Anda di halaman 1dari 2

Meditasi SAMATHA

Dalam pengertian meditasi secara umum, Meditasi merupakan praktek relaksasi yang
melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani maupun
mencemaskan dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani. Makna harfiah meditasi adalah
sebuah kegiatan mengunyah-unyah atau membulak balik dalam pikiran, memikirkan atau
merenungkan. Dalam arti lebih luas Meditasi merupakan kegiatan mental yang terstruktur
yang dilakukan selama jangka waktu tertentu dengan tujuan dapat menganalisis, menarik
kesimpulan dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menuju jalan penyelesaian
dalam menyikapi suatu permasalahan yang dihadapi.

Meditasi Samatha adalah suatu praktek meditasi Agama Budha untuk menuju
penenangan pikiran atau ketenangan batin. Istilah Tibet untuk Samatha adalah shyine [shine]
(shi-Gas) dan dalam bahasa Sansekerta Samatha. Dalam bahasa Tibet, suku kata pertama
yakni shi, atau dalam bahasa sansekerta mengacu pada kata Shama yang berarti “kedamaian”.

Praktek Meditasi Samatha sendiri lebih menitikberatkan pada ketenangan dan


berupaya fokus terhadap obyek yang ada ketika saat kita menutup mata. Ketika kita
menjalani Meditasi ini, upayakan tetap fokus pada satu obyek saja. Misalnya kita berfokus
pada keluar masuknya udara yang kita hirup melalui hidung. Saat kita menarik nafas akan
merasakan udara bersih yang dingin masuk melalui lubang hidung dan akan terasa hagat
ketika kita menghembuskannya. Meditasi Samatha lebih dianjurkan untuk orang-orang yang
netral karena bersifat sebagai sebuah pondasi untuk membangun pondasi yang kuat maka kita
diharuskan tenang dan bersikap netral dengan memusatkan pikiran hanya pada sebuah obyek
sederhana. Namun ada juga meditasi lain yang nya yang jauh berbeda dari Meditasi Samatha,
seperti Meditasi Mayat dan Meditasi Vivassana.

Diibaratkan dengan meditasi lain, Samatha lebih kepada sebuah meditasi yang hanya
untuk memperhatikan (fokus) pada obyek saja. Ketika fikiran kita mulai menjalar kemana-
mana potong fikiran itu dan kembali fokus pada obyek. Kita juga dapat lebih fokus pada
hitungan-hitungan ketika mulai meditasi. Misalnya saat meditasi dimulai, mulailah
menghitung 1-10 dulu. Satu tarikan nafas masuk dan satu hembusan nafas keluar, begitu
sampai kita benar-benar fokus dan rileks menjaga obyek.

Ketika sedang melakukan Samatha, kita diharuskan untuk duduk se relax mungkin
dengan menempatkan kedua maaf (pantat) sampai menyentuh lantai. Saat kita menutup mata
fikirkan hanya obyek yang muncul dan fokus saja pada itu. Misalnya kita menyukai sebuah
warna, maka fokuslah pada warna itu saja dengan tetap tenang dan memperhatikan nafas
masuk dan keluar.

Pemfokusan sebuah obyek dalam budha terdiri dari 40 obyek. Diantaranya ;

1. Anapanassati ; Anapanasati (Pali; Sanskerta: ānāpānasmṛti; yang berarti kesadaran pada


pernafasan (sati berarti perhatian; anapana mengacu pada masuk dan keluarnya napas),
adalah suatu bentuk meditasi Buddhis yang umum dalam Buddhisme Tibet, Zen, Tiantai, dan
Theravada, serta program-program berbasis kesadaran di Barat. Menurut tradisi,
anapanasati awalnya diajarkan oleh Buddha dalam beberapa sutra (Palli: sutta), termasuk
Sutta Anapanasati. Anapanasati berarti merasakan sensasi yang disebabkan oleh gerakan
nafas dalam tubuh, seperti yang dipraktikkan dalam konteks kesadaran

2. Pengulangan Kalimat atau Kata-kata Suci ; Pemfokusan kata-kata suci jika ditarik
dalam Islam seperti ketika kita selepas shalat kemudian mulai berdzikir. Menyebut
kata atau lafadz suci dengan maksud memfokuskan fikiran dan menjaga obyek pada
hitungan menjadi salah satu meditasi dalam agama Budha. Jika dalam Islam kita
menyebutkan lafadz seperti “Subhanaallah” dalam 33 hitungan, dalam agama Budha
meditasi menyebutkan kata Budho dengan menyebutkan kata Budh sambil menarik
nafas dan Dho sambil mengeluarkan nafas secara rileks dan fokus.
Pada Waisak tahun lalu, Presiden Jokowi dodo mengatakan “Selamat Hari
Raya Waisak bagi umat Budha” kemudian menambahkan kata “Semoga Semua
Makhluk Hidup Berbahagia”. Kalimat tersebut bisa dijadikan bahan meditasi sebagai
bentuk rasa syukur dan menenangkan diri dengan mengkombinasikan antara nafas
masuk dengan mengulang kalimat diatas dengan maksud mempeoleh ketenangan.
3. Metta Bhawanna ; Memancarkan Cinta Kasih Secara Universal ;
Cinta kasih yang diajarkan Sang Buddha adalah cinta kasih yang universal
yaitu cinta kasih yang tidak berbatas hanya kepada orang-orang terdekat kita seperti;
orang tua , saudara , sahabat, suami/isteri dan anak-anak kita saja, tidak pula hanya
terbatas kepada manusia saja, tetapi kepada semua makhluk, baik terhadap
hewan/binatang, para dewa, bahkan iblis / setan sekalipun. Kata-kata cinta yang
terucap dikala seseorang sedang dilanda asmara bukanlah kata-kata yang mengandung
cinta kasih universal, karena kata cinta yang demikian itu masih diliputi oleh rasa
pamrih dan emosi-emosi kepemilikan, bahkan terselimuti oleh kabut nafsu.
Memancarkan cinta kasih secara universal pula mengajarkan pada penyebaran
sikap positif dan memandang bahwa semua orang yang sudah melakukan kesalahan
dan kejahatan pada kita, itupun adalah cara supaya orang itu bahagia walaupun ia
melalui jalan yang salah dengan menyakiti orang lain. Namun,percayalah bahwa
merekapun ingin bahagia. Dengan memancarkan cinta kasih secara universal pada
orang lain dapat menjadikan kita hidup dengan harmonis dan bahagia. Karena
memang tujuan dari meditasi ini adalah dengan meredam hakikat rasa serakah, benci
dan amarah yang terdapat dalam manusia supaya lebih terarah dan meminimalisir
dengan memancarkan rasa cinta kasih itu pada semua makhluk hidup.

Anda mungkin juga menyukai