03411640000048
a. Secara Genetik endapan mineral dibagi menjadi endapan yang disebabkan oleh
proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfisme, serta proses- proses
dipermukaan.
DIKI SETIAWAN
03411640000048
di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai oleh
pembentukan stockwork. Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak
beraturan atau sebagai lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar 10-
100 m, yang bergradasi melalui zona ubahan felspatik (albitisasi dan mikroklinisasi)
ke arah granit segar (Pollard dkk., 1988 dalam Evans,1993).
Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan
hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif
rendah, berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian
besar endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik (beku dan klastik). Endapan
epitermal berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal sulfidasi rendah
dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri-
ciri endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya.
Seringkali kita mendapati kenampakan endapan, baik mineralogi maupun teksturnya
merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lain.
Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai
semipelite atau berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut. Endapan yang
berasosiasi dengan volkanik sering dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik,
yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas dan perak
sebagai by-product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide volcanogenic
menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.
b.3 Endapan Metaformisme
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan
mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada
bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang
berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan metasomatosa
kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping
terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam
proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut
terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara
tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya. Walaupun
sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat terbentuk
pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah material
gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida terutama
yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo- skarn
mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo- skarn
adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo- skarn adalah
skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada kenyataannya sebagian
besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
b.4 Proses-Proses Permukaan
DIKI SETIAWAN
03411640000048
laterit atau zona limonit (1- 2% Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-
3%, zona lapuk di bawah zona laterit)
3) Pengkayaan supergen (supergen enrichment)
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih
terekspos di dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan,
pelindian (leaching), maupun oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses
tersebut menyebabkan banyak unsur logam (Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut
(umumnya sebagai senyawa sulfat) dalam air yang bergerak ke dalam air tanah
atau bahkan sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi tidak berlangsung.
Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian
larutan yang mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di
bawah muka air tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali
membentuk sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan
supergen. Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat daerah dimana
mineralisasi primer tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindian,
yang disebut sebagai zona hipogen. Logam yang paling banyak terbentuk
karena proses ini adalah tembaga (Cu).
2. TEKNIK EKSPLOERASI
Eksplorasi (exploration) adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu
(searching) atau perjalanan untuk mengungkap (discovery) keadaan suatu daerah, ruang
ataupun suatu wilayah yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, baikfisik maupun
non fisik (misalnya: pengetahuan). Sementara itu, objek geologi tidak terbatas pada cebakan
mineral, batubara, minyak dan gas bumi. Objek geologi pula meliputi gejala atau fenomena
yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Eksplorasi mineral secara singkat dibatasi sebagai proses yang dilakukan oleh suatu
badan usaha, kemitraan atau korporasi dengan tujuan untuk menemukan bijih
(konsentrasi mineral yang bernilai ekonomis) untuk ditambang. Metode eksplorasi
dalam eksplorasi mineral adalah metode eksplorasi yang secara fisik menentukan
langsung ataupun tidak langsung keberadaan suatu gejala geologi yang dapat berupa
tubuh suatu endapan mineral ataupun satu atau lebih petunjuk geologi. Eksplorasi adalah
Tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan
teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan
galian yang akan di tambang, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan
hidup’.
Eksplorasi sumber daya geologi dimaksudkan sebagai usaha untuk
mengetahui keberadaan suatu objek geologi, meliputi eksplorasi mineral dan sumber daya
energi, oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan eksplorasi untuk dapat
menentukan lokasi yang bersifat ekonomis dan layak untuk diolah (eksploitasi).
TUJUAN EKSPLORASI
Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral
secara rinci, yaitu unutk mengetahui,menemukan, mengidentifikasi dan menentukan
gambaran geologi dam pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitaas dan
DIKI SETIAWAN
03411640000048
kualitas suatu endapan mineral unruk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara
ekonomis.
