48
Rahim, Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dengan Model Tugas 49
suatu aktivitas pembelajaran siswa terlibat sekolah lanjutan atas olahraga (Mutohir,
secara menyeluruh tidak terpisah-pisah, 2000: 8). Rendahnya kualitas pembelajaran
secara nyata dapat diamati hanya aspek pendidikan jasmani mulai dari sekolah
afektif dan psikomotoriknya saj namun dasar sampai pada sekolah lanjutan atas,
perlu disadari bahwa motor dari kedua secara umum disebabkan oleh beberapa
aspek itu adalah kognitif. Pembelajaran faktor diantaranya adalah terbatasnya
bertujuan membuat siswa aktif melakukan kemampuan guru pendidikan jasmani dan
tugas-tugas belajar, siswa bukanlah objek sumber-sumber yang digunakan untuk
yang bersifat pasif ketika merespon mendukung proses pembelajaran. Sehingga
rangsang yang disampaikan guru, respon model pembelajaran pendidikan jasmani
yang diberikan siswa kepada guru yang digunakan oleh guru cenderung
merupakan umpan balik bagi guru yang tradisional dan berpusat kepada guru. Di
bersangkutan. Perubahan perilaku yang samping itu, menurut penulis, model
terjadi pada siswa dipengaruhi oleh pembelajaran pendidikan jasmani terbatas
interaksi guru dengan dan interaksi siswa jumlahnya jika kita bandingkan dengan
dengan siswa. Oleh karena itu, suasana ini model pembelajaran bidang studi lain.
harus diciptakan atau dikondisikan karena Berdasarkan penjelasan tersebut, yang
faktor ini turut memperlancar proses menjadi rumusan masalah dalam makalah
pembelajaran siswa. ini adalah, bagaimana pembelajaran
Kegiatan belajar merupakan pendidikan jasmani dengan model tugas
kegiatan yang melibatkan keseluruahan yang berwawasan kurikulum tingkat satuan
aspek psiko-fisik bukan saja aspek pendidikan dilaksanakan di sekolah?.
kejiwaan, tetapi juga aspek neuro- Untuk lebih jelasnya di uraikan dalam
fisiologis. Dalam pembelajaran pendidikan bagian pembahasan berikut.
jasmani, dimana aktivitas fisik sangat
meninjol namun bukan berarti PEMBAHASAN
mengabaikan aspek kognitif dan afektif
yang dikemukakan oleh Benjamin Bloom a. Model pembelajaran
(dalam Winkel, 1989: 149-150). Pada
pendidikan jasmani pencapaian ketiga Istilah model banyak digunakan dalam
ranah itu harus seimbang agar fungsi kehidupan sehari-hari, tukang jahit
pendidikan jasmani yang merupakan membuat model atau pola pakaian sebelum
komponen pendidikan, secara umum memotong kain untuk dijadikan pakaian.
bertujuan untuk membentuk manusia yang Dari contoh ini dapat dipahami bahwa
seutuhnya seperti yang dicita-citakan dalam sebuah model berguna sebagai keraka
UUD 1945 tercapai. Berbagai usaha telah acuan dalam melakukan sesuatu, suatu
dilakukan untuk meningkatkan proses model yang baik memuat data-data atau
pembelajaran pendidikan jasmani, antara langkah-langkah untuk melakukan sesuatu.
lain melalui pelatihan dan penataran, Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
peningkatan level pendidik, serta perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas atau
kurikulum namun hasilnya belum dilapangan, dikenal istilah model
memuaskan. Dari beberapa pengamat dan pembelajaran. Berdasarkan pengertian
hasil penelitian empiris ditemukan bahwa, diatas, maka secara sederhana model
pelaksanaan pembelajaran pendidikan pembelajaran adalah suatu kerangka acuan
jasmani di sekolah-sekolah di Indonesia yang memuat langkah- langkah konkrit
masih kurang menggembirakan, dalam pelaksanaan pembelajaran (Joyce,
indikatornya antara lain adanya 1992:2). Menurut Saputra (2000:35) model
kecendrungan semakin menurunnya tingkat pembelajaran merupakan sebuah rencana
kesegaran jasmani siswa dan rendahnya yang dimanfaatkan untuk merancang
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, isi yang terkandung didalam
pendidikan jasmani maupun ekstrakurikuler model pembekajaran adalah berupa strategi
olahraga (Mutohir, 2000: 8). Rendahnya pengajaran untuk mencapai tujuan
kualitas pembelajaran pendidikan jasmani intruksional. Ada tiga hal yang mendasari
mulai dari sekolah dasar sampai pada lahirnya model pembelajaranm, yaitu
50 Jurnal ILARA, Volume I, Nomor 2,Rahim,
Desember 2010, hlm.
Pembelajaran 48 - 57 Jasmani Dengan Model Tugas
Pendidikan 50
pengalaman praktek, kajian teori belajar teori kontruktivis, teori konstruktivis lebih
tertentu, dan hasil penelitian. Menurut banyak menekankan pada aspek kognitif.
Joyce dan Weill (dalam soekanto, 1995:83- Kemampuan kognitif inilah yang
84) setiap model pembelajaran memiliki dikembangkan pada siswa dalam proses
unsur sebagai berikut : 1) sintakmatik, 2) belajar mengajar. Kognitif merupakan
sistem sosial, 3) prinsip reaksi, 4) sistem suatu bentuk bentuk teori yang sering
pendukung, dan 5) dampak instruksional disebut model kognitif atau perceptual.
dan pengiring. Lebih lanjut Joyce dan Weill Dalam teorinya, piaget membahas
menjelaskan yang dimaksud dengan pandangannya tentang bagaiman ank
sintakmatik adalah tahap-tahap kegiatan belajar. Dasar dari belajar adalah aktifitas
dari model itu, sedangkan sistem sosialnya anak sewaktu ia berinteraksi dengan
adalah situasi atau suasana dan norma yang lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya
berlaku dalam model tersbut. Yang (Ratuamanan, 2000 : 32-33).
dimaksud dengan prinsip reaksi adalah pola Konstruktivisme sebenarnya bukan teori
kegiatan yang menggambarkan bagaiman baru, aspek-aspek dari konstruktivis dapat
seharusnya guru melihat dan ditemukan dalam karya Socrates, Plato, dan
memperlakukan siswa. Sedangkan yang Aristoteles. Dalam beberapa tahun terakhir
dimaksud dengan system pendukung konstruktivis menjadi populer dengan
adalah segala sarana, bahan, dan alat yang munculnya teori Piaget dan teori Vygotsky.
diperlukan untuk melaksanakan model Teori konstruktivis dari gagasan Piaget dan
tersebut. Yang dimaksud dengan dampak teori Vygotsky, keduanya menekankan
instuktusional adalah hasil yang dicapai bahwa perubahan kognitif terjadi jika
langsung dengan cara mengarahkan siswa konsepsi-konsepsi yang telah dipahami
pada tujuan yang diharapkan. Dampak sebelumnya diolah melalui proses
pengiring adalah hasil belajar lainnya yang disequilibrium dalam memahami
dihasilkan oleh suatu proses belajar informasi-informasi baru ( Ratumanan,
mengajar, sebagai akibat dari terciptanya 2000 : 80). Konstruktivisme memandang
suasana belajar yang dialami langsung oleh bahwa pengetahuan merupakan hasil
siswa. konstruksi kognitif melalui aktifitas
seseorang. Konstruktivisme menekankan
b. Teori Belajar Konstruktivis pentingnya seornag siswa aktif
mengkonstruksikan pengetahuan melalui
Belajar merupakan gejala yang wajar bagi hubungan saling mempengaruhi dari
semua insane manusia, kondisi belajar belajar sebelumnya dengan belajar baru,
dapat diatur dan diubah guna hubungan tersebut dikonstruksikan oleh
mengembangkan bentuk tingkah laku siswa untuk kepentingan mereka sendiri.
tertentu atau menentukan kemampuan Elemen kunci dari konstruktivis adalah
seseorang, terjadi perubahan tingkah laku bahwa orang belajar secara aktif,
pada seseorang diakibatkan oleh mengkonstruksikan pengetahiuan mereka
berlangsungnya proses belajar. Proses sendiri, membandingkan informasi dengan
belajar itu berlangsung didasari oleh pemahaman sebelumnya untuk
berbagai macam teori belajar. Menurut menghasilkan pemahaman baru. Mathews
Suparno (1997 : 18 ), konstruktivis adalah (dfalam Suparno, 1997 : 32-33).
salah satu filsafat pengetahuan yang Menggolongkan konstruktivis berdasarkan
menekankan bahwa pengetahuan kita, beberapa aliaran, daiantaranya adalah :
adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri. Konstruktivis psikologis:
Pengetahuan merupakan akibat dari suatu Konstruktivis psikologis bertitik tolak dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan perkembangan psikologis anak dalam
membentuk skema, kategori, konsep, dan membangun pengetahuan, konstruktivis
struktur yang diperlukan untuk psikologis terbagi atas: (a) konstruktivis
pengetahuan itu. Teori belajar konstruktivis personal, individual dan subyektif (
memandang belajar itu terjadi apabila tokohnya Piaget). Piaget menekankan
diperoleh pemahaman, belajar melalui aktifitas individual dalam pembentukan
pemahaman inilah yang menjadi dasar dari pengetahuan. Pengetahuan dikonstruksi
Rahim, Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dengan Model Tugas 51
secara keseluruhan yang bertujuan untuk suasana komunikasi yang sehat dan saling
mengembangkan individu secara organic, peduli antara guru dan siswa. Tugas
neuromuskuler, intelektual, emosional, menjadi strategi pembelajaran disaat
melalui aktivitas jasmani” (Syarifuddin, menekankan perubahan perilaku kepada
1994: 6). Menurut Ateng (2000: 104), siswa, pengalaman pembelajaran tugas
pendidikan jasmani adalah suatu proses memberikan arah dan makna dalam
pendidikan seseorang sebagai individu melaksanakan keterampilan dapat
maupun sebagai anggota masyarakat yang disimpulkan bahwa pembelajaran model
dilakukan secara sadar dan sistematik tugas adalah pembelajaran yang di bentuk
melalui berbagai kegiatan jasmani dalam dalam suatu kelompok kecil dimana siswa
rangka memperoleh peningkatan bekerjasama dengan mengoptimalkan
kemampuan dan keterampilan jasmani, keterlibatan dirinya dan anggota kelompok
pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan dalam belajar.
watak. Muthohir (1997: 14), pendidikan Persiapan tugas, persiapan tugas
jasmani adalah suatu proses yang secara membutuhkan waktu cukup lama,
sadar dan sistematis melalui kegiatan prosesnya merupakan hal yang sederhana
jasmani untuk memperoleh pertumbuhan dengan memperhatikan komponen berikut:
jasmani, ksehatan dan kesegaran jasmani, (1) Penentuan tujuan tugas, menurunkan
kemampuan dan keterampilan, kecerdasan keseluruhan tujuan pembelajaran hingga
dan perkembangan watak serta kepribadian dalam bentuk yang paling sederhana. (2)
yang harmonis dalam rangka membentuk Seleksi (selection), pemilihan tugas dapat
manusia Indonesia seutuhnya yang ditentukan berdasarkan kerjasama antara
berkualitas berdasarkan Pancasila. Dari guru dan siswa demi pencapaian
pengertian pendidikan jasmani diatas dapat ketrampilan yang progresif. Pilihan guru
diambil simpulan bahwa gagasan mungkin berfokus pada aspek kuantitatif
pendidiakn jasmani itu adalah: (a) bagian (durasi atau repetisi) atau kualitatif
yang tidak terpisahkan dari pendidikan (pengukuran keterampilan), sementara
secara kesuluruhan. (b) program yang pilihan siswa mungkin termotivasi oleh
memperhatikan terhadap perkembangan minay dan tantangan. (3) Penyusunan
anak didik. (c) berpusat kepada anak didik, tugas, menggunakan factor-faktor gerakan
bukan kepada bahan pelajaran. Sasaran dan kriteria gerakan untuk menentukan
pembelajarannya diarahkan kepada harapan dari tugas yang dilaksanakan,
perkembangan anak didik secara antara lain: (a) Faaktor gerakan tubuh:
keseluruhan, baik perkembangan organic, lokomotor, non lokomotor, dan
neuromuskuler, intelektual, maupun keterampilan manipulative; (b) bagian
emosional. tubuh: kepala, dada, lengan, pergelangan
tangan, kaki, dan sebagainya; (c) kualitas
e. Pembelajaran Model Tugas tubuh: kekuatan, kelincahan, kecepatan,
ritme, daya tahan, keseimbangan, akurasi,
System tugas merupakan strategi yang baik fleksibilitas, aliran, dan sebagainya; (d)
dalam pembelajaran berlandaskan pada kriteria gerakan yang terdiri dari; perilaku
implementasi dan pengarahan dari guru yang dituntut; (e) Kondisi: bagaimana
sehingga menimbulkan hubungan antara perilaku ditampilkan; dan (f) Standar:
siswa dengan siswa dan bahan tingkat penampilan. (3) Menyatakan tugas
pembalajaran (Zakrajsek, 1986: 19). Tugas sebagai tujuan perilaku, (4) Menyatakan
menjadi strategi pengajaran di saat guru kembali tugas sesuai dengan perilaku yang
merancang serangkaian tugas dan mengatur diharapkan, (5) Menyusun serangkaian
kelas untuk menampung perilaku tugas, (6) Metode; berbagai metode dan
pengajaran. Penggunaan tugas pendekatan dapat digunakan dalam
membebaskan guru dari seluruh hambatan perencanaan. Gaya pengajaran langsung
pengajaarn di kelas sehingga guru dapat dan tidak langsung dapat diterapkan, (7)
melaksanakan observasi, analisis, bantuan, Indivdualisasi; tugas dapat bertindak
koreksi, dan penguatan pada kelompok sebagai pengembangan program individu
kecil atau individual, sehingga mendukung atau pengajaran individu sesuai tujuan, (8)
Rahim, Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dengan Model Tugas 55
Mutohir, T. C., 2000. Pendidikan Jasmani Saputra, Y., M., Husdarta, 2000. Belajar
dan Kesehatan. Jakarta: Direktrorat dan Pembelajaran. Jakarata:
Jendral Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
Departemen Pendidikan dan dan Menengah dan Departemen
Kebudayaan. Pendidikan dan Kebudayaan.
Ratumanan, T. G., 2002. Belajar dan Siedentop, D 1983. Developing Teaching
Pembelajaran. Surabaya: Unesa Skills in Phisical Education. Ohio:
University Press. Mayfield Publishing Company.
Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani, Suparno,P.,1997. Filsafat Konstruktiuvisme
1997. Kesimpulan dan Rekomendasi dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Konferensi Nasional Pendidikan Kanisius.
Jasmani dan Olahraga. Bandung: Sukamto, T., Wiranata, U. S., 1995. Teori
Sekretariat Panitia. Konferensi belajar dan Model-model
Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Pembelajaran. Bandung: Dikti dan
Syarifuddin, A. K., 1994. Suatu Pemikiran Departemen Pendidikan dan
dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Kebudayaan.
Pendidikan Jasmani di Sekolah Winkel, W. S. 1989. Psikologi Pengajaran.
untuk Memantapkan Pelaksanaan Jakarta: PT. gramedia.
Kurikulum 1994. Makalah. Zakrajsek, D. Carnes, L. A. 1986.
Individualizing Physical Educations.
Illiois: Human Kinetics Pubhher, Inc.