Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM (PREEKLAMSIA BERAT)

Disusun oleh:
Deana Annisa Aziz
1811040010

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
A. Latar Belakang

Pre eklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan yang memperlihatkan gejala
trias (hipertensi, edema, dan proteinuria), kadang-kadang hanya hipertensi dan edema atau
hipertensi dan proteinuria (dua gejala dari trias dan satu gejala yang harus ada yaitu
hipertensi). Menurut Mansjoer (2000), pre eklamsia merupakan timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan. Pre eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan
dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki
tekanan darah normal dan diartikan juga sebagai penyakit vasospastik yang melibatkan
banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria (Bobak,
Lowdermilk, & Jensen, 2005). Klasifikasi pre eklamsia dibagi menjadi 2 yaitu sebagai
berikut:

a. Pre eklamsia ringan


Pre eklamsia ringan ditandai dengan:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih dari tensi baseline (tensi
sebelum kehamilan 20 minggu); dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, atau berada dalam interval 4-6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
dalam seminggu.
3) Proteinuria kuantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kualitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream (aliran tengah).

b. Pre eklamsia berat

Pre eklamsia berat ditandai dengan:

1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .


4) Adanya gangguan serebral atau kesadaran, gangguan visus atau penglihatan, dan
rasa nyeri pada epigastrium.

5) Terdapat edema paru dan sianosis

6) Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.

7) Perdarahan pada retina.

8) Trombosit kurang dari 100.000/mm.

B. Etiologi

Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap


sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang
mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah
yang membawa nutrisi ke janin. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya pre
eklamsia, diantaranya yaitu:

a. Primigravida atau primipara mudab (85%).

b. Grand multigravida

c. Sosial ekonomi rendah.

d. Gizi buruk.

e. Faktor usia (remaja; < 20 tahun dan usia diatas 35 tahun).

f. Pernah pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.

g. Hipertensi kronik.

h. Diabetes mellitus.

i. Mola hidatidosa.

j. Pemuaian uterus yang berlebihan, biasanya akibat dari kehamilan ganda atau
polihidramnion (14-20%).

k. Riwayat keluarga dengan pre eklamsia dan eklamsia (ibu dan saudara
perempuan).
l. Hidrofetalis.

m. Penyakit ginjal kronik.

n. Hiperplasentosis: mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, bayi besar,


dan diabetes mellitus.

o. Obesitas.

p. Interval antar kehamilan yang jauh.

C. Tanda dan Gejala

Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dengan urutan pertambahan berat badan
yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia
ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Sedangkan pada pre eklampsia berat
ditemukan gejala subjektif berupa sakit kepala di daerah frontal, diplopia, penglihatan
kabur, nyeri di daerah epigastrium, dan mual atau muntah. Gejala- gejala ini sering
ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia
akan timbul. Penegakkan diagnosa pre eklampsia yaitu adanya 2 gejala di antara trias tanda
utama, dimana tanda utamanya yaitu hipertensi dan 2 tanda yang lain yaitu edema atau
proteinuria. Tetapi dalam praktik medis hanya hipertensi dan proteinuria saja yang
dijadikan sebagai 2 tanda dalam penegakkan diagnosa pre eklamsia.

D. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada
uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan
pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik berperan dalam proses terjadinya endotheliosis
yang menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan
mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang
mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan
gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah
sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensin I dan
selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol
menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati
oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme,
angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan
perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah,
paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya
edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan
intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan
terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah
akan terjadi endotheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah.
Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah
merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-paru,
LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan
cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya edema paru. Edema paru akan
menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh
darah akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah
jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal,
akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan
retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal
akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terhadap protein akan meningkat.
Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga
menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri.
Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin.
Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan
lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi
spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan edema diskus optikus dan retina. Keadaan ini
dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko
cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai
pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan
ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal
dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri
epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan
timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektremitas dapat terjadi metabolisme anaerob yang
menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan
asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan
menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan
informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
Pathway
Tekanan darah

Meningkat > 140 mmhg

Hamil < 20 minggu Hamil >20 minggu

Hipertensi kronik Superimposed preeklamsia Kejang - Kejang +


v

PREEKLAMSIA

Kelahiran prematur Spasmus pembuluh darah

Kontraksi
uterus Bayi prematur

Gangguan rasa Ketidakefektifan


nyaman : Nyeri pemberian ASI

Lahir spontan

Perdarahan

HB rendah, Leukosit
Resiko infeksi
rendah
E. Penatalaksanaan
a. Pencegahan atau Tindakan preventif
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-
tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup
supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklemsi kalau ada
faktor-faktor predisposisi.
3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan

b. Penatalaksanaan atau Tindakan kuratif

Tujuan utama penatalaksanaan atau penanganan adalah untuk mencegah terjadinya


pre-eklamsia berlanjut dan eklamsia, sehingga janin bisa lahir hidup dan sehat serta mencegah
trauma pada janin seminimal mungkin.

