Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :

Farah Khairunnisa Maulida 2017730046

Luthfan Ahnaf Ghaus 2017730063

Mellynia yuniarti 2017730067

Muhammad Mutashim Billah 2017730078

Rifa Aulia Ramadhanty 2017730098

Rizky Sukma Chaerunnisyah 2017730101

Wulandari Sukma Pertiwi 2017730128

Bima Anretama 2017730026

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


TAHUN AJARAN 2018-2019
DAFTAR ISI

Daftar isi ....................................................................................................................... i


Kata pengantar .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
D. Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN PARADIGMA ........................................................................................................ 3
B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA ......................................................................................... 4
C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI ..................... 5
D. SISTEM EKONOMI PANCASILA ................................................................................................. 7
E. CIRI-CIRI EKONOMI PANCASILA .............................................................................................. 8
F. PERBANDINGAN EKONOMI PANCASILA DENGAN EKONOMI LAINNYA ....................... 8

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................8


REFERENSI ...................................................................................................................................9

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, karena atas perkenaan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Pancasila
yang bertemakan “Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Ekonomi”.
Makalah ini kami buat, karena untuk menjelaskan dengan jelas arti dari Paradigma dan
fungsi Pancasila dalam Pembangunan Ekonomi. Tak lupa, kami ucapkan banyak terimakasih
kepada Dosen Pendidikan Pancasila Ibu Bahria Prentha, SH, MH. Dengan izin dan bimbingan
dari-nya serta kerjasama yang baik dengan pihak-pihak terkait, membuat segala tantangan dan
rintangan dalam makalah ini dapat dilalui. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung makalah ini.
Kami menyadari, dalam penulisan dan penyusunan laporan makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan serta saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari Dosen kami sendiri, dan para pembaca guna menjadi acuan dalam bekal bagi
pengalaman kami untuk menulis lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Semoga hasil laporan
makalah ini, memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya mahasiswa/i Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, 28 April 2019

Penyusun

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asal mula Pancasila secara materiil merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia, yaitu berupa nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945. Secara formal merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah
pergerakan nasional yang berpuncak pada proklamasi kemerdekaan, yaitu berupa proses
perumusan dan pengesahannya sebagai dasar filsafat NKRI. Maka Pancasila memperoleh
kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara
tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik akan tetapi dalam
perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas
kultural, religius, dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Secara materiil, nilai-nilai Pancasila bermula dari tradisi hidup-berdampingan


(antar yang berbeda agama), toleransi umat beragama, persamaan haluan politik yang anti-
penjajahan untuk mencita-citakan kemerdekaan, gerakan nasionalisme, dan sebagainya.
Yang kesemuanya telah hidup dalam adat, kebiasaan, kebudayaan, dan agama-agama
bangsa Indonesia. Secara formal, perumusan Pancasila disiapkan oleh BPUPKI (29 Mei
s.d. 1 Juni 1945) dan disahkan oleh PPKI (18 Agustus 1945). Asal mula Pancasila sebagai
dasar filsafat negara dibedakan kedalam tiga bagian yaitu :
1. Causa materialis : Pancasila yang sekarang menjadi ideologi negara bersumber
pada bangsa Indonesia, Artinya, Bangsa Indonesia sebagai Causa Materialis
2. Causa formalis (asal mula bentuk) : Pancasila sebagai ideologi negara merujuk
kepada bagaimana proses Pancasila itu dirumuskan menjadi Pancasila yang
terkandung dalam UUD 1945. Artinya pidato Soekarno sebagai Causa formalis.
3. Causa mula Finalis (asal tujuan) : mewujudkan Pancasila sebagai ideologi negara
yang sah adalah para anggota BPUPKI dan panitia sembilan. Para anggota dari
badan itulah yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebagai ideologi
negara yang sah.
4. Causa Efisien (asal mula karya) : Yang menjadikan Pancasila dari calon ideologi
Negara menjadi ideologi negara yang sah. PPKI melalui sidang BPUPKI menjadi
Causa Efesien pembentuk Pancasila.

Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai yang

1
dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan bagi yang
menyandangnya. Yang menyandangnya itu di antaranya: pengembangan ilmu
pengetahuan, pengembangan hukum, supremasi hukum dalam perspektif pengembangan
HAM, pengembangan sosial politik, pengembangan ekonomi, pengembangan kebudayaan
bangsa, pembangunan pertahanan, dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia sebagai titik
tolak memahami asal mula Pancasila.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Paradigma?
2. Bagaimana ciri-ciri dari sistem ekonomi Pancasila?
3. Apa perbedaan dari Causa Materialis, Causa Formalis, Causa Mula Finalis, dan
Causa Efisien?
4. Bagaimana ekonomi kerakyatan mampu mengembangkan program-program
konkret dari pemerintah daerah?
5. Mengapa bangsa Indonesia menganut sistem Ekonomi Kerakyatan?

C. Tujuan Masalah
1. Definisi Paradigma;
2. Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila;
3. Perbedaan Causa Materialis, Causa Formalis, Causa Mula Finalis, dan Causa
Efisien
4. Cara pemerintah mengembangkan ekonomi kerakyatan;
5. Latar belakang sistem ekonomi kerakyatan.

D. Manfaat
1. Untuk memberikan pengetahuan bagi orang-orang tentang Pancasila sebagai
Paradigma dalam Bidang Ekonomi;
2. Bagi mahasiswa/i Unsera terutama Fakultas Ekonomi agar dapat menerapkan
Ekonomi kerakyatan dalam kehidupan sehari-hari dan menjunjung tinggi tiap nilai
ataupun norma yang terkadung didalamnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PARADIGMA

Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah paraadigma dalam dunia ilmu
pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya berjudul The Sructure of Scientific
Revolution (1970 : 49) inti sari pengertian paradigma yaitu suatu asumsi-asumsi dasar dan
asumsi-asumsi teoretis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga suatu sumber
hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan
sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan
manusia dan ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya, serta bidang
lainnya. Dalam masalah ini istilah ‘Paradigma’ berkembang menjadi terminologi yang
mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas
serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang
tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi maupun dalam pendidikan.
Dalam beberapa kamus ditemukan beberapa pengertian paradigma, yaitu antara lain :
contoh, - Tasrip, – Teladan, -Pedoman. Dalam kamus ilmiah popular, yang ditulis oleh Pius A.
Partanto dan MD Albarry, terbitan : Arkola, Surabaya, disebutkan: Paradigma dipakai untuk
menunjukkan gugusan sistem pemikiran, bentuk kasus dan pola pemecahannya. Berdasarkan
kutipan tersebut, dapatlah disimpulkan pengertian paradigma sebagai berikut : Paradigma
adalah suatu pedoman dasar atau pokok untuk dipakai dalam menghadapi segala aspek
kehidupan dengan segala permasalahannya untuk dipecahkan, sehingga tercapai suatu tujuan.

Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis,hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya
hasil-hasil penelitian manusia,sehingga dalam perkembangannya terdapat suatu kemungkinan
yang sangat besar ditemukannnya kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada,dan
jikalau demikian maka ilmuan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta asumsi-asumsi
teoritis sehingga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan kembali mengkasi
paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan kata lain ilmu pengetahuan harus
mengkaji dasar ontologis dari ilmu itu sendiri.

Misalnya dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil
penelitian yang berdasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan
masayarakatberdasar pada sifat-sifat yang parsia,terstruktur,korelatif dan positivistik maka
ternyata hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji satu
aspek saja dari objek ilmu pengetahuan yaitu Manusia.Oleh karena itu,kalangan ilmuan
sosial kembali mengkaji paradigma ilmu tersebut yaitu ‘manusia’.

3
Berdasarkan hakikatnya,manusia dalam kenyataan objektivnya bersifat ganda bahkan
multidimensiona.Atas kajian paradigma ilmu tersebut kemudian dikembangkan metode
baru,yaitu berdasarkan hakikat dan sifat paradigma manusia,yaitu metode Kualitatif

B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA


Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan
nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional. Hal
ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah Dasar Negara Indonesia,
sedangkan Negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak
berlebihan apabila Pancasila menjadi landasan atau tolak ukur penyelenggaraan bernegara
termasuk dalam melaksanakan Pembangunan. Sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan,
kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah / tujuan bagi yang menyandangnya. Yang
menyandangnya yaitu :
a) Bidang Politik;
b) Bidang Ekonomi;
c) Bidang Sosial dan Budaya;
d) Bidang Hukum;
e) Bidang Kehidupan antar Umat Beragama.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia
menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis
tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
 susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
 sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
 kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat dan
martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.
Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam
pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

4
C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukannya pakar-pakar ekonomi
yang mendasarkan pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan
ketuhanan.Sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas,dan
akhirnya kubu yang kuatlah yang akan menang.

Hal ini terjadi sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18
yang menumbuhkan paham ekonomi kapitalis.Atas dasar objektif inilah maka eropa pada awal
abad-19 memunculkan pemikiran-pemikiran yang lain sebagai reaksi atas perkembangan
ekonomi kapitalis tersebut yaitu Sosialisme komunisme yang isinya adalah memperjuangkan
nasib kaum proletar yang ditindas oleh kaum kapitali.Oleh karena itu kiranya sangat penting
bahkan dapat dikatakan mendesak untuk segera dikembangkannya sistem ekonomi yang
berdasarkan pada moralitas humanistik atau ekonomi yang ‘berperi-kemanusiaan’.

Atas dasar itu maka Mubyarto kemudian mengembangkan ekonomi kerakyatan,yaitu


ekonomi yang bersifat humanistik yang berdasarkan pada tujuan mensejahterakan rakyat secara
luas.Perkembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja,melainkan demi
kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh bangsa.Maka dengan ini sistem ekonomi indonesia
mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.

Perkembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan


(Mubyarto,1999) hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu sendirialah untuk
memenuhi kebutuhan manusia,agar manusia menjadi lebih sejahtera.Oleh karena itu ekonomi
harus mendasarkan pada kemanusiaan,yaitu demi kesejahteraan manusia sehingga kita harus
menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada persaingan
bebas,monopolistik dan lain-lain yang akan menimbulkan penderitaan-penderitaaan,penindasan
pada manusia.
Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus,
sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I
Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila). Hal ini untuk menghindari adanya persaingan
bebas. Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi menyejahterakan rakyat luas.
Sistem ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan , tetapi demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh
karena itu, kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas dan monopoli yang berakibat pada
penderitaan manusia dan penindasan atas manusia satu dengan lainnya. Negara kita
melangsungkan ekonomi berasas kekeluargaan.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila. Sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia. Dengan demikian menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem
Ekonomi Pancasila.

5
Mubyarko telah mengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang humanistis
yang mendasarkan kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan demi kesejahteraan atas kekeluargaan
seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi mendasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu
adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu
harus didasarkan pada kemanusiaan yaitu demi mensejahterakan manusia, ekonomi untuk
kesejahteraan menusia sehingga kita harus kenghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang
hanya mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainya yang menimbulkan perderitaan
pada manusia.

Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesar-besar


kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional yang
lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru yang
telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.
Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program konkret pemerintah
daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan
pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu
memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan,
dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis
berperan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau
meningkatkan kepastian hukum.
Selain itu, sistem hubungan kelembagaan demokratis harus kita perbaiki supaya tidak ada
peluang bagi tumbuh kembangnya kolusi antara penguasa politik dengan pengusaha, bahkan
antara birokrat dengan pengusaha. Bangsa sebagai unsur pokok serta subjek dalam negara yang
merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia individu makhluk sosial adalah sebagai satu keluarga
bangsa. Oleh karena itu perubahan dan pengembangan ekonomi harus diletakkan pada
peningkatan harkat martabat serta kesejahteraan seluruh bangsa sebagai satu keluarga.
Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Oleh karena
itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi yang
bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila
adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga
tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan ekonomi harus mampu
menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang
hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem
Ekonomi Pancasila.

6
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar
kemakmuran/kesejahteraan rakyat—yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru
yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Ekonomi Kerakyatan
akan mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi
daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan
daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat
dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi
Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan pematuhan
peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum.

D. SISTEM EKONOMI PANCASILA

Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) adalah sistem ekonomi yang berasaskan nilai dan moral
pancasila. Sistem ekonomi ini menjadi identitas perekonomian Indonesia. Sebutan lain dari sistem
ekonomi pancasila adalah sistem demokrasi ekonomi. Di sini istilah demokrasi ekonomi dan
ekonomi pancasila akan digunakan bergantian. Keduanya dimaknai dalam arti yang mirip satu
sama lain. Dalam ekonomi pancasila terkandung undur demokrasi, maka bisa disebut juga
demokrasi ekonomi

Sebagaimana teori ekonomi Neoklasik yang dibangun atas dasar faham liberal
dengan mengedepankan nilai individualisme dan kebebasan pasar (Mubyarto, 2002: 68), SEP juga
dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, yang bisa berasal dari nlai-
nilai agama, kebudayaan, adat-istiadat, atau norma-norma, yang membentuk perilaku ekonomi
masyarakat Indonesia. Suatu perumusan lain mengatakan bahwa : “ Dalam Demokrasi Ekonomi
yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:
 Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa
lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan
structural ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.
 Sistem etatisme dalam arti bahwa negara berserta aparatus ekonomi negara bersifat
dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor
negara.
 Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan cita-cita keadilan
sosial.” (GBHN 1993).
seorang pakar senior mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari sistem ekonomi
Pancasila menurut (Mubyarto, 1981) yaitu :
1. pengembangan koperasi menggunakan insentif sosial dan moral;
2. komitmen pada upaya pemerataan;

7
3. kebijakan ekonomi nasionalis;
4. keseimbangan antara perencanaan terpusat
5. pelaksanan secara terdesentralisasi

E. CIRI-CIRI EKONOMI PANCASILA


1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah. Terdapat
pula pada UUD 1945 pasal 33 Ayat 2. Yang berbunyi "Cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara”. Contoh hajat hidup orang banyak yakni : air, bahan bakar minyak /
BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya;
2. Peran Negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan
peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi. Sehingga
tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi komando.
Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup beriringan, berdampingan secara
damai dan saling mendukung;
3. Masyarakat adalah bagian yang penting dimana kegiatan produksi dilakukan oleh
semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat;
4. Modal ataupun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas
kekeluargaan antar sesama manusia.

F. PERBANDINGAN EKONOMI PANCASILA DENGAN EKONOMI LAINNYA


Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang
hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui
kepemilikan individu.
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa
melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka
pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi
pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi.
Ekonomi Sosial adalah sumber daya ekonomi atau faktor produksi diklaim sebagai milik
Negara. Sistem ekonomi yang seluruh kegiatan ekonominya direncanakan, dilaksanakan, dan
diawasi oleh pemerintah secara terpusat. Sistem ini lebih menekankan pada kebersamaan
masyarakat dalam menjalankan dan memajukan perkonomian. Imbalan yang diterimakan pada
orang perorangan didasarkan pada kebutuhannya, bukan berdasarkan jasa yang dicurahkan
Ekonomi Liberal ialah sebuah sistem dimana adanya kebebasan baik untuk produsen
maupun konsumen untuk berusaha yang didalamnya tidak ada campur tangan pemerintah untuk

8
mempengaruhi mekanisme pasar, jadi semua mekanisme pengatusran harga diserahkan ke pasar
(tergantung mekanisme supply dan demand)

BAB II

PENUTUP

Kesimpulan Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional dalam bidang ekonomi


memberikan prinsip etis sebagai berikut :
a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan pembangunan
ekonomi
b. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan
c. Mengembangkan sistem ekonomi Indonesia yang bercorak kekeluargaan
d. Ekonomi yang nebghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan bebas
e. Ekonomi yang bertujuan demi keadilan dan kesejahteraan bersama
Asal mula Pancasila sebagai dasar filsafat negara dibedakan kedalam tiga bagian yaitu :
1. Causa materialis : Pancasila yang sekarang menjadi ideologi negara bersumber pada
bangsa Indonesia, Artinya, Bangsa Indonesia sebagai Causa Materialis
2. Causa formalis (asal mula bentuk) : Pancasila sebagai ideologi negara merujuk kepada
bagaimana proses Pancasila itu dirumuskan menjadi Pancasila yang terkandung dalam UUD
1945. Artinya pidato Soekarno sebagai Causa formalis.
3. Causa mula Finalis (asal tujuan) : mewujudkan Pancasila sebagai ideologi negara yang
sah adalah para anggota BPUPKI dan panitia sembilan. Para anggota dari badan itulah yang
menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebagai ideologi negara yang sah.
4. Causa Efisien (asal mula karya) : Yang menjadikan Pancasila dari calon ideologi Negara
menjadi ideologi negara yang sah. PPKI melalui sidang BPUPKI menjadi Causa Efesien
pembentuk Pancasila.

9
Referensi :
1. http://www.gudangmateri.com/2010/09/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html
2. http://hisham.id/2016/05/hubungan-formal-dan-material-pembukaan-uud-1945-dengan-
pancasila.html
3. https://bendib.wordpress.com/2011/10/01/jelaskan-arti-kuasa-materialisformalisdan-finalis/
4. http://nasional.kompas.com/read/2011/12/22/02061513/Kembali.ke.Pasal.33.UUD.1945
5. Kaelan. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
6. Azis Wahab, Abdul. dkk. (1996). Pendidikan Pancasila 1. DKI Jakarta : Universitas Terbuka.

10

Anda mungkin juga menyukai