03411640000048
SCRIPT
clear all %diki setiawan
clc %03411640000048
t=0:0.0001:0.1;
n=48; %NRP
A=1.5; %Amplitudo
f1=2*n; %frekuensi gelombang 1
f2=3*n; %frekuensi gelombang 2
f3=4*n; % frekuensi gelombang 3
y1=A*sin(2*pi*f1*t) %gelombang 1
y2=A*sin(2*pi*f2*t) %gelombang 2
y3=A*sin(2*pi*f3*t) %gelombang 3
y_tot=y1+y2+y3 %gelombang total
% plot gelombang 1
figure(1)
subplot(2,1,1),plot(t,y1)
title('gelombang 1')
xlabel('amplitudo')
ylabel('waktu')
grid on
% plot gelombang 2
subplot(2,1,2),plot(t,y2)
title('gelombang 2')
xlabel('amplitudo')
ylabel('waktu')
grid on
% plot gelombang 3
figure(2)
subplot(2,1,1),plot(t,y3)
title('gelombang 3')
xlabel('amplitudo')
ylabel('waktu')
grid on
% plot gelombang total
subplot(2,1,2),plot(t,y_tot)
title('gelombang total')
xlabel('amplitudo')
ylabel('waktu')
grid on
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa gelombang 1 nila f nya = 2n, gelombang 2 nilai f
nya = 3n, gelombang 3 nilai f nya = 4n. Dari ketiga hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika
dibandingkan gelombang 1, 2, dan 3 semakin besar nilai n maka gelombang yang terbentuk makin
banyak dan makin rapat. Dan ketika ketiga nya di jumlahkan gelombang total yang terbentuk
konstruktif dapat dilihat dari hasil plot gelombang total.
DIKI SETIAWAN
03411640000048
DIKI SETIAWAN
03411640000048
DIKI SETIAWAN
03411640000048
Dari gambar plot plot diatas merupakan hasil dari rekonstruksi sinyal dengan berbagai
frekuensi sampling. Dan dilakukan variasi terhadap nilai fs yang telah ditentukan. Dari hasil plot
diatas dapat terlihat bahwa semakin besar nilai dari frekuensinya hasil rekonstruksinya akan
semakin baik atau semakin mirip dengan gelombang aslinya. Hal ini dikarenakan bila nilai
frekuensi makin tingg maka nilai t akan semakin kecil atau berbanding terbalik. Jika nilai t makin
kecil maka nilai pencuplikan tnya semakin kecil yang menyebabkan hasil rekonstruksinya akan
semakin baik ataupun menyerupai gelombang aslinya.