Bila gelombang Q melebihi kedalaman 0.1 mv dan durasi lebih 0.04 sec dikatakan
sebagai Q Patologis (Delewi, dkk, 2013).
Gelombang Q patologis dianggap sebagai tanda ECG klasik dari nekrosis dan
mewakili daerah miokardium yang tidak dapat depolarisasi. Munculnya gelombang Q pada
ECG merupakan nilai prognosis penting untuk dokter. Beberapa post-mortem dan
resonansi magnetik jantung (CMR) menunjukkan bahwa lebih besar pada MI Q-gelombang
(Delewi, dkk, 2013).(Delewi et al., 2013)
Berbagai definisi untuk gelombang Q patologis telah diterbitkan selama bertahun-
tahun. Penelitian sebelumnya mendefinisikan gelombang Q patologis sebagai lebih dari
0,04 s durasi dan dengan amplitude lebih dari 25% dari gelombang R yang sesuai, kriteria
yang digunakan sejak 1934. Pada tahun 1999, TIMI (Trombolisis Pada Infark Miokardial)
simpatisan mengklasifikasikan gelombang Q sebagai patologis jika mereka berlangsung
selama lebih dari 0,03 (Delewi, dkk, 2013).
Segmen ST normalnya Flat, isoelektrik diantara akhir gelombang S (J Point) dan awal
gelombang T. Penyebab kelainan ST Segmen Utama (Elevasi atau Depresi) adalah Iskemia
dan Infark Miokardium (Knot, dkk, 2012).
ST-Segmen Elevation (STEMI) dan ST-Segmen Depresi Myocardial Infarctions
(STDMI) memiliki patogenesis umum, yaitu pecah plak rentan, diikuti oleh pembentukan
trombus luminal. Trombosis dapat menyebabkan perubahan cepat dalam keparahan
stenosis arteri koroner, yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah total atau total.
Trombus mungkin benar-benar menutup arteri koroner epikardial utama dalam kasus
STEMI, atau menyebabkan oklusi pembuluh darah parsial atau intermittent pada kasus
infark miokard non-ST (NSTEMI) (Andrews <i>et al.</i>, 2000)(Knot et al., 2012) (Knot,
dkk, 2012).
Klasifikasi pasien dengan infark miokard akut (AMI), berdasarkan rekaman baseline
electrocardiographic (ECG), memiliki implikasi praktis untuk pedoman dan dalam praktek
klinis terutama, karena mengacu pada penggunaan terapi reperfusi. Pemisahan STEMI dari
jenis infark miokard akut lainnya memiliki akar historisnya di era trombolitik (Knot, dkk,
2012).
c) T inversi
Gelombang T merupakan Defleksi positif setelah tiap gelombang QRS yang
mempunyai makna sebagai repolarisasi ventrikel. Karakteristik Gelombang T yang normal
yaitu positif di semua lead kecuali aVR dan V1, amplitudo umumnya tidak melebihi 2/3
gelombang R atau < 5 mm di limb lead dan < 15 mm di prekordial lead, durasi mengacu
pada interval QT (Said, 2015)
T-wave inversion ditemukan pada 1% pasien yang dirawat ke unit perawatan koroner
dan pada 14% pasien dengan angina tidak stabil. Sudah dinyatakan bahwa inversi
gelombang-T pada sadapan prekordial yang tepat adalah relative langka (0,5%) pada
populasi umum dan tidak terkait dengan hasil yang merugikan. Kecenderungannya untuk
inversi gelombang-T menurun dengan bertambahnya usia. Biasanya pada wanita, T-wave
di V3 mungkin terbalik secara dangkal. Tetapi pada pria dewasa, itu dianggap patologis
jika gelombang-T terbalik pada V3-6. Itu T-wave di V1 dapat dibalik secara normal pada
usia berapa pun dan di V2 kadang-kadang biasanya negative (Said, 2015).
gelombang raksasa dalam precordial mengarah terlihat dalam patologi yang berbeda,
seperti iskemia dinding miokard anterior pada pasien dengan sindrom koroner akut,
hipertrofik apical kardiomiopati, gangguan serebral dan pulmonal dan negara-negara pasca-
mondar-mandir atau takiaritmia (Said, 2015).
Inversi Gelombang T normal pada anak-anak, abnormalitas sekunder dari bundle
branch block dan hipertrofi ventrikel, iskemia dan infark miokardium, myoperikarditis,
penggunaan digoxin, dan penyakit sistem saraf pusat (perdarahan subarachnoid) (Said,
2015).
Inversi gelombang T pada Infark Miokard
(Said, 2015).
Di dalam EKG, akibat adanya penambahan massa otot ventrikel kiri akan terjadi
penambahan kekuatan voltase arus listrik jantung pada bagian ventrikel sebelah kiri
sehingga terjadi peninggian amplitudo dari gelombang R pada lead dada sebelah kiri (I,
aVL, V5, V6) dan peninggian kedalaman dari gelombang S pada lead dada sebelah
kanan (III, aVR, V1, V2), meningkatnya waktu depolarisasi ventrikel dibandingkan
dengan otot yang tidak menebal (pelebaran pada kompleks QRS), terganggunya fase
repolarisasi (abnormalitas dari gelombang ST-T), aksis arus listrik akan dominant ke arah
ventrikel kiri atau dikenal dengan istilah Left Axis Deviation, serta pada beberapa kasus
bisa saja terdapat pemebsaran atrium kiri atau Left Atrial Enlargement (Hampton, 2013).
2. Kriteria Cornell
Gelombang S V3 + R aVL > 28 mm pada Laki-Laki (Sen 42 %, Spec 96 %) dan atau
gelombang S V3 + R aVL > 20 mm pada Perempuan (Sen 42 %, Spec 96 %) (Hampton,
2013).
Pada contoh gambar diatas, ditemukan gelombang R pada aVL dan S pada V3, yang
bila dijumlahkan R aVL + S V3 maka hasilnya didapatkan lebih dari 28 kotak kecil atau
setara dengan 28 mV. Hal ini sesuai dengan kriteria Cornell maka pada ekg ini terdapat
LVH. Pada Gambar EKG ini juga terdapat Left Axis Deviation yang biasa ditemukan pada
LVH (Hampton, 2013).
Pada gambar diatas, perhatikan rasio gelombang R/S di lead V1. Bila dibagi antara
gelombang R = 9 mm dan gelombang S = 0.5 mm maka 9/0.5 = 18 > 1 maka ratio R/S di
V1 > 1, rerdapat Right Axis Deviation. Terdapat juga ST depresi dan Inversi T di Lead V1-
3, II, III, aVF yang dinamakan Strain Pattern pada RVH. Terdapat gambaran rSR’ di V1
dan V2 dan S dalam di I, aVL yang merupakan gambaran Right Bundle Branch Block yang
inkomplit. Terdapat gelombang P yang tinggi di lead II > 2,5 mV yang merupakan
gambaran Right Atrial Enlargement. Karena berbagai temuan yang sangat mengindikasikan
ekg ini ke RVH maka kesimpulannya pada ekg ini didapatkan RVH (Hampton, 2013).
Pada gambar diatas, perhatikan rasio gelombang R/S di lead V1, bila dibagi antara
gelombang R = 7 mm dan gelombang S = 0.5 mm maka 7/0.5 = 14 > 1 maka ratio R/S di
V1 > 1, gelombang S di lead V5 dan V6 yang dalam. Terdapat Right Axis Deviation.
Terdapat juga ST depresi dan Inversi T di Lead V1-3, II, III, aVF yang dinamakan Strain
Pattern pada RVH. Terdapat gelombang P yang lebar di lead II > 2,5 mV dan deleksi
negative yang dominan pada lead V1 yang merupakan gambaran Left Atrial Enlargement.
EKG ini diambil dari pasien dengan Mitral Stenosis yang mempunyai RVH (Hampton,
2013).
Pada gambar diatas, perhatikan gelombang P di lead II dan V1, terdpat voltase
gelombang P di lead II lebih dari 2.5 mm (P-Pulmonal), terdapat gelombang R yang tinggi
di lead prekordial kiri sugestif RVH. Kesemua temuan ini sugestif terhadap pembesaran
atrium kanan (Hampton, 2013).
3. Apabila durasi gelombang QRS > 120 ms atau 3 kotak kecil dikatakan Complete
LBBB, sebaliknya dikatakan Incomplete LBBB
4. Abnormalitas ST/T, bisa terdapat ST elevasi di lead prekordial kiri dan T inversi serta
ST depresi di lead lateral
5. Tidak terdapat gelombang Q pada lead lateral
Contoh pertama gambar EKG LBBB (Duraes, dkk, 2016) :
Pada gambar diatas terdapat gelombang R yang lebar dan notching pada lead lateral
(V5,V6, I), tampak Gelombang S yang lebar dan dalam di lead V1-V3. Kompleks QRS
melebar (> 120 ms), terdapat ST elevasi V1-V3 dan ST depresi V5-V6. Irama ireguler yang
tidak berpola tanpa ada gelombang P yang jelas. Kesimpulan Atrial Fibrilasi dengan
Complete Left Bundle Branch Block (Duraes, dkk, 2016).
Right Bundle Branch Block adalah adanya Blok atau hambatan pada cabang berkas
kanan ventrikel yang menyebabkan terhambatnya aktivasi depolarisasi dari ventrikel
kanan (Duraes, dkk, 2016).
3. Apabila durasi gelombang QRS > 120 ms atau 3 kotak kecil dikatakan Complete
RBBB, sebaliknya dikatakan Incomplete RBBB
4. Abnormalitas sekunder ST/T ( ST depresi atau T inversi ) pada lead prekordial sebelah
kanan
5. Axis jantung seharusnya normal
Bila terdapat Left Axis Deviation, pikirkan kemungkinan Left Anterior Hemiblok
Bila terdapat Right Axis Deviation, pikirkan kemungkinan Left Posterior
Hemiblok
Pada gambar diatas, terdapat gelombang rSR' pada lead V1 - V3 seperti huruf M atau
biasa dikenal dengan Rabbit Ear Appereance, terdapat gelombang S yang lebar dan dalam
pada lead V5 - V6. Durasi QRS lebih dari 120 ms (Kompleks QRS melebar), inversi
gelombang T pada lead V1 - V3 yang sekunder karena RBBB, Axis Jantung, Left Axis
Deviation, Kemungkinan LAFB. Kesimpulan Complete Right Bundle Branch Block + Left
Anterior Fasicular Block (Duraes, dkk, 2016).
Contoh gambar kedua EKG RBBB (Duraes, dkk, 2016) :
Pada gambar diatas, terdapat gelombang rSR' pada lead V1 - V3 seperti huruf M atau
biasa dikenal dengan Rabbit Ear Appereance, terdapat gelombang S yang lebar dan dalam
pada lead V5 - V6, I, aVL. Durasi QRS lebih dari 120 ms (kompleks QRS melebar), inversi
gelombang T pada lead V1 - V3 yang sekunder karena RBBB. Kesimpulan Complete Right
Bundle Branch Block (Duraes, dkk, 2016).
Durães, A. R. et al. (2016) ‘iMedPub Journals Bundle Branch Block : Right and Left Prognosis
Implications Abstract’, 2(1:7), pp. 1–6. doi: 10.21767/2471-8157.100016.
Said, S. A. (2015) ‘Cardiac and non-cardiac causes of T-wave inversion in the precordial leads in
adult subjects: A Dutch case series and review of the literature’, World Journal of Cardiology,
7(2), p. 86. doi: 10.4330/wjc.v7.i2.86.