
dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor
predisposisi terjadinya brush fracture. Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi
memendek dan menebal terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada
selaput meningeal, durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi
akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis
intervertebralis. Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan
perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan
bersama-sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar
saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.
Pathway
Faktor degeneratif
osteoarhritis
Nyeri
E. Penatalaksanaan
Sebagian besar nyeri punggung dapat hilang sendiri dan akan sembuh dalam enam
minggu dengan tirah baring, penguranga stress dan relaksasi. Klien harus tetap di tempat
tidur dengan matras yang padat/kayu penyangga dan tidak membalik selama dua sampa
tiga hari. Menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan stres, klien diposisikan
sedemikian rupa sehinga fleksi lumbal lebih, yang dapat mengurangi tekanan pada
serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan klien sedikit
menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutut dan panggul di tekuk (posisi
melingkar) dengan meletakkan bantal diantara lutut dan tungka serta menggunakan
sebuah bantal dibawah kepala. Hindari posisi tengkurap karena dapa memperberat
lordisis.
Kadang klien perlu diberikan penanganan konservatif aktf dan fisioterapi. Traksi
pelvis intermiten dengan beban traksi 7-13kg memungkinkan penambahan fleksi lumbal
dan relaksasi otot. Fisioterapi ditujukan untuk mengurangi nyeri dan spasame otot.
Perlu diberikan obat-obatan untuk menangani nyeri. Analgetik narkotik untuk
meutus lingaran nyeri, relaksan otot, dan obat penenang untuk merilekskan klien
danmengurang spasme otot pasien.
- Komplikasi
Spondylosis lumbal menggambarkan adanya osteofit yang timbul dari vertebra
lumbalis. Osteofit biasanya terlihat pada sisi anterior, superior, dan sisi lateral vertebra.
Pembentukan osteofit timbul karena terdapat tekanan pada ligamen. Apabila hal ini
mengenai saraf, maka akan terjadi kompresi pada saraf tersebut, dan dari hal itu dapat
menimbulkan rasa nyeri, baik lokal maupun menjalar, parastesia atau mati rasa, dan
kelemahan otot (Woolfson, 2008).
- Prognosis
Spondylosis merupakan penyakit degeneratif tulang belakang, dimana hal ini sulit
untuk diketahui perkembangannya. Dalam kasus ini, tidak menimbulkan kecacatan yang
nyata, namun perlu diperhatikan juga penyebab dan faktor yang mempengaruhinya,
seperti adanya kompresi dan penyempitan saraf yang nantinya dapat menyebabkan
kelumpuhan bahkan gangguan perkemihan. Pada pasien yang sudah mengalami
degeneratif pada lumbalnya, namun sudah tidak merasakan adanya nyeri pada daerah
punggung bawah dalam waktu satu minggu, maka kondisi pasien akan membaik dalam
waktu 3 bulan.
Konsep Dasar Keperawatan
Pengkajian
a) Riwayat jatuh
b) Intoleransi aktivitas
c. Pola eliminasi
3) Pemakaian korset
i. Pola reproduksi-seksualitas
Tuhan.
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional