Di susun oleh:
NIM: 1640005
SURABAYA
2016
7 GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM
- menarik diri
3. Etiologi
b. Factor presipitasi
Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya
waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan , terlalu
lama diajak bicara , objek yang ada dilingkungannya dan suasana sepi
(isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stress dan kecemasan.
4. Tanda dan Gejala
Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi
perilaku berikut ini :
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “saya
punya tambang emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya , diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contoh : “saya tahu… seluruh saudara ingin mneghancurkan hidup
saya karena merasa iri dengan kesuksesan saya.”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “kalau saya masuk surge saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari.”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu / terserang
penyakit , diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya sakit kanker” , setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda – tanda kanker namun pasien terus mengatakan
bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ini kana lam kubur ya , semua yang ada adalah roh – roh”.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat perawat gunakan
sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham.
a. Apakah pasien memiliki pikiran / isi pikiran yang berulang – ulang
diungkapkan dan menetap ?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu , atau apakah
pasien cemas berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya ?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda – benda disekitarnya
aneh atau tidak nyata ?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya ?
e. Apakah pasien pernah merasa di awasi atau di bicarakan oleh orang
lain ?
f. Apakah pasien berfikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar ?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca
fikirannya ?
Isi pengkajian gangguan orientasi realita yang terfokus pada klien
waham yaitu :
Format / data focus pengkajian pada klien dengan waham (Keliat dan
Akemat, 2009)
Proses pikir
[ ] sirkumtansial [ ] tangensial
Isi pikir
[ ] obsesi [ ] fobia
Proses pikir
effect
Core problem
causa
2. Diagnosa Keperawatan
2.1 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis
2.2 Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham
2.3 Tanyakan apa yang bisa klien lakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini.
2.4 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klie n penting
K l i e n K e l u a r g a
NO
S P 1 P S P 1 K
1 . M e m b a n t u o r i e n t a s i r e a l i t a . Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluar dalam merawat pasien.
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan jenis waham yang dialami pasien serta proses terjadinya.
2 . Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Menjelaskan cara merawat pasien waha m
Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
3 . Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4 .
S P 2 P S P 2 K
1 . Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan waham
Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat langsung kepada pasien waham
2 . Melatih kemampuan yang dimilik i
3 .
S P 3 P S P 3 K
1 . Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunakan obat secara teratur Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
2 . Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
3 .
1 2 3 4 5 6
1 Gangguan proses pikir : waham SP1P Gangguan proses pikir : waham Melakukan SP1P gangguan proses pikir : waham S :
- Membantu orientasi realita“saya hanya mau berbincang10 menit saja”
- Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi“mereka tidak percaya kalau saya ini presiden”
- Membantu klien memenuhi kebutuhannya“presiden kan enak bisa ngatur dan perintah, saya gak senang kalau diatur”
- Menganjurkan klien memasuk an dalam jadwal kegiatan harian“bapak
k lie n saya yang suka ngatur”
“saya ingin ikut teman-teman pergi ke ruang rehabilitasi terus bisa main tenis meja”
“saya mau latihan setiap pagi pukul 09:00”
O :
- Pembicaraan cepat
- A f e k l a b i l
- Klien memasukkan latihan tenis meja kedalam jadwal harian setiap hari pukul 09:00”
A :
S P 1 P t e r c a p a i
P :
Perawat : lanjutkan SP2P pukul 09:30 diteras depan ruang rehabilitasi
Klien: motivasi klien untuk latihan olahraga tenis meja pada pukul 09:00 sesuai jadwal harian.