1) Penanganan pre eklamsia ringan Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain
rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih
sering, misalnya 2 kali seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap
adalah dengan istirahat ditempat, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium
tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari.
Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat,
bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi berat. Bila gejala masih menetap,
penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan janin : kadar estriol urin, lakukan
aminoskopi, dan ultrasografi, dan sebagainya.Bila keadaan mengizinkan, barulah
dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas.

2) Penanganan pre eklamsia berat

a) Pre eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Jika janin belum
menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka
penanganannya adalah sebagai berikut:
(1) Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramuskular kemudian
disusul dengan injeksi tambahan 4 gr itramuskular selama tidak ada kontraindikasi.

(2) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan kecuali
ada kontraindikasi.

(3) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat
badan ditimbang seperti pada pre eklamsia ringan, sambil mengawasi timbulnya
lagi gejala.

(4) Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan dilakukan terminasi kehamilan
dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan. Jika pada
pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu.

b) Pre eklamsia berat pada kehamilan lebih dari 37 minggu.

(1) Penderita dirawat inap

(a) Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi.

(b) Berikan diet rendah garam dan tinggi protein.

(c) Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskular, 4 gr digluteus kanan dan 4


gr digluteus kiri.

(d) Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam.

(e) Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif; diuresis 100 cc dalam 4 jam
terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium
glukonas 10% dalam ampul 10 cc.

(f) Infus dekstrosa 5% dan ringer laktat.

(2) Berikan obat anti hipertensif : injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya dapat
diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari.
(3) Diuretika tida diberikan kecuali bila terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan
jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikan 1 ampul IV lasix.

(4) Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan
atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan
dalam infus tetes.

(5) Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps, jadi ibu dilarang
mengedan.

(6) Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.

(7) Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan
dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post partum.

(8) Bila ada indikasi obstetrik dilakukan seksio sesarea.

c. Perawatan Mandiri untuk Kasus Pre Eklamsia

1) Aromatherapy : penelitian membuktikan bahwa minyak tertentu dapat menimbulkan efek


pada penurunan tekanan darah dan membantu relaksasi seperti : levender, kamomile, kenanga,
neroli dan cendana. Tetapi ada juga aromatehrapy yang dapat meningkatkan tekanan darah
diantaranya rosemary, fenel, hyssop dan sage.

2) Pijat : pijat bagian punggung, leher, bahu, kaki, bisa memberikan ketenangan dan
kenyamanan.

3) Shiatsu, tai chi, yoga, dan latihan relaksasi

4) Terapi nutrisi : spesialis nutrisi menganjurkan penggunaan vitamin dan suplemen mineral,
khususnya zinc dan vitamin B6.

F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan pre eklamsia
yaitu sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah Lengkap dan Apusan Darah

a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin


untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).

b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).

c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150.000-450.000/mm )

2) Urinalisis Ditemukan protein dalam urine.

3) Pemeriksaan Fungsi Hati

a) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dL).

b) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.

c) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.

d) Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45


u/ml)

e) Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N= < 31


u/ml)

f) Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL)

4) Tes Kimia Darah Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL, dimana nilai normalnya
yaitu 2,4 – 2,7 mg/dL

b. Pemeriksaan Radiologi

1) Ultrasonografi (USG).

Hasil USG menunjukan bahwa ditemukan retardasi perteumbuhan janin


intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.

2) Kardiotografi Hasil pemeriksaan dengan menggunakan kardiotografi


menunjukan bahwa denyut jantung janin lemah.
Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan pre eklamsia tergantung
pada derajat pre eklamsia yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi pre
eklamsia antara lain:

a. Komplikasi pada Ibu

1) Eklamsia.

2) Tekanan darah meningkat dan dapat menyebabkan perdarahan


otak dan gagal jantung mendadak yang berakibat pada kematian ibu.

3) Gangguan fungsi hati: Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated,


Liver, Enzymes and Low Plateleted) dan hemolisis yang dapat
menyebabkan ikterik. Sindrom HELLP merupakan singkatan dari
hemolisis (pecahnya sel darah merah), meningkatnya enzim hati,
serta rendahnya jumlah platelet/trombosit darah. HELLP syndrome
dapat secara cepat mengancam kehamilan yang ditandai dengan
terjadinya hemolisis, peningkatan kadar enzim hati, dan hitung
trombosit rendah. Gejalanya yaitu mual, muntah, nyeri kepala, dan
nyeri perut bagian kanan atas.

4) Solutio plasenta.

5) Hipofebrinogemia yang berakibat perdarahan.

6) Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria.

7) Perdarahan atau ablasio retina yang dapat menyebabkan


kehilangan penglihatan untuk sementara.

