Anda di halaman 1dari 30

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pembelajaran

Pengertian pembelajaran menurut Kunandar (2009:287) adalah proses

interaksi antara peserta didik dan lingkunganya sehingga terjadi perubahan

perilaku kearah yang lebih baik. Tugas guru yang paling utama dalam

pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan perilaku bagi peserta didik. Sedangkan Miarso (2004:528)

mengatakaan bahwa pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan

sengaja agar seseorang membentuk dirinya secara positif dalam kondisi tertentu.

Jadi pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru agar terjadi

proses belajar pada diri siswa.

Menurut Gagne (dalam Triyanto 2007:12), “terjadinya proses pada diri

siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal.

Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar

terdahulu. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata

dalam suatu pembelajaran”. Kombinasi yang baik antara kondisi internal dengan

kondisi eksternal akan menghasilkan pembelajaran yang baik. Guru harus

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran.

“Guru memiliki peran sebagai fasilitator, yakni dapat mengantarkan

pembelajaran yang lebih bermakna. Mengajar, seorang guru harus kreatif untuk

menemukan kiat-kiat jitu agar kelas menjadi hidup dan siswa tidak jenuh”.

9
10

(Susanto, 2009:21). Keberhasilan guru memerankan fungsinya sebagai fasilitator

akan menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru harus menggunakan

kemampuannya secara kreatif untuk meramu pembelajaran agar menjadi efektif

dan bermakna.

“Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran tersebut mampu

memberikan atau menambah informasi dan pengetahuan baru bagi siswa.

Sedangkan pembelajaran efisien adalah pembelajaran yang menyenangkan

menggairahkan dan mampu memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar”.

(Muchith, 2008:6).

2.2 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan

2.2.1 Pengertian Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain

yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan

pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Tenaga pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan

mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

(Jalaluddin & Idi, 2002: 122). termasuk tenaga pendidik , yaitu :

a. Guru : Orang yang mendidik dilingkungan sekolah formal.


b. Dosen : Orang yang mendidik dilingkungan perguruan tinggi.
c. Konselor : Orang yang mempunyai keahlian dalam melakukak
konseling (bimbingan konseling).
d. Guru pamong : Pembimbing belajar mandiri siswa, yaitu masyarakat
yang peduli akan pendidikan.
11

e. Widyaiswara : PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh


pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang
untuk mendidik, mengajar, dan melatih pegawai negeri sipil pada
lembaga pendidikan dan pelatihan pemerintah.
f. Tutor : Orang yang mendidik pada lembaga-lembaga nonformal.
g. Instruktur : Orang yang melatih pada pelatihan-pelatihan, senam,
beladiri.
h. Fasilitator : sekelompok orang yang membantu sekelompok orang
memahami tujuan bersama mereka dan membantu membuat rencana
guna mencapai tujuan.

Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri

dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. (UU No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Tenaga kependidikan adalah Kepala

Sekolah, Rektor, Ketua Yayasan Pendidikan, Menteri Pendidikan, Tata Usaha,

Kepustakaan, bahkan Petugas keamanan, Tukang Taman/Kebun.

Lembanga pendidikan secara umum adalah mengkoordinasi, melaksanakan,

mementau dan menilai penjaminan mutu. Jadi lembaga pendidikan adalah badan

usaha pelaksanaan yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaran

pendidikan terhadap anak didik.

Jadi yang dimaksud Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)

adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh Pemerintah untuk

menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk

menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan non

kependidikan.
12

2.3 Praktik Pengalaman Lapangan

2.3.1 Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan

Menurut Komaruddin (2006: 200) “Praktik merupakan cara melaksanakan

dalam keadaan nyata apa yang dikemukakan dalam teori”. Dari definisi tersebut

dapat dilihat bahwa praktik merupakan suatu pelaksanaan dari teori dalam

keadaan nyata. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dilaksanakan oleh

mahasiswa yang mencakup, baik latihan mengajar maupun tugas-tugas

kependidikan di luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi

persyaratan pembentukan profesi kependidikan. Pengalaman lapangan

beroreintasi pada:

a. Berorientasi pada kompetisi;

b. Terarah pada pembentukan kemampuan-kemampuan profesional siswa

calon guru atau tenaga kependidikan lainnya;

c. Dilaksanakan, dikelola dan ditata secara terbimbing dan terpadu.

(Hamalik, 2009: 171).

PPL adalah serangkaian kegiatan yang diprogramkan bagi mahasiswa

LPTK, yang meliputi baik latihan mengajar maupun latihan di luar mengajar.

Kegiatan ini merupakan ajang untuk membentuk dan membina kompetensi-

kompetensi profesional yang disyaratkan oleh pekerjaan guru atau lembaga

kependidikan lainnya. Sasaran yang ingin dicapai adalah kepribadian calon

pendidik yang memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap,

serta pola tingkah laku yang diperlukan bagi profesinya serta cakap dan tepat
13

menggunakannya di dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, baik di

sekolah maupun di luar sekolah. (Hamalik, 2009: 171-172).

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa (PPL) adalah serangkaian kegiatan

yang diprogramkan bagi mahasiswa LPTK, yang meliputi baik latihan mengajar

di dalam kelas (yang bersifat akademik) maupun latihan mengajar di luar kelas

(yang bersifat non akademik). Kegiatan ini merupakan ajang untuk membentuk

dan membina kompetensi-kompetensi profesional yang diisyaratkan oleh

pekerjaan guru atau tenaga kependidikan yang lain. Persepsi mahasiwa terhadap

PPL adalah dengan PPL dapat memberikan pengalaman bagi mahasiswa baik

dalam bidang pembelajaran dan manajerial di sekolah maupun lembaga dalam

rangka melatih dan mengembangkan kompetensi menjadi guru salah satunya

dibentuk melalui program PPL.

2.2.2 Macam –Macam Pelaksanaan Kegiatan Lapangan (PPL)

PPL merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa calon

guru di (LPTK), Mata kuliah PPL terbagi menjadi 2 yaitu mata kuliah PPL I

terdiri dari dua yaitu dengan micro teaching dan peerteaching dan PPL II.

a. PPL I

Micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro yang berarti kecil, terbatas,

sempit, dan teaching yang berarti mengajar. Menurut Coover dan Allen (dalam

Hamalik, 2009: 145) menyatakan bahwa:

“Pengajaran mikro (micro teaching) adalah studi tentang suatu situasi

pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa tertentu, yakni
14

empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai

sepuluh orang” (Hamalik, 2009: 145).

Pengajaran mikro merupakan pelatihan tahap awal dalam pembentukan

kompetensi mengajar melalui pengaktualisasian kompetensi dasar mengajar. Pada

dasarnya pengajaran mikro merupakan suatu metode pembelajaran atas dasar

performa yang tekniknya dilakukan dengan cara melatih komponen-komponen

kompetensi dasar mengajar dalam proses pembelajaran sehingga calon guru

benar-benar mampu menguasai setiap komponen satu-persatu atau beberapa

komponen secara terpadu dalam situasi pembelajaran yang disederhanakan.

pembelajaran mikro mencakup kegiatan orientasi, observasi pembelajaran di

sekolah atau di lembaga yang akan dipakai untuk PPL, serta praktik mengajar

dengan model peerteaching. Dalam pengajaran mikro, mahasiswa dapat berlatih

unjuk kompetensi dasar mengajar secara terbatas dan secara terpadu dari beberapa

kompetensi dasar mengajar, dengan kompetensi materi, peserta didik, maupun

waktu yang dipresentasikan dibatasi (dimikrokan).

Tujuan khusus pengajaran mikro adalah setelah calon guru mengalami

latihan ini maka diharapkan:

1. Dapat menganalisis tingkah laku mengajar kawan-kawannya dan diri

sendiri.

2. Dapat melaksanakan keterampilan khusus dalam mengajar.

3. Dapat mempraktekan berbagai teknik mengajar dengan benar dan tepat.

4. Dapat mengwujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, produktif dan

efisien.
15

5. Dapat bersikap profesional keguruan. (Sabrani, 2007:148-149).

b. PPL II

“PPL adalah serangkaian kegiatan yang diprogramkan bagi mahasiswa

LPTK, yang meliputi baik latihan mangajar maupun latihan di luar mengajar”

(Hamalik, 2009:171). Kegiatan ini dilaksanakan setelah mahasiswa telah lulus

menempuh pengajaran mikro (micro teaching). PPL dilaksanakan di sekolah-

sekolah yang telah ditunjuk oleh pihak Universitas sebagai tempat untuk praktik

mengajar. Kegiatan ini merupakan ajang untuk membentuk dan membina

kompetensi-kompetensi profesional yang diisyaratkan oleh pekerjaan guru atau

tenaga kependidikan. Selain itu ditunjukan untuk melatih mahasiswa untuk

menerapkan teori proses belajar mengajar dalam skala kecil, bersifat artificial

sebagai simulasi dari proses mengajar sesungguhnya.

Kegiatan PPL dilakukan untuk dapat memberikan pengalaman belajar bagi

mahasiswa terutama dalam hal pengalaman mengajar, memperluas wawasan,

melatih dan mengembangkan kompetensi yang diperlukan dalam bidangnya,

meningkatkan keterampilan, kemandirian, tanggung jawab, dan kemampuan

dalam memecahkan masalah. Kegiatan ini mempunyai sasaran masyarakat

sekolah, baik dalam kegiatan yang terkait dengan pembelajaran maupun kegiatan

yang mendukung berlangsungnya pembelajaran.


16

2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2.4.1 Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Berdasarkan ( PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 ) dinyatakan bahwa ”Perencanaan

proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode

pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”. Sesuai dengan

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik

dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar

pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP adalah penjabaran silabus yang menggambarkan rencana prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan

dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan

pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.

Sedangkan menurut permendiknas No 41 Tahun 2007:

”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan (RPP) yang


memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), Kompetensi
dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar,dan sumber belajar.”
17

Dapat dijelaskan bahwa RPP yang baik memenuhi beberapa komponen utama

yaitu; tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar. RPP itu sendiri memiliki pengertian rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai

satu kompetensi dasar yang ditentukan dalam standar isi dan dijabarkan dalam

silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencangkup 1 ( satu) kali

pertemuan atau lebih (Depdiknas, 2006).

Menurut Muslich (2007:46) Ada beberapa langkah yang patut diperhatikan

guru dalam penyusunan RPP antara lain;

a. Mengambil satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam


pembelajaran.
b. Menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
unit tersebut.
c. Menentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
d. Menentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator
tersebut.
e. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
f. Menentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
g. Memilih metode pelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan
pembelajaran, dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
h. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2
(dua) jam pelajaran, langkah-langkah pembelajaran sebaiknya dibagi
menjadi lebih dari satu pertemuan bisa didasarkan pada satu tujuan
pembelajaran atau sifat /tipe/jenis materi pelajaran.
i. Menyebutkan atau mencantumkan sumber/media belajar yang digunakan
dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian /unit
pertemuan.
j. Menentukan teknik penilaian,bentuk dan contoh instrumen penilaian yang
akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian
berbetuk tugas- tugas tersebut harus dirumuskan secara jelas dan
bagaimana rambu-rambu penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk
soal, camtumkan soal-soal tersebut dan tentukan rambu-rambu
18

penilaiannya dan/atau kunci jawabannya. Jika penilaiannya berbentuk


proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-masing.

Komponen-komponem RPP berdasarkan permendiknas No 41 Tahun 2007

tentang standar proses meliputi : identitas mata pelajaran, standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi

ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil

belajar, dan sumber belajar.

1. Adapun Identitas mata pelajaran meliputi : satuan pendidikan, kelas,


semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran,
jumlah, pertemuan,
2. Standar kompetensi merupakan standar minimal yang harus dicapai oleh
peserta didik,
3. Kompetensi dasar merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh
peserta didik dalam suatu mata pelajaran,
4. Indikator pencapaian kompetensi merupakan ukuran dalam pencapaian
hasil pembelajaran yang meliputi kata kerja oprasional yang mengukur
ketrampilan, sikap, dan kemampuan peserta didik,
5. Tujuan pembelajaran merupakan gambaran hasil belajar sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensi,
6. Materi ajar meliputi fakta, konsep, prisip dan prosedur yang relevan
dengan indikator pencapaian kompetensi ,
7. Alokasi waktu sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dan beban
belajar,
8. Metode pembelajaran suatu proses pembelajaran yang sesuai dengan
dengan kondisi peserta didik, situasi, dan karakteristik dari indikator dan
kompetensi yang hendak di capai pada setiap mata pelajaran,
9. Kegiatan pembelajaran meliputi pendahuluan,inti, dan penutup,
10. Penilaian hasil belajar disuaikan dengan indikator pencapian kompetensi
dan mengacu pada standar penilaian dan
11. Sumber belajar disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
19

2.4.2 Kompenen-Kompenen dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

2.4.2.1 Standar Kompetensi

Pengertian Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai ‘’pernyataan

tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai serta tingkat

penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran’’.

Kompetensi dasar merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan

program pembelajaran yang berstuktur. Dalam menentukan standar kompetensi

hendaknya berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan,

adanya keterkaitan antara standar kompetensi dalam mata pelajaran, dan

keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dalam mata pelajaran. (Mulyasa,

2007:203).

Standar kompetensi yang dimaksud adalah standar kompetensi yang telah

ditetapkan Kurikulum maka guru hanya tinggal menyalin dan menganalisis

tentang SK yang diberikan dan dilaksanakan didalam suatu organisasi atau

sekolah yang bersangkutan sesuai dengan kondisi lingkungan masing-masing

sekolah. sebagai landasan penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang telah dicamtum didalam (Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006) tentang

Standar Isi terdapat didalam pasal 8 ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut

ayat 1” kedalam muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dan

kompetensi pada setiap tingkatan semester sesuai dengan standar Nasional

pendidikan”. Sedangkan ayat 2 berbunyi ” kompetensi sebagaimana dimaksud

pada (ayat 1) terdiri atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar”.


20

2.4.2.2 Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari

standar kompetensi. Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan

sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi

pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga

merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi.

Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam silabus sangat penting,

hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target

kompetensi yang harus dicapainya.

Sebuah kompetensi dasar hendaknya berdasarkan hierarki konsep disiplin

ilmu dan tingkat kesulitan materi, keterkaitan antara kompetensi dasar dalam mata

pelajaran, dan keterkaitan kompetensi dasar dengan standar kompetensi.

(Mulyasa, 2007:204).

2.4.2.3 Indikator Pencapaian Belajar

Menurut Mulyasa (2007:209) penjabaran dari kompetensi dasar yang

menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan

oleh peserta didik. Indikator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik

satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik juga dirumuskan dalam rapat

kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan

sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian. Sedangkan menurut Majid

(2008:53-55) indikator merupakan kompetensi dasar secara spesipik yang dapat


21

dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator

dirumuskan dengan kata kerja oprasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen

penilaiannya.

Kriteria dalam merumuskan indikator yang baik itu harus memenuhi

beberapa persyaratan antara lain adalah :

1. Dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan mudah dipahami;

2. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar;

3. Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda;

4. Hanya mengandung satu tindakan;

5. Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur.

2.4.2.4 Bahan Ajar

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses

belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan

berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai

bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada siswa (Djamarah dan Zain,

2006:43). Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak

tertulis. Sudirman (dalam Djamarah dan Zain, 2006: 43) juga mengungkapkan bahwa

bahan adalah salah satu sumber belajar bagi siswa. Bahan yang disebut sebagai

sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan

pengajaran.

Bahan pelajaran merupakan bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa

untuk dapat mencapai kompetensi dasar yang telah dirumuskan. Oleh sebab itu,
22

bahan pelajaran terlebih dahulu harus dapat menarik perhatian siswa untuk

membacanya. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (dalam Djamarah dan Zain

2006:44) bahwa minat siswa akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai

dengan kebutuhan siswa. Karena itu, lebih baik menyampaikan bahan sesuai

dengan perkembangan bahasa siswa Dari pada menuruti kehendak pribadi. Ini

perlu mendapat perhatian yang serius, agar siswa tidak dirugikan oleh sikap dan

tindakan guru yang keliru. Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan

komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti

dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada siswa.