TAHAPAN EKSPLORASI
Tahap Eksplorasi dilaksanakan melalui empat tahap,yakni :
Survei tinjau
yaitu kegiatan explorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional, pemotretan
udara,citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya untuk mengedintifikasi
daerah-derah anomial atau meneraliasasi yang proespektif untuk diselifdiki lebih
lanjut. Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengedintifikasi derah-daerah
mineralisasi/cebakan skala regional terutama hasil stud geologi regional dan analisis
pengindraan jarak jauh untuk dilakukannya pekerjaan pemboran.Lebih jelasnya,
pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :Pemetaan Geologi dan Topografi
skala 1 : 25.000 samapai skala 1 : 10.000. Penyelidikan geologi yang berkaitan
dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi,parit uji, sumur uji. Pada
penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi yaitu dengan melakukan
pengamatan dan pengambilan contoh yang berkaitan dengan aspek geologi
dilapangan. Adapun pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi,
ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan contoh berupa batuan
terpilih. Pembuatan Sumur Uji Survey geofisika : aerimagnet Hasilnya sumber daya
emas hipotetik sampai tereka.
Prospeksi Umum
Exsplorasi awal,
yaitu deliniasi awal dari suatu endapan yang teredintifikasi.
Exsplorasi rinci
DIKI SETIAWAN
03411640000048
yaitu tahap explorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam tiga dimensi terhadap
endapan mineral yang telah diketahui dari dari percontohan singkapan,puritan, lubang
bor, shafts, dan terowongan.
PROGRAM EKSPLORASI
Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekoomis, dan tepat sasaran, maka
diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi
sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip konsep dasar eksplorasi tersebut antara lain:
Target eksplorasi
Jenis bahan galian (spesifikasi kulitas
Pencarian model-model geologi yang sesuai
Pemodelan eksplorasi
Mengunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi
Menentukan midel geologi local berdasarkan keadaan lapangan, dan mendeskripsikan
petunjuk-petunjuk geologi yang akan di mamfaatkan.
Penentuan metode –metode eksploarasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk geologi yang diperlukan.
Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenehui kaidah-kaidah
dasar dan perancangan (desain) yaitu :
Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harussesuai dengan keadaan geologi
endapan yang dicari.
Efesien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi yaitu dengan biaya serendah-
rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesarnya-besarnya.
Cost-benifical ; hasil yang diperoleh dapat digunakan (bankable)
Pembagian bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan batuan tempat
terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk (1990) adalah sebagai berikut:
Kelompok I: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Batuan sedimen.
Kelompok ini dibagi menjadi:
Sub Kelompok A: Bahan Galian lndustri yang berkaitan dengan batu gamping
Sub Kelompok B: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan
sedimen lainnya.
Kelompok II: Bahan Galian lndustri yang berkaitan dengan batuan gunung api.
DIKI SETIAWAN
03411640000048
Kelompok III: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan
asam dan ultra basa.
Kelompok IV: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan endapan residu dan
endapan letakan.
Kelompok V: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan proses ubahan
hidrotermal.
Kelompok VI: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan metamorf.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka teknik eksplorasi awal yang ditetapkan
adalah pemetaan geologi permukaan utamanya mendasarkan atas singkapan batuan
dipermukaan.
1. Pemboran inti
Tujuan utama pemboran inti adalah untuk mendapatkan contoh bahan galian secara
vertikal yang berada dibawah permukaan tanah, disarnping itu mengetahui ketebalannya.
Teknik melerakkan titik rokasi pemboran inti ini agar didapatkan kedalaman yang
maksimal dilakukan dengan bantuan peta geologi dan peta topografi. oleh sebab itu
apabila didaerah tersebut belum/tidak didapatkan pera topografi dengan skala yang
meiradai, maka perlu dibuat pera topografinya terlebih dahulu.
Sesuai dengan tingkat kedaraman pemboran yang diinginkan dan waktu yang tersedia,
pemboran inti dapat dilaksanakan dengan:
a. Alat bor auger, yang dioperasikan secara manual oleh tenaga manusia.
AIat ini sesuai diterapkan apabila sasaran pemboran merupakan batuan yang lunak, sedang
kemampuan kedalaman pemboran sangat dangkal. oleh sebab itu apabila batuan yang akan
dibor cukup tebal/cukup dalam maka perpindahan lokasi pemboran secara sistematis perlu
dilakukan. Suatu keuntungan dari metode ini adalah bahwa alat bor auger mudah dilepas
dari rangkaiannya sehingga dapat diangkut dengan mudah.
Dari kedua alat pemboran inti tersebut apabila dikehendaki perolehan inti pemboran dapat
mencapai loovo, dan inti pemboran tersebut siap untuk dilakukan analisa laboratorium.
untuk masing-20 0,03 mm, ketebalan ini dapat diketahui dengan membandingkan warna
DIKI SETIAWAN
03411640000048
mineral yang tampak pada mikroskop pada saat nikol disilangkan (misalnya mineral
homblende) dengan warna mineral baku seperti yang terlihat pada wama interferensi.
a. Apabila telah diperoleh ketebalan yang diinginkan, preparat dipanas- kan sebentar,
kemudian ditutup dengan gelas penutup, biarkan sejenak sampaidingin.
b. Beri label sesuai dengan informasi sampel, preparat ini siap untuk dideterminasi.
2. Analisa kimia
Analisa kimia dinilai relatif rebih rinci dibandingkan dengan analisa petrografi. Analisa ini
bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (senyawa oksida) dalam batuan.
pemeriksaan komposisi kimia dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Contoh batuan digiling hingga mencapai ukuran 100 mesh lalu dikeringkan pada
temperatur l50o c dalam cawan platina, kemudian di fitsing dengan NazCO: pada suhu
1.000o C. Tambahkan aquades dan HCl, panasi hingga kering. Ulangi perlakuan tersebut
sampai larut lalu disaring untuk penentuan kadar SiO2.
b. Filtratnya untuk penentuan kadar trace elemenls dengan menggunakan AAS (Atomic
Absorptbn spectrophcttometer). untuk kadar Calsium (Ca) dan atau Magnesium (Mg)
yang tinggi, clitentukan dengan cara Kompleksiometer. Dengan AAS akan segera dapat
diketahui macam-macam unsur dan jumlahnya secara tepat dan cepat.
c. Perhitungan kandungan air dilakukan sebagai berikut: contoh batuan ditimbang beratnya.
Kemudian dimasukan ke dalam oven pada temperatur 100 - 105" C maka semua air akan
keluar dan menguap. Sampel tersebut kemudian ditimbang lagi. Selisih berat yang
diperoleh merupakan berat kandungan air.
d. Perhitungan bahan hilang terbakar dilakukan sebagai berikut: contoh dipanaskan pada
suhu 105" C dan ditimbang = a gram. Kemudian dipanaskan lagi pada.futnqce sampai
1.000" C, selima 1,5 - 2 jam, dan ditimbang lagi = b gram. Harga selisih a – b gram
merupakan bahan yang hilang terbakar.
Analisa ini diperlakukan untuk batuan yang sulit ditentukan jenis unsur kimianya dengan
petrografi karena mempunyai butir yang sangat halus, antara lain untuk jenis
lempung/tanah liat.
Tabel 1. Susunan gradasi agregat yang diuji dan jumlah bola baja
keduanya tidak berbeda, dan kalaupun ada perbedaan tersebut sangat kecil sehingga dapat
diabaikan.
Dalam upaya untuk memperoleh bukti- bukti nyata yang rinci dan menyakinkan, maka
harus mampu mengambil contoh dari endapan bahan galian yang berada di tanah. Kegiatan
dalam mengambil contoh yang di maksud yaitu :
teratur, sehingga akan di peroleh sejumlah inti bor yang representatif. Dengan demikian letak,
bentuk atau posisi endapan bahan galiannya dapat di ketahui dengan pasti. Bila semua inti
bor telah selesai di selidiki di laboratorium, maka akan di ketahui mutu atau kadar mineral
berharganya dan sifat-sifat fisik- mekanik-mineraloginya secara lengkap.
Metode Eksplorasi
DIKI SETIAWAN
03411640000048
Metode dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Metoda langsung, terdiri dari :
a. Metoda langsung di permukaan
b. Metoda langsung di bawah permukaan
2. Metoda tidak langsung, terdiri dari :
a. Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed
rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.
b. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara
magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara
seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua
cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini
disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara
sebelumnya.
1. Metode langsung
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat
dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan,
terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis,
pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi
yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan
lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang
kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).
A. Metoda Langsung Permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
a. Penyelidikan singkapan (out crop)
Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
1. Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi
pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan
tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar
2. Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang
umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut
gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke
permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya
gesekan antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau
timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh
batuan.
b. Tracing Float (penjejakan)
DIKI SETIAWAN
03411640000048
Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran
singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya
dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan
arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita
mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang
sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai,
tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan
maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang
terletak jauh dibawah over burden.
c. Tracing dengan Panning (mendulang)
Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang
dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan
memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan
lanjutan yaitu trencing atau test pitting.
Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan
cara trenching atau test pitting.
- Trenching (pembuatan parit)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang
tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat
hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan
ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika
pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan
arah arus sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.
- Test Pitting (pembuatan sumur uji)
Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan
test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat
bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan
maka hal ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang
hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan
kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang
kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan,
kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah
runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian.
Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya
gas beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.
b. Metoda Magnetik
Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu barang
magnet raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini
mengatakan bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti
bumi. Setiap batang magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik
permukaan bumi medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam
eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.
Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang intensitas
dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki
DIKI SETIAWAN
03411640000048
intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang
mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga
dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magnetik sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi
sebagai berikut :
- Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
- Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
- Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral
ikutan
- Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam
jumlah cukup
- Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.
c. Metoda Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak
dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan dibuat
dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan
kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan
getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat
penerima getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara
teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu
ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan
rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi
struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan
yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima
gelombang yang dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
1. Jenis batuan
2. Derajat pelapukan
3. Derajat pergerakan
4. Tekanan
5. Porositas (kadar air)
6. Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)
H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih besar
(dibandingkan) :
DIKI SETIAWAN
03411640000048
d. Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang
dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan
sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari
ujung ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem
empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk
memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C,
dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena arus tadi,
elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential electode” disingkat P. ada beberapa
cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai
adalah cara Wenner dan cara Shlumberger.
Jenis-jenis metode geolistrik yaitu :
tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap
perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri.
Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan perbedaan mendasar
(anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses untuk
membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.
C. Gabungan keduanya
Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung.
Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota serta
apa-apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :
a. Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli
1. Geologist
2. Geophysist
3. Exploration Geologist
4. Geochemist
5. Operator Alat, dll
b. Rencana biaya
c. Pemilahan waktu yang tepat
d. Penyiapan peralatan atau perbekalan
- Peta dasar
- Alat surveying, ukur atau GPS
- Alat kerja :
1. Palu 5. Alat geofisika
2. Kompas 6. Alat sampling
3. Meteran 7. Altimeter
4. Kantong sampel 8. Alat bor dll
- Alat tulis
- Alat komunikasi
- Keperluan sehari-hari
- Obat-obatan atau P3K
e. Sesampai di lapangan :
DIKI SETIAWAN
03411640000048
melalui teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji,
sumuran uji, terowongan uji dan lubang bor. Lokasi pengambilan data masih terlalu jarang
atau spasinya belum tepat untuk memastikan kemenerusan geologi dan/atau kadar, tetapi
secara spasial cukup untuk mengasumsikan kemenerusannya. Jarak antara titik pengamatan
maksimum seratus meter. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa
dipertanggungjawabkan seperti analisa geostatistika.
b. Cadangan (Reserve)
Cadangan (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/atau tertunjuk yang
dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan material dilusi ataupun
material hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut ditambang.
Gambar 6.
Alur Pengklasifikasian Sumberdaya dan Cadangan