8) Aspirasi dan edema paru-paru yang dapat mengganggu


pernafasan.

9) Cedera fisik karena lidah tergigit, terbentur atau terjatuuh dari


tempat tidur saat serangan kejang.
10) DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) atau kelainan
pembekuan darah.

b. Komplikasi pada Janin

1) Hipoksia karena solustio plasenta.

2) Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus sehingga terjadi


peningkatan angka morbiditas dan mortalitas perinatal.

3) Asfiksia mendadak atau asfiksia neonatorum karena spasme pembuluh


darah dan dapat menyebabkan kematian janin (IUFD).

4) Lahir prematur dengan risiko HMD (Hyalin Membran Disease).


DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.

Bobak, I.M., Deitra L.L., & Margaret D. J. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas, Edisi 4.
Jakarta: EGC

Febriani, Ferra (2013). Laporan Pendahuluan Keperawatan Maternitas Peb (Pre Eklamsi Berat) Di
Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Banyuma. Kementerian Pendidikan
Nasional Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Kedokteran Dan Ilmu- Ilmu
Kesehatan Jurusan Keperawatan Program Profesi Ners Purwokerto.

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Johnson, M. M., & Sue M. (2000). Nursing outcame clasification. Philadelphia: Mosby.

McCloskey & Gloria M.B. (1996). Nursing Intervention Clasification. USA: Mosby.
Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Sumiati & Dwi F. (2012). “Hubungan obesitas terhadap pre eklamsia pada
kehamilan di RSU Haji Surabaya”. Embrio, Jurnal Kebidanan, Vol 1, No.2, Hal. 21-24.
Widiastuti, N. P. A. (2012). “Asuhan keperawatan pre eklamsia”.
http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/12/03/askep-preeklampsia/.
A. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan preeklampsia adalah :
1. Data subyektif :
– Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
– Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, edema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
– Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
– Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau
eklampsia sebelumnya
– Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
– Psiko sosil spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk
menghadapi resikonya
2. Data Obyektif :
– Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
– Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
– Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
– Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
– Pemeriksaan penunjang ;
• Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala
kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
• Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
• Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
• USG ; untuk mengetahui keadaan janin
• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

Rencana keperawatan

Diagnosa keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan pemberian ASI NOC: ketidakefektifan pemberian ASI NIC: Konseling laktasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Berikan instruksi dan dukungan
selama 2x 24 jam,diharapkan pemberian sesuai dengan kebijakan institusi
asi efektif dengan kriteria hasil: kesehatan terkait dengan laktasi
untuk ibu dan bayi kurang bulan
- Pengeluaran asi 2/4 2. Diskusikan pilihan untuk
- Suplemen menyusi 2/4 mengeluarkan air susu
- Intake cairan ibu 2/4 3. Diskusikan strategi yang bertujuan
untuk mengoptimalkan suplai air
Keterangan
susu
1.tidak adekuat
4. Instruksikan untuk melakukan
2.sedikit adekuat
konsultasi laktasi dalam rangka
3. cukup adekuat
membantu menentukan status dari
4.sebagian besar adekuat
suplai air susu
5. sepenuhnya adekuat
Nyeri akut NOC: Tingkat nyeri NIC: Manajmen nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
selama 2x 24 jamdiharapkan nyeri komprehensif meliputi lokasi,
berkurang dengan kriteria hasil : karakteristik
- Nyeri ynag dilaporkan 2/4 2. Ajarkan metode nonfarmakologi
- Ekspresi nyeri wajah 2/4 untukmengurangi nyeri
- Tidak bisa beristirahat 2/4 3. Observasi TTV
- Mengerang dan menangis 2/4 4. Kolaborasi medis pemberian terapi
farmakologi

Resiko infeksi NOC: keparahan infeksi NIC: kontrol infeksi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pastikan penanganan aseptik dari
selama 2x 24 jam diharapkan tidak terjadi semua saluran IV
keparahan infeksi yang bertambah dengan 2. Gunakan katerisasi untuk
kriteria hasil : mengurangi kejadian infeksi
kandung kemih
Indikator 3. Tingkatkan intake nutrisi yang
sesuai
- Kemerahan 3/5
4. Dorong intake cairan yang sesuai
- Cairan luka yang berbau busuk 4/5
5. Dorong untuk sesi istirahat
- Ketidakstabilan suhu 3/5
6. Berikan terapi antibiotik yang
- Nyeri 2/5
sesuai
- Peningkatan jumlah sel darah
7. Ajarkan pasien dan keluarga
putih 2/5
mengenai tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus melaporkannya
kepada penyedia perawatan
kesehatan
NIC: perawatan post partum
1. Monitor lokhea terkait dengan
warna, jumlah, bau dan adanya
gumpalan
2. Pantau nyeri pasien
3. Ajarkan pasien perawatan
perinium untuk mencegah infeksi
dan mengurangi ketidaknyamanan

Anda mungkin juga menyukai