Anda di halaman 1dari 6

INTERFEROMETER MICHELSON

Andi Riska, Eli Melia, Muhammad Yusriadi Dahlan, siti Nurliana Has

Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA


Universitas Negeri Makassar

Abstrak. Eksperimen Interferometer Michelson bertujuan untuk Memahami prinsip kerja/konsep interferometer
Michelson, Mengukur panjang gelombang sumber cahaya yang digunakan dalam percobaan. Interferemoter
Michelson bekerja berdasarkan prinsip intreferensi/superposisi. Interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan
panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jenis interferensi
bergantung pada jarak pergerakan cermin. Pada eksperimen dilakukan kegiatan untuk mengamati perubahan pola
dan jumlah frinji , sehingga dapat diketahui panjang gelombang dari perubahan pola frinji tersebut. Karena
diketahui bahwa panjang gelombang laser HeNe yaitu 632,8 nm, Panjang gelombang yang diperoleh pada
eksperimen ini bervariasi berdasarkan pergerakan cermin sejauh dm, dan diperoleh panjang gelombang yang
paling mendekati panjang gelombang HeNe yaitu 650 nm dengan presentase kesalahan yaitu 0,08%.

KATA KUNCI: frinji, Interferensi, Interfrometer Michelson, panjang gelombang,

PENDAHULUAN Interferometer Michelson paling umum


digunakan dalam mengukur pola interferensi
Interferometer adalah alat yang untuk bidang optik yang ditemukan oleh Albert
dipergunakan untuk mengetahui pola-pola Abraham Michelson. Sebuah pola interferensi
interferensi suatu gelombang. Salah satu jenis dihasilkan dengan membagi seberkas cahaya
interferometer tersebut adalah Interferometer menggunakan sebuah alat yang bernama
Michelson. Percobaan Interferometer pembagi sinar (beam splitter). Interferensi
Michelson pertama kali dilakukan pada akhir terjadi ketika dua buah cahaya yang telah
abad ke-19 oleh Michelson dan Morley untuk dibagi digabungkan kembali. Dalam satu versi
membuktikan keberadaan eter yang saat itu percobaan Michelson-Morley, interferometer
diduga sebagai medium perambatan menggunakan cahaya bintang sebagai sumber
gelombang cahaya. Dari eksperimen yang cahaya. Cahaya bintang adalah cahaya yang
didasarkan pada prinsip resultan kecepatan memiliki koherensi temporal, namun titik
cahaya tersebut didapati bahwa keberadaan sumber cahaya itu memiliki koherensi spasial
eter ternyata tidak ada. dan akan menghasilkan sebuah pola
Dalam perkembangan selanjutnya, interferensi. Interferensi ialah penggabungan
Interferometer Michelson tidak hanya dapat secara superposisi dua gelombang atau lebih
digunakan untuk membuktikan ada tidaknya yang bertemu pada satu titik ruang. Fenomena
eter, akan tetapi dapat pula digunakan dalam interferensi selalu berkaitan dengan teori
penentuan sifat-sifat gelombang lebih lanjut, gelombang cahaya.
misalnya dalam penentuan panjang gelombang Adapun tujuan dalam eksperimen ini
cahaya tertentu, pola penguatan interferensi yaitu Memahami prinsip kerja/konsep
yang terjadi, dan sebagainya. interferometer Michelson, Mengukur panjang
Fenomena interferensi selalu berkaitan gelombang sumber cahaya yang digunakan
dengan teori gelombang cahaya. Pada dalam percobaan. Agar tujuan dari eksperimen
hakekatnya cahaya mempunyai besaran ini terpenuhi maka dilakukan kegiatan yang
amplitudo, panjang gelombang, fase serta menggunakan interferometer michelson untuk
kecepatan. Apabila cahaya melewati suatu mengamati perubahan pola dan jumlah frinji ,
medium maka kecepatannya akan mengalami sehingga dari peubahan pola frinji tersebut
perubahan. Jika perubahan tersebut diukur, dapat dihitung nilai panjang gelombang laser
maka dapat di peroleh informasi tentang aligment bench berdasarkan perubahan beda
keadaan objek/medium yang bersangkutan lintasan optik (dm) yang dapat dilihat dari
misal indeks bias, tebal medium dari bahan penunjukan mikrometer yang telah diputar.
yang dilewatinya dan panjang gelombang Kemudian membandingkan nilai panjang
sumbernya. gelombang yang diperoleh berdasarkan data
yang diperoleh menggunakan intreferometer
dengan panjang gelombang leser HeNe yang gejala interferensi. Prinsip interferensi adalah
telah diketahui sebesar 632,8 nm. kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan
membentuk suatu frinji.[1]
Interferensi dan difraksi merupakan
TEORI fenomena penting yang membedakan
gelombang dari partikel. Interferensi ialah
Pada abad XIX, para fisikawan penggabungan secara superposisi dua
berpendapat bahwa gelombang gelombang atau lebih yang bertemu dalam satu
elektromagnetik memerlukan medium agar titik di ruang. Sedangkan difraksi adalah
bisa merambat. Fisikawan menyusulkan pembelokan gelombang di sekitar sudut yang
adanya suatu medium yang dinamakan eter. terjadi apabila sebagian muka gelombang
Eter diasumsikan ada dimana-mana , termasuk dipotong oleh halangan atau rintangan. [3]
diruang hampa, dan gelombang cahaya yang Apabila dua gelombang yang
dipandang sebagai osilasi eter. Banyaknya berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama
usaha untuk membuktikan apakah eter itu ada tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang
atau tidak, dengan berbagai teori seperti yang dihasilkan merupakan gelombang yang
konsep kerangka absolut tetapi teori ini juga amplitudonya tergantung pada perbedaan
gagal membuktikan keberadaan eter. Oleh fasenya. Jika perbedaan fasenya 0 atau
sebab itu, upaya pembuktian akan adanya eter bilangan bulat kelipatan 360°, maka
terus dilakukan. Salah satu percobaan gelombang akan sefase dan berinterferensi
pengujian eter yang sangat populer adalah secara saling menguatkan (interferensi
percobaan Michelson-Morley. Percobaan konstruktif). Sedangkan amplitudonya sama
Michelson-Morley menggunakan suatu alat dengan penjumlahan amplitudo masing-masing
yang bernama interferometer. Alat ini cukup gelombang. Jika perbedaan fasenya 180° atau
sensitif untuk mendeteksi adanya pergerakan bilangan ganjil kali 180°, maka gelombang
eter yang telah dikembangkan oleh Michelson yang dihasilkan akan berbeda fase dan
pada tahun 1881, dan disempurnakan kembali berinterferensi secara saling melemahkan
oleh Michelson-Morley pada tahun1887. Dan (interferensi destruktif). Amplitudo yang
