PEMBAHASAN
73
2
menimbulkan rasa nyaman pada klien. Perilaku caring tersebut maka akan
timbul rasa puas atas kinerja yang dilakukan perawat (Potter & Perry, 2010).
a. Metode TIM
1) Timbang Terima
Timbang terima keperawatan yaitu suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien. Maksud dan tujuan dari timbang terima
adalah agar masalah-masalah khusus yang menyangkut pasien dan
tugas-tugas yang seharusnya dilakukan dapat diteruskan pada shift
selanjutnya. Timbang terima dipandang penting agar proses
keperawatan yang diberikan kepada pasien secara berkelanjutan
(Nursalam, 2010). Perawat dalam hal ini diharapkan bisa
melaksanakan timbang terima dengan baik. Dalam rangka
mewujudkan hal tersebut terlebih dulu TIM harus menyamakan
pemahaman dan persepsi serta meningkatkan kesadaran dan
pengawasan terhadap metode timbang terima sehingga mekanisme
operan dapat terwujud dengan baik.
Timbang terima di ruang melati RSUD dr. H. Soewondo Kendal
sudah dilakukan dengan baik. Menurut Nursalam (2010) perawat
primer dan anggota shift dinas bersama-sama secara langsung melihat
keadaan klien. Dengan penjelasan tersebut operan atau timbang terima
dilakukan secara keliling dan dihadapan pasien. Agar perawat
mengetahui secara langsung perkembangan kondisi pasien. Pasien
juga mengetahui perawat yang berjaga saat itu. Setelah dilakukan
implementasi dengan melakasanakan role play operan atau timbang
terima, perawat mengetahui tentang timbang terima.
2) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dan atau perawat konselor, kepala
4
secara total untuk praktik. Akhirnya praktik klinik yang dilakukan hanya
dilewatkan begitu saja tanpa adanya pencapaian praktik yang jelas. Ditambah
lagi dengan keterbatasan fasilitas dan target khusus dilahan praktik. Di sisi
lain, pembimbing klinik juga belum mempunyai kesamaan persepsi dan
sistematika dalam membimbing mahasiswa, sehingga bimbingan klinik yang
dilakukan tidak mampu menumbuhkan sitematika berfikir, bertindak dan
bersikap yang sama pada mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan fenomena
ketidakpuasan mahasiswa terhadap kinerja pembimbing klinik.Untuk itu
diperlukan motivasi dan tanggung jawab pembimbing praktik klinik
melakukan aktivitas membimbing mahasiswa (Usman, Harun & Dahlia,
2013).
Motivasi pembimbing klinik dalam membimbing mahasiswa praktikan
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, ada dari segi kewajiban, tanggung
jawab dan bukan semata karena uang. Motivasi pembimbing klinik untuk
membimbing dikarenakan kedatangan mahasiswa, maka akan menambah ilmu
dan dituntut harus membaca kembali tentang kasus yang dikelola mahasiswa,
serta insentif yang didapat setelah membimbing mahasiswa (Sutrisno, 2011).