Anda di halaman 1dari 2

27

BAB IV

ANALISA KASUS

Dari anamnesis didapatkan Tn. I, 31 tahun datang keluhan luka terbuka di


tungkai kanan. Riwayat perjalan penyakit: ± 7 jam SMRS pasien pergi ke proyek
pembangunan jalan tol (Waskita) di daerah Kayu Agung. Pasien datang ke tempat
tersebut bermaksud untuk mencuri besi-besi untuk membangun jalan tol tersebut
untuk di jual. Akan tetapi aksi pasien ketahuan oleh polisi yang sedang bertugas
menjaga tempat tersebut. Kemudian pasien lari dan pasien di tembak oleh polisi
tersebut di daerah kaki sebelah kanan. Karena takut tertangkap polisi pasien
kemudian melompati dinding dengan ketinggiam 2 meter. Terdapat satu luka
terbuka dan perdarahan pada tungkai kanan bawahnya yang disertai nyeri hebat di
tungkai kanan bawahnya serta terlihat patahan tulang pada luka terbuka tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami fraktur. Hal tersebut sesuai dengan
teori bahwa Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya
tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa. Manifestasi
klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstermitas,
krepitasi, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.

Pada pemeriksaan fisik di status lokalis pada regio cruris dextra didapatkan hasil:

 Look
- Tampak deformitas, tampak tulang
- Tampak luka terbuka dengan ukuran 12x5 cm
- Tampak oedem di tungkai bawah kanan disertai hemotom di sekitar luka.
 Feel
- Teraba hangat (+), nyeri tekan (+), CRT <2”, pulsasi a.dorsalis pedis ++
 Move
- ROM terbatas
Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan pasien mengalami
fraktur terbuka. Hal ini sesuai dengan teori dimana fraktur terbuka merupakan

27
28

fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan hasil fraktur communitif di
1/3 distal os tibia fibula dextra. Trauma yang terjadi langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan tersebut, umunya bersifat komunitif dan
jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

Pada pasien diberikan tatalaksana berupa IVFD RL gtt 20x/m, inj.

Ceftriaxone 2x1 gr, inj. Ketorolac 3x1 amp, inj.tetagam 1xorder. Hal tersebut

sesuai dengan teori dimana pada fraktur terbuka derajat IIIB harus diberikan

antibiotik 24 jam setelah terjadinya trauma, selain itu harus diberikan anti tetanus

untuk menghindari kontaminasi dari luka yang kotor. Analgetik diberikan untuk

mengurangi rasa nyeri. Pada pasien dilakukan operasi OREF. Hal tersebut juga

sesuai dengan teori, indikasi dilakukan OREF pada fraktur tibia yaitu: fraktur tibia

terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan jaringan yang hebat

atau hilangnya fragmen tulang.

Anda mungkin juga menyukai