09:30 1 Gangguan proses pikir : waham SP2P Gangguan proses pikir : waham Melakukan SP2P gangguan proses pikir: waham S :
- Mengevaluasi jadwal kegiatan klien “sekarang kita berbincang 15 menit yah”
- Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki “saya tadi main tenis meja loh, dan menang”
“saya juga bisa main gitar lho, waktu SMA saya punya band sama teman-teman”
“mari saya tunjukkan kehebatan saya main gitar”
“karena jadwal main musik disini setipa hari selasa dan kamis pukul 09.00 saya akan latihan sesuai jadwal”
O :
- Klien kooperatif
- Kontak mata baik
- Klien membuat jadwal latihan main gitar sesuai jadwal di rumah sakit
A :
S P 2 P t e r c a p a i
P :
Perawat: lanjutkan SP3P pukul 11:00 di ruang perawatan klien
Klien : motivasi klien latihan memainkan gitar setiap hari Selasa dan Kamis pukul 09.00
11:00 Gangguan proses pikir : waham SP3P Gangguan proses pikir : waham Melakukan SP3P gangguan proses pikir : waham S :
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien“kita berbincang 10 menit ya”
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang peng una n obat secara terat“saya
ur dapat obat 3 macam dari dokter”
- Menganjurkan klien memasuk an dalam jadwal kegiatan harian“oh, berarti yang warnanya orange itu CPZ gunanya untuk menenangkan”
“terus yang warna putih itu supaya saya rileks dan tidak tegang ya disebut THP”
“yang warna merah jambu itu disebut HPL supaya saya tenang juga kan?”
“semua obatnya harus saya minum sehari 3kali kan?”
“saya akan minum obat sesuai jadwal dan teratur, baik di rumah sakit sekarang atau sudah pulang ke rumah nanti”
“saya akan minum obat setiap hari pukul 7pagi, 1siang, dan 7malam”
O :
- Kontak mata baik
- Klien kooperatif
- Klien memasukkan kedalam jadwal harian minum obat setiap pukul 7pagi, 1siang dan 7malam
A :
S P 3 P t e r c a p a i
P :
Perawat : lanjutkan SP budaya gangguan proses pikir : waham
Klien : motivasi klien untuk minum obat sesuai dengan jadwal
1 .GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
9. Analisa Data
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “,
“iya”, “tidak tahu”.
Data Objektif :
1. Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
2. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
3. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri
dari orang lain, misalnya pada saat makan.
4. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain / perawat.
5. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
6. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
7. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
10. Karakteristik Perilaku
1. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
2. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
3. Kemunduran secara fisik.
4. Tidur berlebihan.
5. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
6. Banyak tidur siang.
7. Kurang bergairah.
8. Tidak memperdulikan lingkungan.
9. Kegiatan menurun.
10. Immobilisasai.
11. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
12. Keinginan seksual menurun.
A. PENGKAJIAN
Adapun ruang lingkup pengkajian klien dengan masalah utama Kerusakan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri meliputi pegumpulan data,
perumusan masalah keperawatan, pohon masalah dan analisa data.
1. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial
danspiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat
pula berupa faktor predisposisi, penilaian terhadap stresor, sumber
koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart and Sundeen,
1995).Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan
Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah sebagai
berikut.
1) Identitas klien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan
masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial Menarik Diri adalah :
biodata yang meliputi nama, umur, terjadi pada umur atara 15 –
40 tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status
perkawinan, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No
Rumah klien dan alamat klien. dan agama pendidikan serta
pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya penyakit
Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri.
h. Mekanisme koping
Koping yang digunakan klien adalah proyeksi, menghindar dan
kadang-kadang mencedrai diri.Klien apabila mendapat masalah
takut atau tidak mau menceritakannya pada orang orang lain (lebih
sering menggunakan koping menarik diri).
j. Pengetahuan
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri,
kurang mengetahuan dalam hal mencari bantuan, faktor
predisposisi, koping mekanisme dan sistem pendukung dan obat-
obatan sehingga penyakit klien semakin berat.
k. Aspek medic
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang
digunakan oleh klien selama perawatan.
l. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri
dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, Adanya
perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
1. Perumusan Masalah
1. Masalah Utama : Kerusakan interaksi social : menarik diri
2. Daftar masalah
3. Analisa Data
1. Masalah Keperawatan
1. Perubahan persepsi – sensori : halusinasi
2. Isolasi Sosial : menarik diri
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensori
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Tindakan :
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada
saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.
B. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
C. Akibat
G. Askep
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Faktor predisposisi
social budaya.
4 Masalah keperawatan
a) Perilaku kekerasan
b) Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
e) Isolasi social
4. Aniaya fisik ( / ) ( / ) ( / )
5. Aniaya seksual ( / ) ( / ) ( / )
6. Penolakan ( / ) ( / ) ( / )
8. Tindkaan kriminal ( / ) ( / ) ( / )
9. Aktivitas motorik
e) Suicidal attempt.
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi
individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan. Walaupun demikian banyak individu masih
mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f) Suicide.
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang
yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk
mengatasi kesedihan yang mendalam.
4. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori:
a) Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak
mendapat respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
b) Upaya bunuh diri: semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri
sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c) Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan,
orang yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin
mati mungkin akan mati.
C. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunuh diri antara
lain :
1. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa
bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
4. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
D. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan
bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
E. Mekanisme Koping
a. Perilaku
1. Membeli senjata
2. Mengubah surat wasiat
3. Membuat surat wasiat
4. Perubahan sikap yang nyata
5. Membeli obat dalam jumlah yang banyak
b. Fisik
1. Nyeri kronik
2. penyakit fisik
3. penyakit terminal
c. Psikologis
1. Penganiayaan masa kanak-kanak
2. Riwayat bunuh diri dari keluarga
3. Rasa bersalah
4. Remaja homoseksual
d. Situasional
1. Remaja yang tinggal ditatanan nontradisional
2. Ketidakstabilan ekonomi
3. kehilangan kebebasan
4. pension
e. Sosial
1. Gangguan kehidupan keluarga
2. kesepian
3. Kehilangan hubungan yang penting
4. putus asa
f. Verbal
1. menyatakan keinginan untuk mati
2. mengancam bunuh diri
6) Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung.
7) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya
pada orang orang
lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
Format / Data focus pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri (Keliat
dan Akemat,2009)
Pengkajian :
1. Keluhan Utama : …………………………………………………….
2. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan …………………..
3. Konsep diri ……………………………………………………………
4. Alam perasaan
( ) sedih ( ) Putus Asa
( ) ketakutan ( ) Gembira Berlebihan
(Klien umumnya merasakan kesedihan dan keputusan yang sangat mendalam)
5. Interaksi selama wawancara
( ) Bermusuhan ( )Tidak koperatif
( ) Defensif ( ) Kontak mata kurang
( ) Mudah tersinggung ( ) Curiga
( Klien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul )
6. Afek
( ) Datar ( ) Labil
( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai
( Klien biasanya menunjukkan afek atau tumpul )
7. Mekanisme koping maladaptif
( ) Minum alcohol ( ) Bekerja berlebihan
( ) Reaksi lambat ( ) Mencederai diri
( ) Menghindar ( ) Lainnya
( Klien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan
mencederai diri )
8. Masalah psikososial
( ) Masalah dengan dukungan keluarga
( ) Masalah dengan perumahan
Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
E f f e c t
R e s i k o B u n u h D i r i
C o r e P r o b l e m
B. DIAGNOSA
1. Risiko Bunuh Diri.
2. Harga diri rendah kronik
3. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal.
Tgl No Diagnosa Diagnosa Keperawatan Perencanaan Intervensi
T u j u a n Kriteria Evaluasi
1 Risiko bunuh diri 1.klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Menjawab salam 1.1 Kenalkan diri pada klien
2.Kontak mata 1.2 Tanggapi perbicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal
3.Menerima perawat 1.3 Bicara tega,sjelas,jujur
4.Berjabat tangan 1.4 Bersifat hargai dan bersahabat
1.5 Temani klien saat keinginan menciderai diri meningkat
1.6 Jauhkan klien dari benda benda yang membahayakan(seperti pisau,silet,gunting,tali kaca,dll
2.Klien dapat mengekspresikan perasaannya 1.Menceritakan penderitaan secara terbuka dan konstruktif dengan orang lain. 2.1 Dengarkan keluhan yang klien rasakan
2.2 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,ketakutan dan keprihatinan.
2.3 Beri dorongan pada klien untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapan karena harapan adalah hal yang penting dalam kehidupan
2.4 Beri klien waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan kematian dan sekarat
2.5 Beri dorongan pada klien untuk mengekspresikan tentang mengapa harapan tidak pasi dan dalam hal-hal dimana harapan mempunyai kegagalan.
3. Klien dapat mengeskspresikan perasaannya 1. Mengenang dan meninjau kembali kehidupan secara positif 3.1 Bantu klien untuk memahami bahwa ia dapat mengatasi aspek-aspek keputusasaan dan memisahkan dari aspek harapan.
2.Mempertimbangkan nilai-nilai dan arti kehidupan. 3.2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu(outonomi,mandiri,rasional pemikiran kognitif,fleksibilitas dan spiritualitas.
3.3 Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (mis al:hubungan antar sesame,keyakinan,hak-hak untuk diselesaikan).
3.Mengekspresikan perasaan-perasaan yang optimis tentang yang ada. 3.4 Bantu klien mengembangkan tujuan-tujuan realitas jangka panjang dan jangka pendek(beralih dari yang sederhana ke yang lebih kompleks,dapat meng unakan suatu poster tujuan untuk menandakan jenis dan waktu untuk mencapa
4.Klien mengunakan dukungan sosial 1.Mengekspresikan perasa n tentang hubungan yang positif dengan orang terdekat. 4.1 Ajarkan klien untuk mengantisipasi pengalaman yang dia senang melakukan setiap hari(mis al:berjalan,membaca buku favorit dan menulis surat.
2.Mengekspresikan percaya diri dengan hasil yang di inginkan. 4.2 Bantu klien untuk mengenali hal-hal yang dicintai,yang ia sayangi dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain disamping tentang kegagalan dalam kesehata n
3.Mengekspresikan percaya diri dengan diri dan orang lain. 4.3 Beri dorongan pada klien untuk berbagi keprihatian pada orang lain yang mempunyai masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman posit f dalam mengatasi tersebut dengan koping yang efektif.
4. Menetapkan tujuan-tujuan yang realistis.
5.Klien menggunakan dukungan sosial 1. Sumber tersedia(keluarga,lingkungan dan masyarakat)5.1 kaji dan kerahkan sumber-sumber eksternal individu(orang terdekat,tim pelayanan kesehatan,kelompok pendukung,agama yang dianutnya)
2. Keyakinan makin meningkat
5.2 kaji system pendukung keyakinan (nialai,pengalaman masa lalu,aktif tas keagama n,kepercaya n agama).lakukan rujukan selesai ndikasi (mis al:konseling dan pemuka agama).
STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1)mengidentifikasi jenisnHalusinASI Klien. 1) Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat klien.
2)Mengintifikasi isi Halusinasi Klien. 2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi ,jenis halusinasi yang di alami klien ,tanda dan gejala Halusinasi,serta proses terjadinya Halusinasi .
3) Mengidentifikasi Waktu Halusinasi Klien. 3) Menjelaskan cara merawat klien dengan Halusinasi.
4)Mengindetifikasi Frekuensi Halusinasi Klien.
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan Halusinasi Klien.
6) Mengidentifikasi respon klien terhadap Halusinasi Klien.
7) Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
8)Menganjurkan Klien memasukan cara menghardik ke dalam kegiatan harian
S P 2 P S P 2 K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1 Melatih keluarga memperaktikkan cara merawat klien dengan Halusinasi.
2) Melatih klien menghadapi halusianasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain 2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien halusinasi
3) Menganjurkna klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
S p 3 p S P 3 K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. 1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning).
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan. 2) Menjelaskan pollow up klien setelah pulang.
3) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
S p 4 p
No.Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan Rencana keperawataan Tindakan keperawataan Evaluasi keperawataan
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Memberikan penkes tentang pengunaan obat secara teratur.
3) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
1 Risiko bunuh diri S P 1 P Melakukan SP1P risiko bunuh diri S:”Waallaikum salam”
Risiko bunuh diri 1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan kl“nama
ien saya M,10 menit disini aja ya pak.” priksa aja pak kalau ada barang-barang yang berbahaya.”
2. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan kli“eapan bila nanti kalau mau muncul keinginan saya bunuh diri saya panggil bapak atau perawatn lainnya.”
3. Melakukan kontrak tritment“bapak atau suster bantu saya,keinginan saya bunuh diri muncul lagi.”
4. Mengajarkan cara-cara mengendalian“Ya,nanti saya berteman supaya tidak sendiri.”
5. Melatih cara mengendalian bunuh diri“Senang pak,jam 11.00, disini aja ya pak.”ya disini aja pak.”
O :
Klien mampu menyebutkan apa yang dia alami.
Klien dapat menyebutkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
Klien dapat mempraktikkan mengendalian bunuh diri’
Klien menerima kehadiran perawat
Kontak mata tajam
Klien komperatif
Tidak ada barang-barang berbahaya dikamar klien
A :
Sp1p tercapai
P :
P e r w a t :
Lanjutkan sp2p pada pertemuan kedua pada hari senin,7 mei 2012 pukul11.00 diruang perawaatan klien.
K l i e n :
Memotifikasi klien melatih cara mengendalikan bunuh diri.
S:”Waalaikum salaam”
“baik pak,udah tidak ada lagi, 5 menit aja pak,disini saja”
“syukur punya orang tua,istri dan teman-teman dirumah yang baik,yang sedih pasti istri saya”.
“menolong teman dan orang lain,bekerja menghasilkan uang.”
“saya puas apabila saya dapat uang yang banyak dan membahagyakan istri saya pak.”
“biasanya saya melakukan kegiatan menyapu kamar.”
“perasaan saya senang pak.”
O :
Klien menyebutkan hal yang positif yang dimilikinya
Klien dapat menyebutkan hal patut disyukuri dalam hidupnya.
Klien dapat mempraktikkan kegiataan yang bisaa dia lakukan
Klien mempraktikkan cara menyapu
K o n t a k b a i k
Melakukan SP2P risiko bunuh dirI: K l i e n k o m p e r a t i f
1. Mengidentifikasi aspek positif klienA : S P 2 P t e r c a p a i
2. Mendorong klien untuk berfikir positif tentang dirin
3. Mendorong klien untuk menghargai diri sebagai individu yang berhP
arga :
P e r a w a t :
Lanjutkan SP3p pada pertemuan ke tiga pada hari selasa 8 MEI 2012pukul 08.00 diruang perawaatan klien
K l i e n :
Memotifikasi klien untuk dapat menghargai dirinya
S:”Waallaikum salmslam.”
‘Baik pak,udah tidak ada lagi 5 menit aja pak,disini saja.”
“pada sa tstres dan pada sa t sendir an,menyelesaikan masalah dengan orangnya langsung,berdoa atau sholat,bercerita dengan teman dekat atau orang tua keuntunganan ya bias membantu member solusi bust masalah saya,buat saya tenang,saya mau milih berdoa dan sholat aja
“perasaan saya senang pak,sholat dan berdoa.”
Risiko bunuh diri O :
SP2P Risiko bunuh diri Kontak mata ada
2 A f e k l a b i l
Bicara cepat
Kl i en kom pert at i f
A:SP3P tercapai
P :
P e r a w a t :
Lanjutkan SP4P interaksi ke4 pukul 10.00 diruang perawaatan klien.
K l i e n :
Memotifasi klien latihan berkenalan dengan perawat dan klien lain sesuai jadwal yang dibuat.
O :
Kontakmata baik
Klien komperatif
Bicara kiheren
A.SP4P tercapai
P .
P e r a w a t :
Melakukan SP3P risiko bunuh diri: Lanjutkan intervensi perawataan klien oleh keluarga,persiapan klien pulang
1. Mengidentifikasi pola koping yang bias diterapkan klien
2. Menilai pola koping yang biasa dilakukanK l i e n :
3. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktifMemotifasi klien berlatih melukis untuk merai masa depan.
4. Menganjurkan klien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian
5. Mendorong klien memilih pola koping yang konstruktif
Risiko bunuh diri
S P 3 P
Risiko bunuh diri
Melakukan SP4P risiko bunuh diri:
3
1. Membuat rencana masa depan yang realistid bersama klien.
2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
3. Member dorongan klien melakukan kegiata n dalam rangka meraih masa depan yang realistis
4. Menganjurkan klien memasukkan dalm jadwal harian klien
S P 4 P
Risiko bunuh diri
4. Rentang Respon
A d a p t i f M a l a d a p t i f
Pola perawatan diri seimbang kadang perawatan diri kadang tidak Tidak melakukan perawatan saat stress
5. Penatalaksanaan: Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak
membutuhkan perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa,
pasien lebih membutuhkan terapai kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.
C. Pohon Masalah
2. Tindakan keperawatan
a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri
b) Membantu pasien latihan berhias
c) Melatih pasien makan secara mandiri
d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
S P P a d a P a s i e n S P P a d a K e l u a r g a
S P 1 P S P I k
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Melatih pasien cara menjaga kebersihan diri3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri
4. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
S P 2 p S P 2 k
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri
2. Menjelaskan cara makan yang bai 2. k Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri
3. Melatih pasien cara makan yang baik
4. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
S P 3 p S P 3 k
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
3. Melatih cara eliminasi yang baik .
4. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
A. Definisi
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga
dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
Harga diri rendah adalah perasan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negativ terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (keliat, 2009)
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situational, yaitu terjadi tertama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu ( korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba ).
b. Kronik, yaitu perassan negativ terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negativ. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon mal yang adaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau
pada klien gangguan jiwa.
B. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjuan life span history klien, penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau
pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya ( yosep,2009 ).
Menurut stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri
rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut :
a. Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab yang tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realitis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah sterotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidak
percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan
struktur sosial.
b. Faktor presipitasi
Menurut yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Secara umum, gangguan konsep harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional atau kronik.secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,perkosaan,atau
penjara, termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri
rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu
yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
D. Rentang respon
Respon adaptif Respon maldaptif
Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan
Depersonalisasi Positif rendah identitas
Pohon masalah
Isolasi sosial
2. Diagnosa keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
3. Tindakan keperawatan
1. Tindakan Keperawatan pada pasien
1) Tujuan keperawatan
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan
e. Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
2) Tindakan keperawatan
a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
a) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan dirumah,
adanyan keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
b. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara
berikut:
a) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap
kemampuan diri.
c) Perlihatkan respons yang kondusif dan upayaka menjadi pendengar
yang aktif
c. Membantu pasien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang akan
dilatih.
a) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih
b) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat dilakukan mandiri
d. Latih kemampuan yang dipilih pasien
a) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
b) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
c) Beri dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.
e. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
a) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
b) Beri pujian atas segala kegiatan yang dapat dilakukan pasien setia
hari
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan
d) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan.
SP Pasien
Sp1 :
a. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b. Membantu pasienmenilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kemampuan yang akan dilatih
d. Melatih kemampuan yang sudah dipilih
e. Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah di latih dalam
rencana harian
Sp2 :
a. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien
b. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua
kemampuan dilatih.
c. Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien.
SP Keluarga
Sp1 :
Mendiskusikan msalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala HDR, cara
merawat pasien HDR, mendemonstrasikan cara merawat & memberi
kesempatan untuk mempraktekkan cara merawat.
Sp2 :
Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Sp 3:
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
Tgl NoDx P e r e n c a n a a n
Dx keperawatan
T u j u a n Kreteria Evaluasi I n t e r v e n s i
Gangguan konsep diri: harga diri rendah T U M : 1. Klienmenunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat angan, mau menyebutkan nama, ma1.u menMembi
jawab salamn, kaliehubungan
n mau duduk berdsalampinngagn dperengancpayaerawatdengan
, mau mengutmenggunakan
arakan masalah yang dihaprdapinsip komunikasi terapeutik :
Klien memiliki konsep diri yang positif - Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
T U K : - Perkenalkan diri dengan sopan.
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat - Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
- Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat mengdentifikasi aspe k pos itif dan kemampua n yang dimilik i 2. Klien menyebutkan: 2.1 Diskusikan dengan klien tentang:
- Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien - Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.
- Aspek positif keluarga - Kemampuan yang dimiliki klien.
- Aspek positif lingkungan klien 2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
- Aspek positif klien, keluarga, lingkungan
- Kemampuan yang dimiliki klien
2.3 Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif.
3. Klie n da pa t me nila i ke m a m pua n ya ng dim iliki untu k dila ks a na ka n 3.0 Klien mampu menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan. 2.4 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan
2.5 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaanya.
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 4.0 Klien mampu membuat rencana kegiatan harian 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan klien sesuai dengan kemampuan klien:
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Kl ie n dapat mel ak ukan keg ia ta n s esu ai re ncan a yang di buat . 5.0 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat. 5.1 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
5.2 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
5.3 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
5.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
6. Klie n dapat memanf aatkan sis tem pendukung yang ada 6.0 Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga 6.1 Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawar klien dengan harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu klien menyiapkan lingkungan dirumah.
A. DEFINISI
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan jiwa yang dpat ditemukan pada pasien gangguan jiwa.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, [engecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Jenis halusinasi D a t a o b j e k t i f D a t a s u b j e k t i f
4. Masalah keperawatan
Akibat : Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tindakan keperawatan pada pasien
1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
b) Pasien dapat mengontrol halusinasi
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
2. Tindakan keperawatan
a) Bantu pasien menganli halusinasi
b) Melatih pasien mengontrol halusinasi
1) Menghardik halusinasi
2) Bercaka-cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
4) Minum obat secara teratur
SP PASIEN
SP 1 Pasien: membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik.
SP 2 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain
SP 3 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan Melakukan aktivitas
yang terjadwal
SP 4 Pasien: melatih pasien minumobat secara teratur
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1. Tujuan keperawatan
a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik dirumah
maupun di RS
b) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
pasien
2. Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, jenis halusinasi
yang dialami, tanda gejala, proses terjadinya dan cara merawat
pasien halusinasi.
c) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memeragakan cara
merawat pasien
d) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
Nama Klien :
DX. Medis :
No. CM :
Ruangan :
P e r e n c a n a a n
Tgl No Dx Dx Keperawatan
T u j u a n Kriteria Evaluasi I n t e r v e n s i
Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi
Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya
Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok
TUK 4 : Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Anjurkan Klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
Kilen dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendali kan halusinasi Diskusikan dengan keluarga )pada saat keluarga berkunjung/pada saat kunjungan rumah)
Gejala halusinasi yang di alami klien
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama
Beri informasi waktu fol ow up atau kapan perlu mendapat bantuan halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai orang lain
TUK 5 : Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,efek samping dan manfaat obat
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik Klien dapat mendemontrasi kan penggunaan obat dgn benar
Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat Anjurkan Klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
Klien memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan
Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat