Anda di halaman 1dari 25

DIKI SETIAWAN

03411640000048

TUGAS 1 GEOFISIKA PERTAMBANGAN


1. Tipe Endapan Mineral
Klasifikasi dan Tipe Endapan Bahan Galian
Para ahli geologi membuat klasifikasi cebakan mineral dengan berbagai cara yang
antara lain berdasarkan pada :
 Komoditas yang sedang ditambang
 Tatanan tektonik dimana terdapatnya cebakan mineral
 Tatanan geologi cebakan mineral
 Model genetik mulajadi cebakan bijih
Dari beberapa kriteria tersebut yang paling umum digunakan adalah klasifikasi
berdasarkan genesa cebakan mineral. Tipe cebakan mineral sangat berkaitan erat dengan
genesa atau mulajadi. Genesa mineral ini juga akan mempengaruhi bentuk pengendapan
cebakan bijih tersebut. Bentuk lapisan biasanya disebabkan oleh proses sedimentasi, bentuk
vein (urat), bertalian dengan proses magmatisme, dan lain sebagainya.
Secara garis besar, genesa cebakan mineral sangat berkaitan dengan 3 proses
pembentukan batuan yakni magmatisme, sedimentasi dan metamorfisme. Ketiga proses
tersebut mempengaruhi terbentuknya berbagai macam tipe cebakan serta kelompok asosiasi
mineral bijih tertentu. Sedangkan pemberntukan endapan mineral secara umum terbagi atas
dua yakni endogenik dan eksogenik. Endapan endogenik ialah endapan yang terbentuk jauh
di dalam kerak bumi, bersamaan dengan terbentuknya batuan beku atau yang disebut cebakan
primer. Endapan endogenik terdiri dari endapan magmatik, endapan hidrothermal dan
endapan metasomatik. Endapan eksogenik : endapan yang terbentuk di permukaan bumi.
Endapan eksogenik antara lain ialah endapan sedimentasi, endapan laterit dan endapan
transportasi permukaan (endapan sekunder/aluvial).
a.1. Endapan Hipotermal
Kedalaman 3000- 15000 m
Temperatur 300-600
Pembentukan Pada atau dekat batuan plutonik asam.Pada umumnya pada
batuan prakambrium, jarang pada batuan muda.Sering ditemukan
pada sesar naik
Zona bijih Fracture-filling dan replacement, tubuh bijih umumnya tidak
beraturan, kadang tabular. Kadang terdapat ore disseminated
pada batuan samping
Logam bijih Au, Sn, Mo,W,Cu,Pb,Zn,As
Mineral bijih Magnetit, spekularit, pirhotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit,
bornit, kalkopirit, wolframit, scheelite, pirit,galena, sfalerit-Fe.
Mineral penyerta Garnet, plagioklas,biotit, muskovit, topas, tormalin, epidot, kuarsa,
(gangue) kloorit-fe, karbonat
Ubahan batu samping Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan
Tekstur dan struktur Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa
DIKI SETIAWAN
03411640000048

Zonasi Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual,


Au telurida kadang hadir sebagai bonanza.

a.2 Endapan Mesotermal


Kedalaman 1200-4500 m
Temperatur 200-300
Pembentukan Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkin
berasosiasi dengan rekahan tektonik regional. Umum pada sesar
normal maupun sesar naik
Zona bijih Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling.
Batas tubuh bijih bergradasi dari massif ke diseminasi.Seing
membentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, bedding-
surface. Strike dan dip Fissure agak teratur.
Logam bijih Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll
Mineral bijih Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit,
kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite,
tetrahedritesulphosalt,
Mineral penyerta Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll),
(gangue) albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit.

Ubahan batu samping Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi.


Tekstur dan struktur Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangat
halus, lensa yang besar bisanya massif.
Zonasi Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearah
kedalaman

a.3 Endapan Epitermal


Kedalaman Permukaan hingga 1500 m
Temperatur 50-200
Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang
berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau
ekstrusiv, biasanya disertai oleh sesar turun, kekar dsb.
Zona bijih urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, juga seringkali terdapat pada
pipa dan stockwork.
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian)
Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite,
stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides,
tellurides
Mineral penyerta kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot,
(gangue) karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,
zeolit
Ubahan batu samping sering sedikit, chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,
dolomitisasi, kloritisasi
Tekstur dan struktur Crustification (banding) sangat umum, sering sebagai fine
banding, cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir(kristal)
sangat bervariasi
Zonasi Makin ke dalam akin tidak beraturan, seringkali kisaran vertikalnya
sangat kecil.

a. Secara Genetik endapan mineral dibagi menjadi endapan yang disebabkan oleh
proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfisme, serta proses- proses
dipermukaan.
DIKI SETIAWAN
03411640000048

b.1 Proses Magmatik


Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada fase
awal diferensiasi magma, bersamaan dengan pembentukan mineral olivine, piroksen,
Ca-Plagioklas. Semua mineral bijih yang terbentuk pada fase ini disebut sebagai
endapan magmatik. Beberapa proses pada fase magmatisme diantaranya meliputi:
1) Proses kristalisasi (diseminasi), intan(C) pada kimberlit
2) Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit (Cr), magnetit (Fe),
platinum (Pt)
3) Liquid immiscibility: Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida
4) Pegmatik: Fe, Sn
Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses magmatik,
sampai sekarang belum menunjukksan nilai ekonomi yang signifikan. Konsentrasi
bijih besi (Fe) atau nikel (Ni) lebih disebabkasn oleh proses pelapukan, baik kimiawi
maupun fisik, membentuk endapan residusal atau placer.
b.2 Proses Hidrotermal
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (500C
sampai >5000C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervarisasi, di bawah permukaan bumi. Sistem ini mengandung dua komponen
utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal
menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan
cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan
mineral yang sesuasi dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi
(ubahan) hidrotermal. Endapan bijih hidrotermal terbentuk karena sirkulasi fluida
hidrotermal yang melindi (leaching), menstranport, dan mengendapkan mineral-
mineral baru sebagai respon terhadap perubahan kondisi fisik maupun kimiawi
(Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya
(batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi
mineral ubahan (alteration minerals).
Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini
disebut sebagai endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi
beberapa kelompak, yaitu:
a. Berhubungan dengan batuan beku
1. Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau
2. Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex
3. Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka
4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au,
Cu, Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro
5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar
b. Tidak berhubungan dengan batuan beku
1. Lateral secretion (Missisippi valley type) : Au,Pb,Zn

Greisen didefinisikan agregat granoblasti dari kuarsa dan muskovit (atau


lipidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit yang
dibentuk oleh ubahan metasomatik post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok 1987
dalam Evans 1993). Greisen adalah tipe endapan penghasil utama logam timah dan
tungsten, umumnya salah satu unsur hadir lebih dominan. Endapan tersebut umumnya
DIKI SETIAWAN
03411640000048

di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai oleh
pembentukan stockwork. Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak
beraturan atau sebagai lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar 10-
100 m, yang bergradasi melalui zona ubahan felspatik (albitisasi dan mikroklinisasi)
ke arah granit segar (Pollard dkk., 1988 dalam Evans,1993).
Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan
hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif
rendah, berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian
besar endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik (beku dan klastik). Endapan
epitermal berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal sulfidasi rendah
dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri-
ciri endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya.
Seringkali kita mendapati kenampakan endapan, baik mineralogi maupun teksturnya
merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lain.
Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai
semipelite atau berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut. Endapan yang
berasosiasi dengan volkanik sering dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik,
yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas dan perak
sebagai by-product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide volcanogenic
menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.
b.3 Endapan Metaformisme
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan
mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada
bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang
berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan metasomatosa
kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping
terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam
proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut
terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara
tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya. Walaupun
sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat terbentuk
pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah material
gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida terutama
yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo- skarn
mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo- skarn
adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo- skarn adalah
skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada kenyataannya sebagian
besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
b.4 Proses-Proses Permukaan
DIKI SETIAWAN
03411640000048

Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif


di permukaan, yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah
dikenal secara luas, bahwa endapan (sedimen) permukaan dibagi menjadi endapan
alohton (allochthonous) dan endapan autohton (autochthonous). Endapan alohton
merupakan endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar lingkungan
pengendapan), sedangkan endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara
insitu.
Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut
sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih
biasa dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau
evaporasi. Sedangkan pengkayaan supergen (supergen enrichment) walaupun tidak
terbentuk di dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan proses-proses
di permukaan.
1) Endapan Placer
Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu
endapan placer eluvial, endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan
endapan placer aeolian (Macdonald, 1983 dalam Evans ,1993). Secara
tradisional juga sering digunakan istilah endapan placer residual, untuk
endapan yang terbentuk dan berada di atas batuan sumbernya. Endapan ini
umumnya terbentuk pada daerah yang mempunyai morfologi yang relatif datar.
Penggunaan istilah endapan placer colluvial tidak begitu populer, beberapa
penulis menyebut endapan ini terbentuk di dasar suatu tebing (cliff) dan sering
diartikan sama dengan endapan talus. Endapan placer eluvial umumnya
terbentuk pada daerah yang memiliki morfologi bergelombang. Mineral-
mineral berat akan terkonsentrasi di lereng-lereng dekat batuan
sumber.Komoditi penting yang terbentuk sebagai endapan placer adalah emas
(Au), platina (Pt) dan Timah (Sn).
2) Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari
material yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun
kimiawi. Seringkali material atau unsur yang tertinggal oleh karena proses
tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut
dikenal sebagai endapan residual. Untuk dapat terjadi endapan residual,
pelapukan kimia yang intensif terutama untuk daerah tropis dengan curah hujan
yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi tersebut sebagian besar batuan
akan menghasilkan soil yang kehilangan material- material yang mudah larut.
Soil seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites). Besi (Fe) dan aluminium (Al)
hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah larut, dan
laterit umumnya mengandung material ini.
Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut
sebagai bauxite dan merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa
endapan bauxite mengalami melapukan dan terendapkan kembali membentuk
bauxite sedimen (sedimentary bauxites).
Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan
serpentinit (0,25% Ni) pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat
mengalami presipitasi kembali ke dalam mineral-mineral oksida besi pada zona
DIKI SETIAWAN
03411640000048

laterit atau zona limonit (1- 2% Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-
3%, zona lapuk di bawah zona laterit)
3) Pengkayaan supergen (supergen enrichment)
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih
terekspos di dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan,
pelindian (leaching), maupun oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses
tersebut menyebabkan banyak unsur logam (Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut
(umumnya sebagai senyawa sulfat) dalam air yang bergerak ke dalam air tanah
atau bahkan sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi tidak berlangsung.
Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian
larutan yang mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di
bawah muka air tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali
membentuk sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan
supergen. Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat daerah dimana
mineralisasi primer tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindian,
yang disebut sebagai zona hipogen. Logam yang paling banyak terbentuk
karena proses ini adalah tembaga (Cu).

2. TEKNIK EKSPLOERASI
Eksplorasi    (exploration)    adalah     suatu     aktivitas   untuk   mencari   tahu
(searching) atau perjalanan untuk mengungkap  (discovery)  keadaan suatu daerah, ruang 
ataupun  suatu  wilayah  yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, baikfisik maupun
non fisik (misalnya: pengetahuan). Sementara itu, objek geologi tidak terbatas pada cebakan
mineral, batubara, minyak dan gas bumi. Objek geologi pula meliputi gejala atau fenomena
yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Eksplorasi  mineral  secara  singkat  dibatasi  sebagai  proses  yang  dilakukan oleh suatu
badan usaha, kemitraan atau korporasi dengan  tujuan  untuk  menemukan bijih  
(konsentrasi   mineral   yang   bernilai   ekonomis) untuk ditambang.   Metode eksplorasi  
dalam   eksplorasi   mineral adalah   metode eksplorasi yang secara fisik menentukan
langsung ataupun tidak langsung keberadaan   suatu   gejala   geologi yang  dapat berupa
tubuh suatu endapan mineral ataupun satu  atau  lebih  petunjuk geologi. Eksplorasi adalah
Tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan
teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan
galian yang akan di tambang, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan
hidup’.
Eksplorasi   sumber    daya    geologi    dimaksudkan   sebagai    usaha    untuk
mengetahui  keberadaan suatu objek geologi, meliputi eksplorasi mineral dan sumber daya  
energi,   oleh   karena   itu   perlu   dilakukan   kegiatan   eksplorasi   untuk   dapat
menentukan lokasi yang bersifat ekonomis dan layak untuk diolah (eksploitasi).
 TUJUAN EKSPLORASI

Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral
secara rinci, yaitu unutk mengetahui,menemukan, mengidentifikasi dan menentukan
gambaran geologi dam pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitaas dan
DIKI SETIAWAN
03411640000048

kualitas suatu endapan mineral unruk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara
ekonomis.

 TAHAPAN EKSPLORASI
Tahap Eksplorasi dilaksanakan melalui empat tahap,yakni :
 Survei tinjau

yaitu kegiatan explorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional, pemotretan
udara,citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya untuk mengedintifikasi
daerah-derah anomial atau meneraliasasi yang proespektif untuk diselifdiki lebih
lanjut. Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengedintifikasi derah-daerah
mineralisasi/cebakan skala regional terutama hasil stud geologi regional dan analisis
pengindraan jarak jauh untuk dilakukannya pekerjaan pemboran.Lebih jelasnya,
pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :Pemetaan Geologi dan Topografi
skala 1 : 25.000 samapai skala 1 : 10.000. Penyelidikan geologi yang berkaitan
dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi,parit uji, sumur uji. Pada
penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi yaitu dengan melakukan
pengamatan dan pengambilan contoh yang berkaitan dengan aspek geologi
dilapangan. Adapun pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi,
ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan contoh berupa batuan
terpilih. Pembuatan Sumur Uji Survey geofisika : aerimagnet Hasilnya sumber daya
emas hipotetik sampai tereka.

 Prospeksi Umum

dilakukan untuk mempersempit dearah yang mengandung cebakan mineral yang


potensial. Kegiatan Penyelidikan dilakukan dengan cara pemetaan geologi dan
pengambilan contoh awal, misalnya puritan dan pemboran yang terbatas, study
geokimia dan geofisika, yang tujuanya adalah untuk mengidentifikasi suatu Sumber
Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resources) yagn perkiraan dan kualitasnya
dihitung berdasarkan hasil analisis kegiatan diatas. Tahap ini merupakan kelanjutan
dari tahap Survei Tinjau. Cakupan derah yang diselidikii lebih keci dengan skala peta
antara 1 : 50.000 sampai dengan 1 : 25.000. Data yang didapat meliputi morfologi
(topografi) dan kondisi geologi (jenis batuan/startigrafi dan struktur geollogi yang
berkembang). Pengambilan contoh pada derah prospek secara alterasi dan
mineralisasi dilakukan secara sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium,
sehinga dapat diketahui kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan
dieksplorasi.

 Exsplorasi awal,
yaitu deliniasi awal dari suatu endapan yang teredintifikasi.

 Exsplorasi rinci
DIKI SETIAWAN
03411640000048

yaitu tahap explorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam tiga dimensi terhadap
endapan mineral yang telah diketahui dari dari percontohan singkapan,puritan, lubang
bor, shafts, dan terowongan.

Pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan pada tahapan Exsplorasi adalah :

 Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 5000 sampai 1 : 1000


 Pengambilan contoh dan analisis contoh
 Penyelidikan geofisika, yaitu penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk
dapat mengetahui struktur bawah permukaan sefrta geometri cebakan mineral. Pada
survey ini dilakukan pengukuran topografi, IP, Geomangit, Geolistrik.
 Pemboran Inti

PROGRAM EKSPLORASI

Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekoomis, dan tepat sasaran, maka
diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi
sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip konsep dasar eksplorasi tersebut antara lain:
 Target eksplorasi
 Jenis bahan galian (spesifikasi kulitas
 Pencarian model-model geologi yang sesuai
 Pemodelan eksplorasi
 Mengunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi
 Menentukan midel geologi local berdasarkan keadaan lapangan, dan mendeskripsikan
petunjuk-petunjuk geologi yang akan di mamfaatkan.
 Penentuan metode –metode eksploarasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk geologi yang diperlukan.
 Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenehui kaidah-kaidah
dasar dan perancangan (desain) yaitu :
 Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harussesuai dengan keadaan geologi
endapan yang dicari.
 Efesien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi yaitu dengan biaya serendah-
rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesarnya-besarnya.
 Cost-benifical ; hasil yang diperoleh dapat digunakan (bankable)

Pembagian  bahan galian  industri  berdasarkan  atas asosiasi dengan  batuan  tempat 
terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi  dkk (1990)  adalah  sebagai berikut:
 Kelompok  I: Bahan Galian  Industri  yang berkaitan  dengan Batuan sedimen.
Kelompok  ini dibagi menjadi:
 Sub Kelompok A: Bahan Galian  lndustri yang berkaitan dengan batu gamping
 Sub Kelompok B: Bahan Galian  Industri yang berkaitan dengan batuan
sedimen  lainnya.
 Kelompok  II: Bahan Galian lndustri  yang berkaitan  dengan batuan gunung  api.
DIKI SETIAWAN
03411640000048

 Kelompok  III: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan
asam dan ultra basa.
 Kelompok  IV: Bahan Galian  Industri  yang berkaitan dengan endapan residu dan
endapan  letakan.
 Kelompok V: Bahan Galian  Industri  yang berkaitan  dengan proses ubahan
hidrotermal.
 Kelompok VI: Bahan Galian  Industri yang berkaitan dengan  batuan metamorf.
Sehubungan  dengan  hal  tersebut di atas, maka teknik  eksplorasi awal yang ditetapkan
adalah pemetaan geologi  permukaan  utamanya mendasarkan  atas  singkapan batuan 
dipermukaan.

1. Pemboran  inti
Tujuan utama pemboran  inti adalah untuk mendapatkan  contoh bahan  galian  secara
vertikal  yang berada  dibawah  permukaan  tanah, disarnping  itu mengetahui  ketebalannya.
Teknik melerakkan  titik rokasi pemboran  inti  ini agar didapatkan kedalaman yang
maksimal dilakukan  dengan  bantuan  peta geologi  dan peta  topografi. oleh sebab  itu
apabila didaerah tersebut belum/tidak  didapatkan  pera  topografi dengan skala yang
meiradai, maka perlu  dibuat  pera topografinya  terlebih dahulu.
Sesuai dengan  tingkat kedaraman  pemboran  yang diinginkan dan waktu yang tersedia,
pemboran  inti dapat  dilaksanakan  dengan:

a.  Alat bor auger, yang dioperasikan  secara manual oleh tenaga manusia.
AIat  ini sesuai diterapkan apabila  sasaran pemboran merupakan  batuan yang lunak, sedang 
kemampuan  kedalaman pemboran sangat dangkal.  oleh sebab  itu apabila batuan yang akan
dibor  cukup  tebal/cukup  dalam maka perpindahan  lokasi pemboran secara sistematis  perlu
dilakukan. Suatu keuntungan dari metode  ini adalah  bahwa alat bor auger mudah dilepas
dari  rangkaiannya sehingga dapat diangkut dengan mudah.

b. Alat bor inti yang dioperasikan  dengan mesin.


Alat  ini sesuai diterapkan pada batuan yang lunak ataupun  pada bagian  yang keras. 
Kemampuan membor alat  ini cukup  dalam, sehingga pemindahan  lokasi pemboran  dapat 
dilakukan  seminimal mungkin  apabila dikehendaki  pencapaian keseluruhan pemboran
yang  sangat  dalam. Didalam operasinya, mengerjakan pemboran dengan alat ini
memerlukan  keahlian khusus,  terutama  didalam memakai  peralatan  pemboran  inti yang 
dapat dilepas.

Dari kedua alat pemboran  inti  tersebut  apabila dikehendaki perolehan  inti pemboran dapat
mencapai  loovo, dan inti pemboran tersebut  siap untuk dilakukan analisa  laboratorium. 
untuk masing-20 0,03 mm, ketebalan  ini dapat diketahui  dengan membandingkan warna
DIKI SETIAWAN
03411640000048

mineral yang  tampak pada mikroskop  pada saat nikol disilangkan  (misalnya mineral 
homblende) dengan warna mineral baku  seperti  yang  terlihat pada wama  interferensi.

a.  Apabila telah diperoleh  ketebalan  yang diinginkan,  preparat  dipanas- kan sebentar, 
kemudian ditutup dengan  gelas penutup,  biarkan sejenak sampaidingin.

b. Beri  label sesuai  dengan  informasi  sampel, preparat  ini siap untuk dideterminasi.

2. Analisa kimia
Analisa kimia dinilai relatif  rebih  rinci dibandingkan  dengan analisa petrografi. Analisa  ini
bertujuan  untuk mengetahui  komposisi kimia  (senyawa  oksida) dalam batuan.
pemeriksaan  komposisi  kimia dilakukan dengan  prosedur  sebagai berikut:
a.  Contoh batuan digiling  hingga mencapai ukuran  100 mesh lalu dikeringkan  pada
temperatur  l50o c dalam cawan  platina, kemudian di fitsing dengan  NazCO: pada suhu
1.000o C. Tambahkan  aquades dan HCl, panasi  hingga kering. Ulangi perlakuan  tersebut 
sampai larut  lalu disaring untuk penentuan kadar SiO2.

b. Filtratnya untuk penentuan  kadar  trace  elemenls  dengan  menggunakan AAS  (Atomic
Absorptbn  spectrophcttometer).  untuk kadar Calsium  (Ca) dan atau Magnesium  (Mg)
yang  tinggi,  clitentukan dengan cara Kompleksiometer.  Dengan AAS akan segera dapat
diketahui macam-macam  unsur  dan  jumlahnya  secara  tepat dan cepat.

c. Perhitungan kandungan  air dilakukan  sebagai berikut: contoh batuan ditimbang  beratnya.
Kemudian  dimasukan  ke dalam oven pada temperatur  100 - 105" C maka semua air akan
keluar dan menguap. Sampel  tersebut  kemudian  ditimbang lagi. Selisih berat  yang
diperoleh merupakan  berat kandungan  air.

d. Perhitungan bahan hilang  terbakar  dilakukan  sebagai berikut:  contoh dipanaskan pada
suhu  105" C dan ditimbang  = a gram. Kemudian dipanaskan  lagi pada.futnqce sampai 
1.000" C, selima 1,5  - 2 jam, dan ditimbang  lagi = b gram. Harga selisih a – b gram
merupakan bahan yang hilang terbakar.

3.   Analisa Difraktometer Sinar X


DIKI SETIAWAN
03411640000048

Analisa  ini diperlakukan  untuk batuan yang sulit ditentukan jenis unsur kimianya  dengan
petrografi  karena mempunyai butir yang sangat halus, antara  lain untuk jenis 
lempung/tanah  liat.

4.   Analisa besar butir


Analisa besar/ukuran  butir dilakukan  dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
a.   Ambil sampel  secara acak seberat 100 gram.
b.  Pisahkan ukuran butir dengan  cara diayak pada ayakan  berjenjang. Agar hasilnya baik
pergunakan ayakan  bermesin  dengan waktu secukupnya.
c. Sampel  yang tertampung dalam setiap  ayakan  dengan mesh  tertentu,
selanjutnya ditimban.
d. Prosentase  analisa ukuran butir dapat ditentukan.
Catatan'. Analisa ukuran  butir cocok untuk contoh  bahan galian yang bersifat  lepas.

5. Analisa berat  jenis


Berat  jenis yang diukur pada  contoh  batuan adalah bulk density. Hal  ini disebabkan batuan
merupakan kumpulan mineral yang masing-masing mineral mempunyai  berat jenis 
tersendiri.
Prinsip pengukuran  berat jenis  sebagai berikut:
a.     contoh batuan dipa,askan  dalam oven pada suhu minimum  l00°C supaya  semua air
yang ada di dalamnya menguap,  kemudian didinginkan  pada suhu kamar.
b.    Contoh batuan ditimbang untuk mengetahui  beratnya.
c.    Volume  batuan ditentukan.
d.    Berat  jenis  batuan diperoleh dengan membagi berat dengan volume sampai beratnya 
tetap.
e.    Benda uji dan bola baja dimasukan  ke dalam mesin.
f.      Putar mesin  dengan kecepatan 30 - 33 rpm sebanyak 500 putaran untuk gradasi  A, B, C
dan D, serta  1000 putaran  untuk gradisi  E, F dan G
g.    Setelah selesai  pemutaran,  keluarkan benda uji dari mesin, kemudian saring dengan
saringan  no. 12.
h.    Butiran yang  tertahan  diatasnya,  dicuci bersih,  selanjutnya dikeringkan dalam  oven 
pada suhu Il0°C sampai beratnya  tetap.
i.      Perhitungan  keausan sebagai  berikut:
DIKI SETIAWAN
03411640000048

Tabel 1. Susunan gradasi  agregat yang diuji dan jumlah bola  baja

j. Hasil pengujian tersebut  dinyatakan sebagai bilangan bulat dalam prosen.


k. Keausan  batuan yang cukup  besar  akan berpengaruh pada kekuatan perkerasan  jalan 
karena  langsung  bergesekan  dengan  roda-roda kendaraan.
6.  Pengujian kuat  tekan  bebas
Untuk mencegah kerusakan  konstruksi  akibat beban  (misalnya lalu lintas), agregat  harus
cukup kuat menahan  tekanan. Kuat  tekan suatu bahan adalah  kemampuan  batuan tersebut
dalam menahan beban atau gaya  tekan yang dikenakan sehingga batuan  tersebut pertama
kali mengalami  deformasi. Besarnya  kuat tekan batuan dipengaruhi  oleh  tekstur, mineral
penyusun,  porositas maupun  gesekan  dengan bidang penekan.  Pada pengujian kuat  tekan
bebas batuan  diperlukan  contoh batuan  dengan  bentuk  tertentu yaitu dalam bentuk kubus
atau silinder. Hal tersebut  dimaksudkan  agar perbedaan kuat  tekan yang terjadi  pada
DIKI SETIAWAN
03411640000048

keduanya  tidak berbeda,  dan kalaupun ada perbedaan tersebut sangat kecil sehingga  dapat
diabaikan.

Rumus kuat  tekan bebas (Krynine  dan Judd, 1957):

Dalam upaya untuk memperoleh bukti- bukti nyata yang rinci dan menyakinkan, maka
harus mampu mengambil contoh dari endapan bahan galian yang berada di tanah. Kegiatan
dalam mengambil contoh yang di maksud yaitu :

1. Pengeboran inti (core driling)


Untuk memperoleh inti bor, maka alat bor putar harus di lengkapi dengan mata bor
berlubang, tabung inti bor, dan penangkap inti bor. Arah pengeboran dapat vertikalmaupun
horizontal, tetapi yang paling sering adalah pengoboran vertikal hingga mencapai batuan
dasar, dengan pola pengeboran dan jarak bor yang
DIKI SETIAWAN
03411640000048

teratur, sehingga akan di peroleh sejumlah inti bor yang representatif. Dengan demikian letak,
bentuk atau posisi endapan bahan galiannya dapat di ketahui dengan pasti. Bila semua inti
bor telah selesai di selidiki di laboratorium, maka akan di ketahui mutu atau kadar mineral
berharganya dan sifat-sifat fisik- mekanik-mineraloginya secara lengkap.

2. Penggalian sumur uji (tes pit) atau sumuran dalam(test shaft)


Bila daerah penyelidikan relative datar, maka di buat sejumlah sumur uji untuk endapan
bahan galian yang di perkirakan dangkal, atau sumuran dalam bila di perkirakan letak
endapan bahan galian cukup dalam (>5m). Penggalian dua macam sumur itu harus memakai
pola yang teratur(sistematiss). Misalnya pola empat persegi panjang dengan jarak yang
teratur, misalnya 100 x 200 m atau 100 x 100m yang kemudian dapat di buat semakin rapat
bila seandainya mengiginkan data atau contoh yang lebih banyak. Kedalaman sumur uji atau
sumuran dalam harus mampu mencapai batuan dasar ( bed rock) agar dapat di ketahui variasi
ketebalan dan bentuk endapan gahan galiannya. Contoh tanah atau batuan yang terkumpul
kemudian di analisis di laboratorium.
Bila jumlah ke dua sumuran itu banyak dan ukuran penampangnya besar, maka volume tanah
atau batuan yang tergali juga besar, oleh sebab itu bila maksud dan tujuan penggalian ke dua
sumuran sudah tercapai, maka tanah atau batuan hasil galian itu harus di timbun kembali
kedalam sumur yang bersangkutan.

3. Penggalian terowongan buntu (adit)


Kalau topografi daerah penyelidikan berbukit bukit, maka untuk mengumpukan data dan
informasi mengenai keadaan endapan bahan galiannya dapat di lakukan dengan menggali
sejumlah terowongan buntu ( adit) di lereng-lereng bukit. Penggaliannya juga harus
menggunakan pola yang teratur dengan jarak jarak yang teratur. Awalnya jarak horisontal
dan vertikal terowongan buntu boleh sedikit jarang, misalnya 100 x 100 m atau 100 x 200 m.
Jika ternyata bahan galian itu menunjukkan mutu atau kadar mineral berharga yang
menyakinkan, maka jarak penggalian terowongan buntu itu dapat di buat lebih rapat.
Volume tanah atau batuan yang di gali bisa sesikit, tetapi bisa juga banyak tergantung dari
jumlah dan ukuran terowongan buntu yang di gali.

Metode Eksplorasi
DIKI SETIAWAN
03411640000048

Metode dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1.      Metoda langsung, terdiri dari :
a.      Metoda langsung di permukaan
b.      Metoda langsung di bawah permukaan
2.      Metoda tidak langsung, terdiri dari :
a.      Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed
rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.
b.      Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara
magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara
seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua
cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini
disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara
sebelumnya.

1. Metode langsung
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat
dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan,
terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis,
pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi
yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan
lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang
kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).
A.     Metoda Langsung Permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
a.    Penyelidikan singkapan (out crop)
Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
1.      Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi
pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan
tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar
2.      Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang
umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut
gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke
permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya
gesekan antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau
timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh
batuan.
b.    Tracing Float (penjejakan)
DIKI SETIAWAN
03411640000048

Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran
singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya
dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan
arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita
mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang
sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai,
tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan
maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang
terletak jauh dibawah over burden.
c.    Tracing dengan Panning (mendulang)
Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang
dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan
memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan
lanjutan yaitu trencing atau test pitting.
Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan
cara trenching atau test pitting.
-     Trenching (pembuatan parit)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang
tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat
hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan
ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika
pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan
arah arus sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.
-   Test Pitting (pembuatan sumur uji)
Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan
test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat
bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan
maka hal ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang
hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan
kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang
kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan,
kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah
runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian.
Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya
gas beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.

B.      Metoda Langsung Bawah Permukaan


DIKI SETIAWAN
03411640000048

Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di


permukaan atau pada eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik,
karena pada eksplorasi langsung permukaan, kedalaman maksimum yang dapat dicapai + 30
meter. Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dapat dilakukan apabila keadaan
permukaan memungkinkan untuk diadakan eksplorasi bawah permukaan, sebab apabila
permukaan tidak memungkinkan, misalnya permukaan itu tergenang air atau tertutup
bongkah batu yang tidak stabil, maka hal ini akan memberikan resiko yang besar jika
dilakukan eksplorasi permukaan.
Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan misalnya,
pekerjaan harus berlangsung tetap didalam badan bijih, hal ini untuk memudahkan diadakan
pengamatan dan proses sampling pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerah-daerah yang
memiliki singkapan yang baik, karena dengan singkapan yang baik dapat memudahkan kita
untuk menentukan strike atau dipnya, yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan
adalah masalah biaya, dimana dalam pekerjaan eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar,
hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dana yang terbuang percuma jika nantinya
eksplorasi yang dilakukan hasilnya mengecewakan.
Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel, Shaft, Drift,
Winse dan lain-lain.
 Tunnel   =   suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus
kedua kaki bukit.
 Shaft      =   suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan
permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan serta alat-alat
kebutuhan tambang, ventilasi dan penirisan.
 Drift       =   suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan bijih yang
arahnya sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan bijihnya (dalam
pengeboran).
 Winze    =   lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari “level” ke arah “level”
yang dibawahnya.
Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti. Pengeboran sumur
minyak yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada tahun 1959 dengan menggunakan bor
(RIG) permanen (tidak dapat dipindah-pindah) dan pada pengeborannya menggunakan sistem
perkusif (tumbuk), pada pengeboran ini kedalaman maximum yang dapat dicapai adalah 60 ft
(+ 20 m) dengan bor lurus (vertical drilling).
Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan menara
bor yang dapat dipindah-pindah (portablering) dan dilakukan dengan beberapa cara
pengeboran yaitu dengan cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat
dilakukan di darat maupun di laut (on shore atau off shore). Pemboran tidak terbatas pada
pemboran decara vertikal saja tetapi dapat dilakukan secara miring (kemiringan dapat
mencapai 90o), apabila saat pengeboran kita menemukan batuan yang keras dan susah
ditembus oleh mata bor, maka dengan teknologi sekarang, pipa yang berada jauh di dalam
tanah dapat dirubah arahnya (dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras tersebut.
DIKI SETIAWAN
03411640000048

Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk mengambil contoh


(sampling) untuk diamati, pengeboran juga bisa bertujuan untuk produksi atau konstruksi
(misalnya air tanah, minyak bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses
peledakan (pada kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan sampling
kita dapat membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta ini kita dapat mengetahui
susunan batuan dan ketebalan cadangan dan akhirnya kita dapat memperkirakan besar
cadangan secara keseluruhan.

2. Metode tidak langsung

A. Metoda tidak langsung cara geofisika


Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan lokasi akumulasi
bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran fisik batuan bawah permukaan
bumi. Metoda yang dapat dilakukan eksplorasi geofisika diantaranya :
a.      Metoda Gravitasi
Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah satu
benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung
dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya mengalami
gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang
gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih besar. Dengan demikian dapat diperkirakan
bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-macam
lokasi dari suatu daerah penyelidikan.
Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu suatu
alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar “torsion balance”, maupun
bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di
berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh
besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari
batuan. Jadi kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur
tertentu, seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar,
meskipun tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya anomali
gravitasi.

b.      Metoda Magnetik
Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu barang
magnet raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini
mengatakan bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti
bumi. Setiap batang magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik
permukaan bumi medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam
eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.
Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang intensitas
dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki
DIKI SETIAWAN
03411640000048

intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang
mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga
dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magnetik sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi
sebagai berikut :
-        Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
-        Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
-        Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral
ikutan
-        Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam
jumlah cukup
-        Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.

c.       Metoda Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak
dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan dibuat
dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan
kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan
getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat
penerima getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara
teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu
ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan
rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi
struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan
yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima
gelombang yang dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
1.      Jenis batuan
2.      Derajat pelapukan
3.      Derajat pergerakan
4.      Tekanan
5.      Porositas (kadar air)
6.      Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)

H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih besar
(dibandingkan) :
DIKI SETIAWAN
03411640000048

1.      Batuan beku basa                            :   batuan beku asam


2.      Batuan beku                                    :   batuan sedimen
3.      Sedimen terkonsolidasi                   :   sedimen un-konsolidasi
4.      Sedimen unkonsolidasi                    :   sedimen un-konsolidasi
5.      Soil basah                                        :   soil kering
6.      B. sedimen karbonat                       :   batupasir
7.      Batuan utuh                                     :   batuan terkekarkan
8.      Batuan segar                                   :   batuan lapuk
9.      Batuan berat                                   : batuan ringan
10.  Batuan berumur tua                        : batuan berumur muda

d.      Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang
dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan
sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari
ujung ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem
empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk
memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C,
dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena arus tadi,
elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential electode” disingkat P. ada beberapa
cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai
adalah cara Wenner dan cara Shlumberger.
Jenis-jenis metode geolistrik yaitu :

1.   Metode Tahanan Jenis


Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat tahanan jenis
listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip dasar metode resistivitas yaitu mengirimkan
arus ke bawah permukaan, dan mengukur kembali potensial yang diterima di permukaan.
Faktor geometri diturunkan dari beda potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN
yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus AB.Besarnya resistansi R dapat
diperkirakan berdasarkan besarnya potensial sumber dan besarnya arus yg mengalir. Besaran
resistansi tersebut tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jenis material karena masih
bergantung ukuran atau geometri-nya. Untuk itu digunakan besaran resistivitas yang
merupakan resistansi yang telah dinormalisasi terhadap geometri. Ketika melakukan
eksplorasi, perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik
DIKI SETIAWAN
03411640000048

tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap
perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri.

2. Metode Polarisasi Terimbas (Induced Polarization)


Metode polarisasi terimbas (Induced Polarization) adalah salah satu metode geofisika
yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik yang terjadi di bawah permukaan akibat adanya
arus induktif yang menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral logam.
Parameter yang diukur adalah nilai dari chargeability, yaitu nilai dari perbandingan antara
peluruhan potensial sekunder terhadap waktu. Konfigurasi pengukurannya sama dengan
metoda tahanan Jenis.Metode ini umumnya digunakan untuk penelitian eksplorasi air tanah,
geoteknik, ekplorasi mineral, studi lingkungan, dan arkeologi. Peralatan metoda Polarisasi
Terimbas yang dimiliki oleh Pusat Survei Geologi, adalah sebagai berikut : IPR-12 Receiver
dengan TSQ-3 Transmitter Merk Scintrex.

3. Metode Potensial Diri


Metoda potensial diri pada dasarnya merupakan metoda yang menggunakan sifat
tegangan alami suatu massa (endapan) di alam. Hanya saja perlu diingat bahwa anomali yang
diberikan oleh metoda potensial diri ini tidak dapat langsung dapat dikatakan sebagai badan
bijih tanpa ada pemastian dari metoda lain atau pemastian dari kegiatan geologi lapangan.
Karena pengukuran dalam metoda potensial diri diperoleh langsung dari hubungan elektrik
dengan bawah permukaan, maka metoda ini tidak baik digunakan pada lapisan-lapisan yang
mempunyai sifat pengantar listrik yang tidak baik (isolator), seperti batuan kristalin yang
kering.
Ada dua macam teknik pengukuran Metode Potensial Diri yaitu:
1) Cara yang pertama, salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu lagi bergerak pada
lintasannya.
2) Cara yang kedua, kedua elektroda bergerak bersamaan secara simultan, misalnya dengan
interval 50 m.

B.      Metoda tidak langsung cara geokimia


Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada
batuan, tanah, stream, air atau gas.
Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur yang kontras
terhadap lingkungannya atau background geokimia.
Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada zona
mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara satu titik atau
batuan dengan titik lainnya.
DIKI SETIAWAN
03411640000048

Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan perbedaan mendasar
(anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses untuk
membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.

C.      Gabungan keduanya
Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung.
Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota serta
apa-apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :
a.    Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli
1.    Geologist
2.    Geophysist
3.    Exploration Geologist
4.    Geochemist
5.    Operator Alat, dll

b.    Rencana biaya
c.    Pemilahan waktu yang tepat
d.    Penyiapan peralatan atau perbekalan
-     Peta dasar
-     Alat surveying, ukur atau GPS
-     Alat kerja :
1. Palu                                       5. Alat geofisika
2. Kompas                                 6. Alat sampling
3. Meteran                               7. Altimeter
4. Kantong sampel                   8. Alat bor dll
-     Alat tulis
-     Alat komunikasi
-     Keperluan sehari-hari
-     Obat-obatan atau P3K

e.    Sesampai di lapangan :
DIKI SETIAWAN
03411640000048

1.    Membuat base camp (perkemahan)


2.    Mencek peralatan atau perbekalan
3.    Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan langkah-langkah lebih
lanjut
4.    Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan
sebenatnya (bila perlu)

3. KLASIFIKASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN MINERAL


Menurut Standar Nasional Indonesia tentang Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan
Cadangan Mineral (SNI 4726:2011) Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan menurut
Badan Standarisasi Nasional (BSN) adalah:

a. Sumberdaya Mineral (Mineral Resource)


Sumberdaya Mineral (Mineral Resource) adalah satu konsentrasi atau keterjadian dari
material yang memiliki nilai ekonomi pada atau diatas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas,
dan kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat
diekstraksi secara ekonomis.

Klasifikasi Sumberdaya Mineral meliputi:


1) Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource).
Sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan
tingkat keyakinan geologi rendah. Hal ini direka dan diasumsikan dari adanya bukti geologi
tetapi tidak diferivikasi kemenerusan geologi atau kadarnya. Hal ini hanya berdasarkan dari
informasi yang diperoleh melalui teknik yang memadai dari lokasi mineralisasi seperti
singkapan, paritan uji, sumur uji, dan lubang bor tetapi kualitas dan tingkat kepercayaanya
terbatas atau tidak jelas. Jarak antara titik pengamatan maksimum dua ratus meter. Spasi ini
bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa dipertanggungjawabkan seperti analisa
geostatistika.

2) Sumberdaya Mineral Tertunjuk (Indicated Mineral Resource).


Sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan kandungan
mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang wajar. Hal ini didasarkan pada
hasil eksplorasi, dan informasi pengambilan dan pengujian percontoh yang didapatkan
DIKI SETIAWAN
03411640000048

melalui teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji,
sumuran uji, terowongan uji dan lubang bor. Lokasi pengambilan data masih terlalu jarang
atau spasinya belum tepat untuk memastikan kemenerusan geologi dan/atau kadar, tetapi
secara spasial cukup untuk mengasumsikan kemenerusannya. Jarak antara titik pengamatan
maksimum seratus meter. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa
dipertanggungjawabkan seperti analisa geostatistika.

3) Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource).


Sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan kandungan
mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada
hasil eksplorasi rinci dan tepercaya, dan informasi pengambilan dan pengujian percontoh
yang didapatkan melalui teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan,
paritan uji, sumuran uji, terowongan uji dan lubang bor. Lokasi informasi pada kategori ini
secara spasial adalah cukup rapat dengan spasi maksimum lima puluh meter untuk
memastikan kemenerusan geologi dan kadar. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi
teknis yang bisa dipertanggungjawabkan seperti analisa geostatistika.

b. Cadangan (Reserve)
Cadangan (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/atau tertunjuk yang
dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan material dilusi ataupun
material hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut ditambang.

Klasifikasi Cadangan meliputi:


1) Cadangan Terkira (Probable Reserve)
Bagian sumberdaya mineral terunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam beberapa
kondisi juga merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur. Hal ini termasuk material
dilusi ataupun material hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut ditambang.
Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat sudah dilakukan, dan termasuk
pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realistis atas faktor – faktor penambangan,
pengolahan atau pemurnian, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan peraturan
pemerintah. Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukan bahwa ekstraksi telah dapat
dibenarkan dan masuk akal.
DIKI SETIAWAN
03411640000048

2) Cadangan Terbukti (Proved Recerve)


Bagian dari sumberdaya mineral terukur yang ekonomis untuk ditambang. Hal ini termasuk
material dilusi ataupun material hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut
ditambang. Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat sudah dilakukan, dan
termasuk pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realistis atas faktor – faktor
penambangan, pengolahan atau pemurnian, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial,
dan peraturan pemerintah. Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukan bahwa
ekstraksi telah dapat dibenarkan dan masuk akal.

Gambar 6.
Alur Pengklasifikasian Sumberdaya dan Cadangan

Anda mungkin juga menyukai