Anda di halaman 1dari 8

4.1.

3 Metode Asuhan Keperawatan

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu kerangka kerja


yang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatn,
pendidikan keoperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan
prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/
jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai suatu pengambil keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat
terwujud (Nursalam, 2016).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting,
karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan (Nursalam, 2016).

Tujuan : Mahasiswa dan perawat dapat menerapkan model asuhan


kepeawatan professional dengan model keperawatan TIM di Ruang Marwah.

Kriteria hasil : Ruangan mampu melaksanakan MAKP dengan metode tim

Penanggung jawab : Citra Yona Karolina

Pelaksanaan : MAKP dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai tanggal


18 maret sampai dengan 30 maret 2018 di Ruang Marwah.
Rencana strategi :
a. Melaksanakan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat

b. Melakukan pembagian jadwal dan pembagian tenaga perawat

c. Menerapkan model MAKP yang direncakan

d. Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yang akan dilaksanakan yaitu

model tim

Implementasi yang sudah dilakukan :

a. Melaksanakan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat

b. Melakukan pembagian jadwal dan pembagian tenaga perawat

c. Menerapkan model MAKP yang direncakan

d. Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yang akan dilaksanakan yaitu

model tim

Hasil :

Peningkatan pemahaman mahasiswa dan perawat di Ruang Marwah tentang

model asuhan keperawatan professional dengan model tim.

Kendala :

a. Metode tim tidak dapat diaplikasikan di ruang marwah karena keterbatasan

tenaga perawat.

b. Metode pj sift yang dipakai saat ini dinilai lebih efisien dari metode yang

ada.
4.1.4 Supervisi

Supervisi adalah suatu tehnik pelayanan yang tujuan utamanya adalah

mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama. Supervisi keperawatan

adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat

untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan supervisi

adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang

berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan kemampuan perawat dalam

melaksanakan tugas.

Tujuan : setelah dilakukan perencanaan supervisi diharapkan supervisi dapat

terlaksana sesuai prosedur.

Kriteria hasil :

a. Kepala ruang melaksanakan kegiatan supervisi rutin secara tertulis

b. Ada alur supervisi secara tertulis

Penanggungjawab : fiky ferdiansyah

Pelaksanaan : 4 april 2019

Rencana strategi :

a. Membuat form supervisi

Impelemtasi yang sudah terlaksana :

a. Membuat form supervisi


Kendala :

Supervisi dilakukan sewaktu-waktu sehingga tidak terjadwal dengan baik.

4.1.5 Sentralisasi obat

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang

akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh

perawat (Nursalam, 2002).

Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan di ruang marwah

diharapkan seluruh perawat mengelola obat dengan baik.

Kriteria hasil :

a. Adanya alur sentralisasi obat tertulis

b. Adanya petugas farmasi di ruangan

Waktu : 4 april 2019

Rencana strategi :

a. Melaksanakan sentralisasi obat bekerja sama dengan perawat, apoteker

untuk terapi injeksi maupun oral.

b. Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat.

c. Membuat format pencatatan sentralisasi obat yang baku.

d. Membuat buku jadwal obat oral.

e. Melaporkan pemberian obat injeksi maupun oral pada proses timbang

terima.
f. Membuat alur sentralisasi obat

Implementasi :

a. Melaporkan pemberian obat injeksi maupun oral pada proses timbang

terima.

b. Membuat alur sentralisasi obat secara tertulis

Kendala :

Tidak ada petugas apoteker di ruangan yang dapat

bertanggungjawab dengan pengelolaan obat. Hal ini dikarenakan ada

beberapa alasan yang paling sering mengapa penanggungjawab pengelolaan

obat perlu terpenuhi:

1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.

2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang

lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan

keamanan yang sama.

3. Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat “ untuk memberikan

terapi awal sesuai indikasi”.

4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.

5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya dan yang

membuang atau lupa untuk minum.

6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang

tersisa sesudah batas kadaluarsa.


7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak

efektif.

8. Tidak meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau

panas.

9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada

suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc Mahon, 2006).

4.1.6 Discharge planning

Discharge planning merupakan perencanaan kepulangan pasien dan

memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang

perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya.

Tujuan discharge planning :

a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.

b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.

d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.

e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan

serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan

pasien.

f. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.


Penanggung jawab : putri dian ayu lestari

Tujuan : Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan, diharapkan di

ruang marwah mampu menerapkan discharge planning keperawatan dengan

baik.

Kriteria hasil : Pengetahuan pasien dan keluarga pasien dapat bertambah

sesuai penyakitnya

Waktu : 5 april 2019

Rencana Strategi :

a. Menentukan penanggung jawab discharge planning.

b. Menentukan materi discharge planning sesuai 10 penyakit terbanyak di

ruang marwah.

c. Membuat leaflet

d. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien pulang.

Implementasi :

a. Menentukan materi discharge planning sesuai 10 penyakit terbanyak di

ruang marwah.

b. Membuat leaflet

c. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien pulang.

Anda mungkin juga menyukai