Anda di halaman 1dari 2

BAB V

KESIMPULAN

1. Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan


penurunan penglihatan. Katarak berasal dari bahasa Yunani
“Katarrhakiesí” dalam bahasa Inggris disebut cataract, dan Latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, di mana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
2. Katarak terjadi apabila lensa mata berubah menjadi keruh akibat berbagai
penyebab antara lain metabolik, traumatik, toksik, akibat proses penuaan,
penyakit intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital.
3. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia
maupun di dunia. Salah satu jenis katarak adalah katarak juvenil.
4. Katarak juvenil adalah katarak lembek dan terdapat pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
5. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis katarak
juvenil matur oculi dextra.
6. Penatalaksanaan berupa tindakan non-bedah dan bedah dengan prosedur
ECCE dan ditambahkan IOL serta edukasi.
7. Pada pasien tidak dijumpai adanya komplikasi pasca operasi katarak juvenil.
8. Prognosis pasien ini pada quo ad vitam nya adalah bonam, quo ada
fungsionam nya baik, dan quo ad sanationam nya dubia ad bonam.

67 Universitas Muhammadiyah Palembang


DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

2. World Health Organization. 2010. Global Data on Visual Impairment.

3. World Health Organization. 2012. Blindness: Vision 2020- The Global


Initiative for the Elimination for Avoidable Blindness.

4. Ratnaningsih, N. 2007. Prevalence of Blindness and Low Vision in Sawah


Kulon Village, Purwakarta District, West Java Indonesia. Journal of
Community Eye Health 20.

5. Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan


Kebutaan untuk Mencapai Vision 2020. lampiran keputusan menteri
kesehatn nomor 1473 tahun 2005.

6. Snell, Richard S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.


Hal 612-25.

7. Ilyas, Sidarta dan Yulianti, Sri R. 2017. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 5. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

8. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku
Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.

9. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2014. Konjungtiva. Dalam Oftamologi


umum Edisi 17. Jakarta: EGC.

10. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B.
Saunders Company ; 2006.

11. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. 2013. RISKESDAS 2013. Jakarta.

12. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, tanggal 31 Maret 2019.

13. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.


2011.

14. Khurana, A. K. (2007). Comprehensive Ophtalmology (4th ed.). New Delhi:


New Age International.

68 Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai