Anda di halaman 1dari 23

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Puskesmas Tamamaung sebagai slah satu puskesmas rawat jalan yang

berada di Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Kecamatan Panakkukang

dilayani oleh 3 puskesmas yaitu Puskesmas Tamamaung, Puskesmas Pampang

dan Puskesmas Karuwisi. Luas wilayah Puskesmas Tamamaung 3,75 km2, dengan

luas tanah 329,98 m2 dan luas bangunan 444 m2.


Puskesmas Tamamaung mempunyai batas wilayah secara administrative yang

terbagi dalam ;
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Panaikang.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tello Baru
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kassi-Kassi
4. Sebelah Selatan berbatasana dengan Kelurahan Buakana
Wilayah kerja Puskesmas Tamamaung terbagi dalam tiga kelurahan yaitu

Kelurahan Tamamaung, Pandang dan Masale, dimana ;


1. Kelurahan Tamamaung dengan luas wilayah 1,27 km, 8 RW dengan 62

RT.
2. Kelurahan Pandang dengan luas wilayah 1,16 km, 7 RW dengan 42

RT.
3. Kelurahan Masale dengan luas wilayah 1,32 km, 7 RW dengan 31 RT.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamamaung tahun 2017

sebanyak 51.194 jiwa dengan distribusi penduduk tersebar di tiga kelurahan

yaitu kelurahan Tamamaung sebanyak 24.298 jiwa, kelurahan Pandang

sebanyak 13.063 jiwa dan kelurahan Masale sebanyak 13.833 jiwa. Jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 25.348 jiwa, perempuan sebanyak 25.846 jiwa


2

sedangkan kepadatan penduduk wilayah puskesmas Tamamaung sebesar

13.652 penduduk per km2, dengan rincian perkelurahan yaitu kelurahan

Tamamaung sebanyak 19.132 penduduk per km2, kelurahan Pandang 11.261

penduduk per km2, dan kelurahan Masale 10.479 per km2.


Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tamamaung sebanyak 24 posyandu

yang tersebar di tiga kelurahan wilayah kerja Puskesmas Tamamung, yaitu ;


1. Kelurahan Tamamaung sebanyak 11 Posyandu
2. Kelurahan pandang sebanyak 7 posyandu
3. Kelurahan Masale sebanyak 6 puskesmas
Sedangkan pos pembinaan terpadu (posbindu) untuk penanganan

penyakit tidak menular sebanyak 3 buah yang terdapat di masing-masing

kelurahan sebanyak 1 buah.


Kegiatan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas Tamamaung terdiri

dari pelayanan di dalam dan di luar gedung. Pelayanan di dalam gedung

dilakukan oleh tenaga dari berbagai profesi dan disiplin ilmu. Hal ini

sudahn ditunjang dengan penggunaan alat dari manual hingga elektrik,

dari yang sederhana hingga canggih. Secara rutin pegawai ditingkatkan

kapasitasnya melalui berbagai pertemuan, workshop, seminar baik yang

diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar maupun pihak terkait

lainnya.
1. Visi dan misi Puskesmas Tamamaung
Visi
Mewujudkan puskesmas Tamamaung sebagai pusat pelayanan

kesehatan yang berkualitas prima.


Misi
a. Meningkatkan sarana dan prasarana
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam

pelaksanaan pelayanan kesehatan


3

c. Mengembangkan jenis pelayanan dan mutu pelayanan

masyarakat
d. Meningkatkan system informasi kesehatan dan manajemen

puskesmas
e. Mengembangkan kemitraan lintas sector dalam upaya

peningkatan kemandirian.
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilkukan di jalan pandang raya salah satu wilayah kerja

puskesmas tamamaung selama 02 Oktober sampai 26 Oktober 2018. Selama

kurung waktu yang ditentukan, didapatkan 24 sampel yang memenuhi kriteria

inklusi. kriteria dalam penelitian ini adalah respoden dengan usia 60-65 tahun

baik laki-laki maupun perempuan, yang mengalami penurunan fungsi kognitif

dan harga diri lansia dan dapat diajak berkomunikasi.


Intervensi yang diberikan berupa reminiscence therapy atau terapi

mengenang masalalu dengan metode aktivitas kelompok terapi ini dilakukan

sebanyak 5 sesi dan dilakukan dalam 9 kalu pertemuan. Sesi 1-4 masing-masing

dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan sedangkan sesi 5 hanya dilakukan 1 kali

pertemuan. Lama waktu setiap kali pertemuan rata-rata 75 menit dan kegiatan

pertemuan dilaksanakan dengan selang waktu 1 hari pelaksanaan terapi ini

dilakukan selama 2 minggu. Penilaian status fungsi kognitif dan harga diri lansia

menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) untuk

mengukur fungsi kognitif lansia dan memakai kuesioner Rosenberg’s self esteem

scale (SES) untuk mengukur harga diri lansia.


1. Analisis univariat
a. Karasteristik Responden
4

Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang telah berumur

60-65 tahun yang mengalami penurunan fungsi kognitif dan harga diri

lansia di jalan pandang raya salah satu wilayah kerja puskesmas

tamamaung yang berjumlah 24 orang. 12 orang kelompok intervensi dan

12 orang kelompok kontrol. Adapun karasteristik responden yang diteliti

terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan,

penghasilan, pengalaman kerja, dan penyakit fisik yang dialami lansia

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jenis


Kelamin, Pendidikan Terakhir, Status Perkawinan, Sumber
Penghasilan, Pekerjaan, Penyakit Fisik
Yang sedang Dialami

Kelompok Intevensi Kelompok Kontrol


Variabel Jumlah Presentase Jumlah Presentase
(n) (%) (n) (%)
Usia
60 1 8,3% 0 0%
61 1 8,3% 1 8,3%
62 2 167% 3 25,0%
63 1 8,3% 0 0%
64 3 25,0% 5 41,7%
65 4 33,3% 3 25%
Total 12 100% 12 100%
Jenis Kelamin
Laki-Laki 4 33,3% 5 41.71
Perempuan 8 66,7% 7 58,3%
Total 12 100% 12 100%
Pendidikan Terakhir
SMU 12 100% 12 100%
Total 12 100% 12 100%
Status Perkawinan
Janda/duda 12 100% 12 100%
Total 12 100% 12 100%
Penghasilan
Ada 6 50% 2 16,7%
Tidak ada 6 50% 10 83,3%
Total 12 100% 12 100%
5

Pekerjaan
Karyawan swasta 6 50% 2 16,7%
Tidak Bekerja 6 50% 10 83,3%
Total 12 100% 12 100%
Penyakit Fisik
Sakit 5 41,7% 5 41,7%
Tidak Sakit 7 58,3% 7 58,3%
Total 12 100% 12 100%
Sumber: Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi usia responden bahwa

dari 24 responden. Jumlah responden terbanyak pada penelitian ini pada

kelompok intervensi usia 65 tahun (33,3%) untuk kelompok kontrol usia

terbanyak adalah 64 tahun (41,%), dan jenis kelamin terbanyak pada

kelompok intervensi adalah perempuan sebanyak 8 orang (66,6%) untuk

kelompok kontrol jenis kelamin terbanyak 7 orang (58,3%), dan

pendidikan terakhir terbanyak pada kelompok intervensi SMU sebanyak

12 orang (100%) untuk kelompok kontrol sebanyak 12 orang (100%),


status perkawinan janda/duda terbanyak pada kelompok

intervensi sebanyak 12 orang (100%) untuk kelompok kontrol

janda/duda sebanyak 12 orang (100%), dan yang mempunyai

penghasilan terbanyak pada kelompok intervensi sebanyak 6 orang

(50%) dan sebanding dengan yang tidak punya penghasilan sebanyak 6

orang (50%) untuk kelompok kontrol yang tidak mempunyai

penghasilan sebanyak 10 orang (83,3%), dan pekerjaan karyawan

swasta sebanyak 6 orang (50%) sebanding dengan yang tidak

mempunyai pekerjaan yaitu sebnayak 6 orang (50%) untuk kelompok

kontrol yang tidak mempunyai pekerjaan sebnayak 10 orang (83,3%) ,


6

dan penyakit fisik tidak sakit sebanyak 7 orang (58,3%) untuk kelompok

kontrol penyakit fisik terbanyak tidak sakit yaitu 7 orang (58,3%).


b. Fungsi kognitif dan harga diri responden
Berdasarkan hasil pengelolahan data yang diperoleh pada

kuesioner short portable Mental Status Questionnare (SPMSQ) terkait

fungsi kognitif responden dan kuesioner Rosenberg,s self esteem scale

(SES) terkait harga diri lansia di wilayah kerja puskesmas Tamamaung.

Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


Tabel 4.2
Distribusi Skor Fungsi Kognitif Pre Test Pada Kelompok
Intervensi Dan Kontrol (n: 24)

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Fungsi Kognitif Jumlah (n) persentase Jumlah (n) Persentase
(%) (%)
Fungsi Kognitif ringan 12 100% 12 0%
Total 12 100% 12 100%
Sumber data primer: 2018
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa fungsi kognitif baik

kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sebelum di berikan

intervensi reminiscence therapy yaitu sebagian besar mengalami fungsi

kognitif kerusakan ringan 12 orang (100%).


Tabel 4.3
Distribusi harga diri pre Test pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol (n:20)

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Harga Diri Jumlah (n) Persentase Jumlah (n) Persentase
(%) (%)
Harga diri Normal 6 50,0 2 16,7%
Harga diri rendah 6 50,0 10 83,3%
Total 12 100% 12 100%
Sumber data primer: 2018
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kelompok

intervensi harga diri normal sebnayak 6 orang (50%) sebanding dengan


7

harga diri rendah 6 orang (50%), dan pada kelompok kontrol harga diri

terbanyak adalah harga diri rendah 10 orang (83,3%).

Tabel 4.4
Distribusi Fungsi Kognitif Post Test Pada Kelompok
Intervensi Dan Kelompok Kontrol (n:24)

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Fungsi Kognitif Jumlah (n) Persentase Jumlah (n) Persentase
(%) (%)
Fungsi kognitif utuh 12 100% 11 91,7%
Fungsi kognitif ringan 0 0% 1 8,3%
Total 12 100% 12 100%
Sumber data primer :2018
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa fungsi kognitif lansia

setelah diberikan intervensi reminiscence therapy pada kelompok

intervensi mengalami perubahan yaitu semua responden mengalami

peningkatan yaitu fungsi kognitif utuh sebanyak 12 orang (100%).

Sedangkan pada kelompok kontrol juga mengalami peningkatan yaitu

sebanyak 11 orang (91,7%) yang mengalami peningkatan fungsi

kognitif.
Tabel 4.5
Distribusi Harga Diri Rendah Post Test Pada Kelompok
Intevensi Dan Kelompok Kontrol

Kelompok intervensi Kelompok kontrol


Harga diri Jumlah (n) Persentase Jumlah (n) Persentase
(%) (%)
Harga diri normal 12 100% 3 25,0%
Harga diri rendah 0 0% 9 75%
Total 12 100% 12 100%
Sumber data primer: 2018
8

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa harga diri lansia

setelah diberikan intervensi reminiscence therapy pada kelompok

intervensi mengalami perubahan yaitu semua harga diri normal

sebanyak 12 orang (100%) sementara pada kelompok kontrol harga diri

terbanyak harga diri rendah 9 orang (75%).


2. Analisis Bivariat
Efektivitas reminiscence therapy terhadap fungsi kognitif dan harga diri

lansia
Berdasarkan hasil pengolahan data yang di peroleh pada kuesioner

fungsi kognitif Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) dan

kuesioner harga diri Rosenberg’s Self Esteem Scale (SES) di wilayah kerja

puskesmas tamamaung. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis

penelitian yaitu Efektivitas reminiscence therapy terhadap perubahan status

fungsi kognitif dan harga diri lansia. Penelitian ini merupakan penelitian

kuaasi eksperiment yang digunakan uji hipotesis koporatif variable numerik

dari dua kelompok yang tidak berpasangan dengan dua kali pengukuran

(pre-test dan post test) untuk melihat pengaruh sebelum dan setelah

dilakukan intervensi yang diberikan kepada responden berupa reminiscence

therapy terhadap perubahan status fungsi kognitif dan harga diri lansia. Pada

penelitian ini uji yang digunakan adalah Shapiro wilk. Menurut dahlan

(2014), uji Shapiro wilk digunakan untuk sampel yang berjumlah lebih

sedikit (kurang atau sama dengan 50 sampel). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lansia yang telah memenuhi kriteria inklusi berjumlah
9

24 orang. Hasil uji normalitas Shapiro wilk pada penelitian ini dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :


Tabel 4.6
Uji Normalitas Shapiro Wilk

Shapiro Wilk
Variabel Statistic Df Sig
Pre test kelompok intervensi fungsi ,000 ,000 ,000
kognitif
pre test kelompok intervensi harga ,331 12 ,000
diri
Pre test kelompok kontrol fungsi ,000 ,000 ,000
kognitif
Pre test kelompok kontrol harga ,499 12 ,000
diri
Post test fungsi kognitif kelompok 0,000 ,000 ,000
intervensi
Post test kelompok harga diri ,000 ,000 ,000
intervensi
Post test kelompok kontrol fungsi ,530 12 ,000
kognitif
Post test kelompok kontrol harga ,460 12 ,000
diri

Sumber data primer: 2018

Berdasarkan tabel 4.6 bahwa pada uji normalitas dengan

menggunakan Shapiro wilk di peroleh nilai p=0,000 untuk status fungsi

kognitif sebelum dan setelah di berikan intervensi pada kelompok intervensi

dan kontrol. Untuk status harga diri sebelum dan setelah diberikan intervensi

diperoleh nilai p=0,000 pada kelompok intervensi dan kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai p<0,005 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

distribusi tidak normal. Jadi, uji yang digunakan untuk melihat pengaruh

sebelum dan setelah diberikan intervensi reminiscence therapy terhadap

perubahan status fungsi kognitif dan harga diri lansia yaitu menggunakan uji
10

wilcoxon dan uji maanwhitney untuk mengetahui perbedaan status fungsi

kognitif dan harga diri lansia sebelum dan sesudah diberikan reminiscence

therapy pada kelompok intervensi dan kontrol.


Tabel 4.7
Frekuensi Fungsi Kognitif Lansia Pre Dan Post Test Pada Kelompok
Intervensi Dan Kelompok Kontrol Dengan Menggunakan Uji Mann
whitney (n:24)

Variabel N Mean SD SE Mean P=value


mean Difference
Pre Test Kelompok 12 4.00 ,000 .000 -083
Fungsi kognitif intervensi 1,000
Kelompok 12 4.08 ,083 .289 -083
kontrol
Post test fungsi Kelompok 12 1,83 .389 .112 -1.167
kognitif intervensi 0,090
Kelompok 12 3.00 .123 .123 -1.167
kontrol
Sumber data primer : 2018

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai pre test fungsi

kognitif pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol nilai mean

difference -083 dan post test fungsi kognitif kelompok intervensi dan

kelompok kontrol mempunyai nilai mean difference -1.167 dapat diartikan

bahwa nilai mean pada pre test kelompok intervensi dan kelompok kontrol

mempunyai nilai mean yang lebih banyak dibandingkan post test kelompok

intervensi dan kelompok kontrol. Standar Eror mean (SE mean) untuk

melihat akurat data semakin kecil standar Eror mean maka sampel semakin

akurat.jika dilihat dari tabel pre test fungsi kognitif kelompok kontrol

mempunyai nilai standar eror mean yang lebih tinggi yaitu .289 sementara
11

pre test dari fungsi kognitif pada kelompok intervensi yaitu .000 yang

mempunyai nilai standar eror lebih rendah. Pada pre test kelompok

intervensi dan kelompok kontrol mempunyai nilai p=>0,05 yaitu p= 1,000

sedangkan pada post test kelompok intervensi dan kelompok kontrol nilai

p=0,90.
Tabel 4.8
Frekuensi Harga diri Lansia Pre Dan Post Test Pada Kelompok
Intervensi Dan Kelompok Kontrol Dengan Menggunakan Uji Mann
whitney (n:24)
Variabel N Mean SD SE Mean P=value
mean Difference
Pre Test Kelompok 12 14.58 .900 .260 .833
Harga Diri intervensi 1,000
Kelompok 12 13.75 .754 .218 .833
kontrol
Post test Harga Kelompok 12 16.83 .937 .271 2.583
Diri intervensi 0,090
Kelompok 12 14.25 .754 .218 2.583
kontrol
Sumber data primer : 2018

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai pre test harga diri

dan post test harga diri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

pada pre test harga diri nilai mean difference .833 sedangkan untuk post test

nilai difference 2.583 dapat diartikan bahwa pada pre test harga diri

mempunyai nilai mean difference yang lebih rendah daripada post test harga

diri. Nilai SE mean Pre test Harga diri pada kelompok intervensi lebih

tinggi yaitu .260 daripada pre test harga diri kelompok kontrol yaitu .218

sementara pada post test harga diri SE mean kelompok intervensi

mempunyai nilai yang lebih tinggi yaitu .271 sedangkan kelompok kontrol .
12

218. pada pre test harga dir kelompok intervensi dan kelompok kontrol

mempunyai nilai p=1.000 sementara post test harga diri kelompok

intervensi dan kelompok kontrol mempunyai nilai p=0,90.


Tabel 4.9
Fungsi kognitif dan harga diri lansia pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan reminiscence therapy
pada kelompok intervensi dengan menggunkan
uji wilcoxonn (n:24)

Variabel Mean Median SD Min-Max P=value


Kelompok Pre test 2,00 2,00 ,000 2-2
intervensi fungsi 0,001
kognitif Post test 1,83 2,00 0,389 1-2
Kelompok kontrol Pre test 2,00 2,00 0,000 2-2
Fungsi kognitif 0,001

Post test 3,00 3,00 0,425 2-4


Sumber data primer : 2018

Hasil uji statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan uji

wilcoxon.Standar Deviasi kelompok intervensi fungsi kognitif pre test ,000

dan kelompok intervensi fungsi kognitif post test 0,389 sementara kelompok

kontrol fungsi kognitif pada pre test 0,000 dan post test 0,425. Diperoleh

nilai p=value 0,001 untuk kelompok intervensi pre test dan post test.

Kemudian untuk kelompok kontrol fungsi kognitif pre test dan post test

diperoleh nilai p=value 0,001. Pada kelompok intervensi fungsi kognitif pre

test dan post test dan kelompok kontrol fungsi kognitif pre test dan post test

Ditemukan nilai p value yang tidak signifikan sehingga hipotesis nol (H 0)

diterima yakni tidak ada pengaruh reminiscence therapy terhadapfungsi

kognitif.
Tabel 4.10
13

Fungsi kognitif dan harga diri lansia pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan reminiscence therapy
pada kelompok intervensi dengan menggunkan
uji wilcoxonn (n:24)

Variabel Mean Median SD Min-Max P=value


Kelompok intervensi Pre test 14,58 14,50 0,900 13-16
harga diri 0,014
Post test 16,83 16,50 0,937 16-18
Kelompok kontrol Pre test 13,75 14,00 0,754 13-15
harga diri 0,317
Post test 14,25 14,00 0,754 13-16
Sumber data primer : 2018

Hasil uji statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan uji

wilcoxon kelompok intervensi harga diri didapatkan nilai pre test standar

deviasi (SD) 0,900 dan kelompok intervensi harga diri post testdidapatkan

nilai SD 0,937.sementara kelompok kontrol harga diri pre test didapatkan

nilai SD 0,754 dan kelompok kontrol harga diri post test didapatkan nilai SD

0,754. kelompok intervensi harga diri pre test dan post test diperoleh nilai

p=value 0,014 dan kelompok kontrol harga diri pre test dan post test

diperoleh nilai p=value 0,317. Maka dapat diartikan bahwa pada harga diri

terdapat perbedaan bermakna antara kelompok intervensi harga diri dan

kelompok kontrol harga diri. sementara pada fungsi kognitif tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Ditemukan nilai p value yang signifikan sehingga hipotesis

Alternatif (Ha) diterima yakni ada pengaruh reminiscence therapy

terhadapharga diri.
C. Pembahasan
14

1. Status Fungsi Kognitif Lansia Sebelum Pemberian Reminiscence

Therapy
Pada penelitian ini digunakan uji maan whitney untuk mengetahui

perbandingan kelompok intervensi pre test fungsi kognitif dan kelompok

kontrol pre test fungsi kognitif. Pada kelompok intervensi pre test

Didapatkan nilai mean (nilai rata-rata) 4.00, nilai SD (standar deviasi) untuk

melihat variasi data yaitu ,000 dan SE mean (Standar Eror) mean untuk

melihat akurat data semakin kecil angka maka semakin akurat didapatkan

nilai .000 dan nilai mean difference -083. Dan nilai p value 1,000 sementara

pada kelompok kontrol pre test fungsi kognitif nilai mean didapatkan 4.00

standar deviasi (SD) ,083 dan Standar eror mean ,289 dan mean difference

untuk melihat nilai rata-rata dari dua kelompok didapatkan -083. Didapatkan

nilai Sebelum dilakukan reminiscence therapy, data skor fungsi kognitif

responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan nilai

sebanyak 24 orang (100%) yang mengalami fungsi kognitif ringan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan responden. Pada saat

ditanya beberapa pertanyaan responden menjawab dengan benar dan

beberapa menjawab dengan jawaban salah, dan terkadang pada saat

responden ditanya orang disekitarnya juga menjawab sehingga responden

mengetahui jawaban yang ditanyakan. Penelitian yang dilakukan oleh (Ratep

et al., 2014) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

fungsi kognitif adalan usia, pendidikan dan lingkungan. Hal ini sejalan
15

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rasyid, Syafrita, & Sastri, 2017)

yang mengatakan bahwa genetik, usia, pendidikan, dan lingkungan dapat

mempengaruhi fungsi kognitif lansia. Peneliti berasumsi bahwa fungsi

kognitif sangat di pengaruhi oleh dua faktor yaitu pendidikan dan

lingkungan, orang yang memiliki pendidikan tinggi maka fungsi kognitifnya

juga baik dan orang yang berada pada lingkungan yang kurang baik maka

fungsi kognitifnya juga akan menurun.


2. Status Harga diri lansia sebelum diberikan reminiscence therpy
Pada penelitian ini digunakan uji maan whitney untuk mengetahui

perbandingan kelompok intervensi pre test harga diri dan kelompok kontrol

pre test harga diri. Pada kelompok intervensi pre test Didapatkan nilai mean

(nilai rata-rata) 14.58, nilai SD (standar deviasi) untuk melihat variasi data

yaitu ,900 dan SE mean (Standar Eror) mean untuk melihat akurat data

semakin kecil angka maka semakin akurat. didapatkan nilai .260 dan nilai

mean difference .833. Dan nilai p value 1,000 sementara pada kelompok

kontrol pre test harga diri nilai mean didapatkan 13.75 standar deviasi (SD) ,

754 dan Standar eror mean ,218 dan mean difference untuk melihat nilai

rata-rata dari dua kelompok didapatkan -833. Sebelum dilakukan pemberian

reminiscence therapy, didapatkan data skor harga diri responden yang

bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi

harga diri normal sebanyak 6 responden (50%) dan harga diri tidak normal

sebnayak 6 orang (50%). Sementara untuk kelompok kontrol harga diri

didapatkan harga diri normal 2 orang (16%) dan harga diri rendah sebanyak
16

10 orang (83,3%). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan

responden hal ini disebabkan oleh lansia menganggap bahwa dirinya sudah

tua tidak bisa melakukan apa-apa lagi seperti dulu. Sedangkan untuk

responden dengan harga diri normal dapat menerima kedaan yang dirasakan

saat ini namun kadang mereka juga berfikir bahwa mereka tidak puas dengan

dirinya beda dengan dirinya yang dulu, mereka juga selalu ingin dihargai

oleh orang-orang disekitarnya.


Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Narullita,

2017) bahwa lansia akan mengalami perubahan dimana akan seringkali

muncul perasaan tidak berguna dan tidak berharga. Pendapat yang sama juga

di kemukakan oleh (Aghania Zahara, 2015) bahwa harga diri rendah pada

lansia juga dipengaruhi oleh kondisi fisik, peran, lingkungan keluarga, dan

lingkungan sosial. Maka peneliti berasumsi bahwa lansia akan mengalami

penurunan dalam tubuhnya dan itu terjadi secara alamiah sehingga lansia

cenderung merasa tidak berharga. Dimana lingkungan juga mempengaruhi

konsep diri lansia. lingkungan yang baik adalah lingkungan yang

memberikan peran kepada lansia sehingga mereka cenderung akan meresa

berharga.
3. Status Fungsi Kognitif lansia setelah pemberian Reminiscence

therapy
Pada penelitian ini digunakan uji maan whitney untuk mengetahui

perbandingan kelompok intervensi post test fungsi kognitif dan kelompok

kontrol pre test fungsi kognitif. Pada kelompok intervensi post test
17

Didapatkan nilai mean (nilai rata-rata) 1,83 nilai SD (standar deviasi) untuk

melihat variasi data yaitu ,389 dan SE mean (Standar Eror) mean untuk

melihat akurat data semakin kecil angka maka semakin akurat. didapatkan

nilai .112 dan nilai mean difference -1.167. Dan nilai p value 0,090

sementara pada kelompok kontrol post test fungsi kognitif nilai mean

didapatkan 3.00 standar deviasi (SD) ,123 dan Standar eror mean ,123 dan

mean difference untuk melihat nilai rata-rata dari dua kelompok didapatkan

–1.167. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan

reminiscence therapy selama 9 kali pertemuan terjadi perubahan status pada

kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. dari hasil uji wilcoxon

untuk melihat pengaruh terapi didapatkan nilai kelompok intervensi fungsi

kognitif p=0,001 dan kelompok kontrol fungsi kognitif didapatkan nilai

p=0,001 tidak terdapat perbedaan kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. yang memiliki arti bahwa hipotesis nol (H 0) diterima yakni tidak

terdapat pengaruh reminiscence therapy terhadap fungsi kognitif. Menurut

(prof. Dr. Veithzal Rivai Zainal,2016) pendidikan menjadi faktor utama

dalam pembentukan pribadi manusia. Menurut (Danny Indra Setiawan,

2015), Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik dan buruknya

pribadi manusia. Pendidikan mampu mengkompensasi semua tipe

neurodegenerative dan gangguan vascular, dan juga mempengaruhi berat

otak. Orang yang berpendidikan lebih lanjut, mampu menghadapi perbaikan


18

kognitif serta neurodegenerative dibandingkan orang yang memiliki

pendidikan rendah.
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Shofia Rhosma Dewi, 2018) yang berjudul Pengaruh Reminiscence Therapi

Terhadap Fungsi Kognitif Lansia Di UPT PSTW Bondowoso dalam

penelitian yang dilakukan oleh Shopia Rhosma memaparkan hasil terdapat

pengaruh reminiscence therapy terhadap peningkatan fungsi kognitif lansia.

Perbedaan yang didapatkan dari penelitian ini adalah jenis instrument yang

digunakan oleh Shopia Rhosma menggunkanakan instrumen MMSE (mini

mental State Exam) yang terkait fungsi kognitif, kondisi demografi, dan

tidak mengkategorikan usia, pendidikan dan jumlah sampel yang digunakan,

shofia Rhosma berfokus pada lansia yang tinggal di PSTW Bondowoso dan

menggunakan sampel 20 responden yang terbagi dalam 4 kelompok.


Hasil penelitian yang didapatkan berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Gusti Ayu Ariani, 2018) yang berjudul pengaruh

Reminiscence Therapy Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia Di UPT.

Puskesmas Abiansemal dalam penelitian yang dilakukan oleh Gusti Ayu

Ariani memaparkan hasil terdapat pengaruh terapi reminiscence therapy

terhadap peningkatan fungsi kognitflansia. Perbedaan yang didapatkan dari

penelitian ini adalah jenis instrumental yang digunakan oleh Gusti Ayu

Ariani menggunakan instrument MMSE (mini mental state Exam) yang

terkait fungsi kognitif, kondisi demografi, tidak mengkategorikan usia,

pendidikan dan jumlah sampel yang digunakan, Gusti Ayu Ariani berfokus
19

pada lansia yang berada di UPT. Puskesmas Abiansenal sampel 14

responden.
Peneliti berasumsi bahwa fungsi kognitif sangat di pengaruhi oleh

tingkat pendidikan jika seseorang berpendidikan tinggi maka fungsi kognitif

dalam dirinya pun akan meningkat namun sebaliknya jika seseorang tidak

memiliki pendidikan tinggi maka fungsi kognitifnya juga dapat menurun.


4. Status Harga Diri Lansia Setelah Pemberian Reminiscence therapy
Pada penelitian ini digunakan uji maan whitney untuk mengetahui

perbandingan kelompok intervensi post test harga diri dan kelompok kontrol

post test harga diri. Pada kelompok intervensi post test Didapatkan nilai

mean (nilai rata-rata) 14.25 nilai SD (standar deviasi) untuk melihat variasi

data yaitu ,754 dan SE mean (Standar Eror) mean untuk melihat akurat data

semakin kecil angka maka semakin akurat. didapatkan nilai .218. Dan nilai p

value 0,090 sementara pada kelompok kontrol post test harga diri nilai

mean didapatkan 14.25 standar deviasi (SD) ,754 dan Standar eror mean .

218 dan mean difference untuk melihat nilai rata-rata dari dua kelompok

yaitu didapatkan 2.583. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah

diberikan reminiscence therapy selama 9 kali pertemuan terjadi perubahan

status pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. dari hasil uji

wilcoxon didapatkan nilai kelompok intervensi fungsi harga diri p=0,014

dan kelompok kontrol fungsi harga diri didapatkan nilai p=0,317 terdapat

perbedaan kelompok intervensi dan kelompok kontrol. yang memiliki arti

bahwa hipotesis alternetif (Ha) diterima yakni terdapat pengaruh


20

reminiscence therapy terhadap harga diri lansia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa setelah diberikan reminiscence therapy selama 9 kali

pertemuan terjadi perubahan status harga diri lansia pada kelompok

intervensi. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Syarniah, 2010) bahwa reminiscence therapy dapat menurunkan harga diri

rendah, ketidak berdayaan, keputusasaan dan isolasi sosial secara bermakna.

Penelitian lain yang dilakukan oleh (Tantri Widyarti Utami, 2014)

menggunakan terapi reminiscence therapy untuk penyakit kronik pada lansia

menunjukkan hasil keberhasilan dengan nilai p=<0,05 yaitu p=0,000.

Penelitian lain jiga yang dilakukan oleh (Dya Sustrami, Setiadai, 2017) yang

berjudul “Implementasi Reminiscence Therapy Terhadap Peningkatan Harga

Diri Lansia Di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya” dalam penelitian

yang dilakukan oleh Dya Sustrami, dkk memaparkan hasil jika reminiscence

therapy merupakan kegiatan yang menarik bagi lansia, sangat mudah

dilakukan dan memiliki manfaat positif terhadap psikologi lansia.


. Menurut stuart dalam (Syarniah, 2010) mengungkapkan bahwa

reminiscence therapy digunakan untuk membantu individu mencapai

integritas, meningkatkan harga diri dan menstimulus individu untuk berfikir

tentang dirinya sendiri. (prof. Dr. Budi Anna Keliat, 2015) terapi aktivitas

kelompok merupakan upaya untuk memfasilitasi sejumlah klien dalam

membina hubungan sosial yang menolong seseorang sosial yang bertujuan

untuk menolong klien dalam berhubungan dengan orang lain dengan


21

kegiatan seperti mengajukan pertanyaan, berdiskusi, bercerita tentang

dirinya sendiri pada kelompok serta menyapa teman dalam kelompok.


Pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan harga diri 1 orang.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan responden, hal ini

disebabkan lansia setuju bahwa kadang-kadang dia berfikir tidak baik secara

keseluruhan dan pada pre test sebelumnya ia menjawab tidak setuju jika

dirinya kadang-kadang berfikir bahwa ia tidak baik secara keseluruhan. Hal

ini bisa saja terjadi sejalan dengan teori (Nugroho, 2008) yaitu lansia

mengalami banyak perubahan dan penurunan fungsi fisik dan psikologi. Hal

tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah yang berpengaruh dalam

menilai dirinya sendiri. Dalam teori lain juga menyebutkan bahwa penyebab

konsep diri lansia menjadi negative karena perubahan pada fisiknya juga

merupakan stressor yang adapat memperburuk kondisi konsep diri,

perubahan konsep diri yang negative akan mempengaruhi harga diri menjadi

rendah dan akan mempengaruhi dalam berinteraksi dengan orang lain.

(Heryanto Adi Nugroho, 2012).


Peneliti berasumsi bahwa faktor tersebut mungkin saja dipengaruhi

oleh kondisi fisik yang dialami oleh lansia dan lingkungan sehingga pada

saat diajukan pertanyaan pre test dan post test dengan pertanyaan yang sama

jawabannya berbeda.
Harga diri dalam bahasa arab disebut “Izzah’. Harga diri berkaitan

dengan kemampuan individu utnuk menilai diri sendiri. Aspek evaluatif dari

konsep diri yangg dimiliki oleh seseorang adalah harga diri. Al-Qur’an
22

mengajarkan bahwa harga diri dari kualitas terbaik seorang mukmin adalah

taqwa kepada Allah s.w.t ( Purwakina, 2016). Sebagaimana dalam Q.S. Ali

Imran : 139 :
‫ن‬ ‫ن‬
١٣٩ ‫ن‬ ‫مؤؤ ن‬
‫منني ن‬ ‫كنتتم م‬ ‫م ٱؤلأؤعل نؤو ن‬
‫ن نإن ت‬ ‫وننل ت نهنتنوا ا وننل ت نؤحنزتنوا ا ونأنت ت ت‬

Terjemahan

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih


hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman (Kemenag, 2017).

Dalam ayat ini islam menganjurkan umatnya agar tidak merasa

rendah diri dengan orang lain, tetapi tidak boleh merasa lebih tinggi dari

orang lain. Orang yang memiliki taqwa yang tinggi maka tinggi pula

derajatnya disisi Allah s.w.t. orang yang memiliki harga diri yang tinggi

dimata Allah adalah orang yang bertaqwa, yaitu merekan yang selalu

menjalankan perintah Allah s.w.t dan manjauhi larangan-Nya, melakukan

kebaikan dan selalu menjauhi perbuatan yang dapat merugikan dirinya dan

orang disekitarnya.
Individu yang memiliki harga diri yang baik secara fundamental puas

terhadap diri mereka, mereka mampu mengenali kekuatan diri mereka dan

dapat mengetahui kelemahan meraaka serta berusaha untuk mengatasinya.

Kegiatan reminiscence therapy ini dilakukan secara berkelompok yang

mempunyai keuntungan dari pada dilakukan secara individu. Reminiscence

therapy dengan metode aktivitas kelompok secara langsung maupun tidak


23

langsung memberikan kesempatan kepada lasnia untuk mendapatkan

support system dari orang lain. Support system yang dimaksud dalam hal ini

menurut Ebersole (2010) adalah pada saat terapi diberikan secara kelompok

maka secara tidak langsung lansia memberikan kesempatan kepada lansia

yang lain untuk menjadi support dan juga sebaliknya, lansia yang

bersangkutan juga mendapat support dari rekannya dan terapis (peneliti).


D. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu kurangnya media yang

digunakan untuk menstimulus kembali ingatan lansia (gambar yang berkaitan

dengan masalalunya) dan modul yang dipakai tidak dimodifikasi sehingga bahasa

yang digunakan terlalu kaku dan menoton.

Anda mungkin juga menyukai