hasil penunjukan mereka menunjukkan bahwa dihasilkan merupakan perbedaan amplitudo
adanya gerakan eter yang menuju eter yang masing-masing gelombang. [3]
terdeteksi. Dengan kata lain eter tidak ada. [2]
Interferometer Michelson salah satu
eksperimen kunci yang menyokong teori
relativitas. Interferometer Michelson telah
digunakan untuk melakakukan pengukuran
yang teliti dari jarak-jarak yang sangat kecil,
sepert perubahan ketebalan yang sangat kecil
dari sebuah aksn (axon) bila sebuah impuls
saraf merambat sepanjang saraf itu. Seperti
halnya eksperimen dua-celah Young,
Interferometer Michelson mengambil cahaya
monokromatik dari sebuah sumber tunggal dan
membaginya kedalam dua gelombang yang
mengikuti lintasan-lintasan yang
GAMBAR 1. Skematik interferometer
berbeda.dalam eksperimen Young, dilakukan
Michelson
dengan mengirimkan sebagian cahaya itu
Dari gambar di atas seberkas cahaya
melalui satu celah dan sebagian melalui celah
laser menumbuk beam splitter. Beam splitter
yang lain. Dalam sebuah Interferometer
ini berfungsi memecah berkas sehingga 50%
Michelson digunakanan sebuah alat yang
cahaya yang jatuh padanya dipantulkan dan
dinamakan pembelah sinar. Interferensi terjadi
50% sisanya diteruskan. Berkas cahaya pantul
dalam kedua eksprimen tersebut bila kedua
bergerak menuju M2 dan berkas cahaya yang
gelombang cahaya itu digabungkan
diteruskan bergerak menuju M1. Kedua cermin
kembali.[5]
M1 dan M2 kemudian memantulkan kembali
Interferometer Michelson merupakan
berkas-berkas cahaya tersebut kembali ke
seperangkat peralatan yang memanfaatkan
beam splitter. Setengah dari masing-masing dan mencatat pula jumlah transmisi frinji N.
berkas cahaya pantul dari M1 dan M2 kemudian Selanjutnya memutar tombol mikrometer
di teruskan ke viewing screen, dan teramati seperti yang telah dilakukan diatas untuk
pola lingkaran gelap-terang-gelap-terang memperoleh nilai dm dan mengulangi langkah
konsentris. Oleh karena berkas cahaya ini minimal 5 kali. Kemudian mencatat data
interferensi bersumber dari berkas yang sama, hasil pengamatan kedalam tabel. Dan yang
maka berkas-berkas ini akan memiliki fase terakhir mengitung dan merata-ratakan nilai
yang sama. Perbedaan fase relatif pada saat panjang gelombang yang diperoleh.
bertemu bergantung pada panjang lintasan
optiknya. Panjang lintasan optik berkas cahaya
pantul dapat diubah dengan menggerakkan M1. HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISA
Karena berkas cahaya bergerak dua kali antara DATA
M1 dengan beam splitter maka menggerakkan
M1 sejauh ¼  menuju beam splitter akan Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh
mengurangi lintasan optik sebesar ½ . Pada data sebagai berikut:
0,25
kondisi ini, pola interferensi akan berubah, Nst mikrometer: 25 = 0,01 mm
jari-jari maksimum berkurang dan akan
menempati posisi minima sebelumnya.[4] TABEL 1. Hubungan antara Jumlah Frinji (N)
Dengan menggerakkan cermin perlahan- dengan Pergeseran Cermin (dm)
lahan sejauh dm, dan menghitung N, yaitu No N dm (x 10-6) m
banyaknya pola interferensi yang kembali ke
kondisi awal, maka panjang gelombang cahaya 1 20 7,5
dapat dihitung dengan persamaan berikut. 2 40 14
2 dm 3 60 20
 (1) 4 80 26
N
5 100 32
6 120 38,5
METODOLOGI EKSPERIMEN 7 140 45,5
8 160 51,5
Pada eksperimen Interferometer
Michelson dilakukan dengan menggunakan 9 180 58
serangkaian alat yang terdiri dari perangkat 10 200 65
alat interferometer, sumber sinar laser dan laser
aligment bench, yang disusun seperti pada Analisis Data
GAMBAR 1. Menghitung panjang gelombang menggunakan
Sebelum melakukan percobaan ini persamaan:
terlebih dahulu kita mengatur posisi laser dan
interferometer untuk modus Michelson. 2dm
Setelah itu mengatur tombol mikrometer pada λ=
N
penunjukan menengah (misalnya pada 50 µm),
kemudian mengatur mikrometer satu putaran Dimana: λ : Panjang gelombang (nm)
berlawanan arah jarum jam sampai titik nol dm : Beda Lintasan Optik (m)
pada mikrometer sejajar dengan tanda indeks, N : Jumlah Frinji
dan mencatat penunjukan mikrometer pada
posisi itu.selanjutnya mengatur posisi viewing Dengan Ketidakpastian panjang gelombang
screen sehingga salah satu tanda pada skala (λ).
milimeter segaris dengan frinji pada pola λ = 2dm N−1
interferensi. Memutar rombol mikrometer 𝜕λ
searah jarum jam, kemudian menghitung ∆λ = ∆𝑑𝑚
𝜕𝑑𝑚
jumlah frinji yang melewati tanda intreferensi 𝜕(2dm N−1 )
yang telah dibuat (minimal 20 frinji). ∆λ = ∆𝑑𝑚
𝜕𝑑𝑚
Selanjutnya mencatat dm . tapi ingat bahwa
setiap devisi kecil pada mikrometer sebanding ∆λ = 2N −1 ∆dm
dengan 10-6 meter pada jarak gerakan cermin,
∆λ 2N−1 ∆dm 2dm 10
= λ10 = = 600 nm
λ 2dm N−1 N
∆dm
∆λ = λ
dm
∆λ Menghitung rata-rata Panjang Gelombang (λ)
KR = × 100% λ 6400
λ λ= = = 640 nm
DK = 100% − KR 10 10
PF = λ ± ∆λ nm
Menghitung Ketidakpastian Panjang Gelombang λ
Nts mikrometer = 0,01 mm
Menghitung Beda Lintasan Optik (dm)
1
dm 1 = 7,50 × 10−6 m ∆𝑑𝑚 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
2
dm 2 = d2 − d1 1
= 14,00 − 7,50 × 10−6 m ∆𝑑𝑚 = 𝑥 0,01
2
= 6,50 × 10−6 m ∆𝑑𝑚 = 0,005 𝑚𝑚
dm 3 = 6,00 × 10−6 m ∆𝑑𝑚 = 0,005 𝑥 10−6 𝑚
dm 4 = 6,00 × 10−6 m
dm 5 = 6,00 × 10−6 m
dm 6 = 6,50 × 10−6 m  Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ1 )
dm 7 = 7,00 × 10−6 m
∆dm
dm 8 = 6,00 × 10−6 m ∆λ1 = λ
dm 1
dm 9 = 6,50 × 10−6 m 0,005 × 10−6 m
dm 10 = 7,00 × 10−6 m ∆λ1 = 700 nm
7,50 × 10−6 m
∆λ1 = 0,5 nm
Menghitung Panjang Gelombang (λ) 0,5 nm
2dm 1 2 × 7,50 × 10−6 m KR = 750 nm × 100% = 0,07% (4AP)
λ1 = = DK = 100% − 0,07%
N 20
= 750 nm DK = 99,93%
2dm 2 λ = 750,0 ± 0,5 nm
λ2 = = 650 nm
N
 Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ2 )
2dm 3
λ3 = = 600 nm ∆λ2 = 0,5 nm
N
KR = 0,08% (4AP)
2dm 4 DK = 99,92%
λ4 = = 600 nm λ = 650,0 ± 0,5 nm
N
2dm 5  Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ3 )
λ5 = = 600 nm
N
∆λ3 = 0,5 nm
2dm 6 KR = 0,08% (4AP)
λ6 = = 650 nm DK = 99,92%
N
λ = 600,0 ± 0,5 nm
2dm 7
λ7 = = 700 nm  Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ4 )
N
2dm 8 ∆λ4 = 0,5 nm
λ8 = = 600 nm KR = 0,08% (4AP)
N
DK = 99,92%
2dm 9 λ = 600,0 ± 0,5 nm
λ9 = = 650 nm
N
 Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ5 )

∆λ5 = 0,5 nm
KR = 0,08%(4AP) tersebut. Setelah berkas cahaya monokromatik
DK = 99,92% tersebut disatukan maka akan didapat pola
λ = 600,0 ± 0,5 nm interferensi pada layar (viewing screen) akibat
penggabungan dua gelombang cahaya tersebut.
 Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ6 ) Pola interferensi itu terjadi karena adanya
perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua
∆λ6 = 0,5 nm berkas gelombang cahaya yang telah disatukan
KR = 0,08% (4AP) tersebut. Jenis interferensi bergantung pada
DK = 100% − 0,08% jarak pergerakan cermin.
DK = 99,92% Dengan menggunakan interferometer
λ = 650,0 ± 0,5 nm michelson untuk mengamati perubahan pola
dan jumlah frinji , sehingga dari peubahan pola
 Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ7 ) frinji tersebut dapat dihitung nilai panjang
gelombang laser HeNe berdasarkan perubahan
∆λ7 = 0,5 nm beda lintasan optik (dm) yang dapat dilihat dari
KR = 0,07% (4AP) penunjukan mikrometer yang telah diputar.
DK = 99,93% Kemudian membandingkan nilai panjang
λ = 700,0 ± 0,5 nm gelombang yang diperoleh berdasarkan data
yang diperoleh menggunakan intreferometer
 Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ8 ) dengan panjang gelombang leser HeNe yang
telah diketahui sebesar 632,8 nm. Berdasarkan
∆λ8 = 0,5 nm Panjang gelombang yang diperoleh pada
KR = 0,08% (4AP) eksperimen ini bervariasi berdasarkan
DK = 99,92% pergerakan cermin sejauh dm, dan diperoleh
λ = 600,0 ± 0,5 nm panjang gelombang yang paling mendekati
panjang gelombang HeNe yaitu 650 nm
 Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ9 ) dengan presentase kesalahan yaitu 0,08%.
Dengan persentasse yang demikian kecil
∆λ9 = 0,5 nm tersebut dapat dikatakan bahwa hasil
KR = 0,08% (4AP) eksperimen yang diperoleh mendekati teori.
DK = 99,92%
λ = 650,0 ± 0,5 nm
SIMPULAN
 Ketidakpastian Panjang Gelombang (λ10 )
Berdasarkan tujuan dan hasil eksperimen
∆λ10 = 0,5 nm
yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa
KR = 0,07%(4AP)
prinsip kerja intreferometer Michelson
DK = 99,93%
berdasarkan prinsip interferensi (superposisi)
λ = 700,0 ± 0,5 nm yaitu perpaduan 2 atau lebih gelombang
menjadi gelombang baru. dan besar panjang
Ekperimen ini memiliki 2 tujuan yaitu gelombang laser HeNe yang telah diketahui
Memahami prinsip kerja/konsep interferometer
berdasarkan eksperimen sebelumnya yaitu
Michelson, Mengukur panjang gelombang
632,8 nm , sedangkan berdasarkan
sumber cahaya yang digunakan dalam eksperimen ini didapatkan 10 panjang
percobaan. Prinsip kerja dari eksperimen
gelombang dengan panjang gelombang yang
interferometer Michelson yang telah dilakukan
paling mendekati panjang gelombang
yaitu menggunakan prinsip interferensi dimana sebenarnya yaitu 650 nm. Dengan presentase
seberkas cahaya monokromatik yang kesalahan yaitu 0,08%.
dipisahkan di suatu titik (beam splitter)
sehingga masing-masing berkas dibuat
melewati dua panjang lintasan yang berbeda
REFERENSI
yang dapat diatur melalui skrup mikrometer,
dan kemudian disatukan kembali melalui
[1] Halliday, D. dan Resnick, R. 1993. Fisika
pantulan dari dua cermin yang letaknya saling Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
tegak lurus dengan titik pembagi berkas
[2]Malago, Jasruddin Daud. 2005. Pengantar
Fisiska Modern. Makassar: Badan Penerbit
UNM.

[3] Tipler, P. A. 1991.Fisika Untuk Sains


dan Tehnik Jilid 2 (alih bahasa
Dr.Bambang Soegijono). Jakarta: Penerbit
Erlangga.

[4]Subaer, dkk. 2014. Penuntun Praktikum


Eksperimen Fisika I Unit Laboratorium Fisika
Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM.

[5] Young, & Freedman. 2003. Fisika


Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai