Anda di halaman 1dari 24

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Osteomeylitis adalah suatu proses peradangan akut atau kronik dari tulang dan struktur-strukturnya,
sekunder terhadap infeksi dari organisme pyogenik.1 Osteomyelitis merupakan infeksi pada tulang dan
sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik ( m. tuberkulosa, jamur).5

2.2. Klasifikasi
Osteomyelitis dapat diklasifikasikan menurut menurut patogenesisnya direct/ eksogen dan hematogen, dan
menurut perjalanan penyakitnya sebagai akut, subakut, dan kronis; tiap tipe didasarkan pada lamanya
waktu dari onset timbulnya penyakit (terjadinya infeksi atau luka). Osteomyelitis akut berkembang antara
dua minggu setelah onset penyakit, osteomyelitis subakut antara satu sampai beberapa bulan dan
osteomyelitis kronik setelah beberapa bulan. 1 Osteomyelitis hematogen merupakan infeksi yang
disebabkan oleh penyebaran bakteri melalui darah. Osteomyelitis direct/ eksogen disebabkan oleh kontak
langsung jaringan dan bakteri selama trauma atau pembedahan.4

2.3. Etiologi
Agen penginfeksi osteomyelitis hematogen meliputi S aureus, organisme Enterobacteriaceae, group A dan B
Streptococcus, dan H influenzae. Agen penginfeksi osteomyelitis direct/eksogen; meliputi S aureus, coliform
bacilli, dan Pseudomonas aeruginosa.4

2.4. Faktor predisposisi


Status penyakit diketahui sebagai faktor predisposisi pasien terhadap osteomyelitis meliputi diabetes
mellitus, penyakit sickle cell, AIDS, penyalahgunaan obat-obatan secara i.v., alkoholik, penggunaan steroid
jangka panjang, penurunan kekebalan tubuh, dan penyakit sendi kronik. Sebagai tambahan, implant
prosthetik dalam ortopedik dapat merupakan faktor resiko terjadinya osteomyelitis pada pembedahan
ortopedik atau fraktur terbuka.4

2.5. Patogenesis
Infeksi dalam sistem muskuloskletal bisa berkembang dalam satu dari dua cara. Bakteri ditularkan melalui
darah dari fokus infeksi yang telah ada sebelumnya (infeksi saluran pernafasan atas, infeksi genitourinarius,
furunkel) bisa tersangkut di dalam tulang, sinovium atau jaringan lunak ekstremitas serta membentuk
abses. Bakteri bisa juga mencapai sistem muskuloskletal dari lingkungan luar (luka penetrasi, insisi bedah,
fraktur terbuka). Infeksi hematogen lebih lazim ditemukan dalam masa kanak-kanak, sedangkan infeksi
eksogen lebih sering ditemukan pada dewasa yang terpapar trauma.2 Osteomyelitis akut lebih sering terjadi
anak-anak dan sering disebarkan secara hematogen. Pada dewasa, osteomyelitis umumnya berupa infeksi
subakut atau kronik yang merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka pada tulang dan sekitar jaringan
lunak.1

Pada osteomyelitis hematogen akut tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan tersering femur,
diikuti oleh tibia, humerus radius, ulna, dan fibula bagian tulang yang terkena adalah bagian metafisis dan
penyebab tersering adalah staphylococcus aureus.7 Predisposisi untuk infeksi pada metafisis dianggap
berhubungan dengan pola aliran darah setinggi sambungan lempeng fiseal metafisis. Aliran darah yang
lamban melalui vena eferen pada tingkat ini memberikan tempat untuk penyebaran bakteri. Epifisis tulang
panjang mempunyai suplai aliran darah terpisah dan jarang terlibat osteomyelitis akut. Dengan maturasi,
ada osifikasi total lempeng fiseal dan ciri aliran darah yang lamban dihilangkan. Sehingga osteomyelitis
hematogen pada orang dewasa merupakan suatu kejadian yang tak lazim.2

Pada osteomyelitis, bakteri mencapai daerah metafisis tulang melalui darah dan tempat infeksi di bagian
tubuh yang lain seperti pioderma atau infeksi saluran nafas atas. Trauma ringan yang menyebabkan
terbentuknya hematoma diduga berperan dalam menentukan timbulnya infeksi didaerah metafisis yang
kaya akan pembuluh darah. Hematoma tersebut merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri
yang mencapai tulang melalui aliran darah. Di daerah hematoma tersebut terbentuk suatu fokus kecil infeksi
bakteri sehingga terjadi hyperemia dan edema. Tulang merupakan jaringan yang kaku dan tertutup
sehingga tidak dapat menyesuaikan diri dengan pembengkakan yang terjadi akibat edema dan oleh karena
itu, edema akibat peradangan tersebut menyebabkan kenaikan tekanan intraseus secara nyata dan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan menetap, kemudian terbentuk pus, yang semakin meningkatkan
tekanan intraseus didaerah infeksi dengan akibat timbulnya gangguan aliran darah. Gangguan aliran darah
ini dapat mengakibatkan terjadinya trombosis vaskuler dan kematian jaringan tulang.3

Mula-mula terdapat fokus infeksi di daerah metafisis, lalu terjadi hiperemia dan udem. Karena tulang bukan
jaringan yang bisa berekspansi maka tekanan dalam tulang yang hebat ini menyebabkan nyeri lokal yang
hebat. Biasanya osteomyelitis akut disertai dengan gejala septikemia seperti febris, malaise, dan anoreksia.
Infeksi dapat pecah ke periost, kemudian menembus subkutis dan menyebar menjadi selulitis, atau
menjalar melelui rongga subperiost ke diafisis. Infeksi juga dapat pecah ke bagian tulang diafisis melalui
kanalis medularis. Penjalaran subperiostal ke arah diafisis, sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang
disebut sekuester. Periost akan membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang mati tersebut. Tulang
baru yang menyelubungi tulang mati disebut involukrum.7

Osteomyelitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat
dan banyak mengandung sinusoid. Penyebaran osteomyelitis dapat terjadi; (1) penyebaran ke arah kortek,
membentuk abses subperiosteal dan sellulitis pada jaringan sekitarnya; (2) penyebaran menembus
periosteum membentuk abses jaringan lunak. Abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan
menimbulkan fistel. Abses dapat menyumbat atau menekan aliran darah ke tulang dan mengakibatkan
kematian jaringan tulangg (sekuester); (3) penyebaran ke arah medula; dan (4) penyebaran ke persendian,
terutama bila lempeng pertumbuhannya intraartikuler misalnya sendi panggul pada anak-anak. Penetrasi ke
epifisis jarang terjadi.5

Tanpa pengobatan, infeksi selanjutnya dapat menyebar ketempat lain. Penyebaran lokal terjadi melalui
struktur trabekula yang porus ke kortek metafisis yang tipis, sehingga melalui tulang kompakta. Infeksi
meluas melalui periosteum melalui kanal atau saluran haver dan menyebabkan periosteum, yang tidak
melekat erat ke tulang pada anak-anak, mudah terangkat sehingga terbentuk abses subperiosteum,
terangkatnya periosteum akan menyebabkan terputusnnya aliran darah kekortek dibawah periosteum
tersebut dan hal ini semakin memperluas daerah tulang yang mengalami nekrosis. Penyebaran infeksi
kearah kavum medular juga akan menggangu aliran darah kebagian dalam kortek tulang. Gangguan aliran
darah dari 2 arah ini yaitu dari kavum medulare dan periosteum mengakibatkan bagian kortek tulang
menjadi mati serta terpisah dari jaringan tulang yang hidup, dan dikenal sebagai sekuestrum. Sekuestrum
adalah awal dari stadium kronik. Infeksi didaerah subperiosteum kemudian dapat menjalar kejaringan lunak
menyebabkan sellulitis dan kemudian abses pada jaringan lemak. Pus akhirnya akan keluar menuju ke
permukaan kulit melalui suatu fistel.3

Pada tempat-tempat tertentu, infeksi didaerah metafisis juga dapat meluas ke rongga sendi dan
mengakibatkan timbulnya arthritis septik, keadaan semacam ini dapat terjadi pada sendi-sendi dengan
tempat metafisis tulang yang terdapat di dalam rongga sendi, seperti pada ujung atas femur dan ujung atas
radius, sehingga penyebaran melalui periosteum mengakibatkan infeksi tulang kedalam sendi tesebut. Jika
bagian metafisis tidak terdapat di dalam sendi, namun sangat dekat dengan sendi maka biasanya tidak
terjadi arthritis septic dan lebih sering berupa efusi sendi steril.3
Penyebaran infeksi melalui pembuluh darah yang rusak akan menyebabkan septikemia dengan manifestasi
berupa malaise, penurunan nafsu makan dan demam.septicemia merupakan ancaman bagi nyawa penderita
dan dimasa lalu merupakan penyebab kematian yang lazim.3

Pada infeksi yang berlangsung kronik terangkatnya periosteum menyebabkan timbulnya reaksi
pembentukan tulang baru yang di dalamnya terdapat sekuestrum dan disebut involukrum. Reaksi ini
terutama terjadi pada anak-anak, sehingga disepanjang daerah diafisis dapat terbentuk tulang baru dari
lapisan terdalam periosteum. Tulang yang baru terbentuk ini dapat menpertahankan kontinuitas tulang,
meskipun sebagian besar bagian tulang yang terinfeksi telah mati dan menjadi sekuestrum.3
Pada bayi, dapat mengenai seluruh tulang dan sendi di dekatnya. Karena masih adanya hubungan aliran
darah antara metefisis dan epifisis melintasi gwoth plate, sehingga infeksi dapat meluas dari metafisis ke
epifisis serta kemudian kedalam sendi. Pada anak-anak biasanya infeksi tidak meluas ke daerah epifisis
karena growth plate dapat bertindak sebagai barier yang elektif, disamping sudah tidak terdapat hubungan
aliran darah langsung antara metafisis dan epifisis. Sementara pada orang dewasa growth plate yang
menjadi penghalang perluasan infeksi telah menghilang sehingga epifisis dapat terserang, namun jarang
terjadi abses subperiosteum, karena periosteum pada orang dewasa telah merekat erat dengan kortek
tulang. Infeksi yang luas menyebabkan kerusakan growth plate akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
yang serius di kemudian hari.3

2.5. Manifestasi Klinis


Perjalanan klinis osteomielitis biasanya dimulai dengan nyeri lokal serta timbul dengan cepat, malaese
generalisata, demam dan kedinginan. Riwayat infeksi sebelumnya di dapat dalam sekitar 50% pasien.
Pembengkakan generalisata dal;am daerah infeksi biasanya disertai dengan eritema. Pembesaran kelenjar
limfe proksimal bisa ada. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lekositosis, anemia ringan sampai sedang
dan peningkatan laju endap darah. Karena tanda-tanda radiografi osteomielitis tidak terbukti sekitar 10 hari,
maka diagnosis dibuat atas dasar klinis saja dalam kasus akut.2

Pada awal penyakit, gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise menonjol, sedangkan gejala lokal
seperti pembengkakan atau selulitis belum tampak. Pada masa ini dapat terjadi salah diagnosis sebagai
demam tifoid. Nyeri spontan lokal yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta
kesukaran gerak dari ektremitas yang terkena, merupakan gejala osteomyelitis hematogen akut. Pada saat
ini diagnosis harus ditentukan berdasarkan gejala klinis, untuk memberikan pengobatan yang adekuat.
Diagnosis menjadi lebih jelas bila didapatkan sellulitis subkutis.7
Biakan darah harus didapatkan dan akan positif dalam sekitar 50% pasien. Staphylococcus aureus
merupakan organisme penyerang paling sering. Dalam bayi dan neonatus, streptococcus bisa menghasilkan
gambaran klinis yang sama. Organisme gram negatif juga bisa bersifat etiologi, walaupun umumnya
menimbulkan perjalanan yang kurang fulminan dibandingkan yang diuraikan. Secara khusus, osteomielitis
salmonella yang melibatkan diafisis tulang panjang, bisa merupakan komplikasi anemia sel sabit.2
Osteomyelitis eksogen sering mengikuti fraktur terbuka terkontaminasi. Organisme manapun bisa
terlibat.Biasanya infeksi terbatas pada tempat cidera dan biasanya karena periosteum telah putus, Maka
elevasi periosteum dan perluasan infeksi tidak terlihat. Jika lika telah tertutup, maka multiplikasi bakteri
tetap bisa menyebabkan dehisasi spontan dengan drainase purulenta.2

2.7. Osteomyelitis akut


Dua kategori primer dari osteomyelitis akut yaitu osteomyelitis hematogen dan osteomyelitis direct/
eksogen.4 Osteomyelitis hematogen merupakan infeksi yang disebabkan oleh penyebaran bakteri melalui
darah. Osteomyelitis direct disebabkan oleh kontak langsung jaringan dan bakteri selama trauma atau
pembedahan. Manifestasi klinis osteomyelitis direct lebih terlokalisasi daripada osteomyelitis hematogen dan
terdiri dari berbagai macam organisme.4

2.7.1. Diagnosis
Diagnosis osteomyelitis akut dapat di tegakkan berdasarkan beberapa penemuan klinik yang spesifik. 2 dari
4 tanda dibawah ini harus dipenuhi untuk menegakkan diagnosis osteomyelitis akut; (1) adanya materi
purulen/ pus pada aspirasi tulang yang teinfeksi; (2) kultur bakteri dari tulang atau darah menunjukkan
hasil positif; (3) ditemukannya tanda-tanda klasik lokal berupa nyeri tekan pada tulang , dengan jaringan
lunak yang eritem atau udem; (4) pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang positif, berupa gambaran
udem pada jaringan lunak diatas tulang setelah 3-5 hari terinfeksi.1,4 Pada minggu kedua gambaran
radiologi mulai menunjukkan destruksi tulang dan reaksi periosteal pembentukan tulang baru.7

2.7.2. Diagnosis Banding


Diagnosis banding pada masa akut adalah demam reumatik dan sellulitis. Setelah minggu pertama terutama
bila manifestasi sistemik tertutup oleh antibiotik dan pada foto roentgen didapati gambaran rarefaksi di
daerah metafisis dan reaksi pembentukan tulang subperiosteal, maka granuloma eosinofilik, tumor Ewing,
dan osteosarkoma merupakan diagnosis banding.7

Penyakit lain bisa menyerupai osteomyelitis akut. Artritis reumatoid juvenilis akut, demam reumatik akut,
lekemia, artritis septik akut, scurvy dan sarkoma Ewing, semuanya bisa menampilkan gambaran klinis
serupa. Pemeriksaan cermat pada ekstremitas diperlukan untuk melokalisasi nyeri pada tingkat metafisis
dibandingkan sendi dalam membedakan osteomyelitis metafisis dengan artritis piogenik akut. Demam
reumatik akut dan artritis reumatoid juvenilis bisa melibatkan beberapa sendi. Osteomyelitis hematogen
dalam dewasa tak lazim terjadi dan menimbulkan gambaran klinis osteomyelitis yang kurang dramatik.2

2.7.3. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dapat berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupa destruksi
sendi, fraktur, abses tulang, sellulitis, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis, pelepasan
implant buatan, timbulnya saluran sinus pada jaringan lunak dan osteomyelitis kronik.4,7

2.7.4. Penatalaksanaan
Setelah penilaian awal, riwayat yang mendasari penyakit dan penentuan etiologi mikrobiologi dan
kepekaannya, penatalaksanaan meliputi terapi antimikroba, debridemen, dan jika perlu stabilisasi tulang.
Pada kebanyakan pasien dengan osteomyelitis, terapi antibiotik menunjukkan hasil yang maksimal.
Antimikroba harus diberikan minimal 4 minggu (idealnya 6 minggu) untuk mencapai tingkat kesembuhan
yang memadai. Untuk megurangi biaya pemberian antibiotik secara oral dapat dipertimbangkan. Pada Anak-
anak dengan osteomyelitis akut harus diberi terapi antibiotik secara parenteral selama 2 minggu sebelum
diberikan per oral.1

Osteomyelitis hematogen akut harus diterapi segera. Biakan darah didapatkan dan antibiotik intravena
dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena staphylococcus merupakan organisme penyerang tersering,
maka antibiotik yang dipilih harus mempunyai spektrum antistafilokokus. Jika biakan darah kemudian
negatif, maka aspirasi subperiosteaum atau aspirasi intramedula pada tulang yang terlibat bisa diperlukan.
Pasien diberikan istirahat baring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, antipiretik diberikan
untuk demam dan ektremitas dimobilisasi dalam gips dua katup, yang memungkinkan inspeksi harian.
Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian terapi antibiotik. Jika timbul
kemunduran, maka diperlukan intervensi bedah.2 Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan meliputi;
(a) adanya abses; (b) rasa sakit yang hebat; (c) adanya sekuester, dan ; (d) bila mencurigakan adanya
perubahan ke arah keganasan (karsinoma epidermoid). Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan
adalah bila involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pascabedah.5

Setelah kultur dilakukan, terapi empiris parenteral antibiotik regimen nafcillin dengan cefotaxime atau
cefriaxone merupakan terapi awal klinik dari bakteri yang dicurigai. Setelah diketahui hasil kultur regimen
antibiotik disesuaikan.1 Pada Osteomyelitis hematogen, agen penginfeksi meliputi S aureus, organisme
Enterobacteriaceae, group A dan B Streptococcus, dan H influenzae. Terapi primer adalah kombinasi
penicillin sintetik yang resisten terhadap penicillinase dan generasi ke-tiga cephalosporin. Terapi alternatif
yaitu vancomycin atau clindamycin dan generasi ke-tiga cephalosporin.4

Terapi bedah osteomyelitis adalah insisi dan drainase. Pendekatan bedah tergantung pada lokasi dan luas
infeksi serta harus memungkinkan untuk drainase selanjutnya bagi luka. Korteks di atas abses intramedula
dilubangi serta debris nekrotik disingkirkan dengan kuretase manual dan irigasi bilas pulsasi. Harus hati-hati
untuk menghindari lempeng fiseal berdekatan. Luka dibalut terbuka untuk memungkinkaaan drainase dan
ekstremitas dimobilisasi dalam gips. Antibiotik intravena diteruskan selama minimum 2 minggu dan bisa
diperlukan selama 6 minggu, tergantung pada organisme dan kerentanannya terhadap antibiotik.2
Antimikroba harus diberikan minimal 4 minggu (idealnya 6 minggu) untuk mencapai tingkat kesembuhan
yang memadai.1

Luka dibalut pada interval teratur dan dibiarkan sembuh dengan intensi sekunder atau ditutup dengan
cangkok sebagian ketebalan kulit, bila jaringan granulasi adekuat telah berkembang. Bila proses akut telah
dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan diberikan. Pemulaian aktivitas penuh
tergantung pada jumlah tulang yang terlibat. Dalam infeksi luas, kelemahan nantinya akibat hilangnya
tulang bisa menyebabkan fraktur patologi.2

Osteomyelitis direct/ eksogen akut diterapi sama seperti osteomyelitis hematogen akut. Organisme
penyebab biasanya lebih dikenali dengan biakan luka daripada biakan darah. Debridemen luka yang adekuat
diperlukan, seperti juga terapi antibiotik yang dipilih atas dasar sensitivitas bakteri. Dalam beberapa kasus,
luas penyakit dan virulensi organisme yang terlibat menghalangi pembasmian akhir infeksi ini. Bisa timbul
saluran sinus kronis, dan osteomyelitis kronis bisa menetap selama beberapa tahun.2

Pada pasien dengan osteomyelitis yang berhubungan dengan trauma, agen penginfeksi meliputi S aureus,
coliform bacilli, dan Pseudomonas aeruginosa. Antibiotik yang utama adalah nafcillin and ciprofloxacin. Obat
alternatif meliputi vancomycin dan generasi ke-tiga cephalosporin dengan aktivitas antipseudomonal.4

2.8. Osteomyelitis kronik


Osteomyelitis akut yang tidak diterapi secara adekuat, akan berkembang menjadi osteomyelitis kronik.7
Osteomyelitis subakut dan kronik biasanya terjadi pada dewasa. Umumnya, infeksi tulang ini merupakan
sekunder dari luka terbuka, sangat sering berupa luka terbuka pada tulang dan sekitar jaringan lunak.1

2.8.1. Diagnosa
Nyeri tulang yang terlokalisir, eritem dan drainase sekitar daerah luka sering tampak. Tanda-tanda utama
(kardinal) dari osteomyelitis subakut dan kronik meliputi timbulnya saluran sinus, deformitas, instabilitas
dan tanda lokal dari vaskularisasi yang rusak, keterbatasan gerak dan gangguan neurologis. Insidensi
infeksi dalam muskuloskletal dari fraktur terbuka dilaporkan lebih dari 23 persen. Faktor pasien, seperti
altered neutrophil defense, imunitas humoral dan sel penyedia imunitas, dapat meningkatkan resiko
osteomyelitis.1

Pada foto didapat gambaran sekuester dan pembentukan tulang baru.7 Foto radiologi memperlihatkan
gambaran osteolisis, reaksi periosteum dan sekuester (bagian tulang yang nekrosis yang terpisah dari
tulang yang masih hidup oleh jaringan granulasi).1
Perubahan arsitektur tulang tergantung pada stadium, luasnya dan kecepatan kemajuan penyakit.
Kerusakan tulang dapat menciptakan daerah radiolusen yang difus. Nekrosis tulang yang terlihat sebagai
daerah dengan peningkatan densitas, sebagian disebabkan oleh meningkatnya absorbsi kalsium dari tulang
yang mempunyai vaskularisasi didekatnya. Involukrum dan pembentukan tulang yang mempunyai respon
penyembuhan dapat dikenali dibawah periosteum atau di dalam tulang tersebut. Tulang baru subperiosteal
dapat terlihat sebagai suatu pola lamellar. Resobsi progresif dari tulang sklerotik dan penyembuhan kembali
pola trabekular yang normal juga memberikan kesan adanya penyembuhan.3

2.8.2. Diagnosis Banding


Osteomyelitis kronik harus dibedakan dari tumor benigna dan maligna, dari displasia bentuk-bentuk tulang,
dari fatigue fraktur dan dari infeksi spesifik.3

2.8.3. Komplikasi
Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut. Infeksi yang terus-
menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan, kelemahan dan amiloidosis. Osteomyelitis
kronik dapat menyebar ke organ-organ lain. Eksaserbasi akut dapat dipersulit oleh efusi hebat ke dalam
sendi di dekatnya atau oleh arhtritis purulenta. Erosi terus-menerus dan kerusakan tulang yang progresif
menyebabkan struktur tulang yang kadang-kadang menyebabkan fraktur patologis. Sebelum penutupan
epifiseal, osteomyelitis dapat menimbulkan pertumbuhan berlebihan dari tulang panjang akibat hiperemia
kronis pada lempeng pertumbuhan. Destruksi fokal dari suatu lempeng epifiseal dapat menimbulkan
pertumbuhan yang asimetrik. Jarang-jarang setelah terjadi drainase selama bertahun-tahun pada jaringan
yang terus-menerus terinfeksi timbul karsinoma sel skuamosa atau fibrosarkoma.3

2.8.4. Penatalaksanaan
Osteomyelitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi pemberian antibiotik dan debridemen.
Tergantung tipe osteomyelitis kronik, pasien mungkin diterapi dengan antibiotik parenteral selama 2 sampai
6 minggu. Meskipun, tanpa debridemen yang adekuat, osteomyelitis kronik tidak berespon terhadap
kebanyakan regimen antibiotik, berapa lama pun terapi dilakukan.1

Pada osteomyelitis kronik dilakukan sekuestrasi dan debridemen serta pemberian antibiotik yang sesuai
dengan hasil kultur dan tes resistensi. Debridemen berupa pengeluaran jaringan nekrotik di dinding ruang
sekuester dan penyaliran.7 Debridemen pada pasien dengan osteomyelitis kronik membutuhkan teknik.
Kualitas debridemen merupakan faktor penting dalam kesuksesan penanganan. Sesudah debridemen
dengan eksisi tulang, perlu menutup dead-space yang dibentuk oleh jaringan yang diangkat. Managemen
dead-space meliputi mioplasti lokal, transfer jaringan bebas dan penggunaan antibiotik yang dapat
meresap.1

Pada fase pascaakut, subakut, atau kronik dini biasanya involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan
tulang asli yang menjadi sekuester. Karena itu ekstremitas yang terkena harus dilindungi dengan gips untuk
mencegah patah tulang patologik, dan debridemen serta sekuestrektomi ditunda sampai involukrum
menjadi kuat. Selama menunggu pembedahan dilakukan penyaliran nanah dan pembilasan.7

2.9. Pencegahan
Osteomyelitis hematogen akut dapat dihindari dengan pencegahan dari kontaminasi bakteri pada tulang dari
tempat yang jauh. Ini meliputi diagnosis yang sesuai dan terapi primer infeksi bakteri.
Osteomyelitis direct/ eksogen dapat dicegah dengan manajemen luka yang baik dan pemberian antibiotik
profilaksi pada saat terjadinya luka.4

2.10. Prognosis
Prognosisnya bermacam-macam tetapi secara nyata diperbaiki dengan diagnosis dini dan terapi yang
agresif.4
Pada osteomyelitis kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar. Ini biasanya disebabkan oleh tidak
komplitnya pengeluaran semua daerah parut jaringan lunak yang terinfeksi atau tulang nekrotik yang tidak
terpisah.3

DAFTAR PUSTAKA

1.Carek P.J., Dickerson L.M., dan Sack J.L., 2001, Diagnosis and Management of Osteomyelitis, American
Academy of Family Physicians.
2.Sabiston D.C., 1994, Buku Ajar Bedah ,Bagian 2, Penerbit EGC, Jakarta.
3.Samiaji E., 2003, Osteomyelitis, Bagian Ilmu Bedah BRSD Wonosobo, Fakultas Kedokteran UMY.
4.King R., 2004, Osteomyelitis, eMedicine.com, Inc.
5.Mansjoer S., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aesculapius, Jakarta.
6.Sjamsuhidajat R., Jong W.D., 1998, Buku-Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, EGC, Jakarta.
7.Kisworo B., 1995, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 45, No. 5.

sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2009/11/to-z-about-osteomielitis.html#ixzz2w2Gl1eF3
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial
Corwin, Elishabet J. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC, 2009; hal.339-340.

OSTEOMYELITIS adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomyelitis hematogen) atau, yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbukaatau reduksi bedah
(osteomyelitis eksogen). Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang, yang terjadi akibat gigitan hewan atau
manusia, atau injeksi intramuscular yang salah tempat, dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Bakteri
adalah penyebab umum osteimielitis akut, namun virus, jamur, dan mikroorganismelain dapat berperan.

Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang
biasanya memiliki suplai darah yang buruk; dengan demikian, pelepasan sel imun dan antibiotic terbatas.
Nyeri hebat dan disabilitas permanen dapat terjadi apabila infeksi tulang tidak diobati dengan segera dan
agresif

GAMBARAN KLINIS

Gejala osteomielitis hematogen pada anak-anak adalah demam, menggigil dan keengganan menggerakan
ekstremitas tertentu. Pada individu dewasa, gejala mungkin samar dan berupa demam, keletihan, malaise.
Infeksi saluran nafas, saluran kemih. Telinga atau kulit sering mendahului osteomyelitis hematogen.

OSTEOMIELITIS EKSOGEN biasanya ditandai tanda cedera dan inflamasi di tempat nyeri. Terjadi demam
dan pembesaran nodus limfe regional.

PERANGKAT DIAGNOSTIK

Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleotida berlabel radioaktif dapat memperlihatkan tempat
inflamasi tulang. Pencitraan resonansi msgnetik (MRI) dapat memungkinkan peningkatan sensitivitas
diagnostic.

Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah lengkap (HDL) dan laju endap eritrosit, yang
menunjukkan adanya infeksi aktif yang sedang berlangsun.

KOMPLIKASI

Osteomyelitis kronis dapat terjadi, yang ditandai oleh nyeri hebat yang tidak berkurang dan penurunan
fungsi bagian tubuh yang terkena

PENATALAKSANAAN
Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalami patah tulang atau luka tusuk pada jaringan lunak
yang mengelilingi suatu tulang sebelum tanda-tanda inefksi timbul. Apabila infeksi tulang terjadi diperlukan
terapi antibiotic agresif

Davey, Patrrick. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga,2005. Hal 378-9

Infeksi sendi menyebabkan tiga pola klinis yang berbeda:

 Sepsis akibat kolonisasi oleh organisme pathogen


 Artritis sebagai manifestasi klinis yang signifikan pada suatu infeksi sistemik, misalnya rubella,
infeksi Parvovirus B19, penyakit lyme.
 Artritis reaktif: inflamasi sendi yang steril akibat reaksi imunologis terhadap infeksi yang terjadi di
tempat jauh. Infeksi yang memicu biasanya berasal dari sluran urogenital atau saluran pencernaan.

Epidemiologi infeksi sendi

Insidensi tahunan sangat bervariasi dan berkaitan dengan prevalensi dari keadaan-keadaan yang
mendasari.
Artitis Septik

Baert, Albert L. Encyclopedia of diagnostic imaging. NewYork: Springer, 2008. Hal 961-2

Soft tissue infections, whether may be initiated by direct inoculation from a penetrating injury, by spread
from adjacent osteomyelitis or septic joint, or by hematogenous seeding, radiographic signsof soft tissue
infection are generally nonspecific, showing only a mass or swelling, often with blurring or obliteration of the
soft tissue planes. Soft tissue gas, often sought, is rarely present. CT and MRI with contrast enhancement
can be more specific. An enhancing rim surrounding a water density mass is the classic appearance of an
abscess. However it shouldbe noted that in parts of the extremities where the muscles are tightly packed
without loose fascial planes surrounding them (particularlu the forearm and leg) soft tissue infections rarely
have the classic appearance of an abscess. Findings of edema and compartmental swelling are more typical.
Both CT and MRI may also demonstrate a draining sinus tract, deep venous thrombosis, or bone destruction
suggestive of osteomyelitis. MRI is highly sensitive to the detection of soft tossue infection, and it may show
non-specific edema on water-sensitive sequences. Contrast enhancement may better demonstrate an
abscess or regions of devitalized tissue that may progress to abscess. Sinus tracts, the presence of multiple
abscesses, and extensive inflammatory change contribute specificity in diagnosing soft-tissue infection.
There may be associated reactive change seen in adjacent osseus structures. Inflammatory changes
centered along fascial planes suggest fasciitis. Fasciitis is in general a more serious process that often
requires surgical debridement. Necrotizing fasciitis is an extremely virulent form of infectious fasciitis and is
often caused by Clostridium species or aggressive gram-positive organisms. Patients are extremely ill.
Radiographs CT may show soft-tissue gas bubbles along fascial planes. Necrotizing fasciitis is a true surgical
emergency, so MRI is rarely performed because of the time required.

Abscess may be stimulated at imaging by necrotic tumors, myonecrotis due to severe trauma,
compartment syndrome, extreme overuse, or ischemia( e,g, as an occur in patientswith diabetes or sickle
cell anemia). Both MRI and clinical features may provide clues to the diagnosis. Tumors with central necrosis
usually show enhancing mural nodules. Traumatic myonecrosis will have an appropriate history. These
patients are at risk for development of compartment syndrome. Diabetic myonecrosis occurs in the setting
of poorly controlled diabetes mellitus, and is exquisirely painful.

1.1 Latar belakang

Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan pengikat, tulang
maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah
sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada
sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit
yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang
menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa.
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Osteomielitis akut terutama ditemukan pada
anak-anak. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius
dan ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra.
Osteomielitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan struktur-struktur disekitarnya
akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Staphylococcus adalah organisme yang bertanggung jawab
untuk 90% kasus osteomyelitis akut. Organisme lainnya termasuk Haemophilus
influenzae dan salmonella.Pada masa anak-anak penyebab osteomyelitis yang sering terjadi
ialah Streptococcus, sedangkan pada orang dewasa ialah Staphylococcus.
Diagnosis infeksi tulang dan sendi biasanya dapat dibuat dari tanda-tanda yang tampak pada
pemeriksaan fisik. Pada lokasi perifer seperti efusi sendi dan dan nyeri pada metafisis yang terlokalisir,
dengan atau tanpa pembengkakan, membuat diagnosis relatif mudah. Namun pada panggul, pinggul,
tulang belakang, tulang belikat dan bahu, penegakan diagnosis terjadinya infeksi sulit untuk ditentukan.
Sehingga, pemeriksaan penunjang, dalam hal ini, pencitraan dapat memudahkan dan menegakkan
diagnosis dari osteomielitis. Pemeriksaan pencitraan radiaografi yang dapat dilakukan ialah foto
polos, Computed Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan radionuklir.
Pemeriksaan tersebut dapat memudahkan dokter dalam menegakkan diagnosis osteomielitis.

1.2 Tujuan umum


Mahasiswa dapat memahami gangguan sistem muskuloskeletal yaitu osteomielitis

1.3 Tujuan khusus


Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Definisi Osteomielitis
2. Etiologi Osteomielitis
3. Patofisiologi Osteomielitis
5. Klasifikasi Osteomielitis
6. Tanda dan gejala Osteomielitis
7. Manifestasi klinis Osteomielitis
8. Pemeriksaan penunjang Osteomielitis
9.Pencegahan Osteomielitis
10. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Osteomielitis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena
terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain (
misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas ). Osteomielitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat
resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang
terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera
traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah
di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan
sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial
atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena
terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain (
misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas ). Osteomielitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat
resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang
terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera
traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah
di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan
sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial
atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

2.1 Etiologi
A. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
streptococcus hemolitikus.
B. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain
seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:
a). Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di
ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang
belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada
tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
b). Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan
tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di
dekatnya.
c). Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu.
Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran
atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing
manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

2.3 Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik
lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan –
stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan
lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema.
Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan
lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi
dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
Dinamakan osteomielitis tipe kronis.

2.4 Klasifikasi
Osteomielitis dapat diklasifikasikan dua macam yaitu:
a) Osteomielitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar
melalui sirkulasi darah.
b) Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

2.5 Tanda dan Gejala


Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang
secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini mungkin ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan
saluran napas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi dan terdapat
gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.

2.5 Manifestasi Klinis


A. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awaitan mendadak, sering terjadi dengan manifetasi klinis
septikema (misalnya : menggigil, demam tinggi, tachycardia dan malaise umum). Gejala sistemik pada
awalnya dapat menutupi gejala local secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai posterium, dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin
memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
B. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung,
tidak akan ada gejala septikemia. Daerah terinfeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
C. Pada pasein dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus
atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat
rendah terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

2.6 Evaluasi Diagnostik


Pada Osteomielitis akut ; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan pembengkakan jaringan lunak. Pada
sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nefrosis tulang, pengangkatan periosteum dan
pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitive awal.
Pemeriksaan darah memperhatikan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kulur darah
dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada Osteomielitis kronik, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau pembentukan
tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area
terinfeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan
infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotic yang tepat.

2.7 Pemeriksaan penunjang


A. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
B. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
C. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
D. Pemeriksaan Biopsi tulang.
E. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
F. Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua
minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
2.9 Pencegahan
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka
penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan
pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibioika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan
Selma 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi
aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis.

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a) Riwayat keperawatan
Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan osteomielitisHal-hal yang
dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang,
dan terapi radiasi.Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
b) Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat
eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380,
takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
c) Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya
pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
d) Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang
mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain
itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
b) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan.
c) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
d) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
e) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
f) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
g) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
3. Perencanaan Keperawatan

Dx.1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan


Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan
Kriteria Evaluasi :
Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal
Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me-
1. Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri nentukan jenis tindak annya
dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10)
Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaring- an
Mempertahankan im- mobilisasi (back slab) yang luka.
Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi
2. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka nyeri
Untuk mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang terjadi
Amati perubahan suhu setiap 4 jam Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman
3.

Kompres air hangat


4. Mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
5.
Pemberian obat-obatan analgesik

6.

Dx. 2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan.
Tujuan / Hasil Pasien :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsional
Meningkatkan / fungsi yang sakit
Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasionalisasi :


No. Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :

1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang

Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang
2. dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan dialami klien
tak sakit

Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat


bergerak Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami
3. klien
Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat
4. lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan membahayakan
Mengurangi terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang
Ubah posisi secara periodik dapat terjadi

Kolabortasi :
Mengurangi gangguan mobilitas fisik
5. Fisioterapi / aoakulasi terapi

Mengurangi gangguan mobilitas fisik


6.

DP. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
Tujuan / Hasil Pasien :
Pola tidur kembali normal
Kriteria Evaluasi :
Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien menunjukkan
kesejahteraan fisik dan psikologi
Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :

1.
Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang
terjadi tepat

Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/


2.
Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, psikologis
misalnya ; bantal dan guling

3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan
lingkungan baru lama, stres dan ansietas dapat berkurang

Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang
4. serupa dan kebutuhan malam hari “burung hantu” dapat menunda pasien untuk terlelap atau
menyebabkan terbangun

Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan
berhenti beraktifitas beberapa jam sebelum tidur energi dan siap untuk tidur malam hari
5.

Instruksikan tindakan relaksasi


Membantu menginduksi tidur
Kurangi kebisingan dan lampu
Memberikan situasi kondusif untuk tidur
6.

Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat
7.
tidur bila mungkin digunakan untuk membantu merubah posisi
Kolaborasi :
8.
Berikan sedatif, hipnotik sesuai indikasi Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau
istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan
baru

9.

DP. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Kriteria Evaluasi :
Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan aktifitas, berkurangnya
nyeri.
Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruks
kebutuhan oksigen pembuluh garah dan peningkatan beban jantung

Mencegah penggunaan energi berlebihsn


Anjurkan program hemat energi
2. Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap
mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan
Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
3.
Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan
pernapasan yang meningkat

Kaji respon abdomen setelah beraktivitas Kompres air hangat dapat mengurangi rasa nyeri

4. Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan


Berikan kompres air hangat

5. Beri waktu istirahat yang cukup

6.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kksi pada tulang. Osteomilitis disebabkan oleh Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi
positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus. Haemophylus influenzae (50%) pada
anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan
sebagainya.
Osteomielitis juga dapat diklasifikasikan dua macam yaitu:
Osteomielitis Primer dan Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum).
Tanda dan Gejala osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang
secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini mungkin ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan
saluran napas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi dan terdapat
gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu supaya makalah tentang penyakit osteomeilitis dapat
digunakan mahasiswa dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA

☼ Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI


1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.
☼ Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
☼ Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
☼ Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
☼ Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC,
Jakarta.

Osteomielitis : Infeksi Tulang Karena Bakteri

Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-
kadang disebabkan oleh jamur.

Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering
membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang
yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke tulang.
Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati.

Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses(pengumpulan nanah)
di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot.

PENYEBAB

# Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui
3 cara: Aliran darah
# Penyebaran langsung
# Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang
belakang (pada dewasa).

Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap
infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral).
Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang
terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.

Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang (penyakit
Pott).

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke
tulang di dekatnya.

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari
atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

GEJALA

Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam
dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi.
Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan
menimbulkan nyeri.

Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung
dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak
berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri.
Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.

Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal
dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang,
dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya.
Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang
normal.
Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya
memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.

Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun
(osteomielitis kronis).
Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan
gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.

Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas
tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit.
Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan
kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

DIAGNOSA

Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Pada skening tulang dengan teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan kelainan, kecuali
pada anak-anak. Tetapi hal ini tidak akan muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3
minggu setelah gejala pertama timbul.

CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi.


Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya.

Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil
contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri.
Biasanya untuk infeksi tulang belakang, diambil contoh jaringan tulang melalui sebuah
jarum atau melalui pembedahan.

PENGOBATAN

Untuk anak-anak dan dewasa yang mendapatkan infeksi tulang melalui aliran darah,
pengobatan paling efektif adalah antibiotik.
Jika bakteri penyebabnya tidak dapat ditentukan, maka antibiotik akan efektif untuk
melawan Staphylococcus aureus (bakteri yang paling sering ditemukan sebagai
penyebabnya), dan pada beberapa kasus melawan bakteri lainnya.
Tergantung kepada beratnya infeksi, pada awalnya antibiotik diberikan secara intravena
(melalui pembuluh darah), selanjutnya diberikan per-oral (ditelan) selama 4-6 minggu.
Beberapa penderita bahkan memerlukan antibiotik sampai berbulan-bulan.
Jika infeksi bisa ditemukan pada stadium awal, biasanya tidak diperlukan pembedahan.
Tetapi kadang-kadang suatu abses memerlukan pembedahan untuk mengeluarkan
nanahnya.

Orang dewasa yang mengalami infeksi tulang belakang, biasanya akan mendapatkan
antibiotik selama 6-8 minggu, kadang-kadang disertai dengan istirahat total.
Mungkin diperlukan pembedahan untuk mengeringkan abses atau untuk menstabilkan
tulang belakang yang terkena.

Jika infeksi tulang berasal dari jaringan lunak di dekatnya, pengobatannya lebih kompleks.
Biasanya semua jaringan dan tulang yang mati diangkat melalui pembedahan, dan ruang
kosong yang ditinggalkannya, diisi dengan tulang, otot atau kulit yang sehat.
Selanjutnya infeksi diobati dengan antibiotik.

Biasanya, suatu sendi buatan yang terinfeksi diangkat dan diganti.


Antibiotik diberikan beberapa minggu sebelum pembedahan, sehingga sendi buatan yang
terinfeksi tersebut bisa diangkat dan digantikan oleh sendi buatan yang baru.
Kadang pengobatan bisa gagal dan infeksinya berlanjut, sehingga diperlukan pembedahan
untuk menggabungkan sendi atau mengamputasi anggota gerak yang terkena.

Infeksi yang menyebar dari ulkus di kaki karena pasokan darah yang buruk atau karena
kencing manis, sering melibatkan sejumlah bakteri dan sulit untuk diobati hanya dengan
antibitotik saja, mungkin diperlukan pembedahan untuk mengangkat tulang yang terinfeksi.

Artritis Infeksiosa : Infeksi Pada Cairan & Jaringan sendi

Artritis Infeksiosa adalah infeksi pada cairan (cairan sinovial, cairan rongga sendi) dan
jaringan dari suatu sendi.

PENYEBAB

Organisme penyebab infeksi (terutama bakteri), biasanya mencapai sendi melalui aliran
darah, tetapi suatu sendi bisa terinfeksi secara langsung melalui pembedahan, penyuntikan
atau suatu cedera.

Bakteri apa yang paling sering menyebabkan infeksi tergantung kepada usia penderita.
Bayi dan anak kecil sering terinfeksi oleh stafilokokus, Hemophilus influenza dan bakteri
basilus gram negatif.
Dewasa dan anak yang lebih tua sering terinfeksi oleh gonokokus (bakteri penyebab
gonore), stafilokokus dan streptokokus.
Virus (misalnya HIV, parvovirus dan virus penyebab rubella, gondongan dan hepatitis B)
bisa menginfeksi sendi pada berbagai usia.

Infeksi sendi menahun sering disebabkan oleh tuberkulosis atau infeksi jamur.

GEJALA

Anak-anak biasanya mengalami demam dan nyeri dan cenderung rewel.


Biasanya anak tidak mau menggerakkan sendi yang terkena karena pergerakan dan
perabaan menyebabkan nyeri.

Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa yang mengalami infeksi bakteri atau virus,
gejala biasanya dimulai sangat tiba-tiba.
Sendi tampak merah dan teraba hangat, pergerakan dan perabaan akan terasa sangat
nyeri.
Cairan yang terkumpul dalam sendi yang terinfeksi, menyebabkan sendi membengkak dan
kaku.
Penderita juga bisa mengalami demam dan menggigigil.

Sendi-sendi yang sering terkena adalah lutut, bahu, pergelangan tangan, panggul, jari dan
sikut.

Jamur atau mikobakteria (bakteri penyebab tuberkulosis dan infeksi sejenis) biasanya
menyebabkan gejala yang tidak terlalu berat.

Sebagian besar infeksi bakteri, jamur dan mikobakteria, hanya mengenai satu sendi atau
kadang-kadang mengenai beberapa sendi.
Contohnya, bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme paling sering menyerang sendi lutut,
bakteri gonokokus dan virus bisa menyerang beberapa sendi pada saat yang sama.

DIAGNOSA

Biasanya diambil contoh cairan sendi untuk pemeriksaan terhadap sel darah putih, bakteri
dan organisme lainnya.
Laboratorium hampir selalu dapat menumbuhkan dan menentukan bakteri penyebab infeksi
dari cairan sendi, selama penderita belum mendapatkan terapi antibiotik.
Tetapi bakteri penyebab gonore, penyakit Lyme dan sifilis sulit ditemukan pada cairan
sendi.

Pemeriksaan darah dilakukan karena bakteri dari sendi yang terinfeksi sering muncul dalam
aliran darah.
Untuk membantu menentukan sumber infeksi, dilakukan pemeriksaan cairan spinal,
flegmon dan air kemih.

PENGOBATAN

Antibiotik diberikan segera setelah dicurigai suatu infeksi, meskipun belum diperoleh hasil
laboratorium yang mengidentifikasi kuman penyebabnya.
Pada awalnya diberikan antibiotik yang bisa membunuh hampir semua bakteri. Jika
diperlukan, antibiotik lainnya diberikan kemudian.
Pada awalnya antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah), agar tercapai
jumlah obat yang cukup, yang sampai ke sendi yang terinfeksi.
Meskipun jarang, antibiotik bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi yang terinfeksi.
Jika antibiotiknya tepat, biasanya perbaikan akan terjadi dalam waktu 48 jam.

Untuk mencegah pengumpulan nanah, yang bisa merusak sendi, nanah dikeluarkan
melalui bantuan sebuah jarum. Jika sendi tidak dapat dijangkau dengan jarum, kadang-
kadang dimasukkan suatu selang untuk mengeluarkan nanahnya.
Jika pengaliran nanah dengan jarum atau selang tidak berhasil, dilakukan artroskopi atau
pembedahan.

Pada awalnya penggunaan bidai bisa membantu meringankan nyeri, tetapi bisa
menyebabkan kekakuan dan kehilangan fungsi yang menetap.

Infeksi yang disebabkan jamur diobati dengan obat anti jamur.

Infeksi yang disebabkan tuberkulosis diobati dengan kombinasi antibiotik.

Infeksi virus biasanya akan membaik dengan sendirinya. Yang diperlukan hanya
pengobatan untuk nyeri dan demam.

Jika infeksi mengenai sendi buatan, pemberian antibiotik saja biasanya tidak cukup.
Setelah pemberian antibiotik selama beberapa hari, diperlukan pembedahan untuk
mengganti sendi terinfeksi dengan sendi buatan yang baru.

Secara umum, infeksi tulang adalah gangguan kondisi kesehatan serius. Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia. (Foto:
gettyimages)MENURUT dr. Hafiz Nafi`uddin, Sp.OT dari Rumah Sakit Global Medika, Tangerang,
osteomielitis adalah proses peradangan atau infeksi pada struktur tulang yang akut ataupun kronis
akibat infeksi bakteri, yang terbanyak adalah jenis staphylococcus aureus. “Pada orang dewasa,
biasanya bakteri masuk melalui luka yang terjadi di sekitar tulang,” katanya. Infeksi ini dapat pula
disebabkan oleh jamur dan virus.
Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra, tulang pelvis, tulang tengkorak, dan
mandibula. Secara umum, infeksi tulang merupakan gangguan kondisi kesehatan yang serius. Dan
osteomielitis dapat terjadi pada semua usia. Pada anak-anak, osteomielitis terjadi mulai dari tulang
yang panjang dari lengan dan tungkai, mempengaruhi pinggul, lutut, pundak, dan pergelangan
tangan. Pada orang dewasa, umumnya terjadi pada tulang-tulang dari spine(vertebrae) atau pada
pelvis.

Faktor penyebab dan gejala

Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak atau sumsum tulang sering membengkak.
Pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, sehingga pembuluh
darah di dalam sumsum bisa tertekan dan dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang.
Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati.

Bakteri yang larut dalam aliran darah bisa menjadi penyebab infeksi tulang. Aliran darah bisa
membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang, sehingga menyebabkan infeksi yang
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan di tulang belakang.

Infeksi juga bisa terjadi pada pasien yang pernah mengalami patah tulang. Jika seepotong logam
telah ditempelkan pada tulang, seperti yang dilakukan pada perbaikan patah tulang, organisme bisa
memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka. Bakteri bisa masuk saat
pembedahan tulang. Atau bisa juga dari benda yang tercemar bakteri dan menembus tulang.

Infeksi juga bisa menyebar keluar di jaringan lunak sekitarnya, misalnya, otot. Pada orang dewasa,
umumnya infeksi akan menyerang bagian kaki, tulang belakang, dan panggul. Faktor risiko yang
juga mendukung terjadinya penyakit ini adalah trauma, diabetes, hemodialisis, dan penyalahgunaan
narkoba.

Salah satu gejala klinis yang ditimbulkan adalah demam. Demam akan timbul setelah tulang
mengalami infeksi. Gejala khas lainnya yang ditmbulkan adalah rasa nyeri yang teramat sangat
pada tulang. Daerah di atas tulang yang terinfeksi juga bisa mengalami luka dan pembengkakan.
“Bengkak pada bagian tulang yang terinfeksi, bahkan timbul pseudoparalysis atau terbatasnya
gerakan tulang yang terinfeksi,” katanya.

Jika infeksi itu terjadi pada tulang belakang, pasien akan merasakan nyeri punggung terutama saat
disentuh. Nyeri akan memburuk bila pasien bergerak terlalu berlebihan. Terlebih apabila pasien
mengonsumsi obat pereda nyeri. Pada beberapa kasus pasien juga akan mengalami mual.

Diagnosis dan pengobatan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk
mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil sampel darah,
nanah, cairan sendi, atau tulangnya sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang, diambil contoh
jaringan tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan. Diperlukan juga CT
Scan dan MRI agar bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi.
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun atau kronis.
Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala
selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Pada kasus seperti ini terjadi infeksi jaringan lunak di
atas tulang yang berulang.

Pengobatan ditujukan untuk membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi pada tulang. Antibiotik
yang diberikan pun disesuaikan dengan bakteri penyebabnya. Penggunaan antibiotik akan menelan
waktu 4-6 minggu. “Beberapa penderita bahkan memerlukan antibiotik sampai berbulan-bulan.
Pemberian antibiotik harus disesuaikan dengan dosis,” sambungnya. Ia juga menambahkan jika
pasien harus menjalankan terapi suportif guna mengatasi nyeri dan menghindari terjadinya
dehidrasi.

Jika terjadi pembengkakan dan pengumpulan nanah, dilakukan pembedahan. Jika infeksi tulang
berasal dari jaringan lunak di dekatnya, pengobatannya lebih kompleks. “Biasanya semua jaringan
dan tulang yang mati diangkat melalui pembedahan dan ruang kosong yang ditinggalkannya diisi
dengan tulang, otot, atau kulit yang sehat,” jelasnya.

Pembedahan dilakukan agar bagian yang terinfeksi tidak menyebar ke bagian tulang lainnya.
Antibiotik diberikan beberapa minggu sebelum pembedahan, sehingga sendi buatan yang terinfeksi
tersebut bisa diangkat dan digantikan oleh sendi buatan yang baru. Kadang pengobatan bisa gagal
dan infeksinya berlanjut, sehingga diperlukan pembedahan untuk menggabungkan sendi atau
mengamputasi anggota gerak yang terkena.

Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat, osteomielitis bisa ditangani dengan baik.
Pencegahan osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi yang baik dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol
erosi tulang. “Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan kita,”
katanya. Apabila muncul gejala-gejala seperti yang telah dijelaskan di atas, ada baiknya Anda
segera memeriksakan diri ke dokter orthopedi. (ftr)

Anda mungkin juga menyukai