Dalam pandanganku (dan ternyata pendapat Suze Marie juga sama, secara kami
berdua memang terobsesi ingin menjadi artis), menerjemahkan sama dengan
berakting. Misalnya, waktu aku menerjemahkan The Kite Runner, suasana hatiku juga
harus menjadi kacau balau, mengikuti keabu-abuan si Amir, naratornya. Lain halnya
waktu menerjemahkan Middlesex, aku tidak perlu berbuat banyak untuk menghayati
peran karena sifat si Cal mirip denganku (hush, bukan hermaphrodite-nya, tetapi
sarkasme dan kesukaannya berbicara sompral). Maka, begitulah, kita harus betul-
betul memahami esensi buku yang kita terjemahkan sebelum bisa menerjemahkannya
dengan baik.
Aku sering mendengar orang bilang, “Ah, pengin juga deh jadi penerjemah, tapi aku
kan bukan lulusan Sastra.” Lhoo, siapa bilang yang bisa menjadi penerjemah hanya
lulusan Sastra? Nggak kok, coba lihat si astronom murtad ini (tapi namanya Umay,
bukan Brian May), atau Mbak Femmy. Yah, cuma sedikit kok, penerjemah yang
kukenal yang lulusan Fakultas Sastra. Kebetulan aku satu di antaranya.
Keuntungannya hanyalah aku pernah mengikuti mata kuliah Translation sepanjang
enam semester (hanya satu yang dapat A, satu dapat C, lainnya B), meskipun
sebenarnya yang lebih berguna lagi dalam urusan menerjemahkan adalah mata kuliah
Syntaxes—soalnya dalam mata kuliah ini aku mengetahui tentang cara membedah
kalimat berdasarkan strukturnya.
Believe it or not, prospeknya sangat cerah. Dalam industri buku saja, penerjemah
yang bagus masih sangat dibutuhkan. Selama dua tahun aku menjadi editor,
penerjemah yang dapat dipercaya buat flying solo masih bisa dihitung dengan jari
(dari satu tangan, pula). Maka, nggak heran kalau penerjemah yang bagus selalu
menjadi buruan banyak penerbit. Soal penghasilan? Wah, di atas lumayan, dong.
Sebagai gambaran, tarif untuk penerjemah pemula biasanya adalah Rp.10.000,-
/halaman terjemahan (spasi ganda, font 12 pt.). Untuk novel, biasanya jumlah
halamannya minimal 200. Jadi, yah, hitung saja sendiri berapa pendapatan seorang
penerjemah. Buat yang sudah senior, tentunya tarif itu akan terus naik. Apalagi kalau
penerjemah itu sudah tidak membutuhkan editor (alias hasil terjemahannya sudah
bersih tanpa perlu diedit), tarifnya tentu lebih mahal lagi.