Dalam pengembangan bahan ajar, maka bahan ajar harus memiliki beberapa

kriteria sebagai berikut:

a. Bahan ajar harus relevan dengan tujuan pembelajaran;

b. Bahan ajar harus seuai dengan taraf perkembangan anak;

c. Bahan yang baik ialah bahan yang berguna bagi siswa baik sebagai

perkembangan pengetahuannya dan keperluan bagi tugas kelak di

lapangan;

d. Bahan itu harus menarik dan merangsang aktivitas siswa;

e. Bahan itu harus disusun secara sistematis, bertahap, dan berjenjang;

f. Bahan yang disampaikan kepada siswa harus menyeluruh, lengkap dan

utuh.
23

2.4.2.5 Alokasi Waktu

Waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah

ditentukan, bukan lamanya siswa mengerjakan tugas di lapangan atau kehidupan

sehari-hari kelak. Dalam menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu

diperhatikan adalah tingakat kesukaran materi, ruang lingkup atau cangkupan

materi baik untuk belajar maupun dilapangan, serta tingkat pentingnya materi

yang dipelajari.

Menurut Mulyasa (2007:206) alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar

dilakukan dengan memperhatikan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata

pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar,

keluasaan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya.

Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan

memperhatikan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajran

perminggu dengan mempertimbang jumlah kompetensi dasar, keluasan,

kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingannya. Alokasi waktu yang

dicamtumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh

rata-rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.

2.4.2.6 Metode Pembelajaran

Menurut Suryosubroto (2009:140) metode pelajaran adalah cara-cara

pelaksanaan dari pada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu

bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah. Bahwa metode adalah


24

cara, yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan makin tepat

metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Tetapi

khususnya dalam bidang pembelajaran disekolah ada beberapa faktor lain yang

ikut berperan dalam menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain adalah

faktor guru itu sendiri, faktor anak,dan faktor situasi (lingkungan belajar). Cara

Pemilihan Metode Pembelajaran.

1. Tujuan Pembelajaran

Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam

memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran.

Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir

pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat

terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan

pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang

diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran

tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu motede yang harus

digunakan guru. Misalnya, seorang guru fisika menetapkan tujuan pembelajaran

agar siswa dapat Membaca skala pada thermometer. Dalam hal ini metode yang

dapat membantu siswa-siswi mencapai tujuan adalah metode eksperimen bukan

mengunakan metode ceramah. Djamara dan Zain, 2010: 80)

2. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa

Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan

tujuan yang diharapkan. Karena itu metode pembelajaran harus dapat mendorong

aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik
25

saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental.

Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun metode

pembelajaran yang tepat untuk siswa-siswa. Sangat tergantung juga pada

pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi pengetahuan awal.

Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan, jika

siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka

kemungkinan besar mereka belum dapat menpergunakan metode yang bersifat

belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah, demonstrasi,

penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum, bermain peran dan

lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta maka

guru dapat mempergunakan metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan

metode insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah.

Djamara dan Zain, (2010:81).

3. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang

Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran

45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk

di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat

dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan, chart, video

pembelajaran, film, dan sebagainya.Metode pembelajaran disesuaikan dengan

materi, seperti Bidang Studi Fisika, metode yang akan diterapkan adalah metode

praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah

sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-

aba, dan arahan.Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi,


26

karena dari hasil praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah

masalah/problem yang mereka hadapi. Djamara dan Zain, (2010: 80).

2.4.2.7 Media/Alat Pembelajaran

Menurut Ely (dalam Sadiman, 2002:83) pemilihan media seyogyanya tidak

terlepas dari konteksnya media merupakan kompenen dari sistem intruksional

secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui,

faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa strategi pembelajaran organisasi

kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber,serta prosedur penilaiannya juga

perlu dipertimbangkan.

Manurut Dick dan Carey (dalam Sadiman,2002:83) menyebutkan bahwa

disamping kesesuian tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat

faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: pertama

ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak

terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.

Kedua adalah apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada

dana,tenaga,dan fasilitasnya. Ketiga adalah yang mencangkup keluwesan,

kepraktisan. Artinya bisa digunakan dimana pun dengan peralatan yang ada

disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Faktor yang

terakhir adalah efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.


27

2.4.2.8 Pelaksanaan Pembelajaran

Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar isi menyebutkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan

pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan

fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; mengajukan pertayaan –pertanyaan

yang mengkaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;

menyampaikan cangkupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Majid (2008:104)

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

KD yang dilakukan secara menyenangkan, manantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik

serta psikologi peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat

meliputi eksplorasi, elaborasi, dan komfirmasi. Majid (2008:104)

a. Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi, guru: melibatkan peserta didik mencari informasi yang

luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip

alam dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan


28

pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; menfasilitasi

terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif

dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan menfasilitasi peserta didik melakukan

percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

b. Elaborasi

Kegiatan elaborasi, guru: membiasakan peserta didik membaca dan menulis

beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; menfasilitasi peserta didik

melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru

baik secara lisan maupun tertulis; memberi kesempatan untuk berfikir,

menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut ;

menfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

menfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi

belajar; menfasilitasi peserta didik membuat laporan ekspolasi yang dilakukan

baik secara lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

menfasilitasi peserta didituntut menyajikan variasi; kerja individual maupun

kelompok; menfasilitasi peserta didik melakukan pameran, festival, serta produk

yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Kegiatan komfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan

dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta

didik, memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta

didik melalui berbagai sumber, memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi


29

untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi

peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai

kompetensi dasar.

1. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertayaan

peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang

baku dan benar;

2. Membantu menyelesaikan masalah;

3. Memberikan acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil

ekspolasi;

4. Memberikan informasi untuk berekspolasi lebih jauh;

5. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup, guru: besama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri

membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilaksnakan secara konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan

kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial, program pengayaan,

layanan konseling dan/atau memberikan tugas individual maupun kelompok

sesuai dengan hasil belajar peserta didik; menyampaikan rencana pembelajaran

pada pertemuan berikutnya. Majid (2008:105).


30

2.4.2.9 Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur

tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan

penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses

pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram

dengan menggunakan tes dan non tes dalam bebtuk tertulis atau lisan,

pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek

dan /atau produk, portifolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil Pembelajaran

Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun tes hasil

belajar tersebut antara lain adalah:

1. Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
2. Mengukur sampel yang refersentif dari hasil belajar da bahan pelajaran
yang telah diajarkan.
3. Mencangkup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok
untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
4. Dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.
5. Tes hasil belajar hendaknya disusun sesuai dengan kegunaannya dalam
evaluasi pengajaran.
6. Dibuat se-reliable mungkin sehingga mudah diinterprestasikan dengan
baik.
7. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara
mengajar guru. ( Harjanto,2003:283)

Menurut Sudjono (2009:434) faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam menentukan nilai akhir sebagai berikut:

1. Faktor Pencapaian atau Prestasi (achievenment)


Faktor pencapaian atau prestasi dipergunakan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam penentuan nilai akhir, sebab prestasi atau pencapaian
31

peserta didik yang dilambangkan dengan nilai – nilai hasil belajar pada
dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditentukan bagi masing-masing mata pelajaran atau
bidang studi.
2. Foktor Usaha (effort)
Disamping nilai – nilai hasil belajar yang dicapai oleh para pesarta didik,
faktor usaha yang telah mereka lakukan juga perlu mendapatkan
pertimbangan dalam rangka penentuan nilai akhir. Sekalipun misalnya
seorang peserta didik hanya dapat mencapai nilai – nilai hasil belajar yang
minimal (prestasi rendah), namun apabila pendidik dengan cara cermat
dapat mengamati sehingga dapat memperoleh bukti bahwa dengan nilai-
nilai hasil.
belajar yang rendah itu sebenarnya sudah merupakan hasil usaha sungguh-
sungguh (sangat rajin dalam mengikuti pelajaran, tekun didalam belajar
dan sebagainya), maka sudah selayaknya kepada peserta didik tersebut
dapat diberikan nilai penunjang sebagai penghargaan atas usaha sungguh-
sungguh dari peserta didik itu tanpa mengenal putus asa.
3. Faktor Aspek Pribadi dan Sosial ( personal and social caharacteristic)
Karekter yang dimiliki oleh peserta didik baik sebagai individu maupun
sebagai anggota kelompok perlu juga mendapatkan pertimbangan dalam
penentuan nilai akhir. Seorang peserta didik yang sekalipun prestasi
belajarnya tergolong menonjol namun ahklaknya tidak baik, indisipliner,
sering berbuat curang atau berbuat onar dan sebagainya, perlu
mendapatkan “hukuman” seimbang, berupa pengurangan nilai akhir.
4. Faktor Aspek Kebiasaan Kerja (work habit)
Dimaksud dengan kebiasaan kerja disini adalah hal-hal yang ada
hubungannya dengan kebiasaan melakukan tugas. Misalnya : tepat waktu
dalam menyerahkan pekerjaan rumah (PR), rapi tidaknya hasil pekerjaan
rumah tersebut, ketelitiannya dalam menghitung dan sebagainya. Dapat
juga dimaksudkan disini : kebersihan badan, kerapian berpakaian, dan
sebagainya.

Pemilihan penilaian hasil belajar harus memperhatikan kriteria sebagai

berikut:

1. Memilih jenis test sesuai materi pembelajaran

2. Membuat data kemajuan tiap siswa

3. Menyusun kisi-kisi butir soal

4. Melaksanakan evaluasi hasil belajar secara berkesinabungan

5. Membuat dan memiliki bank soal


32

6. Menentukan nilai akhir secara obyektif dan adil.

2.4.2.10 Sumber Belajar

Menurut Mulyasa (2008:206) penentuan sumber belajar dilakukan

berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator kompetensi,

serta materi pokok, dan kegiatan pelajaran. Sumber belajar adalah segala sesuatu

yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana pengajaran terdapat atau sumber

belajar seseorang. Sedangkan sumber belajar menurut Mulyasa (2009:159), adalah

segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh

sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi

dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi.

Menurut Majid (2008:170) sumber belajar juga diartikan sebagai segala

tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan oarang yang mengandung informasi

dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses

perubahan tingkah laku.

Pemilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:

1. ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal

2. praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan

langka

3. mudah: dekat dan tersedia di lingkungan sekitar;


33

4. fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional

dan

5. sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan

belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.

Format RPP sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Sekolah : .............................
Kelas / Semester : …………………..
Mata Pelajaran : .............................

Alokasi waktu : Waktu adalah perkiraan berapa lama siswa


mempelajari materi yang telah ditentukan, bukan
lamanya siswa mengerjakan tugas di lapangan
atau kehidupan sehari-hari kelak.
a. Standar Kompetensi :
b. Kompetensi Dasar :
c. Tujuan Pembelajaran :
d. Materi Pembelajaran : substansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar mengajar.
e. Metode Pembelajaran : Metode pelajaran adalah cara-cara pelaksanaan
dari pada proses pengajaran, atau soal bagaimana
teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan
kepada murid-murid di sekolah.
f. Langkah-langkah Kegiatan
a. Kegiatan Pendahuluan
kegiatan pendahuluan, guru : menyiapkan peserta didik secara psikis dan
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; mengajukan pertayaan –
pertanyaan yang mengkaitkan pengetuan sebelumnya dengan materi yang
akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai; menyampaikan cangkupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti.
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD yang dilakukan secara menyenangkan, manantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
1. Eksplorasi
kegiatan eksplorasi, guru: melibatkan peserta didik mencari informasi
yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapakan prinsip alam dan belajar dari aneka sumber; menggunakan
34

beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber


belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
2. Elaborasi
kegiatan elaborasi, guru: membiasakan peserta didik membaca dan
menulis beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, dan diskusi untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
3. Konfirmasi
kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik, memberikan konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
memfesilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan.
c. Kegiatan Penutup
kegiatan penutup, guru: Kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan
peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
perencanaan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

g. Sumber Belajar
sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan
oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk
kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi tujuan pembelajaran. Dengan demikian maka sumber belajar juga
dapat diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan
orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi
peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Contoh
sumber belajar : manusia, bahan, lingkungan dan aktivitas, alat pembelajaran
h. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar yaitu suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu yang telah dikerja mahasiswa/ siswa itu sendiri.
a. Teknik penilaian terbagi menjadi yaitu tes dan non tes.
b. Bentuk instrumen terbagi menjadi tiga yaitu pilihan ganda, essay dan
menjodohkan
35

2.5 Hasil Belajar

2.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi guru

dan sisi siswa. Dari sisi siswa, hasil belajar hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranag

kognitif, afektif dan psikomotorik Slametto (2003:16). Hasil belajar adalah bila

seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti (Hamalik, 2006:30). Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka

studi dicapai melalui tiga kategori antara lain ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah mereka menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan

oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan

pendidikan. Sedangkan Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Berdasarkan teori diatas bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau

keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas

belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa sangat erat kaitannya dengan

pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut Sardiman (2007: 28-29), pencapaian tujuan pembelajaran adalah

memperoleh hasil belajar. Terdapat tiga hasil belajar yang dalam


36

pembelajarannya, merupakan tiga hal yang secara perencanaan terpisah, tetapi

pada kenyataanya pada diri siswa merupakan satu kesatuan yang bulat. Hasil

belajar meliputi:

a. Kognitif (keilmuan dan pengetahuan), yang merupakan konsep atau


fakta.
b. afektif (personal), yang merupakan kepribadian atau sikap.
c. Psikomotorik (kelakuan), yang merupakan keterampilan atau
penampilan.
Ranah kognitif Bloom,dkk (dalam Dimyati dan Mudjiono 2009 : 26-

27)terdiri dari enam jenis prilaku sebagai berikut:

1. Pengetahuan
Mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan dengan
fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.
Pengertian lain tentang pengetahuan atau ingatan(recall) yaitu
kemampuan mengenal atau pengingat materi yang sudah dipelajari dari
yang sederhana sampai pada teori yang sukar. (Uzer,1995 : 35).
2. Pemahaman
Mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari. Menurut Bloom (dalam Sardiman, 2007:23)Pemahaman
merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan
jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau
hafalan.
3. Penerapan
Mencangkup kemampuan penerapan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan
prinsip. (Uzer,1995 : 35) mengemukakan penerapan mengacu kepada
kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari
kedalam situasi baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip.
Contoh aplikasi, melaksanakan konsep dan prinsip kesituasi baru,
melaksanakan hukum dan teori ke situasi praktis , mempertunjukkan
metode dan prosedur.
4. Analisis
Mencangkup kemampuan merinci satu kesatuan kedalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya,
mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. (Uzer, 1995 : 35),
analisis disini mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke
dalam komponen – komponen atau faktor penyebabnya dan mampu
memahami hubungan antara bagian yang satu dengan yang lainnya
sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
37

5. Sintesis
Mencangkup kemampuan membentuk suatu pola baru . Misalnya,
kemampuan menyusun suatu program kerja. Menurut Uzer (1995 : 35)
sintesis mengacu kepada kemampuan mengadukan konsep dan
komponen – komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau
bentuk baru.
6. Evaluasi
Mencangkup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil
karangan. Menurut Uzer (1995 : 35) evaluasi disini mengacu kepada
kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai- nilai materi
untuk tujuan tertentu.

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Bagian pembahasan ini, peneliti mencoba menguraikan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang peneliti maksudkan

adalah :

A. Faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor – faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang

berasal dalam individu itu sendiri. Menurut Suryabrata (1989:142) ada dua bagian

faktor ekstern yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Fisiologi
Fisiologi meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca
indra.
b. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis yaitu beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, emosi dan
kemampuan kognitif.

B. Faktor Ekstern
38

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang dapat

mempengaruhi hasil belajar. Menurut Slameto (2003:54-72) ada tiga bagian

faktor ekstern yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa :
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencangkup metode
pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, dan tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa.
d. faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai