Air VA
Vw
Ww Water
Total Total
weight volume W V
(= W) (= V)
Ws solid Vs
(a) (b)
Soil element in natural state Three phases of the soil element
1
Dari gambar (a) menunjukan suatu elemen tanah dengan volume V dan
berat W. Untuk membuat hubungan volume-berat agregat tanah, tiga fase
dipisahkan seperti ditunjukan dalam gambar (b). Sedangkan untuk
klasifikasi tanah berdasarkan berat volume kering dan kadar air dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1.1. Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Volume Kering untuk
Beberapa Tipe Tanah yang Masih Dalam Keadaan Asli.
Kadar Air
Angka Berat volume kering
Tipe Tanah keadaan
Pori, e
jenuh
(lb/ft³) (kN/m³)
Pasir keras butiran seragam 0,8 30 92 14,5
Berat volume tanah (γ) merupakan rasio antara berat dan volume total
tanah. Berat volume dapat juga dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar
air, dan volume total (Braja M. Das, 1995).
2
Dalam menentukan berat volume tanah, dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
Menentukan berat sample tanah
W1 = Wct - Wc ..................................... (1.1)
Keterangan :
W1 = Berat sample tanah basah (gram)
Wct = Berat sample tanah + berat cawan (gram)
Wc = Berat cawan (gram)
Hitung volume tanah
W2
V= ....................................... (1.2)
B.J. Raksa
Keterangan :
V = Volume air raksa = volume tanah
W2 = Berat air raksa yang tumpah (gram)
B.J Raksa = Berat jenis air raksa (13,6 gram/cm3)
Menghitung berat volume tanah
W
γ= .............................................. (1.3)
V
Keterangan :
γt = Berat volume tanah (gram/cm3)
W = Berat contoh tanah (gram)
Tanah basah W1
Tanah kesring Ws
V = Volume tanah (cm3)
Kadar Air
3
Untuk menentukan beratnya air yang terkandung di dalam tanah. Untuk
mengetahi jenis tanah, dapat dilihat pada tabel berikut:
Keterangan :
W1 = Berat cawan kosong.
W2 = Berat cawan + tanah basah.
W3 = Berat cawan + tanah kering.
4
Rumus dasar untuk mengetahui atau mencari nilai specific gravity adalah :
W4
Gs =(W ………………………………. (1.5)
3+ W4 )- W2
Keterangan :
Gs = specific gravity
W2 = berat piknometer + tanah + air.
W3 = berat piknometer + air
W4 = berat tanah kering
A = parameter
5
4. Hitung berat contoh tanah dengan menggunakan persamaan (1.1)
5. Tentukan volume contoh tanah dengan cara menyiapkan cawan berisi
air raksa didalam mangkok peluberan,
6. Ratakan permukaan air raksa dengan mulut cawan dengan cara
menekan air raksa dengan kaca datar hingga air raksa tumpah,
7. Bersihkan air raksa yang tumpah dari mangkok peluberan,
8. Masukkan contoh tanah kedalam cawan berisi air raksa tersebut dan
tekan dengan kaca datar hingga air raksa tumpah,
9. Timbang air raksa yang tumpah sehingga didapat W2,
10. Hitung volume tanah menggunakan rumus (1.2),
11. Hitung berat volume tanah menggunakan rumus (1.3).
B. Dokumentasi Praktikum
6
Gambar 1.3. Benda Uji Ditimbang Untuk
Mendapatkan Berat Tanah Basah.
7
Gambar 1.5. Penimbangan Volume Air Raksa
yang Tumpah.
Untuk mendapatkan berat tanah (W1), Volume tanah (V), dan berat
volume tanah(γt) membutuhkan perhitungan sebagai berikut:
Percobaan Sampel 1:
Berat tanah
W1 = 12.8 gram
Volume tanah
132.8
V= =9.765 cm3
13.6
ᵧ=
d
12.8
9.765
= 1.31 gr/cm3
Percobaan Sampel 2:
Berat tanah
W1 = 14.2 gram
Volume tanah
109.8
V= = 8.074 cm3
13,6
8
Berat volume tanah kering
ᵧ=
d
10.2
8.0745
= 1.26 gr/cm3
Percobaan Sampel 3:
Berat tanah
W1 = 16.5 gram
Volume tanah
127.6
V= = 9.382 cm3
13,6
ᵧ=d
12.1
9.382
= 1.29 gr/cm3
9
1.2.2. Pengujian Kadar Air
A. Prosedur Praktikum
1. Sebelum pengujian dilakukan, siapkan bahan uji yang terbuat dari
tanah yang telah ditekan dengan extruder kemudian dipotong hingga
terbentuk kubus tanah berukuran 2×2×2 cm,
2. Ambil dan timbang cawan, maka akan didapat berat cawan (W1),
3. Letakkan bahan uji diatas cawan dan timbang, maka akan didapat
berat cawan + tanah basah (W2),
4. Masukkan bahan uji + cawan tersebut kedalam oven selama 24 jam,
5. Keluarkan bahan uji + cawan dari oven dan angin-anginkan sebentar,
6. Timbang bahan uji + cawan, maka akan didapat berat cawan + tanah
kering (W3)
7. Hitung kadar air menggunakan rumus (1.4).
B. Dokumentasi Praktikum
10
Gambar 1.7. Benda Uji Ditimbang Untuk
Mendapatkan Berat Tanah Basah.
11
Untuk mendapatkan nilai kadar air (𝜔c), didapatkan dari hasil
perhitungan sebagai berikut:
Tes Nomor 1
(65.2-60.4)
𝜔c = (60.4-47.6)
×100% = 37.50%
Tes nomor 2
(63.6-59.7)
𝜔c = ×100% = 37.86%
(59.7-49.4)
Tes nomor 3
(66.9-62.5)
𝜔c = ×100% = 36.36%
(62.5-50,4)
12
1.2.3. Pengujian Specific Gravity (GS)
A. Prosedur Praktikum
1. Menyiapkan tanah lolos no. 50
1
2. Tanah dimasukkan kedalam piknometer sebanyak bagian
3
piknometer.
3. Memasukkan air kedalam piknometer sampai permukaan air di leher
piknometer. Kemudian piknometer ditimbang.
4. Piknometer yang berisi air dan tanah dikocok selama ±10 menit
sehingga air dan tanah bercampur.
5. Setelah dikocok, busa pada leher piknometer dibersihan menggunakan
tissue sampai busa pada leher piknometer hilang.
6. Air yang bercampur tanah dibuang dan piknometer dibersihkan.
7. Air yang sudah bersih dimasukkan kedalam piknometer, dan suhu air
diukur menggunakan thermometer.
8. Specific Gravity dihitung sesuai dengan rumus 1.5 dan untuk suhu 20o
dihitung dengan rumus 1.6.
B. Dokumentasi Praktikum.
13
Gambar 1.10. Butiran Tanah Dalam
Piknometer Ditimbang.
14
Gambar 1.13. Proses Pengambilan Gelembung
Didalam Piknometer.
Dari hasil perhitungan didapat hasil rata-rata sebesar 2,66. Dari nilai
tersebut dapat diketahui mineral yang terkandung didalam sampel benda uji
adalah mineral Sodium dan Calcium Feldspar berdasarkan Tabel 1.2.
15
1.3. Kesimpulan
Dari analisa percobaan Volume Gravimetri didapatkan hasil jenis tanah
yang sama antara kadar air dan berat volume kering, yaitu dengan jenis
tanah Lempung lembek. Data pengujian Volume Gravimetri diantaranya :
1. Kadar Air sebesar 37.24%
2. Volume tanah rata-rata (W1) sebesar 12,90 kN/m3
3. Specific Gravity 2,66, Jadi tanah mengandung mineral Sodium
dan Calcium Feldspar.
16
BAB II
17
Batas Susut ( Shrinkage Limit )
Batas susut adalah batas keadaan air pada saat tanah mencapai volume
konstanakibat pengeringan. Suatu tanah akan menyusut apabila yang
dikandungnya secara perlahan – lahan hilang dalam tanah. Dengan
hilanynya air secara terus menerus, tanah akan mencapai suatu tingkat
keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan
perubahan volume.
18
berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan kadar airnya (Holtz
dan Kovacs, 1981). Batas- batas tersebut adalah batas cair, batas plastis dan
batas susut. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 2.1 .
19
B. Dokumentasi Praktikum
20
Gambar 2.4. Pengujian Sampel Praktikum
21
Analisa hasil uji batas cair.
Batas cair dapat dihitung dengan membandingkan berat air dan tanah
kering, dikalikan 100% serta dinyatakan dalam persen. Secara matematis
dirumuskan sebagai.
(W2-W3)
wc = X 100%............................................. (2.1)
(W3-W1)
Keterangan :
W1 = Berat cawan kosong.
W2 = Berat cawan + tanah basah.
W3 = Berat cawan + tanah kering.
Cawan No 32
51−45,6
wc =45,6−38,1 𝑋 100 = 72%
Test no.2
Cawan No 36
62,4−59
wc = 59−54,3 𝑋 100 = 72,34%
Cawan No 44
56,7−52,1
wc = 52,1−45,8 𝑋 100 = 73,02%
Test no.3
Cawan No 51
55−51,8
wc = 51,8−47,3 𝑋 100 = 71,11 %
Cawan No 52
60,9−55,3
wc = 55,3−47,7 𝑋 100 = 73,68 %
Test no.4
Cawan No 54
58,9−54,7
wc = 54,7−49 𝑋 100 = 73,68 %
22
Cawan No 22
64−59,2
wc =59,2−52,9 𝑋 100 = 72,73%
Test No 1 2 3 4
Nomor Cawan 36 44 26 32 51 52 54 22
Berat Cawan, W1 (gram) 54,3 45,8 48,9 38,1 47,3 47,7 49 52,6
Untuk mendapatkan batas cair, maka dari data kadar air dan jumlah
pukulan dihubungkan dalam grafik yang ditunjukkan dari gambar 2.8. Nilai
dari batas cair yaitu nilai dari kadar air dengan jumlah pukulan 25. Untuk
nilai batas cair yang digunakan perhitungan dalam sub-bab 2.3 yaitu asumsi
batas cair pada percobaan ketukan hanya diatas 25 kali dengan merata – rata
71,11+73,68+73,68+72,73
data LL (liquid limid) = = 72,8 %
4
23
Grafik Batas Cair
100.00
90.00
80.00
72.80 70.00
Kadar Air, W %
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
1 Jumlah Ketukan 10 25 100
Nilai kadar air dari empat (4) percobaan yang didapatkan kemudian
dihubungkan dengan jumlah pukulan seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.6. Kemudian nilai batas cair didapat dari kadar air dengan jumlah pukulan
25 dan diperoleh nilai batas cair 72.8%.
24
B. Dokumentasi Praktikum
25
Analisa Perhitungan kadar air
22,6-21,5
Test No.1 = 21,5-16,2 𝑋 100 = 20,75 %
18-17,1
Test No.2 = 𝑋 100 = 25 %
17,1-13,5
Dari hasil percobaan batas plastis, didapatkan data dalam Tabel 2.3
Tabel 2.3. Data Batas Plastis (Plastic Limit)
)Test No 1 2
Nomor Cawan 17 4
Rata-rata 20,75 + 25
=22,87
2
Sumber: Hasil Analisis Praktikum, 2019
26
9. Tanah kering kemudian diletakkan diatas gelas kaca yang berisi air
raksa. Tekan tanah tersebut dengan kaca datar sehingga akan ada air
raksa yang tumpah ke mangkuk peluberan.
Air raksa yang di mangkuk peluberan dihitung beratnya untuk dipakai
menghitung volume tanah yang dites.
B. Dokumentasi Praktikum
27
Gambar 2.13. Sampel Tanah Setelah di Oven
Dicelupkan ke Dalam Air Raksa
28
Keterangan :
wi = Kadar airi
w = Kadar air
W1 = Berat mangkok
W2 = W1 + berat tanah basah
W3 = W1 + berat tanah kering
W4 = Berat air raksa yang mempunyai volume sama dengan mangkuk
shringkage limit,
W5 = Berat air raksa yang mempunyai volume yang sama dengan
volume tanah kering.
Analisa Perhitungan
Perhitungan kadar air tanah mula-mula sampel 1
W2 - W3
W i= X 100 %
W3 - W1
51,5−37,9
W i= X 100 % = 53,75%
37,9-12,6
350,8-183,2
Wc= X 100 % = 48,71
13,6 x (37,9-12,6 )
350,8−183,2
Wc= X 100 % = 48,10 %
13,6 x (36,6-17,4 )
Perhitungan nilai SL
SL1 = Kadar Air mula-mula - Kadar Air
29
= 53,75% - 48,71% = 5,05%
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan data pada tabel 2.4. berikut:
Tabel 2.4 Data Batas Susut (Shrinkage limit)
limit)limit)Limit
Test No 1 2
Nomor Cawan 13 27
(𝑊2 − 𝑊3)
Wi = 𝑥100% 53,75 52,60
(𝑊3 − 𝑊1)
(𝑊4 − 𝑊5)
W= 𝑥100% 48,71 48,10
13,6𝑥(𝑊3 − 𝑊1)
ΔSL 0,55
Hasil yang didapatkan berbeda 0,55 %. Hal ini bisa terjadi karena pada
saat pengisian adonan ke cawan masih ada udara yang belum terisi,
sehingga hasilnya terdapat perbedaan.
30
2.2.4. Indeks Plastisitas ( Plasticity Index )
Indeks plastisitas dapat di tentukan dengan cara sebagai berikut :
PI = LL − 𝑃𝐿…………………………………………… (2.5)
Keterangan :
PI = Plasticity Index
LL = Liquit Limit
PL = Plastic Limit
Analisa Perhitungan :
PI = LL – PL
= 72,8 % - 22,875 %
= 49,925 %
2.3. Kesimpulan
31
BAB III
IDENTIFIKASI BUTIRAN TANAH
Gradasi baik apabila tidak ada partikel yang menyolok dalam suatu
perentang distribusi, gradasi tanah buruk jika partikel tanah yang berbutir
besar terhadap keloncatan ukuran yang mencolok dan gradasi tanah
sebagian jika partikel tanah tersebut mempunyai ukuran yang seragam
antara satu dengan yang lain.
32
Selain mengetahui jenis gradasi, analisa ayakan juga dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan jenis tanah. Saat ini ada dua sistem klasifikasi
tanah yang selalu dipakai oleh para ahli teknik sipil. Kedua sistem tersebut
memperhitungkan distribusi ukuran butir dan batas-batas atterberg. Sistem-
sistem tersebut adalah: Sistem Klasifikasi AASHTO dan Sistem Klasifikasi
Unified. Sistem klasifikasi AASHTO pada umumnya dipakai oleh
departemen jalan raya di semua negara bagian di Amerika Serikat.
Tabel 3.2. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya
( Sistem AASHTO).
33
Tabel lanjutan 3.2
34
3.2.2 Dokumentasi Praktikum
35
3.2.3 Hasil dan analisa praktikum
Dengan berat awal tanah 500 gram, setelah dilakukan uji analisa ayakan
didapatkan data pada Tabel 3.3. :
Maka, tanah yang hilang pada saat pengujian masih dalam kategori diperbolehkan.
36
Contoh perhitungan pada Tabel 3.7. (ayakan no.3)
Dari tabel 3.7. Hasil data analisa ayakan dapat di plot pada grafik
3.1. Dengan sumbu X adalah diameter butiran tanah, sedangkan Y adalah
persentase butiran tanah yang lolos ayakan.
Dari hasil plot data tersebut maka dapat diketahui data D60, D30, dan
D10 yang kemudian digunakan untuk menghitung Cu dan Cc yang berguna
untuk menentukan jenis tanah berdasarkan metode Unified atau USCS.
37
Grafik 3.1. Grafik ayakan
Sand Fines
Gravel
Coarse Medium Fine Silt Clay
D60
D30
38
1,2
0
0,42
0,10
Jadi Cu = 12 > 6,Cc 1 < 1,47 < 3 tanah bergradasi baik, karena tanah
bergradasi baik jika mempunyai koefisien gradasi 1 < Cc < 3 dengan Cu > 4
39
untuk kerikil dan Cu > 6 untuk pasir, selanjutnya tanah disebut bergradasi
sangat baik, bila Cu > 15.
3.3. Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Jenis tanah yang paling dominan pada tanah yang diuji yaitu pasir
dengan presentase 89,992 %.
2. Berdasarkan klasifikasi AASHTO tanah tersebut masuk klasifikasi
kelompok A-2-7 dengan analisis ayakan No. 200 maksimal 35.
Tipe material yang paling dominan Pasir berlempung dan penilaian
sebagai bahan tanah dasar termasuk Baik
40
BAB IV
𝑊2 −𝑊1
Berat tanah basah, t = (4.1)
𝑉
𝛾𝑡
Berat volume kering, d = 𝑤 (%) (4.2)
1+ 100
Untuk suatu kadar air tertentu, berat volume kering maksimum secara
teoritis di dapat pada pori-pori sudah tidak ada udaranya lagi,yaitu pada saat
dimana derajat kejenuhan tanah = 100%. Jadi berat volume kering
maksimum (teoritis) pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi “zero air
voids” yaitu kondisi dimana pori-pori tanah tidak mengandung udara sama
sekali dapat di hitung dengan persamaan 4.3 (Braja M. Das,1995)
𝛾𝑤
Berat volume kering (ZAV), dZAV = 𝑤 (%) 1 (4.3)
+
100 𝐺𝑠
41
Dimana : 𝑤 = Kadar air. (%)
W1 = Berat cawan
W2 = Berat cawan + berat tanah basah.
V = Volume cetakan.
Gs = Specific gravity dari butir – butir air.
Lee & Sued Kamp (1972) telah mempelajari kurva pemadatan dari 35
jenis tanah. Mereka menyimpulkan bahwa kurva pemadatan tanah tersebut
dibedakan hanya menjadi empat (4) tipe umum yang digambarkan pada
gambar 4.1.
Gambar 4.1 Bentuk umum kurva pemadatan untuk empat jenis tanah.
42
Tabel 4.1. Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)
Macam Tanah Berat Jenis ( Gs )
Kerikil 2,65 – 2,68
Pasir 2,65 – 2,68
Lanau Anorganik 2,62 – 2,68
Lempung Organik 2,58 – 2,65
Lempung Anorganik 2,68 – 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 – 1,80
Sumber : Hardiyatmo (2002:5)
Untuk menentukan jenis tanah, maka dapat digunakan data berat jenis
tanah Specific Gravity pada tabel 4.1.
43
9. Pecahkan gumpalan tanah yang baru saja dikeluarkan dari cetakan.
Tambahkan air dan campur hingga merata. Ulangi pengujian ini
hingga berat volume tanah turun.
B. Dokumentasi Praktikum
44
Gambar 4.4. Penimbangan Tanah Dalam Mold
45
11 1
19 12 2
10
20
21 13
9 24 3
18 25
22 14
8 17 23 4
16 15
7 5
6 5
Berat tanah(wt) = W5 – W6
= 4540 – 3165 = 1375 gr
= 902,75 cm3
𝑊2−𝑊3
Kadar air (w) = 𝑋 100 %
W3–W1
97,5– 94,4
= X 100 %
94,4-49,8
= 6,950%
γt
Berat volume kering d = w (%)
1+ 100
46
1,533
= 6,950
1+ 100
= 1.424 gr/cm3
Berat tanah(wt) = W5 – W6
= 4570 – 3165 = 1405 gr
= 902,75 cm3
𝑊2−𝑊3
Kadar air (Wc) = 𝑋 100 %
W3–W1
102,2– 98,2
= X 100 %
98,2-51,1
= 8,493%
γt
Berat volume kering d = w (%)
1+ 100
1,556
= 8,49
1+ 100
= 1,435 gr/cm3
47
Tabel 4.2. Data Uji Pemadatan Tanah.
Percobaan No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Berat cawan,W1 49.8 51.1 54.1 38.1 48.9 45.4 48.7 47.5
Berat cawan + tanah
basah, W2 (gr) 97.5 102.2 105 89.2 102.1 97.5 94.5 96.1
Berat cawan + tanah
kering, W3 (gr) 94.4 98.2 100.1 83.1 94.9 89.9 87.2 87.8
Berat Tanah
kering,W4 (gr) 44.6 47.1 46 45 46 44.5 38.5 40.3
Berat mold + tanah
basah, W5 (gr) 4540 4570 4610 4660 4710 4750 4730 4700
Berat mold, W6 (gr) 3165 3165 3165 3165 3165 3165 3165 3165
Berat tanah basah,
W7 (gr) 1375 1405 1445 1495 1545 1585 1565 1535
Volume mold (cm3) 902.75 902.75 902.75 902.75 902.75 902.75 902.75 902.75
Berat volume tanah
basah (γt), (gr/cm3) 1.523 1.556 1.600 1.656 1.711 1.756 1.734 1.700
Kadar air (Wc), (%) 6.950 8.493 10.652 13.555 15.652 17.079 18.961 20.595
Berat volume kering
(γd), (gr/cm3) 1.424 1.435 1.447 1.458 1.479 1.499 1.457 1.409
Sumber : Hasil Analisis Praktikum, 2019
Untuk mendapatkan nilai kadar air (w) optimum dan berat kering (d)
maksimum maka dibuat grafik hubungan kadar air dan berat volume kering.
48
Grafik 4.1 Hubungan Berat Volume dan Kadar Air
1.55
1.35
49
Tabel 4.3. Data Specific Gravity
Sampel Tanah Dari Proctor Test
Test No Satuan 1 2
Nomor Piknometer 1 2
Berat Piknometer, Wp gram 34.5 33.3
Berat Piknometer + Tanah
gram 60 61.4
Kering, W1
Berat Piknometer + Tanah +
gram 141.5 142.1
Air, W2
Berat Piknometer + Air, W3 gram 125.5 124.5
Berat Tanah Kering, W4 gram 25.5 28.1
Gs (Pada T 1°C)
𝑊4 2.684 2.676
(𝑊3 + 𝑊4) − 𝑊2
Gs (pada T 28°C)
Gs (pada T 1°C). 2.679 2.671
A=0,9980
Rata-rata 2,679 + 2,671
=2,67
2
w
Rumus Berat volume kering dzav = Wc (%) 1
100
+Gs
50
Analisa Berat volume kering dzav pada percobaan (2):
w 1
dzav = Wc (%) 1 = 8,493 1 = 2,1765
+ +
100 2,67
100 Gs
Untuk mendapatkan nilai berat kering (d zav) maka dibuat grafik
hubungan kadar air dan berat volume kering serta berat kering zero air void.
51
Grafik 4.2 Hubungan Berat Volume dan Kadar Air
2.3 2.2521
2.1765
2.2
2.0788 Gs : 2.67
Berat Volume Kering (gr/cm3)
2.1
2 1.9605
1.8831
1.9 1.8338
1.7726
1.8
1.7227
1.7
Kurva ZAV
1.6
Berat kering maksimum=1,479 gr/cm3 1.499
1.479
1.5 1.447 1.458 1.457
1.424 1.435 1.409
1.4
Kurva Proctor
1.3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kadar Air Optimum=17,079
Kadar Air %
Dari Gambar 4.4. dan 4.6. dapat dilihat bahwa, jika energi pemadatan
bertambah, maka harga berat volume kering tanah juga bertambah. Namun
setelah mencapai kadar air tertentu, penambahan kadar air justru
cenderung menurunkan nilai berat volume kering dari tanah. Hal ini
dikarenakan, air tersebut justru menempati pori-pori dalam tanah yang
sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat tanah.
Dari Gambar 4.4. dan 4.6. maka didapat hasil sebagai berikut :
Kadar air optimum = 17.079%
Berat volume kering = 1,499 gr/cm3
52
4.2.2 CBR (California Bearing Ratio)
CBR (California Bearing Ratio) merupakan parameter kekuatan
relatif yang paling sering digunakan dalam desain perkerasan. Metode
pengujian CBR dikembngkan pada tahun 1930 oleh California division of
highways dan kemudian diikuti dan disesuaikan oleh berbagai institusi dan
Negara di dunia. Pengujian CBR pada dasarnya dilakukan engan
mengukur beban yang diperlukan oleh batang penekan. Dengan demikian,
CBR adalah perbandingan antara beban yang diperlukan untuk mendorong
batang masuk ke dalam tanah dengan beban yang diperlukan untuk
mendorong batang masuk ke dalam batu pecah sampai kedalaman tertentu.
53
Nilai CBR biasanya perbandinganbeban pada penterasi 2,54 mm (0,10
in). Apabila perbandingan beban pada penetrasi 5,08 mm (0,20 in) ternyata
lebih besar daripada perbandingan penetrasi pada2,54 mm (0,10 in), maka
pengujian perlu diulang.
Apabila hasil pengulangan tersebut adalah sama, maka CBR merupakan
perbandingam pada 5,08 mm (0,20 in).(Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006)
A. Prosedur Praktikum
1. Tanah yang memiliki kadar air optimum dimasukkan ke dalam mold.
2. Mold yang berisi tanah ditimbang kemudian mengambil sampel tanah
untuk dicari nilai kadar airnya.
3. Benda uji diletakkan pada mesin C.B.R.
4. Pada permukaan benda diatur penetrasi sehingga arloji beban
menunjukkan beban permukaan.
5. Kecepatan pemutaran pada alat CBR diberikan secara teratur.
6. Mencatat pembacaan arloji pada angka-angka penurunan yang telah
ditentukan sampai jarum penurunan berputar berlawanan.
7. Jarum yang telah berputar berlawanan, maka mold dibalik untuk diuji
yang sisi bawah, langkahnya sama dengan pembacaan atas.
8. Mengeluarkan mold dari mesin CBR, kemudian tanah yang diuji
dikeluarkan dari mold tersebut.
9. Merapikan kembali alat-alat yang telah digunakan.
54
B. Dokumentasi Praktikum
55
Gambar 4.11. Pengujian Benda Uji
56
Gambar 4.14. Sampel Tanah Setelah Dioven
57
Contoh Perhitungan Tabel 4.4.
Perhitungan berat volume tanah
(γ) = W3 / V
γ = 5360/3394,73
= 1,579
Contoh Perhitungan Tabel 4.5.
Perhitungan kadar air (w)
berat air
w = tanah kering 𝑋 100 %
1
w= X 100 %
45.8
= 2.1 %
58
Cara mendapatkan nilai pada kolom beban (lbs) seperti pada tabel 4.6.
Yaitu dengan memasukkan nilai pembacaan arloji kedalam persamaan
kalibrasi yaitu Y = 0,72X – 8,5
Y = beban (lbs),
X = pembacaan arloji
Y = 0,72X – 8,5
Y = 0,72(110) – 8,5
= 70,7 lbs
= 4,171 %
Penurunan
Bawah = 𝑋 100 %
3000
183,35
= 𝑋 100 %
3000
= 6,111 %
Penurunan 0,2”
Penuruan
Atas = 𝑋 100 %
4500
59
128,75
= 𝑋 100 %
4500
= 2,861 %
Penurunan
Bawah = 𝑋 100 %
3000
222,35
= 𝑋 100 %
4500
= 4,941 %
Tabel 4.8 Nilai CBR
Pembacaan 0,1” (%) 0,2” (%)
Atas 4,171 2,861
Bawah 6,111 4,941
Nilai kadar air sampel tanah yang diuji CBR, sebelum diuji 11.1 %
dan sesudah diuji sebesar 32.74%. Kadar air sesudah diuji CBR lebih besar
daripada kadar air sebelum diuji. Hal ini dikarenakan pada saat diuji CBR
pori-pori tanah telah dimampatkan sehingga kadar air berkurang.
60
Grafik 4.3. Grafik Hubungan Penurunan dan Beban
150 153.95
139.55
125.15128.75132.35 Pembacaan Atas
121.55
100
78.35 Pembacaan Bawah
50
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Penurunan
4.3. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian pemadatan tanah, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Standard Proctor Test
- d Optimum = 1,499 gr/cm3
- Kadar Air Optimum = 17,079%
- dzav Optimum = 3.37 gr/cm3
61
Bawah = 4,941%
Rata-rata = 2,861 + 4,941/2
= 3,901%
Nilai yang dipakai yaitu pembacaan 0,1”, karena nilai CBR kecil
pada basah optimum untuk usaha pemadatan yang lebih tinggi.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Data yang didapat dari praktikum mekanika tanah 1 ini adalah:
Atas = 4,171 %
Bawah = 6,111 %
Pembacaan 0,2”
Atas = 2,861%
Bawah = 4,941%
Kadar Air sebelum : 11,1 %
Kadar Air sesudah : 32,74 %
Dari nilai kadar air sebesar 37,24% dan berat jenis (Gs) sebesar 2,66
dapat dinyatakan tanah yang diuji merupakan jenis tanah lempung lembek
dengan mineral yang terkandung yaitu mineral Montmorillonite.
Dengan nilai batas cair dan batas plastis yang dihasilkan, menunjukkan
bahwa indeks plastisitasnya > 17%. Artinya, tanah tersebut mengandung
63
plastisitas yang tinggi. Jika nilai indeks plastisitas dan batas cair tersebut
dihubungkan dalam bagan plastisitas, titik terletak di bagian jenis tanah
lempung anorganik/lembek.
Nilai Cu dan Cc menunjukkan bahwa pendistribusian ukuran butiran
termasuk memiliki gradasi yang baik (well gradation). Dengan data analisa
ayakan yang diperoleh, maka sistem klasifikasi tanah yang diuji yaitu
kelompok SC, dimana yang termasuk kelompok ini adalah pasir
berlempung, atau campuran pasir – lempung.
Jenis tanah yang paling dominan pada tanah yang diuji yaitu pasir
dengan presentase 89,992 %.
Dari percobaan Proctor, energi pemadatan dengan kadar air 17,079%
didapat nilai berat volume kering 1,499 gr/cm3, artinya tanah yang
dipadatkan sudah sangat padat.
Jadi keismpulannya, tanah yang diuji merupakan pasir lempung
anorganik dengan plastisitas tinggi dan mengandung mineral
Montmorillonite. Jenis tanah ini akan sangat padat jika diberikan energi
pemadatan dengan kadar air optimum 17,079%
5.2 Saran
Saran Untuk Sarana dan Prasarana Laboratorium
1. Seharusnya ada perawatan pada alat-alat yang digunakan untuk
menimbang kerikil, semen, dan pasir agar pengukuran menjadi
lebih akurat.
2. Kebersihan laboratorium perlu di tingkatkan lagi agar mahasiswa
dapat Lebih nyaman dalam menjalankan praktikum.
3. Tersedianya alternatif kedua jika alat praktikum yang digunakan
tidak dapat dioperasikan.
4. Penambahan alat praktikum oven dan cawan agar satu kelompok
dengan kelompok lain tidak bergantian dan saling menunggu.
64
DAFTAR PUSTAKA
65
LAMPIRAN
66