PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kesehatan merupakan hal yang sangat
penting khususnya bagi ibu yang sedang hamil. Karena dalam kondisi yang
perkembangan janinnya. Satu hal yang paling sering ditemui di dalam dunia
kesehatan dimana seorang bayi yang baru lahir akan tetapi bayi itu akan
dan kematian yang paling penting pada anak, terutama bayi, karena saluran
napasnya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Salah satu
pernapasan. Pada bayi baru lahir sering kali terlihat pernapasan yang dangkal,
cepat, dan tidak teratur iramanya akibat pusat pengatur pernapasannya belum
keadaan pernapasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain,
seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Hidayat,
1
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis,
bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
hidup (SKDI 1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 2003).
Sedangkan angka kematian ibu mengalami penurunan dari 421 per 100.000
kelahiran hidup (SKDI 1992) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SKDI
2003). Kematian pada masa perinatal yang disebabkan karena asfiksia sebesar
28%.
Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih tinggi
daripada di negara maju. Di negara berkembang, lebih kurang 4 juta bayi baru
lahir menderita asfiksia sedang atau berat, dari jumlah tersebut 20%
2
Dalm kasus asfiksia ini, peran perawat adalah bagaimana untuk
memacu napas klien untuk kembali normal. Memberikan terapi oksigen yang
baik, memberikan semangat kepada keluarga klien untuk berfikir positif dan
Terutama penyakit yang ada dalam pembahasan makalah ini. Begitu juga
dengan petugas kesehatan, baik dokter, perawat, ahli gizi dan lain – lain telah
baik dalam segi perawatan maupun dalam segi pengobatannya. Pada asfiksia
neonatorum yang paling baik dan tepat, terutama dalam segi keperawatannya
oleh berbagai faktor seperti faktor ibu, faktor placenta, faktor featus dan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Perawat mampu mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan
3
2. Tujuan Khusus
a. Perawat mampu melakukan pengkajian perawatan pada By. Ny. M
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
(Manuaba, 1998)
4
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Hidayat,
bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
B. Klasifikasi
Menurut M. Rahman (2000), asfiksia dapat diklasifikasikan berdasarkan
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/ bersin
nafas dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitasFleksi kuat gerak
(lemah) aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merahMerah seluruh
5
G=”Grimace” (seringai) Gosok berulang – ulang dasar tumit kedua tumit kaki
bayi dengan jari. Perhatikan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksi
ketika lendir pada mukanya dibersihkan. Atau perhatikan reaksi ketika lendir
tangannya atau tarik salah satu tangan/ kakinya. Perhatikan bagaimana kedua
pernapasannya.
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasinya di mulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari l00 x/menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia berat, skor apgar 0 – 3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari l00 x/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat dan kadang – kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Asfiksia
lahir lengkap.
b. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
6
C. Etiologi
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat
timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Karena itu
untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala
sisa.
Menurut M. Rachman (2000), penggolongan penyebab kegagalan
janin.
b. Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus
obat.
c. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
d. Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
7
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan
tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antar
lain – lain.
D. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
simpatikus, sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intra uterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.
Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
angsur, dan bayi memasuki periode apnea primer. Jika berlanjut, bayi akan
8
menunjukkan pernapasan yang dalam denyut jantung terus menurun. Tekanan
darah bayi juga menurun dan bayi akan terlihat lemas. Pernapasan makin
lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea sekunder. (Towwel,
2006)
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada bayi setelah lahir menurut Nelson (1997) adalah
sebagai berikut :
1. Bayi pucat dan kebiru – biruan
2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik atau respiratori
5. Perubahan fungsi jantung
6. Kegagalan sistem multi organ
7. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik
pun akan menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak. Hal ini juga dapat
ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium
9
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada
G. Penatalaksanaan Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut dengan
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah (PH kurang dari 7,20)
2. Penilaian skor APGAR meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha
10
9. Hemoglobin/ hematokrit (Hb/ Ht) : kadar Hb 15 – 20 gr dan Ht 43% -
61%.
10. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
I. Pencegahan
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur
posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan
menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya
untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi
adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia. (Hidayat, Aziz Alimul,
2005)
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat
mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi
manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian
ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi
11
aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika
pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang
dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang
J. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut:
1. Identitas klien/ bayi dan keluarga.
2. Diagnosa medik yang ditegakkan saat klien masuk rumah sakit.
3. Alasan klien/ bayi masuk ruang perinatologi.
4. Riwayat kesehatan klien/bayi saat ini.
5. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu.
6. Riwayat kelahiran klien/ bayi.
7. Pengukuran nilai skor apgar. Bila nilainya 0 – 3 asfiksia berat, bila
(diastolik).
2) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
IV.
3) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
4) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/ cairan
1) Berat badan : 2500 – 4000 gram
2) Panjang badan : 44 – 45 cm
12
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
yang memanjang).
e. Pernafasan
1) Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7
– 10.
2) Rentang dari 30 – 60 per menit, pola periodik dapat terlihat.
3) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum terjadi, pada
mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia
13
K. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
2. Hipotermi berhubungan dengan terpapar lingkungan dingin
3. Resiko infeksi berhubungan dengan presedur invasif.
4. Pola makan bayi tidak efektif b.d kegagalan neurologik
14
L. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
15
2. Hipotermi b.d terpapar Pengobatan Hipotermi (3800) :
Setelah dilakukan tindakan
lingkungan dingin. 1 Pindahkan bayi dari lingkungan
keperawatan selama…X 24
Batasan karakteristik : yang dingin ke tempat yang hangat
jam hipotermi teratasi de-
- Pucat (di dalam incubator atau di bawah
ngan indicator :
- Kulit dingin lampu sorot)
Termoregulasi Neonatus
- Suhu tubuh di bawah 2 Bila basah segera ganti pakaian
(0801) :
rentang normal bayi dengan yang hangat dan
- Suhu axila 36-37˚ C
- Menggigil kering, beri selimut
- RR : 30-60 X/menit
- Kuku sianosis 3 Monitor suhu bayi
- Warna kulit merah muda
- Pengisian kapiler lambat 4 Monitor gejala hipotermi :
- Tidak ada distress respirasi
fatigue, lemah, apatis, perubahan
- Tidak menggigil
warna kulit.
- Bayi tidak gelisah
5 Monitor status pernapasan
- Bayi tidak letargi
6 Monitor intake/output
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakanMengontrol Infeksi (6540) :
Faktor Resiko : keperawatan selama…X 241. Bersihkan box / incubator
1. Prosedur invasif jam bayi diharapkan terhin-setelah dipakai bayi lain
2. Ketidak adanya pera-watandar dari tanda dan gejala2. Pertahankan teknik isolasi bagi
imun buatan infeksi dengan indicator : bayi ber-penyakit menular
3. Malnutrisi Status Imun (0702) : 3. Batasi pengunjung
- RR : 30-60X/menit 4. Instruksikan pada pengunjung
- Irama napas teratur untuk cuci tangan sebelum dan
- Suhu 36-370 C sesudah berkunjung
- Integritas kulit baik 5. Gunakan sabun antimikrobia
- Integritas nukosa baik untuk cuci tangan
- Leukosit dalam batas 6. Cuci tangan sebelum dan
normal sesudah mela-kukan tindakan
keperawatan
7. Pakai sarung tangan dan baju
sebagai pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
16
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line
kontrol dan dressing sesuai
ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Beri antibiotik bila perlu.
Mencegah Infeksi (6550)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining pengunjung terhadap
penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik
pada bayi beresiko
5. Bila perlu pertahankan teknik
isolasi
6. Beri perawatan kulit pada area
eritema
7. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, dan drainase
8. Dorong masukan nutrisi yang
cukup
9. Berikan antibiotik sesuai
program
4. Pola makan bayi tidak efektif Setelah dilakukan tindakanEnteral Tube Feeding (1056) :
b.d kegagalan neurologik keperawatan selama … X 24- Pasang NGT / OGT
Batasan karakteristik : jam pola makan bayi efektif - Monitor ketepatan insersi NGT /
- Tidak mampu dalam OGT
menghisap, menelan dan - Cek peristaltic usus
bernafas - Monitor terhadap muntah /
17
- Tidak mampu dalam distensi abdomen
memulai atau menunjang - Cek residu 4-6 jam sebelum
penghisapan efektif pemberian enteral
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
18
a. Identitas Klien
Nama : By. Ny. M
Tanggal lahir : 14 Agustus 2017 Jam 07.00 WIB
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Ds. S
Anak ke : 3 (tiga)
Suku Bangsa : Jawa
RM :
Diagnosa Medik : Asfiksia Berat
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Bayi bernafas secara spontan tetapi tidak teratur dan menangis lemah.
b. Riwayat penyakit sekarang
By. Ny. M lahir secara spontan pada tanggal 14 Agustus 2017 jam
lebih intensif.
c. Riwayat Masa Lalu
Tidak ada
d. Riwayat Kehamilan Ibu
1) Umur kehamilan : 43 minggu
2) Periksa ANC : Pada bidan
3) Frekuensi ANC : 5 kali selama kehamilan
e. Riwayat Persalinan
19
Bayi baru lahir secara normal, bayi lahir tidak langsung menangis,
Kulit
Pulse/ Nadi 1 1 1
Grimace 0 1 1
Respiratory 1 1 1
Activity/ Tonus Otot 0 0 0
Total 2 3 4
f. Riwayat Imunisasi
By. Ny. M diberikan imunisasi HB0
tuanya.
20
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda – tanda vital klien
1) Denyut Nadi : 120 x/menit
2) RR : 62 x/menit
3) Suhu : 35 ⁰C
4) SpO2 : 94%
b. BB/ PB : 3400 gr/ 50 cm
c. Lingkar kepala : 33 cm
d. Lingkar dada : 33 cm
e. Kepala : Mesochepal
f. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak ada kotoran yang
melekat di mata
g. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tampak pernapasan cuping hidung
h. Telinga : Simetris, tidak ada kelainan bentuk telinga
i. Mulut : Mukosa bibir agak kering
j. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
k. Dada
1) Jantung
Inspeksi : tampak retraksi dinding dada interkostalis dan
suprasternalis
Perkusi : bunyi pekak
Palpasi : tidak teraba ictus cordis, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : S1-S2 Reguler, tidak ada bunyi tambahan
2) Paru – paru
Inspeksi : ekspansi dada tidak optimal
Perkusi : terdengar bunyi sonor
Palpasi : fokal fremitus seimbang antara kanan dan kiri
Auskultasi : bunyi vesikuler, terdapat suara nafas tambahan
ronchi
l. Abdomen
Inspeksi : tali pusat masih basah, terdapat infus umbilical
Auskultasi : peristaltik 12 x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar
m. Punggung : Simetris
n. Genetalia : Tidak ada kelainan pada alat kelamin
o. Ekstremitas
Atas : Jari tangan lengkap, belum bergerak aktif, tampak pucat
Bawah : Jari kaki lengkap, belum bergerak aktif, tampak pucat
p. Anus
Lubang anus paten
q. Kulit : elastis, ada bagian yg mengelupas, akral dingin, sianosis
21
r. Eliminasi
Miksi : kuning jernih
Mekonium : Kehitaman
5. THERAPI
a. Terpasang oksigen headbox 6 liter/menit
b. Infus D10% 8 tpm
c. Injeksi ampicillin 2 x 150 mg
d. Injeksi dexamethason 3 x 0,5 mg
e. Injeksi ranitidin 2 x 3 mg
f. Terpasang OGT dialirkan
6. ANALISA DATA
JAM
14 DS : - Hiperventilasi Pola nafas tidak
DO:
Agustus Terdapat nafas cuping efektif
2017 hidung
Ekspansi dada tidak optimal
Jam Tampak retraksi dada
Terdapat suara nafas
07.00
tambahan ronchi
WIB RR : 62 x/menit
SpO2 : 94%
14 DS : - Terpajan Hipotermia
DO :
Agustus S : 35 OC lingkungan dingin
Terlihat pucat
2017 Kulit sianosis
Akral teraba dingin
Jam
07.00
WIB
14 DS : - Prosedur invasif Resiko infeksi
DO:
Agustus Tali pusat masih basah
Terpasang infus umbilical
2017
22
Jam
07.30
WIB
C. RENCANA KEPERAWATAN
– 60 x/menit
Dapat menangis keras
Tak tampak retraksi
dinding dada
14/8/2017 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Cek dan observasi Nur F
23
- Tidak sianosis lingkungan stabil
- Tidak pucat 5. Cek dan pantau
suhu
14/8/2017 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Cek dan observasi Nur F
KH : sesudah dan
aseptic dan
antiseptik
5. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
Hari/ No.
Implementasi Respon TTD
Tanggal/ Dx
Jam
Senin , 2 1. Meletakan bayi di atas S: - Nur F
O: tubuh dingin, lemah
14/8/17 infant warmer S: -
07.00 1 O: Mukus keluar melalui Nur F
07.05 2. Mengatur posisi bayi
selang suction dan bayi
dan Melakukan suction
1 mulai menangis Nur F
24
07.15 S: -
3. Memeriksa pemberian O: Terapi O2 headbox
2 Nur F
07.15 O2 Headbox 6 liter/menit terpasang
S: -
3 4. Menyelimuti bayi O: bayi masih lemah Nur F
07.30
dengan memakaikan kain S: -
O: Tali pusat masih basah,
bedong Nur F
3 5. Melakukan perawatan di sekitar tali pusat tampak
07.00
tali pusat dan tanda – tanda kemerahan, terpasang Nur F
tanda-tanda sianosis, RR
25
58 x/menit
EVALUASI HARI I
Hari/ No.
Tanggal/ Dx Implementasi Respon TTD
Jam
Selasa , 3 1. Melakukan cuci S: - Nur F
O: Mempertahankan
15/8/17 tangan sebelum dan
08.00 prinsip teknik septic dan
3 sesudah melakukan Nur F
08.15 antiseptic
tindakan S: -
2. Memonitor keadaan O: Keadaan umum bayi Nur F
26
3 umum bayi kurang aktif, menangis
09.30
kurang keras Nur F
S: -
O: Tali pusat sudah mulai
SPO2 90%
S: -
O: residu hijau, By. Ny. M
5. Melakukan
masih dipuasakan
pengecekan residu
NaCl ± 5-10 cc
EVALUASI HARI II
27
14.00 P: Pertahankan Intervensi
Thermoregulasi
3 Selasa , S: - Nur F
O: Tali pusat sudah mulai kering, tali pusat tampak
15/8/2017
14.00 bersih, dan masih tampak sedikit kemerahan, ssudah
28
15.00 residu OGT dg spoel O: residu keruh, pasien
NaCl ±5-10 cc
O: residu jernih, coba diit
6. Memonitor tanda infeksi
12 x 2,5 cc ASI
pada umbilical dan
S:-
infuse perifer
O: tidak ada tanda-tanda
infeksi pada infuse perifer,
tali pusat sudah kering
BAB IV
PEMBAHASAN
29
Dari hasil pengkajian dan dasar teori yang ada asfiksia berarti hipoksia yang
progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh
(penurunan pH).
Asfiksia sedang (Mild-moderate asphyxia) skor apgar 4 – 6 pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari l00 x/menit, tonus otot
(frog breathing). Cara ini dikerjakan dengan melakukan pipa ke dalam jantung
dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1 – 2 liter dalam 1 menit. Agar saluran napas
mungkin timbul. Jika terjadi penurunan frekuensi jantung dan tonus otot maka
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang sehingga aliran oksigen janin berkurang dan akibatnya terjadi
2. Perdarahan abnormal
30
3. Partus lama/ partus macet
Dilihat dari tali pusat dapat juga menjadi penyebab terjadinya asfiksia
1. Bayi prematur
3. Kelainan kongenital
Manifestasi klinis pada bayi setelah lahir menurut Nelson (1997) adalah
sebagai berikut :
Pada kasus By. Ny. M di temukan beberapa masalah yang dirasakan yaitu
31
hipotermi berhubungan dengan terpajan lingkungan dingin, resiko infeksi
bersihan jalan nafas tidak efektik karena masalah tersebut mengancam nyawa
selama 1 x 24 jam, masalah yang dialami By. Ny. M teratasi yang ditandai dengan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
3), asfiksia sedang (skor apgar 4 – 6), asfiksia ringan (skor apgar 7 – 10).
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat
32
timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. karena
kematian.
B. SARAN
Perawat hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus
kesehatan.
33