Anda di halaman 1dari 10

132 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 2, OKTOBER 2016

Pengaruh Problem Based Learning terhadap


Kemampuan Berpikir Kritis IPS

Evi Nurul Qomariyah


Universitas Negeri Malang
evie_nurul@yahoo.com

Abstract: The aim of this research was to analyze: (1) the difference in students’ critical thinking
skills in social studies using PBL-SETS and PBL-Non SETS, (2) the difference in students’ critical
thinking skills in social studies using PBL based SETS and conventional learning model, and (3) the
difference in students’ critical thinking skills in social studies with PBL-Non SETS and conventional
learning model. This research was a quasi experimental research with pretest posttest control group
design. The subjects were the seventh graders of SMP N 1 Kepanjen. The results showed that (1)
there was a difference in students’ critical thinking skills in social studies using the PBL-SETS and
PBL-Non SETS, (2) there was a difference in students’ critical thinking skills in social studies using
a PBL-SETS and conventional learning model, and (3) there was a difference in students’ critical
thinking skills in social studies using PBL-Non SETS and conventional learning models.

Keywords: Problem Based Learning (PBL), SETS, critical thinking

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis untuk menganalisis: (1) perbedaan
kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran PBL-SETS
dan model pembelajaran PBL-Non SETS, (2) perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata
pelajaran IPS dengan model pembelajaran PBL-SETS dan model pembelajaran konvensional, (3)
perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran PBL-
Non SETS dan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
quasi experiment dengan pretest posttest control group design. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas VII SMP N 1 Kepanjen Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan
model pembelajaran PBL-SETS dan model pembelajaran PBL-Non SETS, (2) terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
PBL-SETS dan model pembelajaran konvensional, dan (3) terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran PBL-Non SETS dan
model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: problem based learning (PBL), SETS, berpikir kritis

Pada abad 21 ini, perkembangan ilmu pengetahuan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan
serta teknologi khususnya di bidang informasi dan teknologi berkembang sangat pesat. Hal ini
dan komunikasi tumbuh sangat pesat. Selain itu, mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup
persaingan hidup di era globalisasi ini juga sangat serta perubahan global dalam kehidupan. Jika siswa
ketat. Ketatnya persaingan ini telah mempengaruhi tidak dibekali kemampuan berpikir kritis, siswa
semua aspek kehidupan termasuk di bidang tidak mempunyai kemampuan untuk mengambil,
pendidikan. Dalam menghadapi era modernisasi mengolah, dan menggunakan informasi yang
seperti sekarang ini, sistem pendidikan di Indonesia dimiliki untuk menghadapi tantangan hidup sehari-
diharapkan mampu membekali siswa dengan hari. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk
keterampilan-keterampilan belajar serta kecakapan mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi
hidup yang salah satunya adalah kemampuan berpikir banyak rintangan dengan cara yang terorganisasi,
kritis. merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan solusi yang tepat atas permasalahan yang dihadapi.
yang penting dan diperlukan dalam kehidupan, Fadel (2009) menyatakan bahwa untuk
132
Qomariyah, Pengaruh Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir ... 133

memasuki “New World of Work” pada abad 21, urusannya sendiri. Siswa juga terlihat santai dan tidak
keterampilan belajar abad 21 yang harus dimiliki berusaha berpikir saat guru mengajukan pertanyaan
siswa ada “7Cs” keterampilan yaitu: (1) critical terkait materi pembelajaran. Selain itu, saat guru
thinking and problem solving; (2) creativity and meminta siswa untuk menceritakan permasalahan
innovation; (3) collaboration, teamwork, and yang ada di lingkungan daerah sekitar tempat tinggal
leadership; (4) cross-cultural understanding; (5) siswa, hanya ada 2 siswa yang berani menyampaikan
communications, information, and media literacy; pendapatnya. Dari 2 siswa yang menceritakan
(6) computing and ICT literacy; dan (7) career permasalahan tadi, guru meminta siswa lainnya
and learning self-reliance. 7Cs = 21st Century untuk menyampaikan solusi pemecahan masalah, dan
Learning. Hal ini dapat diartikan bahwa memasuki ternyata hanya ada 3 siswa yang berani menjawab.
abad ke 21 ini, siswa harus memiliki kecakapan Hasil pengamatan tersebut mengindikasikan bahwa
dalam berpikir kritis, kreatif, inovatif, produktif, kemampuan siswa dalam berpikir kritis selama
mampu menyelesaikan masalah, memiliki motivasi proses pembelajaran masih rendah.
kerja yang tinggi, cakap dalam bekerjasama dan Masalah yang terjadi diakibatkan oleh cara
berkomunikasi, cakap teknologi dan informasi serta mengajar guru yang menyampaikan materi dengan
memiliki tanggung jawab keimanan yang tinggi. ceramah, sehingga kurang dapat menarik perhatian
Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan minat siswa untuk belajar IPS. Materi yang
terkait dengan keterampilan untuk mengidentifikasi, disampaikan tidak dihubungkan secara langsung
menganalisis, dan memecahkan masalah secara dengan kehidupan siswa, sehingga siswa tidak
logis sehingga menghasilkan keputusan yang mengetahui kaitan antara pembelajaran IPS dengan
tepat. Pentingnya kemampuan berpikir kritis kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut berdampak
juga tercantum dalam Permendiknas 81A Tahun pada kurang berkembangnya kemampuan berpikir
2013 tentang Implementasi Kurikulum yang siswa, terutama kemampuan berpikir kritis. Hal ini
menyatakan bahwa kemampuan peserta didik yang dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan
diperlukan untuk kompetensi masa depan antara dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis Mencermati kondisi tersebut, perlu segera dicarikan
dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Guru
moral Pancasila agar menjadi warga negara yang perlu melakukan inovasi pembelajaran dengan cara
demokratis dan bertanggungjawab, toleran dalam menerapkan model pembelajaran yang mampu
keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran
global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan
kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan kemampuan berpikir kritis siswa.
bakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan
Kurikulum harus mampu menjawab tantangan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang
ini sehingga perlu mengembangkan kemampuan- mampu mendorong berlangsungnya pembelajaran
kemampuan ini dalam proses pembelajaran. Guru dalam konteks riil. Pembelajaran yang melibatkan
sebagai penyelenggara pembelajaran di kelas dunia nyata akan membuat proses pembelajaran lebih
memiliki tugas untuk membantu mengembangkan bermakna. Salah satu model pembelajaran dalam
kemampuan berpikir kritis siswa. Akan tetapi yang konteks riil yang dianggap mampu memberdayakan
terjadi di sekolah masih banyak guru yang terfokus kemampuan berpikir adalah model Problem Based
pada hasil belajar saja, dan mengabaikan aspek Learning (PBL).
kemampuan berpikir kritis siswa. Arends (2008) menyatakan bahwa model PBL
Kondisi tersebut sejalan dengan yang terjadi atau Pembelajaran Berbasis Masalah adalah metode
pada matapelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kepanjen. mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang
Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 27 nyata, proses dimana peserta didik melaksanakan
Oktober 2014 dalam pembelajaran IPS di kelas kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat
VII-H SMP N 1 Kepanjen, siswa terlihat pasif dan berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi
kurang antusias mengikuti pembelajaran. Pada dan penyelidikan dan laporan akhir. Dalam model
saat guru menjelaskan materi, siswa yang aktif PBL, guru menyodorkan situasi-situasi bermasalah
mendengarkan ada 14 orang siswa (43,8%), siswa kepada siswa dan meminta mereka untuk menyelidiki
yang bertanya 2 orang (6,2%), sedangkan sisanya dan menentukan sendiri solusinya (Arends, 2008).
16 siswa (50%) hanya diam saja dan sibuk dengan Dengan demikian peserta didik di dorong untuk
134 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 2, OKTOBER 2016

lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan global dan bertindak lokal maupun global dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kritis. memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
Sejalan dengan pendapat Arends, Sumarmi kehidupan sehari-hari (Utomo, 2012). Jadi fokus
(2012:148) menyatakan bahwa “pembelajaran pengajaran SETS haruslah mengenai bagaimana cara
berbasis masalah dapat membantu siswa berarti memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan dalam memberikan mengembangkan lebih jauh pengetahuan yang telah
alasan dan berpikir ketika mencari data atau mereka peroleh agar mereka dapat menyelesaikan
informasi agar mendapatkan solusi terhadap suatu masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di
masalah”. Selain itu PBL dengan pendekatan pada sekitar kehidupannya. Kemampuan berpikir kritis
masalah autentik dapat membuat siswa menyusun dianggap akan dapat dikembangkan dengan lebih
pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan baik dalam pembelajaran dengan model pembelajaran
keterampilan yang lebih tinggi, inkuiri, memandirikan PBL berbasis SETS (PBL-SETS). Dalam proses
siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri mencoba membangun pengetahuan mereka sendiri
(Arends, 2008). dan berangkat dari masalah riil kemudian dianalisa
Dalam PBL siswa dituntun untuk memecahkan, dampak dan upaya pemecahan masalahnya, maka
menganalisis serta mengevaluasi sebuah siswa akan mengalami pembelajaran yang bermakna.
permasalahan. Siswa akan terlibat langsung dalam Dari semua proses pembelajaran tersebut, siswa
upaya memecahkan masalah dengan menggunakan belajar untuk memahami ilmu/konsep yang baru
kemampuan berpikir, pengalaman dan konsep- (learning to know), belajar untuk melakukan sesuatu
konsep yang akan ditemukan pada pemecahan demi masyarakat dan lingkungan (learning to do),
masalah yang disajikan. Selain itu siswa dilatih untuk belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik
berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan lagi (learning to be) dan tentunya belajar untuk
kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar hidup bermasyarakat dengan baik (learning to live
yang mandiri. PBL melibatkan peserta didik together).
untuk memecahkan masalah dunia nyata melalui Beberapa penelitian terdahulu tentang
tahap-tahap tertentu sehingga peserta didik dapat keunggulan model pembelajaran PBL antara
mempelajari pengetahuan yang berhubungan lain disampaikan oleh Muspita (2013) yang
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki menyatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan
keterampilan untuk memecahkan masalah. model pembelajaran berbasis masalah terhadap
Pembelajaran dalam PBL akan lebih bermakna kemampuan berfikir kritis siswa kelas VII SMPN
apabila siswa dapat belajar tentang keterkaitan antara 1 Aikmel, hal ini menunjukkan bahwa model
IPS dengan kehidupan sehari-hari. Untuk mendukung pembelajaran ini sangat baik untuk diterapkan oleh
hal tersebut, maka PBL dapat diterapkan menjadi guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Selain
pembelajaran berbasis Science, Environment, itu hal senada juga disampaikan oleh Tohirin (2014)
Technology and Society (SETS). SETS adalah yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis
pendekatan yang menghubungkan ilmu pengetahuan siswa kelas VIII A SMPN 14 Mataram meningkat
yang diajarkan di kelas dengan keadaan lingkungan setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran
yang ada di sekitarnya, teknologi yang terkait dan dengan model pembelajaran berbasis masalah.
dampaknya pada masyarakat. Kajian terdahulu tentang pendekatan SETS
Kata SETS dapat dimaknai sebagai sains, disampaikan oleh Umami (2013) dalam penelitiannya
lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
satu kesatuan dalam konsep pendidikan yang dengan Pendekatan SETS (Science, Environment,
mempunyai implementasi agar anak didik Technology and Society) Pada Pokok Bahasan Fluida
mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi Statis untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
yang salah satunya adalah kemampuan berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Gedangan”.
kritis. Pembelajaran berbasis SETS pada Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
hakikatnya merupakan pembelajaran dengan cara model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan SETS
menghubungkan hal yang dipelajari dengan aspek untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang pada pokok bahasan fluida statis di SMAN 1 Gedangan
sesuai secara timbal balik sebagai satu bentuk telah tercapai dan mendapatkan respon positif dari siswa
keterkaitan terintegratif (Binadja, 2008). Pendidikan sebesar 85,70%.
SETS akan membimbing siswa untuk berpikir Ketiga hasil penelitian tersebut menunjukkan
Qomariyah, Pengaruh Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir ... 135

bahwa model pembelajaran PBL dan pendekatan Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
SETS dipandang efektif dalam meningkatkan VII SMP N 1 Kepanjen Tahun Pelajaran 2014/2015
kemampuan berpikir kritis siswa. Atas dasar inilah, yang berjumlah 320 siswa yang terbagi dalam 10
maka kemampuan berpikir kritis dianggap akan kelas rombongan belajar. Pemilihan subjek diambil
dapat dikembangkan dengan lebih baik dalam dengan cara melakukan pengujian awal independent
pembelajaran dengan model pembelajaran PBL t-test menggunakan program SPSS 20,0 for windows.
berbasis SETS. Berdasarkan uraian tersebut, maka Hasil pengujian independent t-test menunjukkan
penelitian ini menguji perbedaan kemampuan hasil bahwa dari 6 kelas yang diuji, terpilihlah 3
berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran IPS dengan kelas yang mempunyai hasil belajar awal yang tidak
Model Problem Based Learning (PBL-Non SETS), berbeda atau setara. Atas dasar pertimbangan itulah
PBL Berbasis Science, Environment, Technology maka penentuan kelas eksperimen 1, eksperimen
and Society (PBL-SETS) (Studi pada Siswa Kelas 2 dan kelas kontrol dilakukan secara acak dengan
VII SMP Negeri 1 Kepanjen Malang)”. teknik undian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Instrumen penelitian ini adalah tes tulis
perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada berbentuk soal uraian (essay) untuk mengukur
mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran
PBL-SETS dan model pembelajaran PBL-Non SETS, IPS. Penyusunan instrumen tes dikembangkan
(2) perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada dengan mengadaptasi indikator kemampuan berpikir
mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran kritis oleh Ennis (1993). Soal test kemampuan
PBL-SETS dan model pembelajaran konvensional, berpikir kritis terdiri dari 10 butir soal uraian.
(3) perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Analisis instrumen yang digunakan adalah uji
mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran PBL- validitas ahli. Soal tersebut akan diberikan pada saat
Non SETS dan model pembelajaran konvensional. pretest dan posttest.
Analisis data awal untuk uji prasyarat eksperimen
METODE PENELITIAN menggunakan independent sample t-test, dilanjutkan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas dengan
semu (quasi eksperiment) menggunakan pretest– Kolmogorov Smirnov dan homogenitas dengan
posttest control group design. Subjek penelitian uji Levene, sedangkan uji hipotesis menggunakan
ini dibagi dalam dua kelompok eksperimen dan One Way Anova. Semua analisis dilakukan dengan
satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen 1 bantuan program SPSS 20,0 for Windows.
menggunakan model pembelajaran PBL berbasis
SETS, kelompok eksperimen 2 menggunakan HASIL PENELITIAN DAN
model pembelajaran PBL dan kelompok kontrol PEMBAHASAN
menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil pengujian hasil belajar siswa
Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. awal dengan Independent-Sample T Test pada ketiga

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Subjek Pretest Perlakuan Posttest


Kelompok Eksperimen 1 O1 X1 O2
Kelompok Eksperimen 2 O3 X2 O4
Kelompok Kontrol O5 - O6
(Sumber: Sugiyono, 2013)

Keterangan:
X1 : Perlakuan dengan Model PBL-SETS
X2 : Perlakuan dengan Model PBL- non SETS
O1 : Pretest pada kelompok Eksperimen 1
O2 : Skor posttest pada kelompok Eksperimen 1
O3 : Pretest pada kelompok Eksperimen 2
O4 : Skor posttest pada kelompok Eksperimen 2
O5 : Pretest pada kelompok kontrol
O6 : Skor posttest pada kelompok kontrol
136 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 2, OKTOBER 2016

kelas diperoleh nilai probabilitas secara berurutan


sebesar 0,752, 0,295, 0,452. Nilai signifikansi tersebut
lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa rata-rata hasil belajar awal siswa dari ketiga kelas Gain Score PBL-SETS
tidak berbeda secara signifikan, atau dapat dikatakan
bahwa ketiga kelas tersebut setara. Hasil pengamatan Gain Score PBL-Non
SETS
keterlaksaan pembelajaran pada kelas ekperimen 1,
Gain Score Konven-
eksperimen 2 dan kontrol menunjukkan hasil bahwa sional
proes pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Hal
ini dapat dilihat pada pencapaian kelas eksperimen 1
sebesar 98%, kelas eksperimen 2 sebesar 97%, dan
kelas kontrol sebesar 97%.
Berdasarkan hasil uji normalitas data gain Gambar 1. Perbandingan Gain Score
score, diperoleh nilai signifikansi 0,200 untuk kelas Kemampuan Berpikir Kritis Pretest-Posttest
eksperimen 1, 0,200 untuk kelas eksperimen 2 dan
0,197 untuk kelas kontrol. Hasil uji normalitas Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai Fhitung
tersebut > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa (31,333) dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi
data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan 0,000 < 0,05 sehingga dapat diambil keputusan kalau
hasil uji homogenitas didapatkan nilai signifikansi Ho ditolak dan Hi diterima. Hasil ini menunjukkan
sebesar 0,738, karena nilai tersebut lebih besar dari terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian pada mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran
adalah homogen. PBL-SETS, model pembelajaran PBL-Non SETS,
Data selisih hasil skor pretest dan posttest (gain dan model pembelajaran konvensional. Setelah
score) kemampuan berpikir kritis siswa pada ketiga mengetahui adanya perbedaan kemampuan berpikir
kelas penelitian secara keseluruhan dapat dilihat kritis siswa diantara ketiga kelas dengan model
pada Tabel 2. pembelajaran yang berbeda tersebut, selanjutnya
Dari Tabel 2 terlihat bahwa secara keseluruhan dilakukan uji lanjut Post Hoc Test-LSD untuk
selisih hasil kemampuan berpikir kritis pada saat mengetahui seberapa besar perbedaan dari ketiga
pretest ke posttest yang paling tinggi ada pada kelas model pembelajaran tersebut. Hasil uji Post Hoc
PBL-SETS, dan indikator kemampuan berpikir Test- LSD dapat dilihat pada Tabel 4.
kritis yang paling tinggi terdapat pada kemampuan Dari Tabel 4 diketahui bahwa nilai signifikansi
merumuskan masalah pada kelas PBL-SETS. dari pengujian antara kelas yang menggunakan
Perbandingan selisih nilai pretest dan posttest dari model pembelajaran PBL-SETS dengan model
ketiga kelas dapat dilihat pada Gambar 1. pembelajaran PBL - Non SETS sebesar 0,034,
Pengujian hipotesis pada penelitian ini nilai signifikansi dari pengujian antara kelas yang
menggunakan One Way Anova. Hasil analisis data menggunakan model pembelajaran PBL-SETS
menggunakan One Way Anova dapat dilihat pada dengan model pembelajaran konvensional sebesar
Tabel 3. 0,000 dan nilai signifikansi dari pengujian antara
kelas yang menggunakan model pembelajaran PBL-

Tabel 2 Gain Score Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

No Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Gain Score


PBL-SETS PBL-Non SETS Konvensional
1 Merumuskan masalah 170 119 86
2 Melakukan induksi 99 88 52
3 Melakukan evaluasi 122 116 87
4 Memberikan argument 70 69 34
5 Mengambil keputusan & menentukan tindakan 100 105 75
Qomariyah, Pengaruh Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir ... 137

Tabel 3. Hasil Uji One Way Anova

ANOVA
Kemampuan Berpikir Kritis
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 748.500 2 374.250 31.333 .000
Within Groups 1254.167 105 11.944
Total 2002.667 107

Tabel 4. Hasil Uji Post Hoc Test-LSD

Multiple Comparisons
LSD
95% Confidence
Mean Interval
Std.
(I) kelas (J) kelas Difference Sig.
Error Lower Upper
(I-J)
Bound Bound
PBL-Non SETS 1.750* .815 .034 .13 3.37
PBL-SETS
KONVENSIONAL 6.250* .815 .000 4.63 7.87
PBL-SETS -1.750* .815 .034 -3.37 -.13
PBL-Non SETS
KONVENSIONAL 4.500* .815 .000 2.88 6.12
PBL-SETS -6.250* .815 .000 -7.87 -4.63
KONVENSIONAL
PBL-Non SETS -4.500* .815 .000 -6.12 -2.88
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Non SETS dengan model pembelajaran konvensional terlihat bahwa hasil uji lanjut Post Hoc Test-LSD
sebesar 0,000. Selanjutnya hasil uji Post Hoc antara kelas yang menggunakan model pembelajaran
Test-LSD dalam Tabel 4 akan dipergunakan untuk PBL dengan model pembelajaran konvensional
menjawab hipotesis dalam penelitian ini. memiliki signifikansi sebesar 0,000 dengan mean
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, difference sebesar 4.500.
didapatkan hasil sebagai berikut. Pertama, terdapat Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada oleh Masfuah (2010) dan Umami (2013) yang
mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan
PBL Berbasis SETS dan model pembelajaran PBL. SETS terbukti dapat meningkatkan kemampuan
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa hasil uji lanjut berpikir kritis siswa. Dalam model pembelajaran
Post Hoc Test-LSD antara kelas yang menggunakan PBL-SETS siswa belajar sesuai sintaks PBL
model pembelajaran PBL-SETS dengan model ditambah tahapan dimana siswa diarahkan dan
pembelajaran PBL-Non SETS memiliki signifikansi dibimbing untuk menganalisis keterkaitan dan
sebesar 0,034 dengan mean difference sebesar 1.750. hubungan antara unsur SETS yaitu pengetahuan,
Kedua, terdapat perbedaan kemampuan berpikir lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Pada tahap
kritis siswa pada mata pelajaran IPS dengan model ini siswa diberi kesempatan melalui kerja kelompok
pembelajaran PBL-SETS dan model pembelajaran untuk berdiskusi lebih dalam dan menganalisa
konvensional. Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur SETS
hasil uji lanjut Post Hoc Test-LSD antara kelas yaitu pengetahuan, lingkungan, teknologi, dan
yang menggunakan model pembelajaran PBL-SETS masyarakat. Dari masalah yang disajikan dalam
dengan model pembelajaran konvensional memiliki LKS, siswa dituntun untuk menganalisis lebih
signifikansi sebesar 0,000 dengan mean difference dalam keterkaitan antara pengetahuan siswa dengan
sebesar 6.250. penggunaan teknologi tertentu serta pengaruhnya
Ketiga, terdapat perbedaan kemampuan terhadap lingkungan dan masyarakat. Dalam proses
berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS dengan menganalisa hubungan dan mengaitkan antar elemen
model pembelajaran PBL-Non SETS dan model SETS diperlukan pemikiran yang mendalam berupa
pembelajaran konvensional. Berdasarkan Tabel 4 identifikasi dan analisis tentang konsep yang sedang
138 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 2, OKTOBER 2016

