Anda di halaman 1dari 6

PENGGUNAAN CHOOMIRYOO NO SA-SHI-SU-SE-SO PADA MASAKAN JEPANG

INDIRA IKA NEGARA


Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masakan tidak hanya sekedar benda yang bisa dimakan dan dapat

meredakan rasa lapar. Masakan, di dalamnya terdapat kandungan gizi yang

diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh seseorang. Kandungan dan manfaat

yang terdapat pada suatu masakan menjadi hal yang perlu diperhatikan.

Masakan, selain mengandung nilai gizi, ternyata juga memiliki keterkaitan

dengan budaya yang ada di suatu negara. Ciri khas masakan pada suatu negara

dapat menjadi salah satu tanda kebiasaan yang selalu dilakukan dan kepercayaan

yang dianut di negara tersebut. Pembuatan masakan, cara makan, adat-istiadat

yang ada sudah mampu menjelaskan bagaimana bentuk budaya yang dimiliki

suatu negara (White via Dresner, 2001: 105).

Masakan dapat dikatakan sempurna apabila menerapkan dasar multi

dimensi pada masakan. Penerapan masakan yang multi dimensi adalah masakan

yang memuat berbagai elemen diantaranya: rasa, tekstur, tampilan, dan adanya

makna yang terkandung dalam masakan tersebut. Masakan multi dimensi sudah

banyak diterapkan pada masakan-masakan di berbagai negara terutama di negara-

negara maju, termasuk di Jepang. Bangsa Jepang sejak abad ke delapan sudah

mengenal pentingnya multi-dimensi pada suatu masakan (Varley, 2000: 151).

1
PENGGUNAAN CHOOMIRYOO NO SA-SHI-SU-SE-SO PADA MASAKAN JEPANG
INDIRA IKA NEGARA 2
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Masakan yang multi dimensi terus menjadi acuan di setiap masakan Jepang dan

menjadi bagian dalam kebudayaan di Jepang.

Masakan Jepang dalam bahasa Jepang adalah nihon ryoori (日本料理),

namun sering juga disebut dengan nihon shoku (日本食) atau washoku (和食).

Bahan-bahan yang digunakan dalam masakan Jepang sebagian besar diolah secara

sederhana. Masakan Jepang juga tidak dimasak dengan banyak bumbu. Orang

Jepang tidak mengenal teknik memasak yang bisa merusak penampilan bahan dan

kesegaran bahan makanan (Hinder, 1988: 37). Cara memasak pada masakan

Jepang bertujuan untuk menampikan rasa asli dari bahan masakan dengan tidak

mencampurkannya dengan berbagai macam bumbu. Kesederhanaan masakan

Jepang tersebut diimbangi dengan penyajiannya yang cantik.

Menyajikan masakan di hari khusus merupakan suatu bentuk budaya di

Jepang. Masyarakat Jepang sangat bangga dengan masakan tradisionalnya yang

penyajiannya berbeda-beda menurut musim, politik dan sejarah. Masakan

tradisional Jepang sebagian besar dibuat dengan memasukkan unsur musim

(seasonly) yang ada di Jepang untuk menandakan musim yang sedang

berlangsung saat itu. Tanggal tujuh bulan Januari misalnya, pada hari tersebut

masyarakat Jepang memperingati musim semi dengan memakan bubur yang

dibuat dari tujuh macam tumbuhan musim semi yang disebut nanakusa gayu.

Musim panas di bulan Agustus, masyarakat Jepang memakan belut panggang

yang dipercaya dapat memberikan kekuatan di sisa hari pada musim panas. Hari

pertama musim dingin banyak orang yang menyajikan tooji kobocha, yaitu labu

yang dimasak dengan kacang azuki manis. Masakan Jepang sangat


PENGGUNAAN CHOOMIRYOO NO SA-SHI-SU-SE-SO PADA MASAKAN JEPANG
INDIRA IKA NEGARA 3
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mempertimbangkan tampilan masakan, penyajian, unsur, dan makna yang

terkandung dalam setiap masakannya.

Kepopuleran masakan Jepang membuat kebanyakan orang ikut mengenal

bahan dan bumbu masakan dari Jepang. Toko masakan oriental 1 yang salah

satunya menyediakan bahan dan bumbu untuk masakan Jepang kini sudah banyak

bermunculan. Bahan-bahan seperti lobak, jamur shitake dan lain sebagainya sudah

banyak tersedia di supermarket. Miso, dashi, mirin yang termasuk dalam bumbu

khas Jepang juga banyak ditemukan di toko ataupun supermarket. Mirin adalah

semacam alkohol yang dihasilkan dari arak beras yang kemudian disaring dan

rasanya manis. Mirin mempunyai kadar alkohol sebesar 14%. Pada dasarnya

mirin adalah minuman tapi sekarang lebih banyak dikhususkan penggunaannya

pada masakan. Mirin adalah pemanis yang lebih lembut dibandingkan dengan

gula dan efektif dalam memperkuat warna daging selama proses memasak. Dashi

(bonito stok) atau air kaldu ikan cakalang adalah campuran dari bubuk bonito atau

bubuk dari ikan cakalang kering dengan rumput laut kering, monosodium

glutamate (MSG), garam dan gula. Miso merupakan fermentasi dari rebusan

kedelai, beras, atau campuran dari keduanya dengan garam. Tekstur miso seperti

selai kacang dan rasanya asin (Tsuji, 1998: 144).

Rasa dalam masakan mempunyai daya pikat tersendiri bagi penikmatnya.

Masakan yang enak tidak hanya tergantung dari cara mengolah bahan-bahan

masakan dengan bumbu-bumbu yang tersedia. Hal tersebut juga diterapkan pada

masakan Jepang. Keutamaan masakan Jepang pada umumnya terletak pada bahan

1
Negara di kawasan Asia timur
PENGGUNAAN CHOOMIRYOO NO SA-SHI-SU-SE-SO PADA MASAKAN JEPANG
INDIRA IKA NEGARA 4
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan bumbu yang digunakan. Masakan Jepang menggunakan bahan yang secara

turun-temurun digunakan oleh orang Jepang dan sebagian besar diambil dari hasil

pertaniannya. Bahan masakan Jepang sebagian besar menggunakan bahan yang

masih segar. Penggunaan bahan yang segar masih diterapkan dalam masakan

Jepang sampai saat ini. Masakan bisa dikatakan sebagai masakan Jepang bukan

hanya tergantung dari resep masakan, penggunaan bahan, dan cara memasaknya

yang berasal dari Jepang. Bumbu khas Jepang yang ditambahkan pada masakan

Jepang tersebut juga menjadi salah satu kunci masakan disebut sebagai masakan

khas Jepang.

Masakan Jepang biasanya tidak membutuhkan banyak bumbu. Masakan

Jepang jarang menggunakan bumbu berupa rempah-rempah atau bumbu yang

berbau tajam. Masakan Jepang pada dasarnya mempunyai lima bumbu utama

yang disebut dengan istilah “choomiryoo no sa-shi-su-se-so”. Choomiryoo berarti

bumbu, sedangkan sa-shi-su-se-so merupakan singkatan dari sa- untuk satoo yang

berarti gula pasir, shi- untuk shio yang berarti garam, su yang berarti cuka, se-

untuk shoyu yang berarti kecap asin, dan -so untuk miso. Kelima bumbu tersebut

tidak semua harus ada pada setiap masakan Jepang. Suatu masakan hanya akan

menggunakan beberapa unsur dari choomiryoo no sa-shi-su-se-so. Choomiryoo no

sa-shi-su-se-so adalah bumbu dasar yang selalu digunakan dalam masakan Jepang

dan membuat masakan terasa khas Jepang. Choomiryoo no sa-shi-su-se-so

memiliki peraturan yang unik, yaitu cara penggunaanya yang harus dimasukkan

sesuai urutan ejaan pada sa-shi-su-se-so. Berdasarkan latar belakang di atas,

penulis tertarik untuk menelaah dan mengetahui lebih lanjut mengenai


PENGGUNAAN CHOOMIRYOO NO SA-SHI-SU-SE-SO PADA MASAKAN JEPANG
INDIRA IKA NEGARA 5
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penggunaan bumbu-bumbu pada choomiryoo no sa-shi-su-se-so sehingga

dijadikan sebagai acuan bumbu dasar yang digunakan di sebagian besar masakan

Jepang.

1.2 Pokok Bahasan

Choomiryoo no sa-shi-su-se-so merupakan bumbu khas yang membuat

masakan Jepang menjadi khas Jepang. Keutamaan choomiryoo no sa-shi-su-se-so

juga terletak pada penggunaannya yang harus dimasukkan secara berurutan,

walaupun hanya beberapa unsur yang digunakan pada suatu masakan. Kesan

sederhana namun unik yang ada pada choomiryoo no sa-shi-su-se-so melekat pada

masakan Jepang. Penulis dalam Tugas Akhir ini akan membahas secara lebih

dalam mengenai choomiryoo no sa-shi-su-se-so dalam masakan Jepang.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah menjelaskan penggunaan

choomiryoo no sa-shi-su-se-so pada masakan Jepang. Penulis juga memaparkan

kandungan dan manfaat dari choomiryoo no sa-shi-su-se-so pada masakan Jepang.


PENGGUNAAN CHOOMIRYOO NO SA-SHI-SU-SE-SO PADA MASAKAN JEPANG
INDIRA IKA NEGARA 6
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan penulis untuk memaparkan Tugas Akhir ini

adalah metode deskriptif. Penulis menggambarkan secara jelas mengenai

choomiryoo no sa-shi-su-se-so. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi

pustaka, yaitu mengumpulkan data melalui berbagai sumber tertulis seperti buku,

makalah, artikel maupun internet.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari 3 bab.

Bab I berisi Pendahuluan yang akan membahas latar belakang, pokok bahasan,

tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan Tugas Akhir ini.

BAB II berjudul Penggunaan choomiryoo no sa-shi-su-se-so pada masakan

Jepang. Bab ini terdiri dari empat sub judul. Sub judul pertama akan dijelaskan

mengenai choomiryoo no sa-shi-su-se-so. Sub judul kedua berisi penjelasan

unsur-unsur pada choomiryoo no sa-shi-su-se-so. Sub judul ketiga akan dijelaskan

peran choomiryoo no sa-shi-su-se-so, termasuk di dalamnya kegunaan masing-

masing bumbu dalam masakan serta kandungan dan manfaat yang terdapat pada

setiap bumbu. Sub judul keempat berisi tentang bumbu-bumbu khas Jepang

beserta cara pembuatan bumbu khas tersebut. Bab III terdiri atas penutup yang

berisi tentang kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai