Anda di halaman 1dari 5

Nama : Syamsul Rijal (1151020080)

Kelas / Jurusan : B / Studi Agama Agama

Mata kuliah : Agama dan Globalisasi

TUGAS RESUME

Judul buku : Agama dan Dialog dan Antar Peradaban

Penulis : Nurcholis Majid, Muhammad Imaduddin AbdulRahim, Bassam Tibi,


Frans magnis Suseno, Tarmizi Taher, Olaf Schumann, Josep Van Ess dll

Sub judul : a. Islam dan isu Global (persektif Budaya dan Agama)

b. Perlunya Dialog Antara Islam dan Barat Dalam Era Globalisasi

A. Islam dan isu Global (persektif Budaya dan Agama)


Secara historis-sosiologis, baru abad sekarang ini umat Islam semakin sadar
bahwa Islam benar-benar tertantang memasuki panggung dakwah yang berskala
global, yang antara lain disebabkan oleh revolusi teknologi transfortasi dan
informatika serta komunikasi. Ketika sistem informasi dibantu dengan satelite,
maka planet bumi seakan menjadi kecil. Barangkali hampir seluruh sudut bumi,
dapat dipotret oleh manusia dan dalam waktu yangbersamaan gambar dan
berbagai penjelasan detailnya bisa disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.
Secara teologis dan historis, panggilan dan kesadaran ini sesungguhnya bukan
hal yang baru bagi umat islam.
Jika kita ikuti beberapa jurnal, buku dan komentar para pakar politik dan
kebudayaan, setelah berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet, perhatian Barat terhadap Islam semakin meningka, baik dalam kontrol
positif maupun negativ.
Jungen Mayer, misalnya, dari hasil penelitiannya yang kemudian dituliskan
dalam bukunya : The new Cold War? (1993) bahwa dominasi ideologi Barat
yang berakar pada paham nasionalisme-sekularisme, kini mendapat tantangan
dari kekuatan nasionalisme-religius.
Paradoks Era Globalisasi
Dalam bidang budaya, disatu sisi kita menyaksikan arus ideologi baru yang
berciri trans-nasionalisme, Glibalisme dan sekularisme.
Jika dilihat dari sisi positifnya, era globalisasi ini sesungguhnya merupakan
peluang bagi Islam untuk kembali berperan aktif dalam pencaturan dunia,
terutam ikut serta menegakan nilai-nilai kemanusiaan.
Islam Indonesia di Tengah Arus Global
Meskipun barat (Belanda pernah menjajah Indonesia ratusan taun lamanya,
ternyata Isam pada akhirnya justru bangkit sebagai kekuatan inti dalam
menghalau penjajah. Tidak hanya Indonesia, di berbagai belahan bumi yang lain
pun ternyata Islam tidak lenyap meski mendapat gempuran barat, tetapi malahan
bangkit dan berkembang hingga hari ini.
Dalam menghadapi globalisasi Indonesia kiranya perlu dilakukan beberapa
langkah strategis;
Pertama, mengajak umat mengenal makna yang sebenarnya dari proses
globalisasi serta implikasinya bagi kehidupan umat dan bangsa dalam berbagai
aspeknya.
Kedua, dalam komteks Islam umat harus diajak menyadari tanpa harus
terjebak dalam sikap apologestik – bahwa ajaran Islam dengan tegas dan
gambalng sejak awal telah memandang umat manusia sebagai suatu kesatuan
yang dalam wacana globalisasi senantiasa merupakan ujungnya.
Ketiga, harus mengembangkan kehidupan beragama yang “tune in” dengan
tuntutan di era globalisasi ini.

B. Perlunya Dialog Antara Islam dan Barat Dalam Era Globalisasi


Masalah Islam dan Kristen (Barat) melahirkan suatu tragedi yang belum dapat
diatasi. Tak kurang dari seorang terkemuka seperti Putra Mahkota Pangerang
Charles, Pangerang Wales , yang sekaligus sebagai pelindung pusat kajian-
kajian Islam Oxford (Oxford Center of Islamic Studies), baru-baru ini
mengalami kejadian yang menyedihkan:
“fakta menyedihkan adalah bahwa, terlepas dari adanya kemajuan teknologi
dan komunikasi dari paruh kedua abad ke-20 ini, terlepas dari pemindahan
masyarakat, percampura ras, semakin berkurangnya sebagaimana yang kita
yakini selama – misteri-misteri di dunia ini, salah paham antara Islam dan
Barat ternyata tetap berlanjut. Sungguh salah paham ini barangkali akan
semakin meningkat. Dan menurut Barat, hal tersebut bukanlah disebabakan
oleh ketidaktahuan”.

1. Kemacetan Komunikasi akibat kesalahpahaman


Bukannya masyarakat Barat itu tidak tahu, tetapi tidak mau tahu, tidak
perduli. Ketidak pedulian ini boleh jadi dikarenakan mereka tidak menyadari
konsekuensi-konsekuensi negatif yang akan dihadapi generasi-generasi
mendatang, bahwa ketidakpedulian sebenarnya akan mengarah menuju
pertentangan dan seterusnya berkembang menjadi konflik, yang semua ini
secara pasti mengancam esistensi kedua belah pihak.
2. Harapan dan Upaya-Upaya Baru
Kini tugas kunci para iintelektual Muslim adalah manampilkan ajaran-ajaran
Islam yang benar kepada Barat, tidak cukup dengan lisan dan tulisan saja,
melainkan disertai dengan tindak-tanduk yang konsisten sesuai dengan ajaran
Islam sendiri. Para Intelektual Islam yang mempunyai peluang yang lebih
besar bergabung dengan para Intelektual dan jurnalis Barat, seharusnya
mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk berdialog guna merangkul para
Intelektual Barat yang interes kepada Islam.
Kita harus membekali generasi muda kita tentang pentingnya bahwa
setiap Muslim seharusnya hidup berdampingan penuh perdamaian dengan
manusia lainnya. Dan bahwa perbedaan agama seharusnya melahirkan respek
penghargaan, memacu perkembangan.
Analisis
Dalam pembahasan subjudul buku di atas bisa kita pamahi bahwa
islam dihadapkan dengan isu Globalisasi yang tak terelakan. Hal ini sudah
berlangsung sejak dulu. Selain deskriftif melalui historis fenomenologis, cara
penyampaian buku ini lebih mengedepankan normatif dan penjelasannya
bersifat ajakan pada seluruh muslim akan adanya ancaman pengaruh dan isu
globalisasi.
Disamping Islam dihadapi persoalan sekularisme, liberalisme dan
kapitalisme, dan globalisasi memiliki fungsi positif bagi Islam. dengan adanya
globalisasi, Islam berperan aktif dalam berbagai bidang dan menyuarakan
pada dunia global sisi positif islam dengan dakwah dan komunikasi. Maka
dari itu buku ini membahas bagaimana Islam berdialog dengan berbagai aspek
termasuk kenegaraan dan kebudayaan. Hal ini juga dikarenakan Islam dalam
opini masyarakat global adalah suatu agama yang dicap radikal dan
mengedepankan kekerasan. Barat salah satunya mengklaim bahwa Islam
adalah agama teroris yang bisa mengancam keamanan dan ketentraman
kehidupan manusia di berbagai belahan dunia terutama dunia barat. Hingga
saat kini Islam (timur) dan Kristen (Barat) mengalami kesalah pahaman dan
konflik berkepanjangan. Dengan adanya dialog memungkinkan seluruh
penganut Islam dan seluruh penganut kristen di mana pun akan
memperkenalkan identitas masing-masing agama.

Kesimpulan

Secara historis-sosiologis, baru abad sekarang ini umat Islam semakin


sadar bahwa Islam benar-benar tertantang memasuki panggung dakwah yang
berskala global, yang antara lain disebabkan oleh revolusi teknologi
transfortasi dan informatika serta komunikasi.
Dalam bidang budaya, disatu sisi kita menyaksikan arus ideologi baru
yang berciri trans-nasionalisme, Glibalisme dan sekularisme.
Jika dilihat dari sisi positifnya, era globalisasi ini sesungguhnya
merupakan peluang bagi Islam untuk kembali berperan aktif dalam pencaturan
dunia, terutam ikut serta menegakan nilai-nilai kemanusiaan.

Meskipun barat (Belanda pernah menjajah Indonesia ratusan taun


lamanya, ternyata Isam pada akhirnya justru bangkit sebagai kekuatan inti
dalam menghalau penjajah. Tidak hanya Indonesia, di berbagai belahan bumi
yang lain pun ternyata Islam tidak lenyap meski mendapat gempuran barat,
tetapi malahan bangkit dan berkembang hingga hari ini.

Kini tugas kunci para intelektual Muslim adalah manampilkan ajaran-


ajaran Islam yang benar kepada Barat, tidak cukup dengan lisan dan tulisan
saja, melainkan disertai dengan tindak-tanduk yang konsisten sesuai dengan
ajaran Islam sendiri. Para Intelektual Islam yang mempunyai peluang yang
lebih besar bergabung dengan para Intelektual dan jurnalis Barat, seharusnya
mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk berdialog guna merangkul para
Intelektual Barat yang interes kepada Islam.

Saran

Setelah membaca dan menganalisis buku yang berjudul Agama dan


Dialog dan Antar Peradaban ini, telah kita simpulkan bahwa seharusnya
sikap kita sebagai umat beragama terhadap berbagai ancaman luar seperti
Globalisasi haruslah kritis dan memberikan motivasi pada seluruh umat
penganut agama manapun.

Dialog seharusnya dijadikan media dan alat pembenaran atas isu yang
ada dan menghindari kesalah fahaman dan memperbaiki opini negatif pada
masyarakat global

Anda mungkin juga menyukai