dipelajari, sehingga selama proses pembelajaran langsung kemampuan analisis dan kritis siswa akan
kemampuan berpikir kritis siswa akan terbentuk terbentuk. Hal ini sesuai dengan pendapat (Totten,
dan meningkat. 1991) yang menyatakan bahwa keterampilan berpikir
Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran kritis dapat diasah melalui kerjasama. Kerjasama
PBL-SETS ini memiliki beberapa kelebihan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
dibandingkan model pembelajaran PBL-Non SETS terlibat dalam diskusi, bertanggung jawab terhadap
yaitu siswa memiliki kemampuan memandang pelajaran, sehingga dengan begitu mereka menjadi
sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan pemikir yang kritis (Gokhale, dalam Masfuah, 2011).
keempat unsur SETS sehingga siswa mempunyai Penguasaan siswa dalam indikator merumuskan
pemahaman yang mendalam terhadap suatu konsep masalah pada kelas yang menggunakan model PBL
(Sutarno, 2007), hal ini terbukti dengan tingginya -Non SETS memiliki nilai tertinggi dalam pretest,
nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa posttest, maupun pada gain score siswa. Peningkatan
yang menggunakan model pembelajaran PBL-SETS kemampuan yang paling tinggi terdapat pada
dibandingkan kelas PBL-Non SETS. Kelebihan kemampuan siswa dalam merumuskan masalah,
pembelajaran PBL-SETS yang juga sangat menonjol terbukti dengan peningkatan nilai gain score sebesar
adalah pembelajaran ini mampu melatih kepekaan 119. Kemampuan merumuskan masalah mengalami
siswa terhadap masalah masalah yang terjadi di peningkatan paling tinggi dikarenakan masalah
lingkungan mereka, terlihat dengan banyaknya siswa yang disajikan dalam model pembelajaran PBL
yang aktif dan mampu menyampaikan masalah- adalah masalah dunia nyata yang terjadi di sekitar
masalah yang terjadi di lingkungan tempat tinggal lingkungan siswa, sehingga siswa lebih mudah
mereka terkait dampak interaksi negatif antara dalam memahami masalah tersebut untuk kemudian
manusia dengan lingkungan pada saat dilakukan menuangkannya dalam suatu rumusan masalah. Hal
diskusi kelas, selain itu kepekaan siswa terhadap ini sesuai dengan pendapat Arends (2008) bahwa
masalah juga terlihat dari tingginya nilai kemampuan PBL-Non SETS efektif dalam mengembangkan
siswa dalam merumuskan masalah terbukti dengan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
peningkatan nilai gain score sebesar 170. Keunggulan masalah. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
lain dari pelaksanaan model pembelajaran PBL- penelitian sebelumnya oleh Tohirin (2014) yang
SETS adalah meningkatnya kepedulian siswa menyatakan bahwa model PBL dapat meningkatkan
terhadap lingkungan, terlihat dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu hasil
kebersihan kelas dari sebelum pembelajaran, saat penelitian yang dilakukan Tayyeb (2010) dan Shaer
pembelajaran maupun setelah pembelajaran selesai. (2014) juga menunjukkan hasil bahwa pembelajaran
Model pembelajaran PBL-Non SETS dengan model PBL - Non SETS terbukti dapat
dirancang untuk mampu merangsang siswa aktif meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
dalam pembelajaran, belajar secara mandiri, Secara operasional penerapan model
mampu mengembangkan kemampuan dalam pembelajaran PBL berbasis SETS dan model
mengidentifikasi maalah, merumuskan masalah, pembelajaran PBL di kelas menggunakan bantuan
melakukan evaluasi yang berujung pada upaya Lembar Kerja Siswa (LKS) sedangkan kelas
pemecahan masalah tertentu. Pembelajaran PBL- konvensional tidak menggunakan LKS. LKS model
Non SETS dimulai dengan guru menyodorkan pembelajaran PBL-SETS dan model pembelajaran
situasi-situasi bermasalah kepada siswa dan PBL - Non SETS dalam penyajiannya dimulai
meminta mereka untuk menganalisanya, kemudian dengan penyajian masalah yang kontekstual.
menentukan sendiri solusinya, dengan demikian Dari permasalahan kontekstual tersebut, siswa
siswa didorong untuk terlibat lebih aktif dalam kemudian merumuskan permasalahan yang disajikan,
pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir siswa kemudian melalukan telaah pustaka dari
kritis mereka. Dalam pembelajaran dengan model beberapa sumber-sumber referensi relevan untuk
PBL-Non SETS, siswa dibentuk dalam kelompok- mengidentifikasi faktor penyebab kremudian
kelompok kecil untuk bekerjasama menyelesaikan mengajukan alternatif solusi pemecahan masalah.
masalah tertentu. Proses diskusi kelompok ini Hal ini tentunya dapat memberikan peluang
akan merangsang siswa untuk berinteraksi dengan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan
anggota kelompok, mereka juga belajar bekerjasama berpikir kritis siswa secara optimal dalam kegiatan
menyelesaikan masalah dengan saling berdiskusi pembelajaran.
antar anggota kelompok, sehingga secara tidak Model pembelajaran konvensional dengan
Qomariyah, Pengaruh Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir ... 139

metode ceramah bervariasi lebih bersifat teacher disampaikan guru, sehingga kemampuan berpikir
centered, dimana guru lebih banyak mendominasi analisis dan kritis mereka tidak terlatih. Banyak
dalam proses pembelajaran. Siswa mendapatkan siswa mempunyai kemampuan hapalan yang baik,
pengetahuan dari guru yang menyampaikan materi, namun sesungguhnya kurang memahami apa yang
dan tidak membangun pengetahuan mereka sendiri. telah dipelajari tersebut.
Dalam pembelajaran konvensional, siswa belum Dalam penelitian ini, peningkatan kemampuan
sepenuhnya dapat mengekspresikan pertanyaan- berpikir kritis pada kelas yang menggunakan
pertanyaan kritis, karena mereka hanya tinggal model pembelajaran konvensional paling tinggi
menerima materi yang disampaikan guru, sehingga terdapat pada kemampuan dalam melakukan
kemampuan berpikir analisis dan kritis mereka evaluasi. Ini dapat terjadi karena dalam model
menjadi tidak terlatih. Hal tersebut dapat menghambat pembelajaran konvensional, tidak disajikan
kemampuan berpikir siswa untuk lebih kritis masalah dunia nyata dan siswa tidak membangun
menanggapi suatu konsep yang sedang dipelajari sendiri pengetahuannya. Dalam pembelajaran
yang akan berdampak pada lemahnya kemampuan konvensional guru yang menyampaikan materi
siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang dan siswa memperhatikan, kemudian baru bertanya
lebih kompleks dan kontekstual. kalau dirasa mereka belum paham. Setelah selesai
Tahapan-tahapan pembelajaran dalam model menyampaikan materi kemudian ditayangkan
pembelajaran konvensional masih bersifat umum, video tentang kerusakan lingkungan, dan siswa
sehingga waktu lebih banyak terpakai untuk dalam kelompok diminta membuat kesimpulan
menerangkan materi. Hal ini dapat menyebabkan atau mengevaluasi video tersebut, sehingga
proses pembelajaran berlangsung kurang efektif dengan proses ini maka kemampuan siswa dalam
sehingga kreativitas siswa dalam belajar mandiri melakukan evaluasi meningkat paling tinggi apabila
juga kurang terlatih dengan baik. Pengembangan dibandingkan kemampuan berpikir kritis lainnya.
kreativitas dalam model pembelajaran konvensional
berlangsung pada tahap latihan soal, dimana siswa KESIMPULAN DAN SARAN
diberikan kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
dan menyelesaikan suatu masalah. Dari uraian Kesimpulan
tersebut terlihat bahwa model pembelajaran Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
konvensional kurang memberikan kesempatan pada dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: pertama,
siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
kritis. yang signifikan pada mata pelajaran IPS dengan
Dalam model pembelajaran konvensional, menggunakan model pembelajaran PBL berbasis
peningkatan kemampuan berpikir kritis yang paling SETS dan PBL-Non SETS. Rata-rata kemampuan
tinggi terdapat pada kemampuan dalam melakukan berpikir kritis siswa pada kelas PBL berbasis SETS
evaluasi. Ini dapat terjadi karena model pembelajaran lebih baik dibandingkan kelas PBL-Non SETS,
konvensional siswa tidak disajikan masalah dunia hal ini terjadi karena perpaduan PBL dengan SETS
nyata tetapi setelah guru menyampaikan materi, siswa memberi siswa kesempatan lebih untuk saling
diminta membuat kesimpulan atau mengevaluasi berdiskusi dan bekerjasa dalam kelompok dalam
video tentang pencemaran lingkungan, sehingga menganalisis keterkaitan antara empat unsur SETS
dengan proses ini maka kemampuan siswa dalam yaitu pengetahuan, lingkungan, teknologi dan
melakukan evaluasi meningkat paling tinggi apabila masyarakat, sehingga kemampuan berpikir kritis
dibandingkan kemampuan berpikir kritis lainnya. mereka lebih berkembang.
Pada pembelajaran konvensional dengan Kedua, terdapat perbedaan kemampuan
model ceramah bervariasi dan diskusi, siswa berpikir kritis siswa yang signifikan pada mata
tidak dikondisikan untuk belajar menganalisis pelajaran IPS dengan menggunakan model
masalah nyata yang dekat dengan kehidupan siswa. pembelajaran PBL-SETS dan model pembelajaran
Siswa mendapatkan pengetahuan dari guru yang konvensional. Rata-rata kemampuan berpikir kritis
menyampaikan materi, dan tidak membangun siswa pada kelas PBL-SETS lebih baik dibandingkan
pengetahuan mereka sendiri. Dalam pembelajaran kelas konvensional, hal ini terjadi karena perpaduan
konvensional, siswa belum sepenuhnya dapat PBL dengan SETS memberi siswa kesempatan lebih
mengekspresikan pertanyaan-pertanyaan kritis, untuk saling berdiskusi dan bekerjasama dalam
karena mereka hanya tinggal menerima materi yang kelompok dalam menganalisa keterkaitan antara
140 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 2, OKTOBER 2016

empat unsur SETS yaitu pengetahuan, lingkungan, Facilitator. The Interdisciplinary Journal of
teknologi dan masyarakat, sehingga kemampuan Problem Based Learning. (Online). http://does.
berpikir kritis mereka lebih berkembang, sedangkan lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?.article=1004,
pada kelas konvensional siswa tidak difasilitasi untuk diakses tanggal 28 Oktober 2014.
membangun sendiri pengetahuannya. Binadja, A., Wardani, S, & Nugroho, S. 2008. Keberkesanan
Ketiga, terdapat perbedaan kemampuan berpikir Pembelajaran Kimia Materi Ikatan Kimia Bervisi
kritis siswa yang signifikan pada mata pelajaran IPS SETS pada Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi
dengan menggunakan model pembelajaran PBL- Pendidikan Kimia. 2(2): 256-262.
Non SETS dan model pembelajaran konvensional. Binadja, A. 2002. Program Studi Pendidikan IPA,
Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada Pemikiran dalam SETS. Buku tidak diterbitkan.
kelas PBL-Non SETS lebih baik dibandingkan kelas Semarang: Universitas Negeri Semarang.
konvensional, hal ini terjadi karena permbelajaran Elder, L & Paul, R. 2006. The Miniature Guide to Critical
PBL memfasilitasi siswa untuk saling berdiskusi dan Thinking Concept and Tools, Fourth Edition.
bekerjasama dalam kelompok sehingga kemampuan Foundation for Critical Thinking. (Online), (www.
berpikir kritis mereka akan terasah lebih baik saat criticalthinking.org), diakses 19 November 2014.
mereka bekerja dalam kelompok. Elder, L. & Paul, R. 2008. Critical Thinking Development:
A Stage Theory With Implications for Instruction.
Saran (Online), (http://www.criticalthinking.org/, diakses
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh 10 November 2014.
dalam penelitian ini, berikut ini diajukan saran Ennis, R.H. 1993. Critical Thinking Assessment. Theory
yang dapat dijadikan pertimbangan bagi semua Into Practice. (Online) Volume 32, Number
pihak yang berkepentingan. Guru IPS disarankan 3, Summer 1993. http://www.clemson/edu/.../
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan criticalthinking, diakses 10 November 2014.
model pembelajaran PBL-SETS untuk meningkatkan Ennis, R.H. 1996. A Taxonomy of Critical Thinking
kemampuan berpikir kritis siswa dalam matapelajaran Dispositions and Abilities. dalam Barton, J.B,
IPS, dengan demikian disarankan untuk menggunakan dan Strenberg, R.J. (Eds). Teaching Thinking
model ini dalam pembelajaran. Meskipun penerapan Skills: Theory and Practice: 9-26. New York:
model pembelajaran PBL-SETS menunjukkan W.H. Freeman.
hasil yang positif dalam meningkatkan kemampuan Fadel, T. 2009. 21st Century Skills: Learning For Life
berpikir kritis siswa, namun perlu disadari bahwa In Our Times. San Francisco, CA: Jossey-Bass.
tidak semua materi IPS dapat diajarkan dengan (Online), (http://www.21stcenturyskills book.com/
model ini, karena pendekatan SETS hanya mencakup index.php), diakses 10 Desember 2012.
materi yang terkait dengan interaksi antara teknologi, Hung, W. 2008. Problem Based Learning. (Online). http://
manusia dan lingkungan. www.aect.org/.../ER5849x_C038.fm.pdf, diakses
Bagi Peneliti selanjutnya perlu memperhatikan 11 November 2014.
aspek lain dalam pembelajaran selain kemampuan Masek, Alias. 2011. The Effect of Problem Based Learning
berpikir kritis siswa, banyak hal lain yang dapat on Critical Thinking Ability: A Theoretical and
diamati seperti hasil belajar, kemampuan sosial Empirical Review. International Review of Social
siswa, kepedulian siswa terhadap lingkungan. Model Sciences and Humanities, 2(1): 215-221. www.
Pembelajaran PBL-SETS ini juga bisa diaplikasikan irssh.com
dengan menggunakan berbagai macam media Masfuah, S. 2010. Pembelajaran Kebencanaan Alam
pembelajaran yang mendukung agar lebih variatif Dengan Model Bertukar Pasangan Bervisi SETS
Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir
dan hasilnya lebih optimal.
Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
DAFTAR RUJUKAN (Online), 7 (2011): 115-120, (http://journal.unnes.
ac.id), diakses 13 Oktober 2014.
Arends, R.I. 2008. Learning To Teach (Belajar Untuk
Muspita, Z. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran
Mengajar) Edisi ketujuh Buku Satu. Penerjemah
Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Berfikir
Helly Prajitno Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka
Kritis, Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPS
Pelajar.
Siswa Kelas VII SMP N I Aikmel”. e-Journal
Arends, R.I. 2012. Learning To Teach, Ninth Edition.
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
New York: Mcgraw-Hill.
Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, 3 (1).
Barrows, H.S. 2006. Goal and Strategies of a PBL
(Online), (http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/
Qomariyah, Pengaruh Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir ... 141

index), diakses 11 Agustus 2014. Thomson Learning.


Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Tayyeb, R. 2010. Effectiveness of Problem Based Learning
Based Learning itu Perlu. Jakarta: Ghalia Indonesia. as an Instructional Tool for Acquisition of Content
Savery, J.R. 2006. Overview of Problem Based Learning: Knowledge and Promotion of Critical Thinking
Definitions and Distinctions. The Interdiciplinary Among Medical Students. Journal of the College
Journal of Problem Based Learning. (Online). 1 of Physicians and Surgeon Pakistan. (Online) Vol
(Spring): 9-18. 23(1):42-46. www.jcpsp.pk/archive/2013/.../10,
Shaer, A. 2014. Impact of Problem-Based Learning diakses 11 November 2014.
on Students`Critical Thinking Dispositions, Tohirin. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Knowledge Acquisition and Retention. Journal Of Masalah dengan Pendekatan Inkuiry untuk
Education and Practice. ISSN 2222-282x. (Online). meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
2(14) 2014. http://www.smj.org.sa/pdffiles, diakses hasil belajar (Studi pada siswa kelas VIII A SMPN
10 November 2014. 14 Mataram). Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
dan R&D. Bandung: Alfabeta. Umami, R & Jatmiko, B. 2013. Penerapan Model
Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Pembelajaran Inkuiri Dengan Pendekatan
Malang: Aditya Media Publishing. SETS (Science, Environment, Technology And
Sutarno, N. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Society) Pada Pokok Bahasan Fluida Statis Untuk
Jakarta: Universitas Terbuka. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Tan, O.S. 2003. Problem Based Learning Innovasion: Kelas XI SMA Negeri 1 Gedangan. Jurnal Inovasi
Using Problem to Power Learning in 21st Century. Pendidikan Fisika,2(03).
Singapore: Thomson Learning. Utomo, P. 2012. “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Tan, O.S. 2004. Thinking about Thinking: Reflective SETS”. (Online), (http://ilmuwanmuda.wordpress.
Practice and Self Regulation, Walking the Talk com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-
Through PBL in Teacher Education. Singapore: sets/), diakses 3 Mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai